Implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi guru : studi kasus pada guru mata pelajaran akuntansi SMK negeri dan swasta bidang keahlian bisnis dan manajemen program keahlian akuntansi se-Kabupaten Sleman.

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 MENURUT PERSEPSI GURU

Studi Kasus Pada Guru Mata Pelajaran Akuntansi SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi

Se-Kabupaten Sleman

Brigitta Dina Dwi Prastiwi Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik; (2) pengelolaan kelas berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik; (3) langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 November 2014 sampai dengan 27 Februari 2015. Populasi penelitian ini adalah guru SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi se-Kabupaten Sleman berjumlah 677 orang. Jumlah sampel penelitian sebanyak 63 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Tenik analisis data adalah statistika deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik (58,7% responden masuk dalam kategori baik; nilai mean sebesar 158,41); (2) implementasi dimensi pengelolaan kelas berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan sangat baik (57,1% responden masuk dalam kategori sangat baik; nilai mean sebesar 61,79); (3) implementasi dimensi langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik (60,3% responden masuk dalam kategori baik; nilai mean sebesar 96,02 ).


(2)

ABSTRAK

THE IMPLEMENTATION OF LEARNING PROCESS BASED ON THE

CURRICULUM OF 2013 ACCORDING TO TEACHER’S PERCEPTION

A Case Study on Teachers of Accounting Subject in the State and Private Vocational High School in the Expertise of Management and Business Skills

and Accounting Expertise Program in Sleman Regency

Brigitta Dina Dwi Prastiwi Sanata Dharma University

2015

The objective of this research is to find out whether: (1) the learning process based on the Curriculum of 2013 has been implemented well: (2) the management of class based on the Curriculum of 2013 has been implemented well: (3) the learning steps based on the Curriculum of 2013 has been implemented well.

The kind of this research is descriptive. This research was conducted from November 27th, 2014 up to February 27th, 2015. The sources of this research were 677 vocational teachers in the Expertise of Management and Business skills and Accounting Expertise Program in Sleman Regency. The samples were 63 teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The technique of collecting the data was questionnaire. The technique of analysing the data was descriptive statistics.

The result of this research shows that: (1) the implemetation process of learning based on the Curriculum of 2013 has been well implemented (58,7% respondents belong to a good category; the mean value is 158,41); (2) the implemetation of class manangement dimension based on the Curriculum of 2013 has been well implemented (57,1% respondents belong to the very good category; the mean value is 61,79); (3) the implementation of learning steps dimensions based on the Curriculum 0f 2013 has been well implemented (60,3% respondents belong to the good category; the mean value is 96,02).


(3)

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 MENURUT PERSEPSI GURU

Studi Kasus Pada Guru Mata Pelajaran Akuntansi SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi

Se-Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

Brigitta Dina Dwi Prastiwi

NIM: 111334057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Perjuangan, Semangat, Kerja keras dan tekad menjadi satu untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Proses yang ku jalani ini melibatkan orang-orang yang terkasih, dan kini tiba saatnya karya tulis

ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua Orang Tua ku

Keluarga, Teman, Sahabat

Almamater ku Universitas Sanata Dharma


(7)

MOTTO

Belajarlah dari setiap masalah yang singgah dalam hidup Anda dan

selesaikan dengan baik sehingga Anda bisa “naik kelas”.

(James Gwee)

Kemauan dan Tekad merupakan kunci utama yang menjadikan

pribadi lebih maju


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013 MENURUT PERSEPSI GURU

Studi Kasus Pada Guru Mata Pelajaran Akuntansi SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi

Se-Kabupaten Sleman

Brigitta Dina Dwi Prastiwi Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik; (2) pengelolaan kelas berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik; (3) langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 November 2014 sampai dengan 27 Februari 2015. Populasi penelitian ini adalah guru SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi se-Kabupaten Sleman berjumlah 677 orang. Jumlah sampel penelitian sebanyak 63 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah kuesioner. Tenik analisis data adalah statistika deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik (58,7% responden masuk dalam kategori baik; nilai mean sebesar 158,41); (2) implementasi dimensi pengelolaan kelas berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan sangat baik (57,1% responden masuk dalam kategori sangat baik; nilai mean sebesar 61,79); (3) implementasi dimensi langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik (60,3% responden masuk dalam kategori baik; nilai mean sebesar 96,02 ).


(11)

ABSTRAK

THE IMPLEMENTATION OF LEARNING PROCESS BASED ON THE

CURRICULUM OF 2013 ACCORDING TO TEACHER’S PERCEPTION

A Case Study on Teachers of Accounting Subject in the State and Private Vocational High School in the Expertise of Management and Business Skills

and Accounting Expertise Program in Sleman Regency

Brigitta Dina Dwi Prastiwi Sanata Dharma University

2015

The objective of this research is to find out whether: (1) the learning process based on the Curriculum of 2013 has been implemented well: (2) the management of class based on the Curriculum of 2013 has been implemented well: (3) the learning steps based on the Curriculum of 2013 has been implemented well.

The kind of this research is descriptive. This research was conducted from November 27th, 2014 up to February 27th, 2015. The sources of this research were 677 vocational teachers in the Expertise of Management and Business skills and Accounting Expertise Program in Sleman Regency. The samples were 63 teachers. The technique of taking samples was purposive sampling. The technique of collecting the data was questionnaire. The technique of analysing the data was descriptive statistics.

The result of this research shows that: (1) the implemetation process of learning based on the Curriculum of 2013 has been well implemented (58,7% respondents belong to a good category; the mean value is 158,41); (2) the implemetation of class manangement dimension based on the Curriculum of 2013 has been well implemented (57,1% respondents belong to the very good category; the mean value is 61,79); (3) the implementation of learning steps dimensions based on the Curriculum 0f 2013 has been well implemented (60,3% respondents belong to the good category; the mean value is 96,02).


