Formulasi Masker Peel-off Ekstrak Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea Cav. Sendtn.) Sebagai Anti Aging

(1)

FORMULASI MASKER PEEL-OFF EKSTRAK BUAH

TERONG BELANDA (Cyphomandra betacea Cav.Sendtn.)

SEBAGAI ANTI AGING

SKRIPSI

Diajukan untuk mUniv

ersitas S

Uta

OLEH:

Sherly Marina Batubara

NIM 121524195

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FORMULASI MASKER PEEL-OFF EKSTRAK BUAH

TERONG BELANDA (Cyphomandra betacea Cav. Sendtn.)

SEBAGAI ANTI AGING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

DiajukuUniv

tera Uta

OLEH:

SHERLY MARINA BATUBARA

NIM 121524195

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI MASKER PEEL-OFF EKSTRAK BUAH

TERONG BELANDA (Cyphomandra betacea Cav. Sendtn.)

SEBAGAI ANTI AGING

OLEH:

SHERLY MARINA BATUBARA NIM 121524195

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 03 September 2015

Disetujui oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji:

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001 NIP 195111021977102001

Pembimbing II, Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP 195807101986012001

Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt. Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt. NIP 195107031977102001 NIP 195011171980022001

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001

Medan, September 2015 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001


(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan judul: “Formulasi Masker Peel-off Ekstrak Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea Cav. Sendtn.) Sebagai Anti Aging.”

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Djendakita Purba, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan dan nasehat selama penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Terimakasih kepada Ibu Dra.Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., dan BapakDrs. Suryanto, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan, kritik dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hakim Bangun, Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama ini serta Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

Penulis juga ingin mempersembahkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda Nurbaya Narang, Suami tercinta Yusrizal dan Ananda ku tersayang Asyfha Yusshe Agatha, atas pengorbanannya terpisah oleh jarak dan waktu


(5)

v

dengan tulus dan ikhlas telah mendoakan penulis, serta teman-teman semua yang selalu memberikan dorongan dan motivasinya selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna memperbaiki skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Farmasi.

Medan, September 2015 Penulis,

Sherly Marina Batubara NIM 121524195


(6)

vi

FORMULASI MASKER PEEL-OFF EKSTRAK BUAH TERONG BELANDA (Cyphomandra betacea Cav. Sendtn.) SEBAGAI ANTI AGING

ABSTRAK

Latar belakang: Proses penuaan merupakan proses alami yang akan dialami

setiap orang. Beberapa gejalanya yaitu: keriput, kulit kering, kasar serta timbul noda-nodagelap. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi proses penuaan kulit. Salah satu antioksidan alami adalah buah terong belanda.Senyawa antioksidan yang dikandung buah terong belanda adalah vitamin A, B1, B2, B6, C, dan E yang berperan dalam meregenerasi kolagen dan elastin di dalam tubuh.

Tujuan: Memformulasikan ekstrak buah terong belanda dalam bentuk sediaan

masker peel-off sebagai anti aging serta uji efektivitasnya terhadap kulit wajah sukarelawan.

Metode: Ekstrak buah terong belanda didapat dengan mengekstraksi buah terong

belanda secara maserasi menggunakan etanol 96%, kemudian dikentalkan menggunakan rotary evaporator hingga terbentuk ekstrak kental. Formula masker

peel-off mengandung polivinil alkohol, carbomer 940, etanol 96%, gliserin,

sodium lauril sulfat, nipagin dan air suling. Sediaan masker peel-off anti aging dibuat dengan menambahkan ekstrak buah terong belanda masing-masing dengan konsentrasi 1, 3, dan 5%.Pengujian terhadap sediaan masker peel-off meliputi pemeriksaan homogenitas, uji viskositas, uji pH, uji kestabilan, uji waktu sediaan mengering, uji iritasi, dan uji efektivitas anti aging menggunakan alat skin

analyzer terhadap kulit wajah. Parameter yang diukur meliputi kadar air,

kehalusan, besar pori, dan jumlah noda. Perawatan dilakukan selama empat minggu dengan mengaplikasikan masker satu kali seminggu.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah terong belanda yang

diformulasikan dalam bentuk sediaan masker peel-off memiliki pH 4,5 – 5,7, tidak mengiritasi dan stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Sediaan masker

peel-off mampu menunjukkan efektivitasnya sebagai anti aging yang baik setelah

perawatan 4 minggu. Konsentrasi 5% pada sediaan masker peel-off buah terong belanda memberikan efek lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi lain.

Kesimpulan: Ekstrak buah terong belanda dapat diformulasikan dalam bentuk

sediaan masker peel-off yang berkhasiat sebagai anti aging.

Kata Kunci: Formulasi, ekstrak buah terong belanda , skin analyzer, masker


(7)

vii

FORMULATION OF PEEL-OFF MASK OF TERONG BELANDA FRUIT EXTRACT (Cyphomandrabetacea Cav. Sendtn.) AS ANTI AGING

ABSTRACT

Background: The process of aging is a natural process that will be experienced

by everyone. Some of the symptoms are: wrinkles, dry skin, rough and dark spots arise. The use of antioxidants is one of the effort made to overcome the aging process of the skin. One of a natural antioxidant is terong belanda fruit. Antioxidant compounds contained in terong belanda fruit are vitamins A, B1, B2, B6, C, and E, which plays a role in there generation of collagen and elastin in the body.

Objective: To formulate terong belanda fruit extract as a peel-off mask anti aging

and testing its effectiveness against the skin of volunteers.

Method: Terong belanda fruit extract obtained by extracting the terong belanda

fruit by maceration using ethanol 96%, then be concentrated by rotary evaporator to make a concentrated extract. The formula peel-off mask consisted of polyvinyl alcohol, carbomer 940, ethanol 96%, glycerin, sodium lauryl sulfate, nipagin and distilled water. Preparations anti aging peel-off mask was made by adding terong belanda fruit extract with a concentration of 1, 3, and 5%, respectively. Testing of peel-off mask preparation included homogeneity examination, viscosity test, pH test, stability test, preparation time to dry test, irritation test, and test the effects of anti aging skin analyzer using the tool against the skin. Parameters measured included water content, fineness, large pores, and the amount of stain. Conducted over a four weeks treatment by applying mask once a week.

Results: The results showed that the terong belanda fruit extract can be

formulated into peel-off mask with pH 4.5 to 5.7, did not irritated the skin and stable in storage for 12 weeks. Peel-off mask was able to demonstrate its effectiveness as a good anti aging after 4 weeks of treatment. Concentration of 5% peel-off mask terong belanda fruit provide higher effect than the other concentrations.

Conclusions: Terong belanda fruit extract can be formulated into peel-off mask

which effective as anti aging.

Keywords: Formulation, terong belanda fruit extracts, skin analyzer, peel-off


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 UraianTumbuhan ... 5

2.1.1 Daerah Tumbuh ... 5

2.1.2 Nama Daerah ... 6

2.1.3 NamaAsing ... 6

2.1.4 Klasifikasi Tumbuhan ... 6

2.1.5 Sinonim Tumbuhan ... 6

2.1.6 Deskripsi ... 7


(9)

ix

2.1.8 Kandungan Kimia ... 8

2.1.9 Kegunaan ... 9

2.2 Kulit ... 10

2.2.1 Struktur Kulit ... 10

2.2.2 Fungsi Kulit ... 11

2.2.3 Jenis-jenis Kulit Wajah ... 12

2.3 PenuaanDini ... 13

2.3.1 Pengertian Penuaan Dini ... 13

2.3.2 Proses Terjadinya Penuaan Dini ... 14

2.3.3 Tanda-tanda Penuaan Dini ... 14

2.4 Anti Aging ... 16

2.4.1 Pengertian Anti Aging ... 16

2.4.2 Fungsi dan Manfaat Anti Aging ... 16

2.4.3Antioksidan Sebagai Bahan Aktif Pada Produk Anti Aging……… 17

2.5 Masker ... 17

2.6 Skin Analyzer ... 18

2.6.1 Pengukuran Kondisi Kulit Dengan Skin Analyzer ... 19

2.6.2 Parameter Pengukuran ... 21

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Alat dan Bahan-bahan ... 22

3.1.1 Alat-alat ... 22

3.1.2 Bahan-bahan ... 22

3.2 Sukarelawan ... 23

3.3 Sampel Tumbuhan ... 23


(10)

x

3.3.2 Identifikasi Sampel... 23

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Sampel ... 23

3.4 Formula Sediaan Gel ... 24

3.4.1 Formula Standar Masker ... 24

3.4.2 Formula Modifikasi ... 24

3.4.3 Formulasi Sediaan Masker Peel-off ... 25

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 26

3.5.1 Uji Homogenitas ... 26

3.5.2 Pengamatan Organoleptis ... 26

3.5.3 Pengukuran pH ... 26

3.5.4 Pengujian Waktu Sediaan Mengering ... 27

3.5.5 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan ... 27

3.5.6 Penentuan Viskositas Sediaan Gel ... 27

3.6 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 27

3.7 Pengujian Efektivitas Anti Aging ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker ... 29

4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker ... 29

4.2.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas... 29

4.2.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan ... 29

4.3 Hasil Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan ... 32

4.4 Hasil Uji Efektivitas Anti Aging ... 33

4.4.1 Kadar Air (Moisture) ... 33

4.4.2 Kehalusan (Evenness) ... 36

4.4.3 Pori (Pore) ... 38


(11)

xi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kandungan Nutrisi dalam 100 g Buah Terong Belanda ... 9

