3 pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Selanjutnya
jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan dan suatu satuan pendidikan.Satuan pendidikan adalah
kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.Jenis pendidikan meliputi, pendidikan umum, kejuruan, vokasi, professional, akademik, keagamaan dan khsusus.
Pada pasal 3 Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa, “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri,
dan menjadi
warga Negara
yang demokratis
serta bertanggungjawab.
Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara merupakan proses pembudayaan yakni suatu usaha memberikan nilai-nilai luhur kepada
generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat pemeliharaan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan
kebudayaan menuju kearah keluhuran budaya manusia. Upaya kebudayaan pendidikan dapat ditempuh dengan sikap laku yang dikenal dengan teori
Trikon, yaitu
1. Kontinuitas yang berarti bahwa garis hidup kita sekarang harus
merupakan lanjutan dari kehidupan kita pada zaman lampau berikut penguasaan unsur tiruan dari kehidupan dan kebudayaan bangsa lain.
2. Konvergensi, yaitu berarti kita harus menghindari hidup menyendiri,
terisolasi dan mampu menuju kearah pertemuan antar bangsa dan komunikasi antar negara menuju kemakmuran bersama atas dasar
4 saling menghormati, persamaam hak, dan kemerdekaan masing-
masing.
3. Konsentris, yang berarti setelah kita bersatu dan berkomunukasi
dengan bangsa-bangsa lain di dunia, kita jangan kehilangan kepribadian sendiri. Bangsa Indonesia adalah masyarakat merdeka
yang memiliki adat istiadat dan kepribadian sendiri. Meskipun kita bertitik pusat satu, namun dalam lingkaran yang konsentris itu kita
masih tetap memiliki lingkaran sendiri yang khas yang membedakan negara kita dengan negara lain.
Pancasila sebagai dasar negara, sebagai pandangan hidup bangsa hampir tidak lagi digunakan sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan pemerintah,
dan penuntun perilaku kehidupan masyarakat. Akibatnya Masyarakat dan bangsa Indonesia yang agamis telah mengalami pergeseran nilai-nilai
budaya dan etika Pancasila, mengalami dekandensi moral, seperti korupsi yang tak kunjung berkurang, tawuran antar kelompok masyarakat dan anak-
anak sekolah,
ketidakjujuran, melanggar
hukum,masalah SARA,
berkurangnya toleransi, meningkatnya kelompok ekstrim, dan terjadinya ego sektoral antar aparatur pemerintah
Sejak era reformasi, di dalam dunia pendidikan, Pancasila kurang digunakan lagi sebagai inspirasi dalam pembentukan watak peserta didik,
kurang digunakan sebagai landasan pengembangan kurikulum dan pembelajaran, serta tidak digunakan sebagai penuntun perilaku peserta
didik. Akibatnya nilai-nilai budaya dan etika Pancasila tidak berkembang di institusi pendidikan, bahkan menghilang.
Berdasarkan hal tersebut, dalam rangka untuk membentuk peserta didik yang memiliki etika dan budaya Pancasila maka perlu dikembangkan
suatu model pendidikan di Indonesia. Model pendidikan yang dimaksud dinamakan Model Pendidikan yang Berbudaya dan Beretika.
5
B. Rumusan Masalah