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PS Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd, selaku dosen pembeimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar, memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan penyelesaiaan skripsi ini.

5. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si dan Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku dosen penguji.

6. Seluruh Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi beserta staf karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Kedua orang tuaku Bapak Al. Bambang Sugiharjo dan Ibu Fransisca Mujilah yang selalu mendoakan, mendukung dan memberi motivasi. Terimakasih karena kekuatan doa dan dorongan kalian aku bisa seperti ini. 8. Untuk Kakak ku Mas Wisnu Prabowo yang selalu memberi semangat. 9. Keluarga besarku budhe, pakdhe, mbak lika, bulek terimakasih atas doa,

dukungan, motivasi dan semangat.


(13)

10. Untuk Mas Abimael Yudhokusumo yang selalu memberikanku semangat dan dorongan ketika males ngerjain skripsi terimakasih banyak.

11. Teman-teman seperjuangan penelitian: Mega, Alfon, Resa, Vriska, Elin, dan Sirilus.

12. Sahabat-sahabatku Maria, Jeng-jeng, Rosta, Sita, dan Tere terimakasih sudah memberikan motivasi, semangat, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman Pendidikan Akuntansi angkatan 2011 terimakasih atas kebersamaan kalian dan perhatian teman-teman, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1


(15)

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 10

A. Kajian Teoritik ... 10

1. Persepsi Guru ... 10

a. Pengertian Persepsi... 10

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 11

2. Guru... 13

a. Pengertian Guru ... 13

b. Peranan Guru ... 14

c. Persepsi Guru ... 15

3. Kurikulum ... 16

a. Pengertian Kurikulum ... 16

b. Komponen Kurikulum ... 18

c. Perkembangan Kurikulum di Indonesia ... 20


(16)

e. Fungsi Kurikulum... 26

4. Kurikulum 2013 ... 29

a. Konsep Dasar Kurikulum 2013 ... 29

b. Rasional Pengembangan Kurikulum ... 30

c. Karakteristik Kurikulum 2013... 33

d. Tujuan Kurikulum 2013 ... 34

e. Keunggulan Kurikulum 2013 ... 35

5. Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 36

a. Pengertian Belajar ... 36

b. Prinsip Kurikulum 2013 ... 37

c. Karakteristik Pembelajaran ... 38

6. Perencanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013... 40

7. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013 ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Metode dan Jenis Penelitian ... 47

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 48

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Teknik Pengujian Instrumen ... 56

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(17)

G. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV ANALISIS DATA DAB PEMBAHASAN ... 64

A. Deskripsi Data ... 64

B. Deskripsi Responden ... 65

C. Deskripsi Proses Pembelajaran ... 68

D. Pembahasan ... 146

BAB V PENUTUP ... 162

A. Kesimpulan ... 162

B. Keterbatasan Penelitian ... 163

C. Saran ... 164

DAFTAR PUSTAKA ... 166


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tempat Penelitian SMK Kabupaten Sleman ... 47

Tabel 3.2. Data SMK se- Kabupaten Sleman ... 49

Tabel 3.3. Data SMK Negeri dan Swasta Sebagai Sampel Penelitian ... 50

Tabel 3.4. Daftar Kisi-Kisi Kuesioner ... 52

Tabel 3.5. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Proses Pembelajaran (Pertama) ... 57

Tabel 3.6. Ringkasan Hasil Pengujian Validitas Variabel Proses Pembelajaran (Kedua) ... 58

Tabel 3.7. Kriteria Koefisien Reliabilias ... 60

Tabel 3.8. Ringkasan Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian ... 60

Tabel 4.1. Data Responden Penelitian ... 64

Tabel 4.2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 65

Tabel 4.3. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Kepegawaian ... 65

Tabel 4.4. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Sekolah ... 66

Tabel 4.5. Deskripsi Responden Berdasarkan Penerimaan Sertifikasi ... 67

Tabel 4.6. Deskripsi Responden Berdasarkan Frekuensi Masa Kerja ... 67

Tabel 4.7. Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 68

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(19)

Tabel 4.8 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 69 Tabel 4.9 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 70 Tabel 4.10 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK

Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 71 Tabel 4.11 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Depok ... 72 Tabel 4.12 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK

Negeri 1 Depok ... 72 Tabel 4.13 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Godean ... 73 Tabel 4.14 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK

Negeri 1 Godean ... 74 Tabel 4.15 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Tempel ... 75 Tabel 4.16 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK


(20)

Tabel 4.17 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kabupaten Sleman... 77 Tabel 4.18 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK

Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kabupaten Sleman ... 78 Tabel 4.19 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 2 Sleman... 79 Tabel 4.20 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK

YPKK 2 Sleman ... 79 Tabel 4.21 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 1 Sleman... 80 Tabel 4.22 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK

YPKK 1 Sleman ... 81 Tabel 4.23 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muh 2 Moyudan ... 82 Tabel 4.24 Nilai-Nilai Statistik Impementasi Proses Pembelajaran di SMK Muh

2 Moyudan ... 83 Tabel 4.25 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Ma’arif Sleman ... 84 Tabel 4.26 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK

Ma’arif 1 Sleman ... 84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(21)

Tabel 4.27 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muh 1 Tempel ... 85 Tabel 4.28 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK Muh

1 Tempel ... 86 Tabel 4.29 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Muh Cangkringann ... 87 Tabel 4.30 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK Muh

Cangkringan ... 88 Tabel 4.31 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK YPKK 3 Sleman... 89 Tabel 4.32 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK

YPKK 3 Sleman ... 90 Tabel 4.33 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Yapemda ... 91 Tabel 4.34 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran di SMK

Yapemda ... 91 Tabel 4.35 Deskripsi Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Dimensi Pengelolaan Kelas Di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 93


(22)

Tabel 4.36 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau dari Dimensi Pengelolaan Kelas di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 94 Tabel 4.37 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman .... 95 Tabel 4.38 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau dari

