cara merata oleh siswa, dikarenakan seolah-olah guru terlibat dalam suatu penaya- ngan tentang suatu kejadian yang mendidik. Kelebihan dan kekurangan media au-
dio visual yaitu sesuai dengan jenis media dari macam-macam bentuk media yang digunakan. Masing-masing media tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan
sendiri-sendiri sesuai dengan manfaat penggunaannya. Berdasarkan uraian tersebut, menggunakan media audio visual dapat mem-
bantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran secara langsung kepada siswanya melalui indra penglihatan dan pendengaran. Media audio visual dalam
penelitian ini berisi tentang video percobaan daur air, video penjelasan cara meng- hemat air, dan video penjelasan permasalahan air. Media audio visual merupakan
media yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau bahan pelajaran yang da- pat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga
terjadi proses belajar mengajar yang lebih kondusif. Penggunaaan media audio visual, siswa dituntut untuk menyimak isi dari tayangan yang ditayangkan melalui
media audio visual. Dalam hal ini, siswa dituntut untuk mencermati apa yang dili- hat, didengar dan disimaknya
.
2.1.8 Teori Belajar
Berikut ini, teori belajar yang mendasari pembelajaran IPA melalui model inkuiri terbimbing berbantuan media audio visual.
2.1.8.1 Teori Belajar Konstruktivisme Konstruktivisme adalah pembelajaran yang dilandasi anggapan bahwa de-
ngan menggambarkan pengalaman, pengetahuan dan pemahaman dengan sendiri- nya akan terbangun. Menurut Slavin dalam Trianto, 2013:74 pada teori kon-
struktivisme ditekankan bahwa seorang guru tidak dapat hanya sekadar membe- rikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di
benaknya. Suprijono 2011, 30-31 menyatakan bahwa semua pengetahuan adalah hasil konstruksi dari kegiatan siswa. Pengetahuan ilmiah berubah dari waktu ke
waktu. Pemikiran ilmiah adalah sementara dan merupakan sebuah proses. Pemiki- ran ilmiah adalah proses membangun dan reorganisasi secara terus menerus. Pe-
ngetahuan terdapat dalam diri seseorang yang membentuknya. Setiap pengetahuan mengandaikan suatu interaksi dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek,
seseorang tidak dapat membangun suatu pengetahuan. Prinsip-prinsip teori konstruktivisme menurut Suparno dalam Trianto,
2013:75, antara lain: 1 pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2 teka- nan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3 mengajar adalah membantu sis-
wa belajar; 4 tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5 kurikulum menekankan partisipasi siswa; 6 guru sebagai fasilitator.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah pengetahuan didapatkan siswa melalui keaktifannya dalam mengkonstruk. Dalam hal ini, guru
tidak secara langsung memberikan pengetahuannya, namun membantu siswa de- ngan memfasilitasi siswa untuk membangun sendiri pengetahuan tersebut. Keter-
kaitan teori ini dengan penelitian melalui model inkuiri terbimbing berbantuan media audio visual yaitu dalam pembelajaran, seorang guru tidak secara langsung
memberikan informasi pengetahuan yang akan diajarkan. Akan tetapi, guru hanya membimbing siswa agar aktif untuk membangun sendiri pengetahuan yang akan
dipelajarinya.
2.1.8.2 Teori Belajar Kognitivisme Menurut Hamdani 2011:63 dalam teori kognitif belajar merupakan peris-
tiwa mental. Belajar adalah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Teori kognitif menekankan belajar sebagai pro-
ses internal. Kognitivisme membagi tipe-tipe siswa, yaitu: 1 tipe pengalaman konkret, lebih menyukai contoh khusus yang mereka bisa terlibat dan berhu-
bungan dengan teman-temannya, bukan dengan orang-orang dalam otoritas itu; 2 tipe observasi reflektif, yaitu mengobservasi dengan teliti sebelum melakukan
tindakan; 3 tipe konsepsualisasi abstrak, yaitu lebih suka bekerja dengan sesuatu dengan simbol-simbol daripada dengan temannya. Mereka suka bekerja dengan
teori dan melakukan analisis sistematis; 4 tipe eksperimentasi aktif, yaitu lebih suka belajar dengan melakukan praktik proyek dan melalui kelompok diskusi.