2.2 Parameter Hasil Pengukuran Dengan Skin Analyzer ... 21

3.1 Formula Masker Peel-off ... 25

4.1 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan Masker Peel-off ... 31

4.2 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ………... 32

4.3 Data Hasil Pengukuran Kadar Air Pada Sukarelawan ... 34

4.4 Data Hasil Pengukuran Kehalusan Pada Kulit Sukarelawan ... 37

4.5 Data Hasil Pengukuran Besar Pori Pada Kulit Sukarelawan ... 40


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kadar air kulit wajah sukarelawan ... 35 4.2 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap peningkatan

kehalusan kulit wajah sukarelawan ... .. 37 4.3 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap pengukuran

ukuran pori kulit wajah sukarelawan ... 40 4.4 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap jumlah noda kulit


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat hasil identifikasi sampel ... 48

2. Gambar bahan dan alat ... 49

3. Bagan penyiapan sampel ... 52

4. Bagan ekstraksi buah terong belanda ... 53

5. Bagan pembuatan basis masker peel-off ... 54

6. Bagan pembuatan basis masker peel-off buah terong belanda .. 55

7. Surat pernyataan persetujuan (Informed Consent) ... 56

8. Gambar masker peel-off ... 57

9. Gambar hasil uji evaluasi dan stabilitas masker peel-off ... 58

10. Gambar uji iritasi dan pemakaian masker padasukarelawan ... 60

11. Hasil skin analyzer ... 62

12. Data hasil uji efektivitas anti aging ... 68


(15)

vi

FORMULASI MASKER PEEL-OFF EKSTRAK BUAH TERONG BELANDA (Cyphomandra betacea Cav. Sendtn.) SEBAGAI ANTI AGING

ABSTRAK

Latar belakang: Proses penuaan merupakan proses alami yang akan dialami

setiap orang. Beberapa gejalanya yaitu: keriput, kulit kering, kasar serta timbul noda-nodagelap. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi proses penuaan kulit. Salah satu antioksidan alami adalah buah terong belanda.Senyawa antioksidan yang dikandung buah terong belanda adalah vitamin A, B1, B2, B6, C, dan E yang berperan dalam meregenerasi kolagen dan elastin di dalam tubuh.

Tujuan: Memformulasikan ekstrak buah terong belanda dalam bentuk sediaan

masker peel-off sebagai anti aging serta uji efektivitasnya terhadap kulit wajah sukarelawan.

Metode: Ekstrak buah terong belanda didapat dengan mengekstraksi buah terong

belanda secara maserasi menggunakan etanol 96%, kemudian dikentalkan menggunakan rotary evaporator hingga terbentuk ekstrak kental. Formula masker

peel-off mengandung polivinil alkohol, carbomer 940, etanol 96%, gliserin,

sodium lauril sulfat, nipagin dan air suling. Sediaan masker peel-off anti aging dibuat dengan menambahkan ekstrak buah terong belanda masing-masing dengan konsentrasi 1, 3, dan 5%.Pengujian terhadap sediaan masker peel-off meliputi pemeriksaan homogenitas, uji viskositas, uji pH, uji kestabilan, uji waktu sediaan mengering, uji iritasi, dan uji efektivitas anti aging menggunakan alat skin

analyzer terhadap kulit wajah. Parameter yang diukur meliputi kadar air,

kehalusan, besar pori, dan jumlah noda. Perawatan dilakukan selama empat minggu dengan mengaplikasikan masker satu kali seminggu.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak buah terong belanda yang

diformulasikan dalam bentuk sediaan masker peel-off memiliki pH 4,5 – 5,7, tidak mengiritasi dan stabil dalam penyimpanan selama 12 minggu. Sediaan masker

peel-off mampu menunjukkan efektivitasnya sebagai anti aging yang baik setelah

perawatan 4 minggu. Konsentrasi 5% pada sediaan masker peel-off buah terong belanda memberikan efek lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi lain.

Kesimpulan: Ekstrak buah terong belanda dapat diformulasikan dalam bentuk

sediaan masker peel-off yang berkhasiat sebagai anti aging.

Kata Kunci: Formulasi, ekstrak buah terong belanda , skin analyzer, masker


(16)

vii

FORMULATION OF PEEL-OFF MASK OF TERONG BELANDA FRUIT EXTRACT (Cyphomandrabetacea Cav. Sendtn.) AS ANTI AGING

ABSTRACT

Background: The process of aging is a natural process that will be experienced

by everyone. Some of the symptoms are: wrinkles, dry skin, rough and dark spots arise. The use of antioxidants is one of the effort made to overcome the aging process of the skin. One of a natural antioxidant is terong belanda fruit. Antioxidant compounds contained in terong belanda fruit are vitamins A, B1, B2, B6, C, and E, which plays a role in there generation of collagen and elastin in the body.

Objective: To formulate terong belanda fruit extract as a peel-off mask anti aging

and testing its effectiveness against the skin of volunteers.

Method: Terong belanda fruit extract obtained by extracting the terong belanda

fruit by maceration using ethanol 96%, then be concentrated by rotary evaporator to make a concentrated extract. The formula peel-off mask consisted of polyvinyl alcohol, carbomer 940, ethanol 96%, glycerin, sodium lauryl sulfate, nipagin and distilled water. Preparations anti aging peel-off mask was made by adding terong belanda fruit extract with a concentration of 1, 3, and 5%, respectively. Testing of peel-off mask preparation included homogeneity examination, viscosity test, pH test, stability test, preparation time to dry test, irritation test, and test the effects of anti aging skin analyzer using the tool against the skin. Parameters measured included water content, fineness, large pores, and the amount of stain. Conducted over a four weeks treatment by applying mask once a week.

Results: The results showed that the terong belanda fruit extract can be

formulated into peel-off mask with pH 4.5 to 5.7, did not irritated the skin and stable in storage for 12 weeks. Peel-off mask was able to demonstrate its effectiveness as a good anti aging after 4 weeks of treatment. Concentration of 5% peel-off mask terong belanda fruit provide higher effect than the other concentrations.

Conclusions: Terong belanda fruit extract can be formulated into peel-off mask

which effective as anti aging.

Keywords: Formulation, terong belanda fruit extracts, skin analyzer, peel-off


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan salah satu organ tubuh berada pada bagian luar tubuh manusia. Organ ini merupakan organ yang akan bersentuhan langsung dengan lingkungan. Perannya adalah sebagai pelindung tubuh dari kerusakan dan pengaruh lingkungan yang buruk seperti sinar matahari (ultraviolet) dan mikroba (Darmawan, 2013).Kulit mempengaruhi penampilan dan kepribadian seseorang dan menjadikan ciri berbagai tanda kehidupan yaitu ras, genetik, estetik, budaya, dan bangsa.Kulit juga dapat menjadi indikator kesehatan (Wasitaatmadja, 1997).

Proses penuaan merupakan proses alami yang akan dialami setiap orang. Namun ternyata tidak semua orang mengalami penuaan sesuai usianya, atau yang disebut dengan istilah penuaan dini (Darmawan, 2013).Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya (Bogadenta, 2012). Proses penuaan dini dapat terjadi saat memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 – 30 hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013). Tanda-tanda penuaan dini dapat terjadi disemua organ tubuh manusia dan yang paling tampak adalah pada kulit (Jaelani, 2009).Beberapa gejala terlihat jelas pada kulit yang mengalami penuaan, yaitu: adanya keriput, kulit kering dan kasar serta timbul noda-noda gelap (Vinski, 2012).


(18)

2

Pada dasarnya penuaan kulit terbagi menjadi dua proses besar, yaitu penuaan kronologi dan photo aging. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan stuktur dan fungsi, serta metabolik kulit seiring bertambahnya usia. Sementara itu photo aging adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat paparan sinar UV. Paparan sinar UV yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan kulit akibat munculnya enzim proteolitis dari radikal bebas yang terbentuk. Selanjutnya enzim ini akan memecahkan kolagen yang berada di bawah dermis (Zelfis, 2012).

Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering dilakukan untuk mengatasi proses penuaan kulit (anti aging) (Ardhie, 2011). Salah satu antioksidan alami adalah buah terong belanda.Terong belanda (Cyphomandra betaceaCav.Sendtn.) atau dikenal dengan tamarillo berbeda dibandingkan terong sayur yang biasa kita makan.Buah terong belanda terdiri dari kulit buah, daging buah dan bijibuah.Bentuknya seperti tomat, tetapi lebih lonjong.Buahyang telah matang berwarna merah.Warnamerah hati pada biji buah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami.Warna merah pada biji terong belanda mengandung antosianin yang merupakan antioksidan (Surianti, 2012). Di antara senyawa antioksidan yang dikandung buah terong belanda adalah vitamin A, B1, B2, B6, C dan E yang berperan meregenerasi kolagen dan elastin di dalam tubuh (Kumalaningsih, 2006).

Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang ditujukan untuk kulit wajah lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk sediaan topikal dibandingkan oral (Draelos dan Thaman, 2006).Kosmetika wajah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker.Bentuk sediaan masker yang


(19)

3

banyak terdapat di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk peel-off masih jarang dijumpai.Masker peel-offadalah masker yang dipakai pada kulit wajah kemudian dikelupas kembali setelah kering. Masker seperti ini cukup efektif mengangkat sel kulit mati, komedo, kotoran kulit, rambut wajah yang tidak diinginkan, memperbaiki warna dan tekstur kulit (Rieger, 2000).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan masker peel-offberbahan dasar buah terong belanda (Cyphomandra betacea Cav.Sendtn.)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1 Apakah ekstrak buah terong belanda dapat diformulasikan dalam sediaan masker peel-off sebagai anti aging?

