Hak untuk Menyebarluaskan Ajaran Agama

82 undangan, serta harus tetap menghormati hak orang lain. Oleh karena itu segala tindakan anarkis dalam upaya perwujudan hak merupakan sesuatu yang dilarang secara hukum berdasarkan undang-undang yang berlaku yaitu UU No. 9 Tahun 1998.

d. Hak untuk Menyebarluaskan Ajaran Agama

Penyebaran agama merupakan tindakan ekspresif yang dilakukan dengan tujuan mencoba mengubah keyakinan agama orang lain. 51 Setiap agama ingin menyebarkan sabda Tuhan kepada orang-orang di luar lingkungan itu, 52 oleh karena itu penyebaran agama menjadi salah satu bagian dari kebebasan beragama yakni kebebasan dalam menjalankan agama yang diyakini. Kebebasan menyebarkan agama bukanlah kebebasan yang steril dari pembatasan. Pembatasan yang paling utama dalam kebebasan ini ialah hak asasi orang lain yang menjadi sasaran penyebaran agama. Hukum nasional Indonesia menyediakan aturan tentang penyebaran agama berupa SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia SKB No. 1 Tahun 1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama. Secara substansial SKB tersebut memberikan pengaturan dan pengarahan bagi usaha-usaha penyebaran agama sehingga pelaksanaannya dapat berlangsung dengan tertib dan serasi. SKB No. 1 Tahun 51 Tad Stahnke, Op. Cit., hlm. 531. 52 Pendapat Sihombing dalam perumusan Pasal 29 ayat 1 dan 2 UUD 1945. 83 1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama juga menentukan bagaimana cara pelaksanaan penyiaran agama yakni: Pelaksanaan penyiaran agama tidak dibenarkan untuk ditujukan terhadap orang atau kelompok orang yang telah memelukmenganut agama lain dengan cara: a. Menggunakan bujukan dengan atau tanpa pemberian barang, uang, pakaian, makanan dan atau minuman, pengobatan, obat-obatan dan bentu-bentuk pemberian apapun lainnya agar orang atau kelompok orang yang telah memelukmenganut agama yang lain berpindah dan memelukmenganut agama yang disiarkan tersebut. b. Menyebarkan pamflet, majalah, bulletin, buku-buku, dan bentuk-bentuk barang penerbitan cetakan lainnya kepada orang atau kelompok orang yang telah memelukmenganut agama yang lain. c. Melakukan kunjungan dan rumah ke rumah umat yang telah memelukmenganut agama yang lain. Pengaturan mengenai penyebaran agama di Indonesia tersebut merupakan wujud pembatasan hak. Pembatasan hak memang diperbolehkan sepanjang pembatasan tersebut sesuai dengan kriteria yuridis. Namun pembatasan atas kebebasan menyebarkan agama di Indonesia tersebut terlampau eksesif karena mengabaikan batasan bahwa substansi dari hak tersebut juga meliputi hak untuk mencoba meyakinkan orang lain untuk meyakini agamanya. 53 Hal ini analog dengan kasus Kokkinakis v. Greece 54 yang mengadili pasangan suami istri yang didakwa melakukan aktivitas penyebaran agama dengan berkunjung dari pintu ke pintu untuk membujuk orang lain untuk menjadi penganut agama mereka. Pengadilan menegaskan bahwa kebebasan seseorang dalam memanifestasikan agamanya meliputi hak untuk mencoba meyakinkan orang lain dengan maksud 53 Kokkinakis v. Greece, 17 EHRR 397 1994 EctHR 260-A, 25 Mei 1993. 54 Ibid. 84 untuk memperoleh anggota baru. 55 Bentuk penyebaran agama yang seyogianya dilarang adalah a penyebaran agama secara tidak patut proselytism , b penghujatan blasphemy , serta c pelanggaran terhadap hak-hak dan kebebasan- kebebasan selebihnya dari orang-orang lain. 56

B. Pengaturan Hukum Internasional Mengenai Kebebasan Beragama

Hak atas kebebasan beragama sebagai HAM merupakan norma yang universal. Karakteristik utama yang membedakan HAM dari hak-hak lainnya adalah sifat mereka yang inheren pada diri setiap manusia berdasarkan kemanusiaannya. 57 Sifat inheren berimplikasi pada universalitas HAM. 58 HAM ada dan harus dihormati oleh seluruh manusia secara mutlak. Mutlak dalam artian tidak tergantung posisi, situasi, kondisi suatu wilayah atau bangsa tertentu. 59 Dalam sub-judul ini penulis akan mendiskusikan konsep hak atas kebebasan beragama sebagai hak internasional infra Sub-judul B.1 dan selanjutnya tentang pengaturan hukum internasional berkaitan dengan hak atas kebebasan beragama infra Sub-judul B.2 3. Hak-hak yang dimaksud meliputi: 1 Kebebasan dalam meyakini suatu agama, serta 2 Kebebasan dalam menjalankanmengekspresikan agama yang diyakini. 55 Manfred Nowak dan Tanja Vosprnik, Op. Cit., hlm. 223-224. 56 Ibid., hlm. 222-230. 57 Paul Sieghart dalam Ibid., hlm. 174. 58 Ibid., hlm. 157. 59 Nihal Jayawickrama, Op.cit., hlm. 157.