1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sirsak Annona muricata Linn. adalah tanaman tropis yang berasal dari Amerika Tengah. Tanaman ini mulai dikenal semenjak ditemukannya benua
Amerika oleh Columbus. Sirsak dapat tumbuh di berbagai negara yang beriklim tropis. Di Indonesia sendiri, tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari
dataran rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
Banyak informasi tentang kegunaan sirsak tidak hanya buahnya melainkan juga bagian-bagian lainnya. Daging buah sirsak dapat dikonsumsi dengan
dicampurkan pada es krim atau susu dan juga dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan jelly fruit, jus, dodol, selai, permen dan sirup. Selain dijadikan
makanan, air hasil perasan daging buah efektif untuk dijadikan obat ambeien dan juga beser, sedangkan daun dan biji sirsak dapat dijadikan sebagai obat nyamuk
Radi, 1997. Permasalahan klasik yang timbul adalah masalah penyimpanan buah
sirsak. Pada saat panen raya produksinya melimpah. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat kerusakan buah sirsak saat dalam penyimpanan setelah
dipanen, petani biasanya terpaksa menjual buah sirsak dengan harga murah. Keadaan ini mengakibatkan tidak banyak atau mungkin tidak ada petani yang
mencoba mengusahakan agribisnis sirsak. Sirsak yang ada di pasaran di Indonesia bisasanya berasal dari kebun-kebun penduduk di pekarangan yang dikoleksi
tengkulak. Salah satu cara untuk menghidupkan usaha agribisnis sirsak di Indonesia
adalah mencari solusi terhadap permasalahan pasca panen buah ini khususnya upaya untuk memperpanjang masa simpan buah sirsak dan meningkatkan nilai
jualnya. Sirsak merupakan buah-buahan yang tergolong dalam produk hortikultura
yang memiliki pola respirasi klimaterik climacteric respiration. Pada buah sirsak, pematangan buah diikuti dengan peningkatan proses respirasi. Buah-
buahan yang berpola respirasi klimaterik ini mempunyai karakter mudah rusak sehingga umur simpannya relatif pendek yang diakibatkan oleh peningkatan
respirasi yang sangat cepat. Penanganan buah sirsak yang tidak tepat akan
2 menyebabkan kerusakan kimia-fisik dan fisiologis buah. Hal ini dapat
mengakibatkan susut buah setelah dipanen hingga mencapai 80. Ada dua cara menghambat laju respirasi, yang pertama adalah dengan cara
mengatur kondisi lingkungan seperti penyimpanan pada suhu yang dingin dan pengaturan komposisi udara dalam kemasan. Sedangkan cara yang ke dua yaitu
dengan pemberian perlakuan kimia seperti pelilinan, pemberian zat penyerap etilen dan penghambat sintesa etilen.
Sekalipun buah sirsak ini disukai karena flavour yang khas dan cocok digunakan dalam pengolahan pangan Zulfahmi, 1992, ada beberapa kendala
yang menyebabkan buah sirsak kurang populer digunakan sebagai konsumsi dalam bentuk buah segar dibanding produk buah lainnya. Hal ini disebabkan
karena rasanya yang asam manis, warna atau penampakan yang kurang menarik, dan kurang praktis dalam penyajiannya. Untuk meningkatkan peluangpotensinya
agar lebih banyak dikonsumsi sebagai buah segar, buah ini terlebih dahulu dijadikan buah terolah minimal. Untuk keperluan ini, salah satu penanganan yang
mungkin dapat dilakukan yaitu penyimpanan sirsak dalam bentuk irisan. Dalam penelitian ini, kemasan atmosfer termodifikasi yang mampu
menghambat laju respirasi akan diuji coba untuk memperpanjang masa penyimpanan irisan sirsak. Penelitian akan difokuskan pada penghambatan laju
respirasi buah sirsak selama proses pematangan dengan cara menurunkan laju penyerapan O
2
dan pelepasan CO
2
atau menurunkan konsentrasi O
2
dan meningkatkan konsentrasi CO
2
. Cara seperti ini dikenal sebagai penyimpanan dalam kemasan atmosfer termodifikasi modified atmosphere packaging.
Gambar 1. Buah sirsak utuh dan potongan sirsak penampang horizontal.
3
B. Tujuan Penelitian