Pemerikasaan Tabel Iterasi I Menentukan Tabel Iterasi II Pemeriksaan Tabel Iterasi II Menentukan Tabel Iterasi III

Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 41

7. Pemerikasaan Tabel Iterasi I

Nilai baris � di bawah variable � positif terbesar maka table belum optimal. Variabel masuk yaitu � dan variable keluar � sehingga diperoleh table berikut: CB VDB -4 -1 -m -m Rasio � � � � -4 � 1 1 = -m � 2 -1 − 1 = � 3 1 − = � − 4+2M + � -M − �

8. Menentukan Tabel Iterasi II

Nilai yang dimiliki adalah nilai baris kunci baru yaitu baris � tabel berikut Semua nilai pada � di tabel solusi awal di bagi dengan elemen kunci CB VDB -4 -1 -m -m Rasio � � � � -4 � -1 � 1 − − � � − Perhatikan nilai baris, sebagai berikut: Baris Kunci Baru: 2 -1 0 − 1 dibagi 0 1 − 0 − Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 42 Baris � , yaitu: 1 1 0 0 0 1 − 0 − 1 0 0 − Baris � , yaitu: 3 1 − 0 1 − 0 − - 1 1 1 1 -1 Baris �, yaitu: 4+2M + � -M 0 − � 0 1 − 0 − + � - − � − − � Disederhanakan: − � − − � Diperoleh Tabel Iterasi II, yaitu: CB VDB -4 -1 -m -m Rasio � � � � -4 � 1 − -1 � 1 − − � 1 1 1 1 -1 � − − � − − �

9. Pemeriksaan Tabel Iterasi II

Nilai baris � di bawah variable � masih positif maka tabel belum optimal. Variabel masuk yaitu � dan variable keluar � sehingga diperoleh tabel berikut: Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 43 CB VDB -4 -1 -m -m Rasio � � � � -4 � 1 − = -1 � 1 − 0 − − = − � 1 1 1 1 -1 1 � − − � − − �

