Hak untuk Berganti Agama

66 Meskipun pemerintah atau negara tidak menyebutkan klausul larangan perkawinan antar agama, namun pemerintah secara tidak langsung menolak hak asasi tersebut melalui substansi Pasal 2 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974. Oleh karena itu, bila di Indonesia terjadi penolakan perkawinan antar agama baik dari segi pelaksanaannya maupun pencatatannya, maka dalam perspektif HAM menurut penulis hal tersebut jelas bertentangan dan melanggar prinsip-prinsip yang dikandung oleh HAM terutama hak beragama dan berkeluarga yang merupakan hak sipil seseorang.

b. Hak untuk Berganti Agama

Salah satu hak yang termasuk dalam hak atas kebebasan beragama adalah hak untuk berganti agama. 19 Namun dalam perjalanannya, terjadi perdebatan mengenai pencantuman kebebasan berganti agama sebagai salah satu bentuk kebebasan beragama dalam perumusan konstitusi Indonesia. 20 Keberatan pencantuman kebebasan berganti agama disampaikan oleh tokoh Islam Sajid Husein Abubakar Masyumi yang menganggap perbuatan meninggalkan agama merupakan suatu hal yang berbahaya. Namun golongan Katolik justru memberikan usulan supaya Konstitusi yang baru tersebut memasukkan perumusan Article 18 UDHR mengenai kebebasan beragama secara utuh. Dimana materi muatan Article 18 UDHR memuat klausul kebebasan berpindahmengganti agama 19 Tore Lindholm, et al., Op. Cit., hlm. 770. Lihat juga General comment No. 22: Article 18 ICCPR Freedom of thought, conscience or religion paragraf 2 dan paragraf 5. 20 Adnan Buyung Nasution, Op. Cit. Hlm. 204. 67 sebagai salah satu bentuk kebebasan beragama. Perbedaan dua pandangan ini bertitik pada pemuatan secara eksplisit terhadap hak untuk berpindah agama. 21 Kesimpulan yang didapat dalam perdebatan tersebut adalah setiap orang berhak untuk memilih dan berpindah agama atau kepercayaan dengan bebas. Kebebasan ini memang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam pengaturan hukum nasional Indonesia, namun dasar perlindungan terhadap hak untuk berganti agama diatur dalam Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 jis. Pasal 28E ayat 1 jo. ayat 2 UUD 1945 dan Pasal 28I ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara menjamin kebebasan setiap orang untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Kebebasan untuk memilih agama mencakup kebebasan untuk memilih agama lain untuk menggantikan agama yang sedang dianut. 22 Walaupun terdapat kontroversi terkait pemuatan hak untuk berganti agama sebagai bagian dari hak atas kebebasan beragama, 23 namun The Human Rights Committee mengamati bahwa kebebasan untuk memiliki agamakepercayaan tentu memerlukan kebebasan untuk memilih agama atau kepercayaan, termasuk hak untuk mengganti agama atau kepercayaan dengan yang lain atau untuk mengadopsi pandangan ateistik, serta hak untuk mempertahankan agamakepercayaan 21 Ibid. 22 Malcolm D. Evans, Loc. Cit. 23 Ibid. Hlm. 194-195. 68 seseorang. 24 Kebebasan tersebut tetap diakui walaupun tidak secara eksplisit dimuat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

c. Hak Anak untuk Menentukan Agama