Dimensi Pengelolaan Kelas di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 96 Tabel 4.39 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Depok ... 97 Tabel 4.40 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK Negeri 1 Depok ... 97 Tabel 4.41 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Godean ... 98 Tabel 4.42 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK Negeri 1 Godean ... 99 Tabel 4.43 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di

SMK Negeri 1 Tempel ... 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(23)

Tabel 4.44 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK Negeri 1 Tempel ... 101 Tabel 4.45 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab

Sleman ... 102 Tabel 4.46 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau dari

Dimensi Pengelolaan Kelas di SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis

dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 103 Tabel 4.47 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di

SMK YPKK 2 Sleman ... 104 Tabel 4.48 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK Negeri YPKK 2 Sleman ... 105 Tabel 4.49 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di

SMK YPKK 1 Sleman ... 106 Tabel 4.50 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK YPKK 1 Sleman ... 107 Tabel 4.51 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di


(24)

Tabel 4.52 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK Muh 2 Moyudan ... 109 Tabel 4.53 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di

SMK Ma’arif Sleman ... 110 Tabel 4.54 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK Ma’arif Sleman ... 111 Tabel 4.55 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di

SMK Muh 1 Tempel ... 112 Tabel 4.56 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK Muh 1 Tempel ... 112 Tabel 4.57 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di

SMK Muh Cangkringan ... 113 Tabel 4.58 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK Muh Cangkringan ... 114 Tabel 4.59 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di

SMK YPKK 3 Sleman ... 115 Tabel 4.60 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK YPKK 3 Sleman ... 116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(25)

Tabel 4.61 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau dari Dimensi Pengelolaan Kelas Berdasarkan Kurikulum 2013 di

SMK Yapemda ... 117 Tabel 4.62 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Pengelolaan Kelas di SMK Yapemda ... 118 Tabel 4.63 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan Kurikulum 2013 Ditinjau Dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran Di SMK Negeri dan Swasta Bidang Keahlian

Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 119 Tabel 4.64 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau dari

Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Negeri dan Swasta

Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 120 Tabel 4.65 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 di SMK Negeri Bidang Keahlian Bisnis dan

Manajemen Se-Kab Sleman ... 121 Tabel 4.66 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau dari

Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Negeri Bidang

Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 122 Tabel 4.67 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan


(26)

Tabel 4.68 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Negeri 1 Depok ... 124 Tabel 4.69 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Godean ... 125 Tabel 4.70 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Negeri 1 Godean ... 126 Tabel 4.71 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Negeri 1 Tempel ... 127 Tabel 4.72 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Negeri 1 Tempel ... 128 Tabel 4.73 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran Berdasarkan

Kurikulum 2013 di SMK Swasta Se-Kab Sleman ... 129 Tabel 4.74 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau dari

Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Swasta Bidang

Keahlian Bisnis dan Manajemen Se-Kab Sleman ... 130 Tabel 4.75 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK YPKK 2

Sleman ... 131

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(27)

Tabel 4.76 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK YPKK 2 Sleman ... 131 Tabel 4.77 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK YPKK 1

Sleman ... 132 Tabel 4.78 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK YPKK 1 Sleman ... 133 Tabel 4.79 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Muh 2

Moyudan ... 134 Tabel 4.80 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Muh 2 Moyudan ... 135 Tabel 4.81 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Ma’arif 1

Sleman ... 136 Tabel 4.82 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Ma’arif 1 Sleman ... 137 Tabel 4.83 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Muh 1

Tempel ... 138 Tabel 4.84 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi


(28)

Tabel 4.85 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Muh

Cangkringan ... 140 Tabel 4.86 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Muh Cangkringan ... 141 Tabel 4.87 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK YPKK 3

Sleman ... 142 Tabel 4.88 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK YPKK 3 Sleman ... 143 Tabel 4.89 Persepsi Guru Terhadap Implementasi Proses Pembelajaran Ditinjau

dari Dimensi Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Yapemda ... 144 Tabel 4.90 Nilai-Nilai Statistik Implementasi Proses Pembelajaran Dimensi

Langkah-Langkah Pembelajaran di SMK Yapemda ... 144 Tabel 4.91 Kategori Persepsi Guru Terhadap Dimensi Pengelolaan Kelas

Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 148 Tabel 4.92 Kategori Persepsi Guru Terhadap Dimensi Langkah-Langkah

Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 ... 154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(29)

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1. Instrumen Penelitian ... 169 Tabel 2. Data Induk Penelitian ... 177 Tabel 3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 183 Tabel 4. PAP II dan Deskripsi Data ... 192 Tabel 5. Deskripsi Butir Pernyataan ... 222 Tabel 6. Tabel r Product Moment ... 237 Tabel 7. Surat Izin Penelitian ... 239


(30)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaannya, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik sehingga dapat mewujudkan potensi yang dimiliki dan dapat diterapkan dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara untuk mencapai tujuan pendidikan.

Tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik itu di bawa. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Tujuan akan menjadi pedoman atau tolok ukur bagi seluruh kegiatan pendidikan, penetapan materi, metode, dan evaluasi yang akan dilakukan. Dengan demikian, tujuan pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pendidikan. Menurut Sahara tujuan pendidikan ialah memberikan bantuan terhadap perkembangan seutuhnya. Dalam arti, supaya dapat mengembangkan potensi fisik, emosi, sikap, semaksimal mungkin agar menjadi manusia dewasa.


(31)

Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum mempunyai fungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan yang ada dibawahnya. Kurikulum sebagai alat dapat diwujudkan dalam bentuk program, yaitu kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran (Arifin, 2011:13).

Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran disekolah terutama dalam proses pembelajaran. Rustaman mengatakan proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Hidayat, 2013:118). Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Didalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Dikelas juga segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya, kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Dalam dinamika proses pembelajaran guru tidak bisa lepas dari kurikulum. Kurikulum memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai


(32)

3

dokumen dan kurikulum sebagai implementasi. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai implementasi merupakan realisasi dari dokumen dalam bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Guru merupakan faktor penting dalam implementasi kurikulum karena ia merupakan pelaksana kurikulum. Guru sebagai pelaksana kurikulum berarti guru harus dapat membimbing dan mendampingi siswa mulai dari proses pembelajaran hingga proses penilaian. Setiap kurikulum mempunyai sistematika tersendiri dalam proses pembelajaran dan proses penilaian.

Sejak Indonesia merdeka kurikulum telah mengalami beberapa kali perubahan secara berturut-turut yaitu pada tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964, tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 2004, dan tahun 2006. Pada saat ini telah dan sedang dilaksanakan Uji Publik Kurikulum 2013 sebagai pengembangan dari kurikulum 2006 atau KTSP. Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru, bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada. Kegiatan pengembangan kurikulum ini perlu dilakukan untuk menghadapi dan mengantisipasi keadaan, yaitu merespon perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan sosial di luar sistem pendidikan, memenuhi kebutuhan siswa dan merespons kemajuan-kemajuan dalam pendidikan (Wahyudin, 2014:58). Perubahan atau pengembangan kurikulum tersebut menunjukkan sistem pendidikan itu dinamis. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Oleh karena itu


(33)

sistem kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan, sistem persekolahan, dan sistem masyarakat.

Kurikulum 2013, mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014 di sekolah-sekolah pilihan. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Secara konseptual draft Kurikulum 2013 dicita-citakan untuk mampu melahirkan generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya. Kurikulum 2013 diharapkan mampu menjadi menjadi perubahan dalam sistem pendidikan yang dinilai masih kaku dan belum mampu meningkatkan kreatifitas peserta didik dalam hal kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Kurikulum 2013 di desain agar peserta didik lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan aktif menanya, mengamati, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan hasil pembelajaran.

Sejalan dengan penerapan kurikulum baru ini terdapat kelebihan dan kekurangan dalam kurikulum 2013. Adapun kelebihan yang dimiliki dalam kurikulum ini adalah memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat memperkaya pengetahuan dari berbagai sumber, seperti buku, internet, dan lingkungan sosial masyarakat. Selain itu kurikulum baru tersebut diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara kemampuan kognitif dengan sikap dan keterampilan peserta didik. Akan tetapi ada pula kelemahan yang dimiliki oleh kurikulum 2013 dalam penerapannya yakni yang pertama, Kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem


(34)

5

Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaanya bisa membingungkan guru dari pemangku pendidikan. Kedua, Guru kurang dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran. Pemerintah melihat seolah-olah guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama. Ketiga, tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. UN hanya mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN. Padahal, mata pelajaran non-UN juga memberikan kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Keempat, Pemerintah mengintegrasikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar. Dewan Pendidikan DIY menilai langkah ini tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaran-mata pelajaran itu berbeda (http://aceh.tribunnews.com/2014/12/13/kekurangan-dan-kelebihan-k13-menurut-anies-baswedan).

Penerapan Kurikulum 2013 diawal ajaran baru 2014/2015 tidak berjalan mulus. Sejumlah persoalan mencuat terkait dengan implementasi kurikulum tersebut, mulai dari guru belum siap karena belum mendapatkan pelatihan hingga keterlambatan buku teks siswa. Persoalan itu mengakibatkan kegiatan


(35)

pembelajaran disekolah terkendala (Kompas.com). Melihat kelemahan-kelemahan dari kurikulum tersebut hingga mengakibatkan terkendalanya kegiatan proses pembelajaran maka banyak pihak khususnya di kalangan pendidik ingin kembali di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan ingin berhenti menggunakan kurikulum baru yakni Kurikulum 2013. Menanggapi hal tersebut Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menginstruksikan sekolah yang belum menggunakan Kurikulum 2013 selama tiga semester untuk kembali ke Kurikulum 2006. Sementara itu, sekolah yang telah menjalankan selama tiga semester diminta tetap menggunakan kurikulum tersebut sembari menunggu evaluasi dari pihak yang berwenang.

Melihat fakta-fakta tersebut penulis tertarik melakukan penelitian mengenai proses pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 maka, penulis lebih fokus terhadap proses pembelajaran. Aspek tersebut dipilih karena proses pembelajaran merupakan elemen penting dalam mengimplementasikan suatu kurikulum serta merupakan upaya untuk menempuh keberhasilan dalam belajar. Penulis memilih konsep Implementasi Kurikulum 2013, dimana konsep ini untuk memberikan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan dan pelaksanaan suatu kurikulum khususnya dalam proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan masukan bagi pengambil keputusan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Implementasi Proses

Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Menurut Persepsi Guru” Studi Kasus Pada Guru Mata Pelajaran Akuntansi SMK Negeri dan Swasta Bidang


(36)

7

Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman.

B. Batasan Masalah

Persepsi guru terhadap implementasi Kurikulum 2013 bisa dilihat dari berbagai sudut pandang tetapi dalam penelitian ini hanya membatasi pada proses pembelajaran yang diimplementasikan di sekolah SMK Negeri dan Swasta se- Kabupaten Sleman.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan?

2. Apakah pengelolaan kelas berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik?

3. Apakah langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah proses pelaksanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik.


(37)

2. Untuk mengetahui apakah pengelolaan kelas berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik.

3. Untuk mengetahui apakah langkah-langkah pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 sudah dapat diimplementasikan dengan baik.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan: 1. Bagi Guru

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai evaluasi oleh guru tentang pelaksanaan proses pembelajaran. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran yang nyata sejauh mana proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 telah dilaksanakan. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pelaksanaan proses pembelajaran.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah untuk merumuskan bahan kebijakan sekolah yang berkaitan atau berhubungan dengan upaya mengoptimalkan kinerja guru, khususnya dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini untuk referensi bagi pembaca dalam penulisan tugas akhir serta menambah koleksi di perpustakaan untuk menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca serta pengembangan lebih lanjut.


