Pembelajaran Kooperatif TINJAUAN PUSTAKA

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif cooperative learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran Sugiyanto, 2009:37. Sedangkan Artzt dan Newman Trianto, 2009:56 menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Jadi setiap siswa di dalam anggota kelompok memiliki tanggung jawab bersama untuk keberhasilan kelompoknya. Lie 2008:23 menyatakan bahwa ada tiga pilihan model pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning. Model pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan suatu metode pembelajaran yang menekankan pada kerja sama dalam sebuah team, menurut Lie 2008:29 Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang terdiri dari beberapa siswa dalam suatu kelompok atau team dengan menggunakan unsur kerja sama dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif Johnson dan Johnson Trianto, 2009:57 menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individual maupun secara kelompok. Karena adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif Sugiyanto, 2009:42. Sementara menurut Zamron Trianto, 2009:56, manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan solidaritas antar siswa. 3. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut Trianto, 2009:60: a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa merasa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan sukses kecuali semua anggota kelompoknya sukses juga. Siswa akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya yang juga mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. c. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam hal: a membantu siswa yang membutuhkan bantuan dan b siswa tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya. d. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa juga dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa pada kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. e. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik. Rusman 2011:204 mengatakan ada 4 hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif : a. adanya peserta didik dalam kelompok b. adanya aturan main dalam kelompok c. adanya upaya belajar dalam kelompok d. adanya kompetensi yang harus dicapai dalam kelompok Berkenaan dengan pengelompokan siswa dapat ditentukan berdasarkan Rusman 2011:204: a. minat dan bakat siswa b. latar belakang kemampuan siswa c. perpaduan antara minat dan bakat siswa dengan latar belakang kemampuan siswa. Hal itu berarti bahwa untuk pembagian kelompok guru tidak bisa seenaknya, tetapi guru harus menentukan sendiri anggota-anggota dari kelompok tersebut karena gurulah yang mengetahui minat, bakat maupun tingkat kecerdasan dari masing masing siswa. Dari pendapat di atas dapat disimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajarn yang menekankan pada peran aktif siswa dalam belajar dalam kelompok secara kolaboratif. Pembagian kelompoknya pun tidak asal-asalan tetapi harus memperhatikan tingkat kecerdasan siswa. Model pembelajaran kooperatif ini dilaksanakan dalam bentuk sharing sehingga dapat membentuk pemahaman diantara para siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran ini siswa tidak belajar dari guru tetapi siswa menyimpulkan sendiri apa yang dikatakan oleh teman-temannya dan menggabungkan dengan apa yang ia pikirkan. 4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu: a penjelasan materi; 2 belajar dalam kelompok; 3 penilaian; dan 4 pengakuan tim Sanjaya, 2006:246-247: a. Penjelasan Materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok tim. b. Belajar dalam Kelompok Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pembelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan ini bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Anita Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukai pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar peer tutoring dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis, dan gender. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar- menukar sharing informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat. c. Penilaian Penilain dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok. d. Pengakuan Tim Pengakuan tim team recognition adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi kelompok lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

C. Ruang Lingkup Model Pembelajaran Role Playing

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran kooperatif sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum.

0 2 429

Penerapan model pembelajaran kooperatif pada materi jurnal umum sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman siswa kelas X SMA : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X3 SMA N 6 Yogyakarta.

0 1 279

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa : penelitian

0 5 313

Penerapan metode Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XI IPS : penelitian dilaksanakan pada kelas XI IPS 2 S

0 0 2

Penerapan metode role playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XII Sosial.

1 13 266

PENERAPAN MODEL PAIKEM DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKTI TRANSAKSI KEUANGAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR SISWA.

0 0 19

Penerapan metode Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum pada siklus akuntansi perusahaan jasa siswa kelas XI IPS : penelitian dilaksanakan pada kelas XI IPS 2 S

0 0 260

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing sebagai upaya meningkatkan pemahaman siswa pada materi analisis bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi dalam jurnal khusus : penelitian tindakan kelas pada siswa kelas XII Sosial 2 SMA Nege

0 1 225

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN ROLE PLAYING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM PADA SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA Penelitian Ti

0 0 311

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN PADA MATERI ANALISIS BUKTI TRANSAKSI DAN PENCATATAN BUKTI TRANSAKSI DALAM JURNAL UMUM

0 0 427