Product Quality Kualitas Produk

20 makanan adalah makanan atribut kunci dalam menggambarkan kepuasan dalam menyantap makanan.

2.6.2 Rasa makanan

Rasa makanan merupakan elemet sensorik dari kualitas makanan Delwiche, 2004. Rasa dianggap sebagai atribut kunci dalam makanan di pengalaman bersantap Kivela et al., 1999. Banyak pelanggan telah memiliki wawasan mengenai makanan kuliner, sehingga rasa makanan di rumah makan telah menjadi semakin penting. Tidak mengherankan bahwa rumah makan dengan tampilan yang tidak begitu bagus tetapi dengan rasa yang lezat ramai dengan konsumen, Dengan demikian, rasa diyakini mempengaruhi kepuasan pelanggan dan niat prilaku masa depan Kivela et al., 1999.

2.6.3 Suhu Makanan

Suhu juga merupakan elemet sensorik dari kualitas makanan Johns dan Tyas, 1996; Kivela et al, 1999. Menurut Delwiche 2004 suhu mempengaruhi bagaimana rasa dirasakan makanan dievaluasi, berinteraksi dengan sifat-sifat sensorik lainnya seperti rasa, bau, dan penglihatan. Dengan demikian, menurut Kähkönen, Tuorila, dan Hyvönen 1995 suhu bisa dianggap sebagai salah satu penentu meningkatkan kesenangan dalam pengalaman makanan.

2.7 Service Quality Kualiatas Layanan

Parasuraman, Zeithaml dan Berry 1988 defined service quality as an attitude that the customer obtains after comparing the expectation and the services received. Menurut Simamora 2003 kualitas pelayanan adalah upaya 21 dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta penyampaiannya untuk mengimbangi harapan dari pelanggan. Menurut Tjiptono 2007 Definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan upaya yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan dalam pencapaian tingkat kepuasan pelanggan.Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service, dimana kualitas pelayanan sebagai suatu perbandingan antara pelayanan yang diharapkan pelanggan dengan layanan yang diterima pelanggan. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan perceived service sesuai dengan yang diharapkan maka kualitas jasa tersebut dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima oleh pelanggan melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya, jika jasa yang diterima oleh kosumen lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten. Kualitas pelayanan adalah salah satu kontributor paling penting untuk yang mempengaruhi niat prilaku pelanggan. Banyak penelitian telah menyelidiki persepsi kualitas pelayanan yang dirasakan konsumen sebagai predikator terhadap niat perilaku seperti komunikasi WOM. Penelitian oleh Boulding et al. 1993 menunjukkan bahwa kualitas pelayanan secara positif mempengaruhi hasil