10. Menentukan Tabel Iterasi III

Nilai baris kunci baru: baris � semua nilai pada � di tabel solusi awal: kunci CB VDB -4 -1 -m -m Rasio � � � � -4 � -1 � � 1 1 1 1 -1 � − Perhatikan nilai baris, sebagai berikut: Baris Kunci Baru: 1 1 1 1 -1 dibagi 1 1 1 1 1 -1 Baris � , yaitu: 1 − 1 1 1 1 -1 1 − Baris � , yaitu: 0 1 − 0 − 1 1 1 1 -1 - 0 0 - Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 44 Baris �, yaitu: 0 0 0 − � − − � 1 0 0 1 1 1 -1 0 0 0 − − � −� Diperoleh Tabel Iterasi III, yaitu: CB VDB -4 -1 -m -m Rasio � � � � -4 � 1 − -1 � 1 − � 1 1 1 1 -1 � − − − � −� Dengan demikian tabel telah optimal, = − � � = − tercapai bila = = Soal – soal: 1. Minimumkan = + Kendala + = + + , 2. Minimumkan = + Kendala + + , 3. Minimumkan = + + Kendala + + + + = + + , , Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 45 BAB VI METODE DUAL SIMPLEKS METODE SIMPLEKS DUA FASE Metode simpleks dua fase merupakan suatu modifikasi dari metode M’Charnes. Penyelesaian program linier pada metode M’Charnes koefisien, yaitu variable tiruan buatan atau semu mendapatkan harga -M untuk permasalahan memaksimumkan atau +M untuk permasalahan meminimumkan. Sedangkan penyelesaian program linier dengan metode simpleks dua fase, yaitu harga konstanta variable tiruan pada fungsi tujuan diberi tanda -1 pada permasalahan memaksimumkan atau +1 pada permasalahan meminimumkan. Metode simpleks dua fase digunakan bila tabel optimal tidak layak. Pada bentuk umum program linier, fungsi kendala dengan menggunakan tanda dan tidak ada tanda = maka bentuk dapat menggunakan metode simpleks dua fase. Metode simpleks dua fase digunakan pada variable basis awal terdiri dari variable buatan dan proses optimasi dilakukan dengan dua tahap dua fase, yaitu: 1. Fase I tahap I merupakan proses optimasi variable buatan yaitu mengusahakan agar semua nilai variable buatan menjadi nol 0 Pada akhir fase I yaitu setelah � � = dengan 3 kemungkinan hasil sebagai berikut: a. � � satu atau lebih variabel buatan berada dalam basis pada tingkat nilai yang positif. Hal ini berarti permasalahan program linier yang asli tidak mempunyai penyelesaian yang layak pemecahan fisibel b. � � = tidak ada variable buatan yang terletak ada dalam basis. Hal ini berarti permasalahan program linier yang asli telah diperoleh penyelesaian dasar yang fisibel. Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 46 c. � � satu atau lebih variable buatan terletak ada pada basis, pada tingkat nilai nol degenerasi. Hal ini berarti permasalahan program linier yang asli telah diperoleh penyelesaian yang layak pemecahan fisibel 2. Fase II tahap II merupakan proses optimasi variable keputusan yaitu dari suatu pemecahan dasar yang fisibel baik yang memuat vriable buatan dengan nilai variable pada tingkat nol dan tidak memuat vektor buatan sama sekali. Ringkasan perubahan untuk penyelesaian simpleks. No Tanda Fungsi Kendala Perubahan Fungsi Kendala diubah menjadi tanda “=” Perubahan Fungsi Tujuan Maksimasi Minimisasi 1 = Tambahan Variable Artificial −� − +� + 2 Kurangi Slack Variabel 3 Kurangi Surplus Variable Tambahkan Variable Artificial −� − +� + Bentuk khusus dalam Simpleks, sebagai berikut: 1. Degeneracy  Kasus ini terjadi apabila salah satu variable basis berharga nol 0 pada iterasi selanjutnya sehingga iterasi yang dilakukan menjadi suatu loops yang akan kembali ke bentuk sebelumnya.  Degeneracy dapat bersifat temporer sementara sehingga apabila iterasi dilanjutkan maka degeneracy itu menghilang. 2. Solusi Optimum Banyak  Kasus ini terjadi apabila masalah program linier memiliki lebih dari satu solusi optimum. Hal ini ditandai apabila fungsi tujuan sejajar dengan fungsi kendala. Pada table simpleks hal ini ditandai dengan paling sedikit satu variable basis pada baris � bernilai nol 0. Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 47  Solusi optimum yang lain dapat dicari dengan cara melanjutkan iterasi dengan memilih variable non basis bernilai nol menjadi entering variable dan memberikan nilai � yang sama. 3. Solusi Tidak terbatas  Kasus ini terjadi apabila ruang solusi tidak terhingga nilai fungsi tujuan meningkat untuk maksimasi atau menurun untuk minimasi secara tidak terbatas. Contoh: 1. Minimumkan = + Kendala + + , Penyelesaian:  Fase I dengan Bentuk Baku: Minimumkan = + − − + + Maksimumkan − = − − + + − − Kendala + − + = + − + = , , , , , : variable pengurang : variable buatan Tabel Awal CB VDB -1 -1 Rasio � � � � � � -1 � 40 1 1 -1 1 = -1 � 60 1 2 -1 1 = � − − . + − . = − − − = − − − = − − = + = Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 48 Tabel I CB VDB -1 -1 Rasio � � � � � � -1 � 10 -1 1 − � 30 1 − � − -10 − 1 − Tabel II CB VDB -1 -1 Rasio � � � � � � -1 � 10 -1 1 − 20 � 30 1 − 60 � − -10 − 1 − Table III Ternyata dalam table 3 menunjukkan fase I berakhir sehingga melangkah ke fase II CB VDB -1 -1 Rasio � � � � � � � 20 1 -2 1 2 -1 � 20 1 1 -1 -1 1 � − 1 1 Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 49  Fase II Tabel IV pada fase II Karena semua kolom sudah positif maka nilai = − � � = − − = Jadi nilai maksimum di = = = 2. Minimumkan = + Kendala + = , Penyelesaian:  Fase I dengan Bentuk Baku: Minimumkan = + + − + + Maksimumkan − = − − − + − − Kendala + = − + = + + = , , , , , : variabel penambah : variabel pengurang : variabel buatan Tabel Awal CB VDB -1 -1 Rasio � � � � � � � 40 1 1 -1 � 20 1 -1 -1 � 50 1 1 1 � − -70 1 -2 1 CB VDB -30 -40 Rasio � � � � -30 � 20 1 -2 1 -40 � 20 1 1 -1 � − -140 20 10 Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 50 Tabel I CB VDB -1 -1 Rasio � � � � � � � 40 1 1 ∞ -1 � 20 1 -1 20 -1 � 50 1 1 1 50 � − -70 1 -2 1 Tabel II CB VDB -1 -1 Rasio � � � � � � � 40 1 1 � 20 1 -1 -1 � 30 1 1 -1 1 � − -30 -1 -1 2 Tabel III CB VDB -1 -1 Rasio � � � � � � � 40 1 1 40 � 20 1 -1 ∞ -1 � 30 1 1 -1 1 30 � − -30 -1 -1 2 Tabel IV CB VDB -1 -1 Rasio � � � � � � � 10 1 -1 1 -1 � 20 1 -1 1 � 30 1 1 -1 1 � − 1 1 Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 51  Fase II Tabel V pada fase II CB VDB -50 -80 Rasio � � � � � 10 1 -1 -80 � 20 1 -1 -50 � 30 1 1 � − -3100 30 Karena semua kolom sudah positif maka nilai = − � � = − − = Jadi nilai maksimum di = = = Soal – soal : 1. Minimumkan = + Kendala + + , 2. Minimumkan = + Kendala + + , Dra. Retno Marsitin, MPd. - Program Linier Page 52 BAB VII METODE SIMPLEKS YANG DIREVISI Metode simpleks yang direvisi merupakan salah satu cara dalam pemecahan persoalan program linier. Penyelesaian dengan metode simpleks yang direvisi dengan menggunakan dua bentuk penyelesaian yaitu: a. Bentuk Standard I Standrad From I, yaitu memasukkan variable slack dan surplus dan tidak memerlukan variable