2 Apakah masker peel-off dari ekstrak buah terong belanda mampu memberikan efek anti aging pada kulit wajah?

1.3 Hipotesa

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ekstrak buah terong belanda dapat diformulasikan dalam sediaan masker

peel-offsebagai anti aging.

2. Masker peel-off ekstrak buah terong belanda mampu memberikan efek anti


(20)

4

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk membuat sediaan masker peel-off dari ekstrak buah terong belanda sebagai anti aging.

2. Untuk mengetahui kemampuan masker peel-offekstrak buah terong belanda dalam memberikan efek anti aging pada kulit wajah.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah meningkatkan daya dan hasil guna dari buah terong belanda (Cyphomandra betacea Cav.Sendtn.) yang merupakan salah satu tanaman khas Berastagi yang dimanfaatkan dalam bidang kosmetika yaitu sebagai masker peel-off.


(21)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh (habitat), nama daerah, nama asing, klasifikasi tumbuhan, sinonim tumbuhan, morfologi tumbuhan, kandungan kimia dan kegunaan tumbuhan.

2.1.1 Daerah Tumbuh

Terong belanda merupakan tanaman subtropis yang mampu tumbuh dengan baik pada suhu 18 – 22oC dan tidak dapat hidup pada suhu rendah serta daerah yang memiliki angin yang kencang, dapat bertahan hidup pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut atau lebih dan masih dapat hidup di atas 2000 m di atas permukaan laut, jika suhu rata-ratanya tetap di atas 10oC (Kumalaningsih, 2006).

Pohon terong belanda tidak mampu berbunga di dataran rendah, sedangkan udara yang sejuk dapat mendorong pembungaan.Oleh karena itu, tanaman ini berbuah matang pada musim dingin di daerah subtropis, dan pada udara dingin di daerah tropis.Terong belanda tumbuh baik di tanah yang baik drainasenya dengan bahan organik dan kelembaban yang sedang, namun tidak tahan terhadap genangan air, walaupun hanya untuk 1 – 2 hari.Sebaiknya dipilih lokasi yang tepat dan ditanam pohon yang berfungsi sebagai penahan angin agar tanaman ini tidak mudah tumbang karena akarnya yang dangkal dan cabangnya yang rapuh (Sinaga, 2009).


(22)

6

2.1.2 Nama Daerah (Balitbangkes, 2000)

Batak : tiung (Toba), trung jepan (Karo) Jawa Tengah : terong mandras

Melayu : terong belanda Sunda : terong menen

2.1.3 Nama Asing (Sinaga, 2009)

Inggris : tree tomato Brazil : tomate de arvore Ekuador : tomate dulce

Guatemala : tomate extranjero, tomate granadilla, caxlan pix Kolombia : pepino de arbol

New Zealand : tamarillo Venezuella : tomate frances

2.1.4 Klasifikasi Tumbuhan (Balitbangkes, 2000)

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Solanales Suku : Solanaceae Marga : Cyphomandra

Jenis : Cyphomandra botacea Sendtn.

2.1.5 Sinonim Tumbuhan (Sinaga, 2009 dan Balitbangkes, 2000)

Sinonim : Cyphomandra botacea Sendtn.


(23)

7

Cyphomandra crassicaulis- (Ortega.) Kuntze Cyphomandra hartwegi Sendtn.

Cyphomandra crassfolia Machbride

2.1.6 Deskripsi (Balitbangkes, 2000)

Habitus : Perdu, tinggi ±3 m.

Batang : Berkayu, bercabang, bulat telur, ujung meruncing, pangkal berlekuk, tepi rata, panjang 20 – 30 cm, lebar 10 – 19 cm, pertulangan menyirip, hijau.

Bunga : Majemuk, bentuk tandan, kelopak lima, kuning keunguan, mahkota bentuk bintang, benang sari lima, putik satu, tangkai putik putih, kepala putik kuning muda, putih keunguan.

Buah : Bulat telur, ujung runcing, masih muda hijau setelah tua mmerah kecoklatan.

Biji : Bulat, masih muda putih setelah tua kuning. Akar : Tunggang, coklat.

2.1.7 Morfologi Tumbuhan

Terong belanda memiliki daun yang berbulu berbentuk hati besar dan berwarna hijau. Daun yang hijau ini akan mudah sekali dirusak oleh terpaan angin yang kencang (Kumalaningsih, 2006).

Bunga terong belanda akan muncul pada akhir musim gugur sampai pada awal musim semi. Warnanya merah muda dan terletak pada ketiak daun (flos

lateralis atau flos axillaris) dan biasanya berkelompok (anthotaxis atau inflorescentia).Tanaman ini memiliki benang sari dan putik (hermaproditus) serta


(24)

8

kelopak bunga yang berwarna ungu hijau.Penyerbukan dilakukan sendiri, dengan bantuan lebah, dan angin (Kumalaningsih, 2006).

Tanaman ini memiliki tangkai panjang, satu dengan lainnya tumbuh sendirian dan sebagian berkelompok. Buah berbentuk seperti telur dengan ukuran panjang antara 5 – 6 cm dan lebarnya di atas 5 cm, warna kulitnya ada yang ungu gelap, merah darah, jingga atau kuning. Terong belanda yang masih mentah berwarna hijau keabu-abuan. Warna ini akan berubah menjadi merah kecoklatan apabila buah sudah matang. Di dalam buah ini terdapat daging buah yang tebal berwarna kekuningan dibungkus oleh selaput tipis yang mudah dikelupas. Lapisan luar dari daging buah banyak mengandung air, sedikit kasar dan sedikit mengandung rasa manis (Kumalaningsih, 2006).

Biji buah ini keras, berwarna coklat muda sampai hitam.Bentuk biji agak tumpul, bulat dan kecil, tetapi lebih besar daripada biji tomat (Kumalaningsih, 2006).

2.1.8 Kandungan Kimia

Buah terong belanda adalah buah yang mempunyai kandungan nutrisi yang sangat baik, berisi beberapa kandungan vitamin yang sangat penting, kaya akan besi dengan kandungan sodium yang rendah dan berisi kurang dari 40 kalori (kurang lebih 160 kJ). Mineral-mineral penting seperti potassium, fosfor, dan magnesium mampu menjaga dan memelihara kesehatan tubuh. Oleh karena kelengkapan dari kandungan gizi pada terong belanda, maka di Amerika Serikat buah ini terkenal sebagai buah yang mengandung rendah kalori, sumber serat, bebas lemak (jenis reds) atau rendah lemak (jenis golden), bebas kolesterol dan sodium dan sumber vitamin C dan vitamin E (Kumalaningsih, 2006).


(25)

9

Terong belanda selain kaya akan air juga mengandung senyawa-senyawa seperti beta karoten, antosianin, serta serat yang tinggi. Di antara senyawa antioksidan yang dikandung buah terong belanda adalah vitamin A, B1, B2, B6, C, dan E yang berperan dalam meregenerasi kolagen dan elastin di dalam tubuh (Kumalaningsih, 2006).

Menurut Kumalaningsih (2006), hasil analisis lengkap kandungan gizi buah terong belanda dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Dalam 100 g Buah Terong Belanda

Kandungan Nutrisi Terong Belanda

(tiap 100 g)

Vitamin A 540 – 5600 µg

Vitamin B1 0,03 – 0,14 mg

Vitamin B2 0,01 – 0,05 mg

Vitamin B6 0,01 – 0,05 mg

Vitamin C 15 – 42 mg

Vitamin E 2 mg

Niasin 0,3 – 1,4 mg

Postasium (Kalium) 0,28 – 0,38 mg

Kalsium 6 – 18 mg

Fosfor 22 – 65 mg

Magnesium 16 – 25 mg

Besi 0,3 – 0,9 mg

Seng 0,1 – 0,2 mg

Protein 1,4 – 2 g

Lemak 0,1 – 0,6 g

Serat 1,4 – 4,7 g

Kadar air 80 – 90 g

2.1.9 Kegunaan

Buah terong belanda berkhasiat sebagai obat tekanan darah tinggi dan penyegar badan.Untuk obat tekanan darah tinggi dipakai ±3 buah terong belanda yang sudah masak, dikupas untuk sekali makan (Balitbangkes, 2000).


(26)

10

Kandungan antosianin, vitamin-vitamin serta zat-zat gizi lainnya di dalam buah terong belanda bekerja sinergis untuk :

1. Mencegah kerusakan sel-sel jaringan tubuh penyebab berbagai penyakit (kanker, tumor, dan lain-lain).

2. Melancarkan penyumbatan pembuluh darah (arterisklorosis) sehingga mencegah penyakit jantung dan stroke serta menormalkan tekanan darah. 3. Menurunkan kadar kolesterol dan mengikat zat-zat racun dalam tubuh. 4. Meningkatkan stamina, daya tahan tubuh dan vitalitas.

