Hak atas Kebebasan Beragama sebagai Hak Internasional

85

1. Hak atas Kebebasan Beragama sebagai Hak Internasional

Hak atas kebebasan beragama sebagai hak internasional memiliki pengertian bahwa hak tersebut dijamin dan dilindungi oleh hukum internasional. Isu hak atas kebebasan beragama sebagai hak internasional dijustifikasi dengan jalan mencari apakah ada sumber-sumber hukum internasional yang valid dan relevan yang memberi pengakuan dan jaminan atas eksistensinya. 60 Sumber hukum internasional yang dapat menjadi acuan validitas hak tersebut sesuai dengan Article 38 1 Statute of the International Court of Justice Statuta ICJ meliputi: a. international conventions, whether general or particular, establishing rules expressly recognized by the contesting states; b. international custom, as evidence of a general practice accepted as law; c. the general principles of law recognized by civilized nations; d. judicial decisions and the teachings of the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means for the determination of rules of law. Perjanjian internasional international conventions merupakan hasil dari kesepakatan atau keputusan negara untuk menciptakan kewajiban yang mengikat di antara mereka. 61 Perjanjian internasional hanya mengikat kepada negara pihak setelah yang bersangkutan menyatakan persetujuannya untuk terikat. 62 Mengandung efek yuridis kebalikannya adalah kebiasaan internasional international custom yang berasal dari praktik umum yang diikutidipatuhi oleh 60 Titon Slamet Kurnia, Op.,Cit. hlm. 374. 61 Nihal Jayawickrama, Op.,Cit. hlm. 5. 62 Article 11-16 Vienna Convention on the Law of Treaties 1969. Persetujuan untuk terikat biasanya dinyatakan dengan penandatanganan signature dan diikuti oleh pengesahan ratification. 86 negara-negara. 63 Eksistensi kebiasaan internasional bergantung pada beberapa kriteria, yaitu: kebiasaan internasional dipraktikkan dalam jangka waktu lama; ada konsistensi dan keseragaman dalam praktik; praktik tersebut bersifat umum; serta diakui memiliki kekuatan mengikat opinio juris et necessitatis . 64 Setiap negara terikat pada kebiasaan internasional meskipun tidak menyatakan pengikatan diri terhadapnya. Secara substantif, norma-norma atau kaidah-kaidah HAM telah menjadi bagian dari kebiasaan internasional. Meskipun negara tidak menjadi pihak dalam perjanjian internasional, namun setiap negara tetap terikat oleh norma-norma atau kaidah-kaidah HAM karena keberlakuan berdasarkan kebiasaan internasional. 65 Hal yang sama berlaku bagi Indonesia, khususnya berkenaan dengan HAM yang spesifik yaitu kebebasan beragama. Sebagai catatan, keberlakuan dengan efek erga omnes tidak berlaku untuk semua jenis HAM, tetapi hanya ditujukan pada HAM yang berkarakter jus cogens . 66

2. Kebebasan dalam Meyakini suatu Agama