Kriteria pengujiannya adalah H ditolak jika
ℎ� �
, −∝
dimana
, −∝
=
,
= 1,64. Hasil perhitungan untuk kelas eksperimen dari 31 peserta didik, jumlah peserta didik yang tuntas 30 anak dan jumlah peserta didik yang tidak
tuntas ada 1 anak diperoleh
ℎ� �
= , dan
�
= , . Karena
ℎ� �
�
, maka H ditolak. Dapat dikatakan bahwa proporsi peserta didik
yang memperoleh nilai kemampuan pemecahan masalah lebih dari
. Artinya, kemampuan pemecahan masalah materi segiempat peserta didik kelas
eksperimen telah mencapai ketuntasan klasikal di mana sekurang-kurangnya 85 peserta didik memperoleh nilai
73 yaitu sebesar 96,7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
4.1.2.4 Uji Perbedaan Rata-rata
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi
normal dan mempunyai varians yang sama homogen. Selanjutnya, uji t satu pihak yaitu uji pihak kanan dilakukan untuk menguji perbedaan dua rata-rata antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut. � ∶ �
� kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang menggunakan pembelajaran Model Mind Mapping kurang dari atau sama dengan
pembelajaran ekspositori � ∶
� �
kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang menggunakan pembelajaran Model Mind Mapping lebih baik dibandingkan pembelajaran
ekspositori
Kriteria pengujiannya
adalah H ditolak apabila �
n
�
, = + −
dengan α = 5 .
Hasil analisis data uji perbedaan rata-rata data tahap akhir dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut.
Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data Akhir
Data t
hitung
t
tabel
Kriteria Nilai Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah 2,0495
1,99962 Rataan
berbeda
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kelas eksperimen = 85,48 dan rata-rata kelas kontrol = 80,71, varians kelas eksperimen = 79,7247 dan varians
kelas kontrol = 90,3377 , varians gabungan = 85,1182 dengan =
dan =
diperoleh
ℎ� �
= , . Dengan
� = dan dk = 31 + 32 – 2 = 61, diperoleh
�
= , . Karena
ℎ� �
�
maka � ditolak dan �
diterima, berarti rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi segiempat dengan pembelajaran Model Mind Mapping berbantuan CD pembelajarn
lebih dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika dengan pembelajaran ekspositori. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kelas
eksperimen yang mencapai 85,48 lebih baik daripada rata-rata nilai kelas kontrol yang mencapai 80,71. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembelajaran Kelas Eksperimen Menggunakan Model Mind Mapping
Dalam proses pembelajaran, peserta didik diberi perlakuan dengan menggunakan Model Mind Mapping berbantuan CD pembelajaran. Setelah guru
memberikan pengantar materi, peserta didik diberi permasalahan dan dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Dalam pembelajaran dengan Model
Mind Mapping berbantuan CD pembelajaran, peserta didik mampu menyelesaikan masalah dengan melihat informasi yang telah didapat dari CD pembelajaran dalam
bentuk mind map sementara. Kemudian, salah satu anggota kelompok yang ditunjuk oleh guru mempresentasikan penyelesaian soal. Setelah presentasi
penyelesaian soal selesai, siswa diminta untuk membuat simpulan dalam bentuk mind map dengan bimbingan guru.
Pada awal pembelajaran guru menyajikan materi melalui CD pembelajaran. Proses belajar pada tahap ini sesuai dengan teori belajar konstruktivis, di mana CD
pembelajaran menyajikan materi dasar dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sehingga peserta didik tertarik dan aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
disajikan. Setelah peserta didik mengikuti pembelajaran yang disajikan CD, peserta didik diminta mencatat informasi-informasi yang diperoleh dan dibuat dalam
bentuk mind map sementara. Pada tahap pengelompokan peserta didik, guru mengelompokkan peserta
didik. Pengelompokan peserta didik ini sesuai dengan teori belajar Vygotsky dan Piaget, di mana dalam teori tersebut menekankan adanya interaksi sosial dan
pengelompokan peserta didik untuk berdiskusi bersama. Tiap kelompoknya terdiri