(38)

9

4. Bagi Penulis

Dari hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat mengetahui persepsi guru terhadap implementasi Kurikulum 2013 khususnya dalam proses pembelajaran sehingga dapat memberikan masukan bagi para pengambil keputusan.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Persepsi Guru

a. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang integrated

dalam diri individu. Artinya bahwa apa yang ada dalam individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain dan persepsi bersifat individu (Walgito, 2003: 87-89). Sedangkan menurut Thoha (2005: 141-142) mengemukakan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.


(40)

11

Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan pemahaman pada suatu objek melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman terhadap suatu informasi yang diperolehnya. Selain itu persepsi juga bersifat individu karena persepsi seseorang terhadap objek atau informasi belum tentu sama dengan individu yang lainnya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam persepsi, (Walgito, 2003: 89-90):

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.


(41)

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Sedangkan menurut Thoha (2005: 147-148), persepsi seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antar lain:

a) Psikologi

Persepsi seseorang mengenai sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi.

b) Family

Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah keluarganya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya.

c) Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan dunia ini.

Dari uraian yang dipaparkan oleh Walgito dan Thoha diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh dalam


(42)

13

persepsi adalah faktor yang berasal dari dalam diri sendiri dan juga faktor yang berasal dari luar diri sendiri.

2. Guru

a. Pengertian Guru

Menurut Isjoni (2006:15) mengemukakan guru adalah orang yang mengajar dan memberi bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk hidup berharkat dan bermartabat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kepada anak didiknya.

Rimang (2011:2) berpendapat guru sebagai berikut:

Guru merupakan sosok manusia yang senantiasa memberi contoh yang baik dalam segala aktivitas kehidupan anak didik baik di luar kelas maupun di dalam kelas, guna mencapai tujuan hidup yang lebih bermartabat. Rimang menegaskan pula guru adalah manusia yang rela menyumbangkan sebagian besar waktunya untuk berbagi ilmu kepada semua anak didiknya bahkan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Zahara Idris dan Lisma Jamal (dalam Nurdin, 2008: 49):

Guru adalah orang dewasa yang bertanggungjawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu yang mandiri dan makhluk sosial.

Guru, menurut Ahmad (dalam Nurdin, 2008: 49) adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang yang mengajar, memberikan bekal pengetahuan dan membimbing peserta didik baik di dalam kelas maupun di luar kelas serta mencerminkan sikap bertanggungjawab.


(43)

b. Peranan Guru

Menurut Karwati (2014:63-65), peranan guru sebagai berikut: 1) Pendiagnosa Perilaku Peserta Didik

Guru harus mampu memahami dan memberikan solusi atas segala kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran, untuk itu guru dituntut untuk mengenal lebih dekat kepribadian peserta didiknya.

2) Penyususnan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang baik harus didukung dengan perencanaan yang baik, karena rencana yang baik akan meminimalisir resiko pembelajaran yang buruk dan tidak terarah.

3) Pelaksana Proses Pembelajaran

Guru harus mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, karena kualitas proses pembelajaran akan menentukan hasil akhir yang akan dicapai oleh peserta didik.

4) Pelaksanaan Administrator Sekolah

Guru dapat berperan sebagai administrator sekolah yang berfungsi untuk membantukepala sekolah dan tata usaha sekolah. Peran ini memungkinkan guru untuk mengetahui peserta didik tidak hanya sebatas kepentingan akademik, namun juga kepentingan administratif terkait dengan peserta didik.


(44)

15

5) Penyebar Informasi dan Komunikator

Peran ini terkait dengan proses penyampaian oleh guru, baik kepada dirinya sendiri, kepada peserta didik, kepada pimpinannya, kepada orang tua peserta didik, maupun kepada masyarakat.

6) Pengembang Potensi Diri Siswa

Guru perlu terus menerus mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimiliki seiring dengan perubahan dan perkembangan jaman.

7) Pengembang Kurikulum di Sekolah

Guru merupakan ujung tombak yang mengimplementasikan kurikulum disekolah, sehingga guru merupakan jembatan antar kurikulum yang dikembangkan oleh pemerintah dan pelaksanan di tingkat sekolah.

c. Persepsi Guru

Dalam rangka menyukseskan implementasi Kurikulum 2013, dirasakan perlunya mengubah mindset guru, agar mereka menyadari, memahami, peduli, dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mengimplementasikan kurikulum dengan sepenuh hati. Mengubah mindset dalam penataan kurikulum dimaksudkan adalah mengubah pola pikir dan cara pandang guru, khususnya cara pandangnya terhadap pembelajaran dan peserta didik (Mulyasa, 2014: 46). Persepsi guru terhadap implementasi Kurikulum 2013 merupakan pemahaman terhadap implementasi Kurikulum 2013 pada suatu objek melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman terhadap suatu informasi yang diperolehnya.


(45)

3. Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Arifin (2011:2-3) berpendapat bahwa secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya

“pelari” dan curereyang berarti “tempat berpacu”. Dalam bahasa Perancis,

istilah kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang yang terlibat didalamnya.

Arifin (2011:3) menjelaskan bahwa ada beberapa implikasi dari pengertian tradisional: (a) kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran adalah warisan budaya dan pengalaman-pengalaman masa lampau yang mengandung nilai-nilai positif untuk disampaikan kepada generasi muda. Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua aspek kehidupan dan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan, (b) peserta didik harus mempelajari dan menguasai seluruh mata pelajaran, (c) mata pelajaran hanya dipelajari di sekolah secara terpisah-pisah, (d) tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh ijazah.