Mereka menyukai metode belajar aktif dan berinteraksi dengan teman untuk memperoleh umpan balik dan informasi.
Teori Perkembangan kognitif menurut Jean Piaget dalam Suyono dan Hari- yanto, 2012:83-84 berkenaan dengan kesiapan anak belajar yang dikemas dalam
tahap-tahap perkembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa. Secara garis besar skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya dibagi dalam em-
pat periode utama atau tahapan-tahapan sebagai berikut: 1 tahap sensori motor 0-2 tahun; 2 tahap pra-operasional 2-7 tahun; 3 tahap operasional konkret
7-11 tahun; 4 tahap operasional formal 11 tahun- seterusnya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran, seorang guru dalam memperkenalkan informasi yang akan diberikan kepada siswa
meli- batkan cara berfikir siswa serta tahap perkembangan siswa. Dalam penelitian ini, siswa diajak berfikir dalam menemukan konsep materi pelajaran
untuk meme- cahkan masalah bersama dengan temannya serta beberapa bimbingan dari guru.
2.1.8.3 Teori Belajar Behaviorisme Hamdani 2011:63 memandang behaviorisme bahwa pikiran dalam me-
nanggapi rangsangan yang dapat diamati secara kuantitatif, sepenuhnya meng- abaikan proses berpikir yang terjadi di dalam otak. Behaviorisme memandang
tingkah laku yang dapat diamati dan diukur sebagai indikator belajar. Perilaku pada pandangan behaviorisme dijelaskan melalui pengalaman yang
dapat diamati, bukan melalui proses mental. Menurut behaviorisme, perilaku ada- lah segala sesuatu yang dilakukan dan dapat dilihat secara langsung. Behavioris-
me menekankan arti penting bagaimana siswa membuat hubungan antara pe- ngalaman dan perilaku. Suprijono 2011:16-17 berpendapat bahwa ciri teori
behaviorisme mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil; menekankan peranan lingkungan; mementingkan pembentukan reaksi atau respon; menekankan pen-
tingnya latihan; mementingkan mekanisme hasil belajar; dan mementingkan pe- ranan kemampuan. Hasil belajar yang didapat adalah munculnya perilaku yang
diingankan. Albert Bandura dalam Suyono dan Hariyanto, 2012:66, seorang tokoh
behaviorisme yang dipengaruhi oleh teori kognitivisme yang dikembangkan oleh
Jean Piaget. Bandura menyatakan bahwa perilaku individu tidak semata-mata re- fleks otomatis terhadap stimulus S-R Bond, melainkan juga akibat dari reaksi
yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif in- dividu itu sendiri. Dalam hal ini belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan
dan penyajian contoh. Perilaku siswa dapat dipengaruhi oleh perilaku model da- lam bentuk akibat-akibat positif maupun dalam bentuk akibat-akibat negatif. Pro-
ses pemodelan terjadi dengan beberapa tahapan yaitu: 1 perhatian; 2 ingatan; 3 produksi; dan 4 motivasi.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah belajar diharapkan terjadi suatu perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang
dimaksud adalah perubahan perilaku yang dapat secara langsung diamati oleh indera manu- sia. Perubahan perilaku tersebut mencakup ranah kognitif, afektif,
serta psikomo- torik. Keterkaitan teori behaviorisme dengan penelitian ini adalah setelah siswa mengikuti pembelajaran, muncul perubahan perilaku pada siswa
tersebut. Per- ubahan perilaku yang terbentuk merupakan hasil dari pengalaman siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA melalui model inkuiri terbimbing
berbantuan media audio visual.
2.1.9 Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media Audio Visual