5. Membantu mempercepat proses penyembuhan (Sinaga, 2009).

2.2 Kulit

Kulit merupakan salah satu organ tubuh berada pada bagian luar tubuh manusia. Organ ini merupakan organ yang akan bersentuhan langsung dengan lingkungan. Perannya adalah sebagai pelindung tubuh dari kerusakan atau pengaruh lingkungan yang buruk.Kulit memiliki peran penting dalam memproteksi bagian dalam tubuh dari kontak langsung dengan lingkungan luar, baik secara fisik atau mekanis, kimiawi, sinar matahari (ultra violet) dan mikroba (Darmawan, 2013).

Kulit merupakan organ yang terluas, yaitu antara 1,5 – 2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05 – 0,5 kg (Putro, 1997).

2.2.1 Struktur Kulit

Kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis (subkutan).Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit bagian luar. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan, yaitu stratum korneum (lapisan tanduk)


(27)

11

merupakan lapisan paling luar di permukaan kulit; stratum lusidum yang terdapat langsung di bawah lapisan korneum stratum; stratum granulosum terdiri atas sel-sel bergranula yang lama-kelamaan akan mati, kemudian terdorong ke atas menjadi bagian lapisan tanduk; stratum spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar; dan stratum basalis (stratum germinativum) merupakan lapisan yang mengandung sel-sel yang aktif membelah diri untuk membentuk sel-sel kulit baru, menggantikan sel-sel mati, dan mengandung pigmen melanin. Pigmen inilah yang menentukan warna kulit seseorang dan melindungi jaringan kulit dari bahaya sinar ultraviolet (Achroni, 2012).

Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan epidermis.Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat (Achroni, 2012).Pada lapisan ini, serabut kolagen dan elastin yang paralel membentuk struktur penunjang pada kerangka dasar kulit.Protein tersebut berperan terhadap kekencangan, kekenyalan, dan kelenturan kulit.Di dalam dermis juga terdapat jaringan saraf dan sistem pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak. Pembuluh darh ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit tampak berkilau merona (Bentley, 2006).

Lapisan hipodermis atau jaringan subkutis mengandung jaringan lemak, pembuluh darah, dan serabut saraf.Fungsi dari jaringan subkutis atau lapisan hipodermis adalah sebagai penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi (Achroni, 2012).

2.2.2 Fungsi Kulit

Kulit memiliki sejumlah fungsi yang sangat penting bagi tubuh yaitu fungsi perlindungan atau proteksi dimana kulit berfungsi melindungi bagian


(28)

12

dalam tubuh dari kontak langsung lingkungan luar, misalnya paparan sinar matahari, polusi, bakteri, serta kerusakan akibat gesekan, tekanan, dan tarikan (Achroni, 2012). Dapat membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh merasa panas, lalu keringat akan menguap dan tubuh akan terasa dingin kembali. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai empat kali beratnya, sehingga mampu mempertahankan tekstur atau bentuknya sendiri.Kulit juga memiliki sistem syaraf yang sangat peka terhadap pengaruh atau ancaman dari luar. Oleh karena itu, kulit akan segera memberikan reaksi bila ada peringatan awal dari sistem syaraf tersebut seperti rasa gatal dan kemerahan (Putro, 1997).

2.2.3 Jenis-jenis Kulit Wajah

Menurut Noormindhawati (2013), kulit dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

a. Kulit Normal: memiliki pH normal; kadar air dan kadar minyak seimbang; tekstur kulit kenyal, halus dan lembut; pori-pori kulit kecil.

b. Kulit Berminyak: kadar minyak berlebihan, bahkan bisa mencapai 60%; kulit wajah tampak mengkilap; memiliki pori-pori besar; cenderung mudah berjerawat.

c. Kulit Kering: kulit kasar dan kusam, mudah bersisik, pori-pori tidak kelihatan, dan mulai tampak kerutan-kerutan.

d. Kulit Kombinasi:merupakan kombonasi antara kulit wajah kering dan berminyak, pada area T cenderung berminyak, sedangkan area pipi berkulit kering.


(29)

13

2.3 Penuaan Dini

2.3.1 Pengertian Penuaan Dini

Penuaan dini merupakan proses penuaan kulit yang lebih cepat dari seharusnya (Bogadenta, 2012). Proses penuaan dini dapat terjadi saat memasuki usia 20 – 30 tahun. Pada usia muda, regenerasi kulit terjadi setiap 28 – 30 hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya usia (Noormindhawati, 2013).

Seiring bertambahnya usia, proses penuaan akan terus terjadi. Secara garis besar fase penuaan pada wanita dibagi menjadi 3 fase kehidupan, yaitu fase subklinis, fase transisi, dan fase klinis. Fase subklinis terjadi pada usia 25 – 35 tahun. Dimana produksi hormon mulai mengalami penurunan produksi hingga 14%.Sel-sel tubuh mengalami kerusakan dan penyebabnya adalah stress, diet yang tidak sehat dan adanya polusi udara. Fase transisi terjadi pada usia 35 – 45tahun, dimana produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%. Tubuh mulai mengalami penuaan. Fase klinis merupakan fase terakhir dalam proses penuaan pada wanita. Fase ini terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Tanda-tandanya adalah berkurangnya produksi hormon dan akhirnya berhenti sama sekali (Darmawan, 2013).

Kulit aging adalah kulit yang telah menampakkan garis kerutan dan ketuaan. Untuk perawatannya perlu produk kosmetik yang bertekstur ringan dan lembut, yaitu yang dapat membersihkan dan mengangkat sel-sel kulit mati serta membantu memberikan perlindungan, mempertahankan kelembaban dan elastisitas kulit, juga merangsang pertumbuhan kulit baru (Putro, 1997).


(30)

14

Gejala dan tanda penuaan dini dapat terjadi disemua organ tubuh manusia, terutama pada kulit (Bogandeta, 2012). Penuaan kulit pada dasarnya terbagi atas 2 proses besar, yaitu penuaan kronologi (chronological aging) dan ‘photo aging’. Penuaan kronologi ditunjukkan dari adanya perubahan struktur, dan fungsi serta metabolik kulit seiring berlanjutnya usia. Proses ini termasuk, kulit menjadi kering dan tipis, munculnya kerutan halus, adanya pigmentasi kulit (age spot). Sedangkan proses ‘photo aging’ adalah proses yang menyangkut berkurangnya kolagen serta serat elastin kulit akibat dari paparan sinar UV yang berlebihan. Paparan sinar UV yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan kulit akibatmunculnya enzim proteolisis dari radikal bebas yang terbentuk. Enzim ini selanjutnya memecahkan kolagen serta jaringan penghubung di bawah kulit dermis (Suryadi, 2012).

2.3.3 Tanda-tanda Penuaan Dini

Tanda-tanda penuaan dini lebih sering terlihat pada kulit, terutama kulit wajah, yaitu berupa :

1. Munculnya bercak hitam (age spot)

Pada umumnya bercak hitam ini muncul pada bagian tubuh yang sering terpapar sinar matahari. Selain menimbulkan bercak-bercak hitam, penuaan dini juga sering menunjukkan kelainan pigmen, terutama di kulit wajah (Bogadenta, 2012). Bintik hitam ini akan terlihat jelas pada mereka yang berkulit putih, sedangkan pada kulit yang gelap tidak begitu tampak (Darmawan, 2013).


(31)

15

Kering dan kasar juga merupakan tanda umum yang dialami saat kita mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar matahari, kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak (Bogadenta, 2012). Rusaknya kolagen dan elastin akibat paparan sinar matahari membuat kulit kering dan kasar (Noormindhawati, 2013).

3. Pori-pori kulit tampak membesar

Akibat penumpukan sel kulit mati, pori-pori kulit menjadi membesar (Noormindhawati,2013). Pembesaran pori-pori juga terkait dengan penuaan dini. Seiring dengan bertambahnya usia, pori-pori tumbuh lebih besar karena penumpukan sel kulit mati di sekitar pori-pori. Pembesaran pori-pori dapat dikurangi dengan pengelupasan kulit secara teratur. Namun jika sering terkena sinar matahari secara terus-menerus, bisa membuat pori-pori membesar, karena sel-sel kulit mati menumpuk (Bogadenta, 2012).

4. Keriput

Efek lain dari sinar ultraviolet adalah terjadi keriput pada kulit sebelum waktu yang seharusnya dan terlihat tua. Efek ini tidak bisa langsung terjadi kerutan, tetapi lebih karena terjadi akumulasi sinar ultraviolet dalam jangka lama. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 80% tanda-tanda penuaan kulit pada orang dewasa adalah hasil akumulasi sinar ultraviolet pada saat masa remaja, sebelum usia 18 tahun. Sinar ultraviolet dalam waktu panjang akan menimbulkan efek kerusakan kulit, kulit mulai melorot, merenggang dan kehilangan kemampuannya untuk kembali ke tempatnya setelah perenggangan (Darmawan, 2013).Kondisi


(32)

16

ini disebabkan oleh menurunnya fungsi kolagen dan elastin pada kulit, hingga kulit terlihat merosot dan kehilangan elastisitasnya (Bogadenta, 2012).

2.4 Anti Aging

2.4.1 Pengertian Anti Aging

Produk-produk yang populer digunakan untuk menghambat proses penuaan dini adalah produk anti aging. Anti aging atau anti penuaan adalah sediaan yang berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.4.2 Fungsi dan Manfaat Anti Aging

Fungsi dari produk anti aging, yaitu:

a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit

d. Merangsang produksi kolagen dan glikosaminoglikan

e. Melindungi kulit dari radiasi ultraviolet (Mulyawan dan Suriana, 2013). Manfaat dari produk anti aging, yaitu:

a. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif yang menyebabkan kulit terlihat kusam dan keriput.

b. Kulit tampak lebih sehat, cerah, dan awet muda.

c. Kulit tampak kenyal, elastis, dan jauh dari tanda-tanda penuaan dini (Mulyawan dan Suriana, 2013).


