26 paling berisiko diberi bobot 100. ATMR menunjukkan nilai aktiva
berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.
2.1.5.2 Rasio Likuiditas
Menurut Wood dalam Siamat, 2005:336, Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan dana
oleh deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan. Rasio likuiditas ini
menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban- kewajiban yang harus segera dibayar. Jika keadaan suatu bank
berada di posisi yang tidak likuid dapat menyebabkan krisis kepercayaan pihak eksternal terhadap bank bersangkutan. Hal ini
bisa menyebabkan deposan melakukan penarikan dana secara besar- besaran dan bersamaan serta dapat menurunkan kinerja perbankan.
Keadaan yang seperti ini, dapat membuat bank mengalami kesulitan likuiditas dan berakhir dengan kebangkrutan. Suatu bank dianggap
likuid apabila: a.
Memiliki likuiditas yang sama jumlahnya dengan kebutuhan likuiditsnya.
b. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi memiliki surat-
surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas.
Universitas Sumatera Utara
27 c.
Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan utang.
Ukuran rasio likuiditas untuk perusahan perbankan berbeda dengan rasio likuditas untuk perusahaan nonbank. Hal ini
dikarenakan perbedaan sifat usaha dan komponen neraca perusahaan Simorangkir, 2004:147. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Loan to Deposit Ratio LDR dan Loan to Asset Ratio LAR.
1. Loan to Deposit Ratio LDR
Loan to Deposit Ratio LDR merupakan rasio yang lazim digunakan untuk mengukur likuiditas perbankan. LDR adalah
rasio antara jumlah kredit yang diberikan dengan dana yang diterima oleh bank Dendawijaya, 2009:116. Rasio ini
menggambarkan kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan
mengandalkan kredit
yang diberikan
sebagai sumber
likuiditasnya. Sejalan dengan kegiatan utama bank, yaitu penyaluran dana berupa kredit, rasio LDR menggunakan
pendapatan dari kredit ini sebagai sumber likuiditasnya. Penyaluran kredit yang tinggi menyebabkan meningkatnya
konsekuensi resiko kredit macet yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Manajemen bank yang konservatif
biasanya cenderung memiliki LDR yang relatif rendah, sebaliknya manajemen bank yang agresif memiliki LDR yang
Universitas Sumatera Utara
28 tinggi atau melebihi batas toleransi Simorangkir, 2004:147.
Semakin tinggi rasio LDR berarti semakin besar kredit yang disalurkan, dan semakin rendah kemampuan likuiditas bank.
Secara sistematis Loan to Deposit Ratio LDR dapat dirumuskan sebagai berikut :
LDR = Kredit
Dana Pihak Ketiga × Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga tidak termasuk antar bank. Dana pihak ketiga mencangkup giro, tabungan dan deposito tidak termasuk antar
bank. Beberapa ahli menyepakati bahwa batas aman LDR adalah
sekitar 80, namun batas toleransi LDR berkisar antara 85- 100. Menurut peraturan pemerintah LDR maksimum adalah
110. Sesuai
dengan Surat
Edaran Bank
Indonesia No.623.DPNP tanggal 31 Mei 2004, Bank Indonesia
menetapkan kriteria peringkat komponen likuiditas : Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 50
- 75 atau 50 Rasio ≤ 75 artinya likuiditas bank tersebut
sangat likuid. 1.
Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 75 - 85 atau 75 Rasio ≤ 85 artinya likuiditas bank tersebut
likuid.
Universitas Sumatera Utara
29 2.
Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 85 - 100 atau 85 Rasio ≤ 100 atau rasio ≤ 50 artinya
likuiditas bank tersebut cukup likuid. 3.
Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 100 - 120 atau 100 Rasio ≤ 120 artinya likuiditas bank
tersebut kurang likuid. 4.
Untuk Loan to Deposit Ratio yang lebih besar dari 120 atau Rasio ≥ 120 artinya likuiditas bank tersebut tidak
likuid.
2. Loan to Asset Ratio LAR
Loan to Asset Ratio LAR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit
dengan menggunakan
total aset
yang dimiliki
bank Dendawijaya, 2005:117. Bank dikatakan likuid jika mampu
memenuhi permintaan debiturnya. Dalam menjaga likuiditasnya, bank harus memiliki cash asset dan aset lainnya yang dapat
dicairkan sewaktu-waktu serta mampu menciptakan cash asset baru melalui penggunaan earning asset baik lewat investasi
maupun penyaluran pembiayaan. Semakin banyak aset yang dimiliki oleh bank maka semakin baik kemampuan bank dalam
memenuhi permohonan kredit. Namun jika penyaluran dana berupa kredit sangat tinggi maka akan menyebabkan LAR akan
Universitas Sumatera Utara
30 tinggi yang berarti semakin banyak jumlah aset yang digunakan
untuk membiayai kredit. Kondisi seperti ini bisa menjadi sangat rumit karena, disatu sisi bank mengharapkan akan memperoleh
profitabilitas yang tinggi dari hasil kredit, namun disisi lain beresiko tinggi terhadap kredit macet dan tingkat likuiditas yang
rendah. Loan to Asset Ratio diformulasikan sebagai berikut:
LAR = Kredit
Total Aset X
2.1.5.3 Rasio Profitabilitas