Menurut A. Ferry T. Indratno kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Bila ditarik benang merah


(46)

17

maka kurikulum dapat dipahami sebagai alat sentral bagi keberhasilan pendidikan (Yamin, 2012:15).

Gerakan kurikulum modern sebenarnya sudah ada di Amerika sejak tahun 1950-an. Pada saat itu B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai a sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in

group ways of thinking and acting. Pengertian ini menunjukkan kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada peserta didik. Selanjutnya, J. Galen Saylor dan William M. Alexander mengemukakan the curriculum is the sum total of

school’s efforts to influence learning, whether in the classroom, on the

playground or out of school. Pengertian ini lebih luas lagi dari pengertian sebelumnya, kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman melainkan semua upaya sekolah untuk memengaruhi peserta didik belajar, baik di kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah. Akhirnya, Harold B.Alberty et.al. juga memahami kurikulum sebagai all of the activities that are provided for the students by the school (Arifin, 2011:3-4).

Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi/ materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun diluar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian kurikulum yang lebih luas yaitu semua kegiatan dan pengalaman belajar serta segala sesuatu yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai pendidikan. Segala sesuatu yang dimaksud disini merupakan hidden curriculum, misalnya fasilitas sekolah, lingkungan yang aman, bersih, indah dan berbunga, suasana keakraban, kerja sama yang harmonis dan saling mendorong dalam proses pembelajaran, serta media dan sumber belajar yang memadai (Arifin, 2011:4-5).


(47)

b. Komponen Kurikulum

Arifin (2011:82-94) mengembangkan komponen kurikulum menjadi komponen tujuan, komponen isi/ materi, komponen proses, dan komponen evaluasi.

Tujuan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis, karena akan mengarahkan dan memengaruhi komponen-komponen kurikulum lainnya. Dalam penyusunan suatu kurikulum, perumusan tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum menetapkan komponen yang lainnya. Tujuan pendidikan suatu negara tidak bisa dipisahkan dan merupakan penjabaran dari tujuan negara atau falsafah negara, karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan negara. Tujuan pendidikan nasional dirumuskan langsung oleh pemerintah sebagai pedoman bagi pengembangan tujuan-tujuan pendidikan yang lebih khusus. Tujuan institusional adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap lembaga pendidikan, baik pendidikan formal (TK/ RA, SD/ MI, SMP/ MTs, SMA/ MA) maupun pendidikan nonformal (lembaga kursus, pesantren). Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran, seperti bidang studi Pendidikan Agama Islam, IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Tujuan pembelajaran umum adalah tujuan yang ingin dicapai pada setiap pokok bahasan, sedangkan tujuan pembelajaran khusus (instructional objective) adalah tujuan dari setiap sub pokok bahasan.


(48)

19

Isi/ materi kurikulum pada hakikatnya adalah semua kegiatan dan pengalaman yang dikembangkan dan disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Secara umum, isi kurikulum itu dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu: (a) logika, yaitu pengetahuan tentang benar-salah, berdasarkan prosedur keilmuan, (b) etika, yaitu pengetahuan tentang baik-buruk, nilai, dan moral, dan (c) estetika, yaitu pengetahuan tentang indah-jelek, yang ada nilai seni. Berdasarkan pengelompokan isi kurikulum tersebut, maka pengembangan isi kurikulum harus disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (a) mengandung bahan kajian atau topik-topik yang dapat dipelajari peserta didik dalam proses pembelajaran, dan (b) berorientasi pada standar kompetensi lulusan, standar kompetensi mata pelajaran, dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Pemilihan isi kurikulum dapat juga mempertimbangkan kriteria sebagai berikut: (a) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (b) sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, (c) bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, dunia kerja, bangsa dan negara, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang, dan (d) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Proses pelaksanaan kurikulum harus menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk membelajarkan peserta didik, baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka, maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam konteks inilah, guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran, metode mengajar, media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(49)

pembelajaran, dan sumber-sumber belajar. Pemilihan strategi pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum (SK/ KD), karakteristik materi pelajaran, dan tingkat perkembangan yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan isi kurikulum, antara lain: (a) startegi ekspositori klasikal, yaitu guru lebih banyak menjelaskan materi yang sebelumnya telah diolah sendiri, sementara siswa lebih banyak menerima materi yang telah jadi, (b) strategi pembelajaran heuristik (discovery dan inquiry), (c) strategi pembelajaran kelompok kecil: kerja kelompok dan diskusi kelompok, dan (d) strategi pembelajaran individual.

Untuk mengetahui efektivitas kurikulum dan dalam upaya memperbaiki serta menyempurnakan kurikulum, maka diperlukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang harus dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum dan luasnya kurikulum yang harus diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang mengembangkannya menjadi suatu disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum juga erat hubungannya dengan definisi kurikulum itu sendiri, apakah sebagai kumpulan mata pelajaran atau meliputi semua kegiatan dan pengalaman anak di dalam maupun di luar sekolah.

c. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Hidayat (2013:1-18) menjabarkan bahwa semenjak Indonesia merdeka sejak tahun 1945 telah mengalami perubahan kurikulum, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,2004, dan 2006.


(50)

21

Kurikulum pertama yang lahir setelah Indonesia merdeka adalah merupakan rencana pelajaran atau dalam bahasa Belanda disebut leer plan. Zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan dan pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter. Setelah rencana pelajaran 1947. Rencana Pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum 1947 dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain, kesadaran bernegara dan masyarakat. Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini, pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952 yang berfungsi membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang menjadi ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran sehari-hari, silabus mata pelajarannya jelas, seorang guru mengajar satu mata pelajaran.

Menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(51)

menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yaitu; daya cipta, rasa, karsa, karya dan moral. Kurikulum 1964 masih mengalami perubahan yaitu menjadi kurikulum 1968, hal ini dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum ini menjadi citra sebagai produk Orde Lama. Kurikulum 1968 menekankan pada pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini terletak pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Pembaruan kelima terjadi dengan diterbitkannya Kurikulum 1975/1976. Kurikulum 1975 untuk SD/ SMP dan SMA sedangkan Kurikulum 1976 untuk Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah Menengah Kejuruan (STM, SMEA). Komponen yang terkandung dalam Kurikulum 1975 memuat: (a) tujuan institusional baik SD, SMP, dan SMA/ SPG/ SMEA/ STM, yaitu tujuan yang hendak dicapai lembaga pendidikan dalam melaksanakan program pendidikannya, (b) struktur program kurikulum, yaitu kerangka umum program pengajaran yang akan diberikan pada tiap


(52)

23

sekolah, (c) garis-garis besar program pengajaran, yang didalamnya terdapat hal-hal yang berhubungan dengan program pengajaran. Dalam perkembangannya Kurikulum 1975 dianggap sudah tidak relevan lagi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum 1984 lahir sebagai perbaikan atau revisi terhadap Kurikulum 1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri sebagai berikut: (1) berorientasi kepada tujuan pembelajaran (instruksional), (2) pendekatan pembelajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA), (3) materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral, (4) menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, (5) materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa, (6) menggunakan pendekatan keterampilan proses. Pada kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pembelajaran yang berorientasi pada teori belajar mengajar, kurang memperhatikan muatan (isi) pelajaran. Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dalam Kurikulum 1994, antara lain sebagai berikut: (1) pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan, (2) pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/ isi), (3) Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia, (4) dalam pelaksanaan kegiatan, guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(53)

hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial, (5) dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/ pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, (6) pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks, dan (7) pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman siswa. Usaha pihak pemerintah maupun pihak swasta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus-menerus dilakukan, seperti penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi menjadi Kurikulum 2002 sebagai respon terhadap perubahan struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai konsekuensi logis dilaksanakannya UU No. 23 dan 25 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kurikulum saat ini diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Kurikulum Berbasi Kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal, (2) berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman, (3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode


(54)

25

yang bervariasi, (4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif, dan (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Kurikulum dipahami sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pemerintah telah mendorong penyelenggara pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yaitu kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di setiap satuan pendidikan. Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masih bercirikan tercapainya paket-paket kompetensi.

d. Peranan Kurikulum

Soedijarto mengatakan bahwa sekolah merupakan lembaga sosial yang keberadaannya merupakan bagian dari sistem sosial negara bangsa. Ia bertujuan untuk mencetak manusia susila yang cakap, demokratis, bertanggung jawab, beriman, bertakwa, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, berkepribadian yang mantap dan mandiri. Soedijarto lebih jauh mengatakan bahwa pencapaian itu akan bisa diraih ketika ada suatu proses yang terencana dengan efisien, efektif, dan relevan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(55)

Agar tujuan tersebut tercapai maka dibutuhkan kurikulum yang kuat, baik secara infrastruktur maupun superstruktur (Yamin, 2012:36).

Menurut Hamalik (2007:11-13), terdapat tiga peranan kurikulum yang dinilai sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif, dan peranan kreatif. Peranan konservatif dalam kurikulum memiliki suatu tanggung jawab yaitu mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial pada generasi muda. Peranan kritis dan evaluatif, memiliki peranan dalam kebudayan yang senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam kurikulum peranan kreatif dinilai berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan masa mendatang.

e. Fungsi Kurikulum

Hilda Taba (1962) mengemukakan terdapat tiga fungsi kurikulum, yaitu (a) sebagai transmisi, yaitu mewariskan nilai-nilai kebudayaan, (b) sebagai transformasi, yaitu melakukan perubahan atau rekonstruksi sosial, dan (c) sebagai pengembangan individu (Arifin, 2011:12).

Arifin (2011:13-16) mengatakan bahwa fungsi kurikulum dapat juga ditinjau dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut: (a) fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan, (b) fungsi kurikulum bagi kepala sekolah, (c) fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan, (d)


(56)

27

fungsi kurikulum bagi guru, (e) fungsi kurikulum bagi pengawas, (f) fungsi kurikulum bagi masyarakat, (g) fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan.

Fungsi kurikulum merupakan pedoman untuk mengatur dan membimbing kegiatan sehari-hari disekolah, baik kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler maupun kokurikuler. Pengaturan kegiatan ini penting agar tidak terjadi tunpang tindih, seperti jenis program pendidikan apa yang sedang dan akan dilaksanakan.

Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan meliputi: (a) fungsi kesinambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus mengetahui dan memahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga dapat dilakukan penyesuaian kurikulum, (b) fungsi penyiapan tenaga, yaitu bilamana sekolah tertentu diberi wewenang mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, maka sekolah tersebut perlu mempelajari apa yang diperlukan oleh tenaga terampil, baik mengenai kemampuan akademik, kecakapan atau keterampilan, kepribadian maupun hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan. Guru juga sebagai faktor kunci (key factor) dalam keberhasilan suatu kurikulum. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru tidak dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran. Artinya, guru tidak hanya berfungsi sebagai pengembang kurikulum, tetapi juga sebagai pelaksana kurikulum. Guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(57)

dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan kurikulum itu sendiri, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan psikologi belajar, dan perkembangan ilmu pendidikan.

Bagi pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum dapat digunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal apa saja yang memerlukan penyempurnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan mutu pendidikan. Pengawas juga perlu mencari data dan informasi mengenai faktor pendukung dan penghambat implementasi kurikulum dalam hubungannya dengan peningkatan mutu guru, kelengkapan sarana pendidikan, pemantapan sistem administrasi, bimbingan dan konseling, keefektifan penggunaan perpustakaan, dan lain-lain. Implikasinya pengawas harus menguasai kurikulum yang berlaku.