(33)

17

Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan kulit.Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak jaringan kulit.Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan,sehingga senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh.Radikal bebas juga disinyalir sebagai penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit menjadi kering dan keriput.Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, dimana pada jaringan senyawa radikal bebas ini mengorbankan dirinya teroksidasi menstabilkan atom atau molekul radikal bebas, sehingga sel-sel pada jaringan kulit terhindar dari serangan radikal bebas.Oleh karena itu, produk-produk perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan aktif.Termasuk produk-produk anti

aging, yang juga mengandalkan antioksidan untuk melindungi kulit dari pengaruh

radikal bebas yang menjadi salah satu faktor penyebab penuaan dini (Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.5 Masker

Pada orang dewasa, pemakaian masker wajah perlu dilakukan minimum sebulan sekali agar kondisi kulit tetap baik.Masker wajah perlu untuk semua jenis kulit, terlebih untuk wajah yang berlemak.Ketika memakai masker, hati-hati


(34)

18

jangan sampai mengenai mata.Sebaiknya sekitar mata diberi krim mata (eye

cream) (Putro, 1997).

Pada kulit berminyak dapat dipakai masker untuk kulit normal sampai berminyak dengan banyak sekali pelumas, sedang pada kulit kering dengan titik (spot) lemak dapat digunakan masker yang bervitamin. Sebelum menggunakan masker kulit muka dipijat-pijat (massage) dahulu. Gerakan massage pada kulit muka pada umumnya melingkar dan mengarah ke atas (Putro, 1997).

Perawatan kulit wajah dengan masker bertujuan sebagai berikut:

1. Memperlancar peredaran darah dengan cara memperbaiki dan merangsang peredaran darah kulit muka.

2. Membersihkan dan mengecilkan pori-pori. 3. Mengencangkan kulit muka.

4. Mencegah timbulnya kerutan-kerutan di muka.

5. Menghilangkan dan mengangkat sel-sel tanduk dan minyak berlebihan, bintik-bintik hitam dan putih sehingga kulit menjadi bersih dan licin.

6. Menyegarkan kulit muka, menghilangkan rasa lelah pada wajah, menghaluskan dan menenangkan kulit yang tegang (Putro, 1997).

2.6 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata.Hal ini dapat menjadikan diagnosis menjadi bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi pada dokter.Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).


(35)

19

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosis keadaan pada kulit.Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.6.1 Pengukuran Kondisi Kulit Dengan Skin Analyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan skin analyzer, yaitu:

1. Moisture (kadar air)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya

dengan menekan tombol power dan dilekatkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

2. Sebum (kadar minyak)

Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan menggunakan alat oil checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang spons pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.

3. Evenness (kehalusan)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal).


(36)

20

Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. 4. Pore (pori)

Pengukuran perbesaran pori pada kulit secara otomatis akan muncul pada saat melakukan pengukuran pada kehalusan kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan muncul pada kotak bagian pori-pori kulit. Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori akan secara otomatis keluar pada layar komputer.

5. Spot (noda)

Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur, kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentuan banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

6. Wrinkle (keriput)

Pengukuran keriput dilakukan dengan perangkat skin analyzer pada lensa perbesaran 10x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang diukur kemudian tekan tombol

capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan

kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer. Pada pengukuran ini, tidak hanya jumlah keriput yang dapat diukur, akan tetapi kedalam keriput juga dapat terdeteksi dengan alat skin analyzer.


(37)

21

2.6.2 Parameter Pengukuran

Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka yang didapatkan akan secara langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Ketika hasil muncul dalam bentuk angka, secara bersamaan kriteria hasil pengukuran muncul dan dapat dimengerti dengan mudah oleh operator yang memeriksa ataupun pasien.Parameter hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Parameter Hasil Pengukuran dengan Skin Analyzer (Aramo, 2012)

Pengukuran Parameter (%)

Moisture

(kadar air)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0 – 29 30 – 50 51 – 100

Evenness

(kehalusan)

Halus Normal Kasar

0 – 31 32 – 51 52 – 100

Pore

(pori)

Kecil Besar Sangat besar

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Spot

(noda)

Sedikit Banyak noda Sangat banyak noda

0 – 19 20 – 39 40 – 100

Wrinkle

(keriput)

Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah


(38)

22

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan sediaan masker peel-off anti aging, menggunakan ekstrak buah terong belanda sebanyak 1, 3, dan 5%. Pemerikasaan terhadap sediaan (uji homogenitas, organoleptis, pengukuran pH, pengujian waktu sediaan mengering, pemeriksaan stabilitas, dan penentuan viskositas), uji iritasi terhadap sukarelawan, dan pengujian efektivitas anti aging.Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat-alat gelas, lumpang porselin, stamfer, cawan porselin, kertas perkamen, penangas air, spatula, sudip, pot kaca, batang pengaduk, aluminium foil,rotary evaporator, skin analyzer dan moisture checker (Aramo Huvis), pH meter (Hanna Instrument), neraca analitik (Dickson), dan viskometer Brookfield.

3.1.2 Bahan-bahan

Buah terong belanda, etanol 96%, polivinil alkohol (PVA), carbomer 940, natrium lauril sulfat, gliserin, nipagin, air suling, larutan dapar pH asam (4,01), dan larutan dapar pH netral (7,01).


(39)

23

3.2 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan untuk memberikan efek anti aging berjumlah 12 orang dengan kriteria sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 25-35 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Memiliki tanda-tanda penuaan dini

5. Bersedia menjadi sukarelawan

3.3 Sampel Tumbuhan 3.3.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah buah terong belanda yang diambil dari Desa Tongkoh, Kecamatan Berastagi, Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Bioloigi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor.Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3.3 Pembuatan Ekstrak Sampel

Pembuatan ekstrak buah terong belanda (Cyphomandra betacea Cav.Sendtn.) dilakukan secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% menurut Ditjen POM RI., (1979).


(40)

24

Cara pembuatan: sebanyak 1,5 kg buah terong belanda dibelah, diambil bagian daging dan bijinya lalu dihaluskan dengan blender. Ditimbang 1 kg jus buah terong belanda dimasukkan ke dalam bejana, dituangi dengan 7,5 liter etanol 96%, ditutup, dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk, diserkai. Ampas diremaserasi dengan etanol 96% sebanyak 2,5 liter. Dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari, disaring.Pemekatan ekstrak dilakukan dengan menggunakan rotary

evaporator pada suhu 50○C sampai diperoleh ekstrak kental.

3.4 Formula Sediaan Gel

3.4.1 Formula Standar Masker Peel-off (Rieger, 2000)

R/ Polivinil alkohol 5 – 10%

Humektan 2 – 10%

Surfaktan 2 – 5%

Alkohol 10 – 30%

pH buffer pH 4 – 7

Pengawet qs

Parfum qs

Pewarna qs

Air suling ad 100

3.4.2 Formula Modifikasi Basis Masker Peel-off

R/ Polivinil alkohol 10 Carbomer 940 0,5

Gliserin 10

Natrium lauril sulfat 2

Etanol 96% 20

Nipagin 0,2


(41)

25 Cara pembuatan :

Dikembangkan carbomer 940 ke dalam air suling panas sebanyak 20 kalinya, didiamkan selama 15 menit dan diaduk konstan sehingga membentuk mucilago.Polivinil alkohol (PVA) ditambahkan air suling, kemudian dipanaskan di atas penangas air pada suhu ±75oC dan diaduk konstan hingga membentuk gel.Dilarutkan nipagin dan natrium lauril sulfat dalam air suling panas. Ditambahkan massa carbomer 940 ke massa PVA, lalu ditambahkan larutan nipagin, larutan natrium lauril sulfat dan gliserin. Diaduk konstan dan homogen lalu dibiarkan hingga dingin.Kemudian ditambahkan etanol 96% hingga membentuk basis masker peel-off.

3.4.3 Formulasi Sediaan Masker Peel-off

Masker peel-off dibuat dalam 4 formula yang dibedakan oleh konsentrasi ekstrak buah terong belanda. Sebagai blanko digunakan masker peel-off tanpa ekstrak buah terong belanda. Masing-masing formula sediaan masker dibuat sebanyak 200 g dan dibagi dua penggunaannya untuk pengujian stabilitas dan uji efektivitas anti aging. Formula masker peel-off dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Formula Masker Peel-off

No Bahan Konsentrasi (%)

F0 FI FII FIII

1 Ekstrak buah terong belanda - 2 6 10

2 Basis masker peel-off ad 200 ad 200 ad 200 ad 200 Cara pembuatan :

Ekstrak buah terong belanda ditimbang sesuai konsentrasi, kemudian ditambahkan sedikit basis masker peel-off, digerus hingga homogen. Dicukupkan dengan basis masker peel-off hingga 200 g dan diaduk hingga homogen.


(42)

26

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

Penentuan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap sediaan masker peel-off meliputi uji homogenitas, pengamatan organoleptis, pengukuran pH, pengujian waktu sediaan mengering, pemerikasaan stabilitas sediaan, dan penentuan viskositas sediaan gel.

