102 prinsip non-diskriminasi
infra
Sub-judul C.3, serta prinsip toleransi
infra
Sub- judul C.4.
1. Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Indonesia
Kedudukan hukum internasional dalam sistem hukum Indonesia tidak dilandasi kaidah konstitusional yang jelas oleh UUD 1945 dalam pengertian
apakah cara yang dipilih Indonesia untuk memberlakukan hukum internasional dalam pengadilannya sebagai sumber hukum.
112
Namun demikian sebagai subyek hukum internasional Indonesia terikat oleh hukum internasional sebagaimana
termanifestasikan dalam sumber-sumber hukum internasional, baik dengan cara mengikatkan diri terhadap perjanjian internasional ataupun tanpa proses
pengikatan diri secara eksplisit.
Persetujuan untuk terikat pada perjanjian internasional dinyatakan dengan penandatanganan
signature
dan diikuti oleh pengesahan
ratification
.
113
Pengikatan diri negara Indonesia terhadap perjanjian internasional menuntut konsekuensi penerapan hukum internasional ke dalam sistem hukum Indonesia.
114
Sedangkan yang dimaksud tanpa proses pengikatan diri ialah Indonesia harus tunduk pada norma-norma universal yang terkandung dalam kebiasaan
internasional meskipun tidak menyatakan secara eksplisit persetujuannya untuk terikat.
112
Titon Slamet Kurnia. Pengantar Sistem Hukum Indonesia . Op.Cit. Hlm.124.
113
Article 11-16 Vienna Convention on the Law of Treaties 1969.
114
Pasal 3 UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.
103 Indonesia telah meratifikasi perjanjian internasional terkait hak atas
kebebasan beragama berupa ICCPR melalui UU No. 12 Tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia harus tunduk pada subtansi ICCPR serta terikat
pada seluruh kewajiban negara yang termuat di dalamnya. Selain itu Indonesia juga terikat pada kebiasaan internasional yang dapat diidentifikasi antara lain
melalui UDHR, ECHR, ACHR, serta Declaration on the Elimination of all Forms
of Intolerance and of Discrimination Based on Religion or Belief 1981.
Keterikatan pada hukum internasional mengandung implikasi bahwa negara Indonesia harus menghormati dan mematuhi hukum internasional.
Penghormatan dan kepatuhan tersebut salah satunya dilakukan melalui tindakan
rule-making
. Dalam tindakan
rule-making
maka Indonesia tidak boleh menghasilkan peraturan perundang-undangan yang bertentangan atau tidak
koheren dengan hukum internasional. Dalam konteks ini penulis berargumen bahwa hukum internasional adalah hukum dalam sistem hukum Indonesia.
Sebagai hukum dalam sistem hukum Indonesia maka koherensi peraturan perundang-undangan Indonesia dengan hukum internasional sifatnya imperatif
dikaitkan dengan implikasi hukumnya: pelanggaran hukum internasional oleh Indonesia jika yang terjadi kebalikannya.
115
115
Article 27 Vienna Convention on the Law of Treaties 1969 menyatakan “A party may not
invoke the provisions of its internal law as justification for its failure to perform a treaty.”
104
2. Visi Bernegara Indonesia tentang Hubungan antara Negara dan