Melalui kurikulum, masyarakat dapat mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah. Masyarakat yang cerdas dan humanis akan selalu (a) memberikan bantuan, baik moril maupun materil dalam pelaksanaan kurikulum, (b) memberikan saran-saran dan pendapat sesuai dengan keperluan (c) berperan secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung.


(58)

29

Instansi atau perusahaan manapun yang mempergunakan tenaga kerja lulusan suatu lembaga pendidikan tentu menginginkan tenaga kerja yang bermutu tinggi dan mampu berkompetisi agar dapat meningkatkan produktivitasnya. Biasanya para pemakai kurikulum melakukan seleksi yang ketat dalam penerimaan calon tenaga kerja. Studi kurikulum akan banyak membantu pemakai lulusan dalam menyeleksi calon tenaga kerja yang andal, energik, disiplin, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat, dan berkualitas.

4. Kurikulum 2013

a. Konsep Dasar Kurikulum 2013

Mulyasa (2013:66-68) menjelaskan dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tanatangan dan ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata dilapangan. Untuk kepentingan tersebut pemerintah melakukan penataan kurikulum. Kurikulum yang saat ini sedang dikembangkan adalah kurikulum 2013 berbasis kompentensi. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK atau (competency based curriculum) dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk pengembangan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam sebuah jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.


(59)

Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Beberapa aspek atau ranah yan terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut: (a) pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, (b) pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. (c) kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (d) nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. (e) sikap (attitude); yaitu perasaan (senang- tidak senang, suka- tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan dari luar. (f) minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Berdasarkan analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai suatu konsep kurikulum yang menekankan peda pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkap kompetensi tertentu.

b. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Dalam Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: (a) tantangan internal, (b) tantangan eksternal, (c) penyempurnaan


(60)

31

pola pikir, (d) penguatan tata kelola kurikulum, (e) penguatan materi. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(61)

di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation

(APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; (2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya); (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif aktif-mencari semakin diperkuat dengan model


(62)

33

pembelajaran pendekatan sains); (5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; (7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar Mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menegah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut: (1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; (2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan (3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

c. Karakteristik Kurikulum 2013

Menurut Permendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(63)

berikut: (a) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; (b) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; (c) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; (d) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (e) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; (f) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; (g) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal)

d. Tujuan Kurikulum 2013

Pemendikbud No. 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup


(64)

35

sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Untuk mencapai tujuan tersebut menuntut perubahan pada berbagai aspek lain, terutama dalam implementasinya di lapangan. Pada proses pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, sedangkan pada proses penilaian, dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses, portofolio dan penilaian output secara utuh dan menyeluruh, sehingga memerlukan penambahan jam pelajaran (Mulyasa, 2013:66).

e. Keunggulan Kurikulum 2013

Mulyasa (2013:163-164) mengharapkan implementasi Kurikulum 2013 dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena Kurikulum 2013 yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan.

Pertama, Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat alamiah (konstektual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing.

Kedua, Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(65)

hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu.

Ketiga, ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan.

5. Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

a. Pengertian Belajar

Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014 pasal 1 tentang Pembelajaran mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Hilgard (1962), belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi. Selanjutnya bersama-sama dengan Marquis, Hilgard memperbarui definisinya dengan menyatakan bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan lain-lain sehingga terjadi perubahan dalam diri (Suyono dan Hariyanyo, 2012:12). Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajari, sehingga belajar semacam ini disebut dengan rote learning, belajar hafalan, belajar melalui ingatan, di luar kepala tanpa mempedulikan makna (Suyono dan Hariyanto, 2012:12).


(66)

37

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses latihan merubah suatu cara pola pikir atau tindakan menjadi perubahan yang lebih baik.

b. Prinsip Kurikulum 2013

Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut:

1) Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu 2) Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar 3) Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah 4) Pembelajaran berbasis kompetensi

5) Pembelajaran terpadu

6) Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi

7) Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif

8) Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antar

hard-skill dan soft-skill

9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat

10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan

(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani)


(67)

11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat

12) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran

13) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan

14) Suasana belajar menyenangkan dan menantang c. Karakteristik Pembelajaran

Berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, mengatakan bahwa karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.


(1)

LAMPIRAN 7


(2)

240

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

(4)

242

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

(6)

244

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKUNTANSI SESUAI KURIKULUM 2013 PADA GURU-GURU SMK PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI Implementasi Pembelajaran Akuntansi Sesuai Kurikulum 2013 Pada Guru-Guru SMK Program Keahlian Akuntansi Di Kota Klaten.

0 2 15

DAFTAR PUSTAKA Implementasi Pembelajaran Akuntansi Sesuai Kurikulum 2013 Pada Guru-Guru SMK Program Keahlian Akuntansi Di Kota Klaten.

0 2 4

Implementasi penilaian dan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 ditinjau dari status kepegawaian dan masa kerja : studi kasus pada SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen se-Kabupaten Sleman.

0 0 245

Implementasi proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi siswa: studi kasus pada SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Program Keahlian Akuntansi se- Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 263

Implementasi penilaian hasil belajar oleh pendidik berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi siswa : studi kasus pada SMK Swasta Bidang Keahlian Bisnis Dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 3 317

Implementasi penilaian hasil belajar berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi guru studi kasus pada SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen, program keahlian akuntansi se-Kabupaten Sleman.

0 0 261

Implementasi penilaian hasil belajar berdasarkan kurikulum 2013 menurut persepsi siswa : studi kasus pada SMK Negeri bidang keahlian bisnis dan manajemen, program keahlian akuntansi se-kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 0 236

KESIAPAN PROSES PEMBELAJARAN SMK BIDANG STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN REKAYASA SE-KOTA LUBUKLINGGAU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013.

0 0 199

PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN DI SMK NEGERI 2 YOGYAKARTA.

0 2 152

IMPLEMENTASI EMPLOYABILITY SKILLS PADA SMK PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI BIDANG KEAHLIAN BISNIS MANAJEMEN

0 0 9