3.5.1 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI., 1979).

3.5.2 Pengamatan Organoleptis

Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, perubahan warna dan bau dari sediaan masker peel-off yang diamati secara visual.

3.5.3 Pengukuran pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektoda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue.Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu timbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml.Kemudian elektoda dicelupkan dalam larutan tersebut.Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).


(43)

27

3.5.4 Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Pengujian waktu kering dilakukan dengan cara mengoleskan masker

peel-off ke sebagian wajah area pipi dengan tebal kira-kira 1 mm dan diamati waktu

yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskan masker peel-off hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering.

3.5.5 Pemeriksaan Stabilitas Sediaan

Pengamatan stabilitas sediaan dilakukan pada penyimpanan suhu kamar selama 12 minggu dengan interval waktu pengamatan setiap 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 minggu yang meliputi perubahan warna, bau, pH, waktu sediaan mengering, dan viskositas.

3.5.6 Penentuan Viskositas Sediaan Gel

Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer

Brookfield. Dengan cara menimbang 100 gram sediaan masker peel-off buah

terong belanda kemudian diatur spindle dan kecepatan yang digunakan dan viskometer Brookfield dijalankan, kemudian viskositas dari masker peel-off akan terbaca.

3.6 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker peel-off buah terong belanda dengan maksud untuk mengetahui bahwa masker peel-off yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reakasinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM RI., 1985).


(44)

28

Sukarelawan yang akan menggunakan kosmetika baru dapat dilakukan uji tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut di tempat lain misalnya dibagian lengan bawah atau di belakang daun telinga. Setelah dibiarkan selama 24 – 48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang diinginkan, maka kosmetik tersebut dapat digunakan (Wasitaatmadja, 1997).

3.7 Pengujian Efektivitas Anti Aging

Pengujian efektivitas anti aging dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 12 orang dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Kelompok I : 3 sukarelawan untuk masker peel-offF0 (blanko) b. Kelompok II : 3 sukarelawan untuk masker peel-off FI (1%) c. Kelompok III : 3 sukarelawan untuk masker peel-off FII (3%) d. Kelompok IV : 3 sukarelawan untuk masker peel-off FIII (5%)

Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah ditandai yang meliputi: kadar air (moisture), kehalusan (evenness), pori (pore), dan noda (spot) dengan menggunakan skin analyzer. Perawatan mulai dilakukan dengan mengaplikasikan masker peel-off hingga merata pada wajah yang telah ditandai, masker peel-off diaplikasikan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas. Perubahan kondisi kulit diukur saat sebelum aplikasi masker

peel-off dan setelah aplikasi masker peel-off setiap minggu selama 4 minggu


(45)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Peel-off

Sediaan masker peel-off anti aging dibuat dengan menggunakan formula standar masker peel-off (Rieger, 2000).Formula standar ini dimodifikasi dimana sebagian bahan dikeluarkan. Ekstrak buah terong belanda yang digunakan untuk membuat sediaan masker peel-off antiaging adalah dengan konsentrasi masing-masing 1, 3, dan 5%. Sediaan masker yang diperoleh berupa masker peel-off bewarna ungu transparan, tidak berbau.

4.2 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan masker peel-off ekstrak buah terong belanda menunjukkan bahwa semua sediaan tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM RI., 1979).

4.2.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan

Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu dengan interval pengamatan setiap 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 minggu. Sediaan masker

peel-off disimpan pada suhu kamar dan diamati perubahan bau, warna, pH, waktu

sediaan untuk mengering, dan viskositas. Hasil uji menunjukkan bahwa sediaan masker peel-off mengalami perubahan selama penyimpanan, dimana pH dan viskositas mengalami penurunan.


(46)

30

Pada pemeriksaan pH sediaan masker peel-off, didapatkan pH berkisar antara 4,5 – 5,7. Dari data dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah ekstrak buah terong belanda yang ditambahkan maka pH sediaan semakin menurun atau dengan kata lain pH semakin asam. Hal ini dapat disebabkan karena pH ekstrak buah terong belanda yang asam yaitu 3,5. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit untuk menetralisirnya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif, dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu, pH kosmetika diusahakan sama atau sedekat mungkin denga pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5 – 7,0 (Wasitaatmadja, 1997).

Pengujian viskositas merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi parameter daya sebar dan pelepasan zat aktif dari masker peel-off. Masker peel-off yang memiliki viskositas optimum akan mampu menahan zat aktif tetap terdispersi dalam basis masker peel-off dan meningkatkan konsistensi masker peel-off tersebut (Madan dan Singh, 2010). Hasil pengamatan viskositas sediaan masker peel-off selama penyimpanan 12 minggu menunjukkan bahwa sediaan mengalami penurunan nilai viskositas. Hal ini dapat disebabkan karena lama penyimpanan, sehingga sediaan lama terpengaruh oleh lingkungan seperti udara. Sediaan masker peel-off mengandung gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas yang tinggi untuk menarik dan menahan molekul air dan menjaga kestabilan dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dan mengurangi penguapan air dari sediaan (Barel dan Maibach, 2009). Hasil evaluasi stabilitas dari tiap parameter pengujian dapat dilihat dalam Tabel 4.1.

Hasil pengamatan sediaan masker peel-off ekstrak buah terong belanda menunjukkan bahwa warna dan bau sediaan masker tidak mengalami perubahan


(47)

31

selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan Masker Peel-off

Formula Parameter Waktu (Minggu)

2 4 6 8 10 12

F.0

Warna

TB TB TB TB TB TB

Bau TB TB TB TB TB TB

pH 5,7 5,7 5,7 5,7 5,7 5,7

Waktu mengering

(menit) 13 13 13 13 14 15

Viskositas (cp) 11.125 11.125 11.125 11.125 11.125 11.000

F.I

Warna

TB TB TB TB TB TB

Bau TB TB TB TB TB TB

pH 5,6 5,6 5,6 5,6 5,5 5,5

Waktu mengering

(menit) 13 13 14 14 14 16

Viskositas (cp) 10.875 10.875 10.875 10.875 10.750 10.750

F.II

Warna

TB TB TB TB TB TB

Bau TB TB TB TB TB TB

pH 5,6 5,6 5,4 5,1 4,9 4,7

Waktu mengering

(menit) 13 13 14 14 14 16

Viskositas (cp) 10.750 10.750 10.750 10.625 10.625 10.500

F.III

Warna

TB TB TB TB TB TB

Bau TB TB TB TB TB TB

pH 5,5 5,3 5,3 5,0 4,8 4,5

Waktu mengering

(menit) 14 14 14 15 16 17

Viskositas (cp) 10.500 10.500 10.375 10.375 10.250 10.250 Keterangan:

Warna : (F0); (F.I); (F.II); (F.III) TB : Tidak berubah

B : Berubah

Pengujian waktu sediaan mengering dilakukan dengan mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskannya masker peel-off pada kulit wajah hingga terbentuk lapisan yang


(48)

32

kering. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan, maka waktu yang dibutuhkan sediaan masker peel-off untuk mengering semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena sediaan masker peel-off mengandung gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas yang tinggi untuk menarik dan menahan molekul air dan menjaga kestabilan dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dengan mengurangi penguapan air dari sediaan (Barel, et al., 2009).

4.3 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 4.2 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Pengamatan Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kemerahan (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Gatal-gatal (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Bengkak (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Keterangan :

(-) : tidak mengiritasi (+) : kulit kemerahan (++) : kulit gatal-gatal (+++) : kulit bengkak

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 12 sukarelawan yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan masker peel-off pada kulit belakang telinga, menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut yang disimpulkan bahwa sediaan masker peel-off yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:


(49)

33

4.4 Hasil Pengujian Efektivitas Anti Aging

Pengukuran efektivitas anti aging dilakukan dengan mengukur kondisi kulit sukarelawan. Hal ini bertujuan agar bisa melihat seberapa besar pengaruh masker peel-off ekstrak buah terong belanda yang digunakan dalam perawatan kulit yang mengalami penuaan dini. Berdasarkan uji normalitas dengan

Shapiro-Wilk test, diperoleh nilai p<0,05,maka dapat disimpulkan bahwa data tidak

terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney, Friedman test dan Wilcoxon test.

4.4.1 Kadar Air (moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture

chacker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Data hasil

pengukuran kadar air pada kulit semua kelompok sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Data dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kadar air kulit sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05 pada minggu ketiga dan keempat yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan efektivitas antar formula. Untuk megetahui formula mana yang berbeda maka dilakukan uji Whitney. Dari hasil uji

Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kadar air yang

signifikan antara F0 dengan FIII (nilai p<0,05).

Untuk mengetahui perubahan kondisi kulit selama waktu perawatan, maka data selanjutnya dianalisis menggunakan Friedman test dan diperoleh nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan selama perawatan. Data kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan Wilcoxon test dan diperoleh nilai


(50)

34

p<0,05 yang menunjukkan bahwa penggunaan masker memberikan perbedaan yang signifikan terhadap kondisi kulit.

Tabel 4.3 Data Hasil Pengukuran Kadar Air Pada Kulit Sukarelawan

F

Kadar Air Waktu (Minggu)

0 1 2 3 4

B A B A B A B A

F.0 31 ±2,08 31 ±1,00 32 ±1,15 32 ±1,53 33 ±0,58 33 ±1,00 33 ±0,58 34 ±0,58 34 ±0,58 F.I 32 ±1,15 31 ±1,53 33 ±1,15 33 ±1,15 34 ±1,15 34 ±1,00 34 ±1,15 35 ±1,00 35 ±0,58 F.II 31 ±1,52 32 ±2,08 33 ±2,08 34 ±1,00 34 ±1,53 35 ±1,53 35 ±1,00 36 ±1,00 36 ±1,15 F.III 32 ±1,00 32 ±1,53 34 ±1,00 35 ±1,53 35 ±1,00 35 ±1,00 36 ±0,58 36 ±0,58 37 ±0,58 Keterangan:

Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012) F : Formula

B : Sebelum aplikasi masker peel-off A : Sesudah aplikasi masker peel-off

F.0 : Basis masker peel-off tanpa ekstrak (blanko)

F.I : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 1% F.II : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 3% F.III : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 5%

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa semua kelompok sukarelawan memiliki kadar air normal yaitu 31±1,52 - 32±1,15. Perawatan yang dilakukan menunjukkan adanya efek peningkatan kadar air kulit sukarelawan setelah pemakain masker peel-off. Grafik pengaruh pemakain masker peel-off terhadap kadar air kulit sukarelawan selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.1.


(51)

35

Gambar 4.1 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap kadar air kulit wajah

sukarelawan

Grafik di atas menunjukkan bahwa pemakaian masker peel-off memberikan efek terhadap kadar air kulit wajah sukarelawan, dimana kadar air kulit meningkat setelah penggunaan masker peel-off selama empat minggu perawatan. Peningkatan persentase kadar air kulit paling tinggi ditunjukkan oleh kelompok sukarelawan dengan perawatan menggunakan formula III.

Kandungan air pada kulit sehat sebesar 60% agar kulit tetap lembut, kenyal, cerah, memasok sel dengan nutrisi yang cukup sehingga kulit tetap lembut dan berfungsi dengan baik (Bentley, 2006).Untuk fungsi fisiologisnya kulit memerlukan lemak dan air.Lapisan lemak di permukaan kulit dan bahan-bahan dalam stratum korneum yang bersifat higroskopis dapat menyerap air dan berada dalam hubungan yang fungsional disebut Natural Moisturizing

Factor.Kemampuan stratum korneum untuk mengikat air sangat penting bagi

fleksibilitas dan kelenturan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).Kemampuan kulit dalam menyerap (absorbsi) sangat dipengaruhi oleh metabolisme, kelembaban dan ketebalan kulit (Darmawan, 2013).

20 25 30 35 40

0 1 2 3 4

K

ad

ar

ai

r

Waktu (Minggu)

F 0 F I F II F III


(52)

36

4.4.2 Kehalusan (evenness)

Pengukuran kehalusan kulit (evenness), menggunakan perangkat skin

analyzer lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan sensor biru. Data hasil

pengukuran kehalusan kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.4.Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kelompok blanko tidak menunjukkan peningkatan nilai kehalusan kulit, sedangkan kelompok sukarelawan dengan perawatan menggunakan F I, F II, dan F III menunjukkan peningkatan nilai kehalusan kulit.

Grafik pengaruh pemakaian masker peel-off terhadap kehalusan kulit sukarelawan selama empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.2. Grafik ini menunjukkan bahwa perbedaan formula mempengaruhi peningkatan kehalusan kulit sukarelawan selama empat minggu perawatan. Masker peel-off formula III dengan konsentrasi ekstrak buah terong belanda 5% lebih efektif dalam menghaluskan kulit sukarelawan dibandingkan dengan masker peel-off formula I dan II.

Dari data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu dianalisis dengan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kahalusan kulit sukarelawan dan diperoleh nilai p<0,05 pada minngu kedua, ketiga dan keempat yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula. Untuk mengetahui formula mana yang berbeda, maka data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kehalusan yang signifikan antara blanko dengan formula II (nilai p<0,05).


(53)

37

Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran Kehalusan Pada Kulit Sukarelawan

F

Kehalusan Waktu (Minggu)

0 1 2 3 4

B A B A B A B A

F.0 37 ±1,00 37 ±1,15 36 ±0,58 36 ±0,58 36 ±0,58 35 ±0,58 35 ±0,00 35 ±0,00 35 ±0,00 F.I 36

±0,58 36 ±0,58 35 ±1,00 35 ±1,00 34 ±1,15 34 ±1,15 34 ±,1,53 34 ±1,53 33 ±1,00 F.II 37

±1,00 37 ±1,00 36 ±1,00 36 ±1,00 35 ±1,00 35 ±1,00 33 ±1,53 33 ±1,23 32 ±0,58 F. III 38

±1,00 38 ±1,00 36 ±1,00 36 ±1,00 35 ±0,58 35 ±0,58 33 ±1,00 33 ±1,00 31 ±1,53 Keterangan:

Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 (Aramo, 2012) F : Formula

B : Sebelum aplikasi masker peel-off A : Sesudah aplikasi masker peel-off

F.0 : Basis masker peel-off tanpa ekstrak (blanko)

F.I : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 1% F.II : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 3% F.III : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 5%

Gambar 4.2Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap peningkatan kehalusan

kulit wajah sukarelawan

Hasil uji Freidman test diperoleh nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan kehalusan kulit yang signifikan selama waktu perawatan. Selanjutnya dialkukan uji Wilcoxon dan diperoleh nilai p<0,05 pada saat perawatan minggu

20 25 30 35 40

0 1 2 3 4

K eh al u san Waktu (Minggu) F 0 F I F II F III


(54)

38

pertama, kedua, ketiga dan keempat yang menunjukkan bahwa penggunaan masker peel-off memberikan perbedaan yang signifikan terhadap kehalusan kulit.

Kulit kering dan kasar merupakan tanda umum yang dialami saat kulit mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar matahari, kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak, sehingga sel-sel mati yang bertumpuk pada stratum korneum menyebabkan permukaan kulit menjadai kurang halus, akibatnya kulit tampak lebih kasar (Bogadenta, 2012). Selain itu, kulit juga akan terasa kasar, kusam dan bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk melepaskan sel kulit mati yang lama untuk diganti dengan sel kulit yang baru (Wasitaatmadja, 1997).

4.4.3 Pori (pore)

Pengukuran besar pori dilakukan dengan menggunakan perangkat skin

analyzer lensa perbesaran 60x (normal lens) dengan sensor biru. Hasil

pengukuran besar pori semua kelompok sukarelawan dapat dilihat di Tabel 4.5. Pada grafik menunjukkan bahwa masker peel-off formula III lebih cepat mengecilkan pori-pori kulit daripada masker peel-off formula I dan II. Data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu selanjutnya dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p<0,05 pada minggu ketiga dan keempat yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula dalammengecilkan ukuran pori kulit sukarelawan.

Data selanjutnya diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara blanko dengan formula I, formula II dan formula III (nilai p<0,05).


(55)

39

Data kemudian dianalisis menggunakan Friedman test dan diperoleh nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan perubahan ukuran pori yang signifikan selama waktu perawatan. Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon dan diperoleh nilai p<0,05 yang menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah aplikasi masker selama empat minggu perawatan.

Perawatan yang dilakukan menunjukkan adanya efek pengecilan pori-pori kulit sukarelawan setelah pemakaian masker peel-off. Pengecilan ukuran pori-pori kulit terjadi karena masker peel-off dapat mengangkat kotoran dan sel-sel kulit mati (Basuki, 2003). Penumpukan sel-sel kulit mati membuat pori-pori kulit tampak lebih besar (Noormindhawati, 2013).Pembesaran pori-pori dapat dikurangi dengan pengelupasan secara teratur. Selain disebabkan oleh bertambahnya usia yang membuat pori-pori menjadi lebih besar karena berkurangnya elastisitas kulit juga dikarenakan seringnya terkena paparan sinar matahari. Banyaknya aktifitas yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh juga dapat membuat ukuran pori-pori membesar (Bogadenta, 2012).

Perbesaran pori-pori terkait dengan penuaan dini.Akibat penumpukan sel-sel kulit mati, pori-pori menjadi membesar (Noormindhawati, 2013).Perbesaran pori-pori dapat dikurangi denganpengelupasan kulit secara teratur. Selain disebabkan oleh bertambahnya usia yang membuat pori-pori menjadi lebih besar karena semakin berkurangnya elastisitas kulit dan terpapar sinar matahari secara terus-menerus. Banyaknya aktifitas yang menyebabkan peningkatan suhu tubuh juga membuat ukuran pori membesar (Bogadenta, 2012). Ukuran pori yang besar rentan terhadap penempelan debu dan zat-zat pengotor lain yang dapat


(56)

40

menyumbat pori-pori, sehingga dapat menyebabkan terbentuknya komedo (Wibowo, 2005).

Tabel 4.5Data Hasil Pengukuran Ukuran Pori Pada Kulit Sukarelawan

F

Ukuran Pori Waktu (Minggu)

0 1 2 3 4

B A B A B A B A

F.0 27 ±3,00 27 ±3,00 27 ±3,00 27 ±3,05 27 ±2,08 26 ±3,21 26 ±2,65 26 ±2,89 25 ±2,31 F.I 27

±2,00 27 ±2,00 25 ±1,53 25 ±1,53 24 ±1,53 24 ±1,53 23 ±1,00 23 ±1,53 22 ±1,00 F.II 26

±4,04 26 ±4,04 24 ±4,04 24 ±4,04 22 ±4,04 23 ±4,04 20 ±2,00 20 ±2,00 19 ±1,15 F.III 29

±3,60 29 ±3,60 27 ±3,78 27 ±3,78 24 ±3,60 24 ±3,60 21 ±3,00 22 ±3,51 19 ±3,05 Keterangan:

Kecil 0-19; Besar 20-39; Sangat besar 40-100 (Aramo, 2012) F : Formula

B : Sebelum aplikasi masker peel-off A : Sesudah aplikasi masker peel-off

F.0 : Basis masker peel-off tanpa ekstrak (blanko)

F.I : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 1% F.II : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 3% F.III : Masker peel-off ekstrak buah terong belanda konsentrasi 5%

Gambar 4.3 Grafik pengaruh perbedaan formula terhadap pengurangan

ukuranpori kulit wajah sukarelawan 15

20 25 30 35

0 1 2 3 4

U kur an por i Waktu (Minggu) F 0 F I F II F III


(1)

82

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.400a .400a 1.000a 1.000a .400a .400a .100a .200a .100a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Lampiran 13.(Lanjutan)

FI dengan FII

Test Statisticsb

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Mann-Whitney U 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000 .500 .500 .000 Wilcoxon W 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000 6.500 6.500 6.000 Z -.664 -.664 -.664 -.664 -.664 -.655 -1.771 -1.771 -1.993 Asymp. Sig.

(2-tailed)

.507 .507 .507 .507 .507 .513 .077 .077 .046

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.700a .700a .700a .700a .700a .700a .100a .100a .100a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

FI dengan FIII

Test Statisticsb

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Mann-Whitney U 2.500 2.500 3.000 3.000 4.000 4.000 2.500 3.000 1.500 Wilcoxon W 8.500 8.500 9.000 9.000 10.000 10.000 8.500 9.000 7.500 Z -.886 -.886 -.655 -.655 -.218 -.218 -.886 -.674 -1.328 Asymp. Sig.

(2-tailed)

.376 .376 .513 .513 .827 .827 .376 .500 .184

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.400a .400a .700a .700a 1.000a 1.000a .400a .700a .200a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

FII dengan FIII

Test Statisticsb

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Mann-Whitney U 2.000 2.000 1.500 1.500 3.500 4.000 3.500 3.000 3.500 Wilcoxon W 8.000 8.000 7.500 7.500 9.500 10.000 9.500 9.000 9.500 Z -1.107 -1.107 -1.348 -1.348 -.471 -.225 -.443 -.674 -.449 Asymp. Sig.

(2-tailed)

.268 .268 .178 .178 .637 .822 .658 .500 .653

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.400a .400a .200a .200a .700a 1.000a .700a .700a .700a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Friedman Test

Test Statisticsa

N 12

Chi-square 90.987

Df 9

Asymp. Sig. .000


(2)

83

Lampiran 13.(Lanjutan)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

B_M1 - A_M1 Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 9b 5.00 45.00

Ties 3c

Total 12

B_M2 - A_M2 Negative Ranks 1d 3.50 3.50

Positive Ranks 11e 6.77 74.50

Ties 0f

Total 12

B_M3 - A_M3 Negative Ranks 0g .00 .00

Positive Ranks 11h 6.00 66.00

Ties 1i

Total 12

B_M4 - A_M4 Negative Ranks 0j .00 .00

Positive Ranks 10k 5.50 55.00

Ties 2l

Total 12

Test Statisticsb

B_M1 - A_M1 B_M2 - A_M2 B_M3 - A_M3 B_M4 - A_M4

Z -2.810a -2.829a -2.963a -2.859a

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .005 .003 .004 a. Based on negative ranks.


(3)

84

Lampiran 13.(Lanjutan)

Noda (Spot)

Tests of Normality

Perlakuan Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig. M0 di

me nsi on1

F0 .385 3 . .750 3 .000

F I .175 3 . 1.000 3 1.000

F II .175 3 . 1.000 3 1.000

F III .253 3 . .964 3 .637

B_M1 di me nsi on1

F0 .385 3 . .750 3 .000

F I .175 3 . 1.000 3 1.000

F II .175 3 . 1.000 3 1.000

F III .253 3 . .964 3 .637

A_M1 di me nsi on1

F0 .385 3 . .750 3 .000

F I .175 3 . 1.000 3 1.000

F II .385 3 . .750 3 .000

F III .175 3 . 1.000 3 1.000

B_M2 di me nsi on1

F0 .385 3 . .750 3 .000

F I .175 3 . 1.000 3 1.000

F II .385 3 . .750 3 .000

F III .175 3 . 1.000 3 1.000

A_M2 di me nsi on1

F0 .385 3 . .750 3 .000

F I .175 3 . 1.000 3 1.000

F II .385 3 . .750 3 .000

F III .385 3 . .750 3 .000

B_M3 di me nsi on1

F0 .385 3 . .750 3 .000

F I .175 3 . 1.000 3 1.000

F II .385 3 . .750 3 .000

F III .385 3 . .750 3 .000

A_M3 di me nsi on1

F0 .385 3 . .750 3 .000

F I .253 3 . .964 3 .637

F II .385 3 . .750 3 .000

F III .385 3 . .750 3 .000

B_M4 di me nsi on1

F0 .385 3 . .750 3 .000

F I .253 3 . .964 3 .637

F II .385 3 . .750 3 .000

F III .385 3 . .750 3 .000

A_M4 di me nsi on1

F0 .385 3 . .750 3 .000

F I .253 3 . .964 3 .637

F II .253 3 . .964 3 .637

F III .253 3 . .964 3 .637


(4)

85

Lampiran 13.(Lanjutan)

Kruskal-Wallis Test

Test Statisticsa,b

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Chi-square 9.455 9.455 9.912 9.912 9.554 9.554 8.556 8.556 7.729

df 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Asymp. Sig.

.024 .024 .019 .019 .023 .023 .036 .036 .049

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: perlakuan

Mann-Whitney Test

F0 dengan FI

Test Statisticsb

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000 .000 .500 .500 2.500 Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.500 6.500 8.500 Z -1.993 -1.993 -1.993 -1.993 -1.993 -1.993 -1.798 -1.798 -.943 Asymp. Sig.

(2-tailed)

.046 .046 .046 .046 .046 .046 .072 .072 .346

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.100a .100a .100a .100a .100a .100a .100a .100a .400a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

F0 dengan FII

Test Statisticsb

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 1.000 1.000 4.000 4.000 2.500 Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 7.000 7.000 10.000 10.000 8.500 Z -1.993 -1.993 -2.023 -2.023 -1.650 -1.650 -.258 -.258 -.899 Asymp. Sig.

(2-tailed)

.046 .046 .043 .043 .099 .099 .796 .796 .369

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.100a .100a .100a .100a .200a .200a 1.000a 1.000a .400a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

F0 dengan FIII

Test Statisticsb

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Mann-Whitney U 1.000 1.000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 Wilcoxon W 7.000 7.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 Z -1.623 -1.623 -1.993 -1.993 -2.023 -2.023 -2.023 -2.023 -1.993 Asymp. Sig.

(2-tailed)


(5)

86

Lampiran 13. (Lanjutan)

FI dengan FII

FI dengan FIII

FII dengan FIII

Friedman Test

Test Statisticsa

N 12

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.200a .200a .100a .100a .100a .100a .100a .100a .100a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Mann-Whitney U 2.000 2.000 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 1.500 Wilcoxon W 8.000 8.000 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 Z -1.124 -1.124 -1.348 -1.348 -1.348 -1.348 -1.348 -1.348 -1.328 Asymp. Sig.

(2-tailed)

.261 .261 .178 .178 .178 .178 .178 .178 .184

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.400a .400a .200a .200a .200a .200a .200a .200a .200a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 Z -1.964 -1.964 -1.964 -1.964 -1.993 -1.993 -1.993 -1.993 -1.964 Asymp. Sig.

(2-tailed)

.050 .050 .050 .050 .046 .046 .046 .046 .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.100a .100a .100a .100a .100a .100a .100a .100a .100a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan

Test Statisticsb

M0 B_M1 A_M1 B_M2 A_M2 B_M3 A_M3 B_M4 A_M4 Mann-Whitney U .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 Wilcoxon W 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 Z -1.964 -1.964 -1.993 -1.993 -2.023 -2.023 -2.023 -2.023 -1.964 Asymp. Sig.

(2-tailed)

.050 .050 .046 .046 .043 .043 .043 .043 .050

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.100a .100a .100a .100a .100a .100a .100a .100a .100a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan


(6)

87

Chi-square 90.205

Df 9

Asymp. Sig. .000

a. Friedman Test

Lampiran 13. (Lanjutan)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

B_M1 - A_M1 Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 9b 5.00 45.00

Ties 3c

Total 12

B_M2 - A_M2 Negative Ranks 0d .00 .00

Positive Ranks 9e 5.00 45.00

Ties 3f

Total 12

B_M3 - A_M3 Negative Ranks 0g .00 .00

Positive Ranks 9h 5.00 45.00

Ties 3i

Total 12

B_M4 - A_M4 Negative Ranks 0j .00 .00

Positive Ranks 9k 5.00 45.00

Ties 3l

Total 12

Test Statisticsb

B_M1 - A_M1 B_M2 - A_M2 B_M3 - A_M3 B_M4 - A_M4

Z -2.810a -2.714a -2.754a -2.714a

Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .007 .006 .007 a. Based on negative ranks.