33
Tabel Lanjutan 2.1 : Penelitian Terdahulu
No Peneliti, Tahun dan
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Teknik
Analisis Hasil Penelitian
7. Seftianne dan Ratih Handayani, 2011
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan
Publik Sektor Manufaktur
Variabel independen:
Profitabilitas ROA,
Likuiditas CR,
Ukuran Perusahaan,
Resiko Bisnis, Growth
Opportunity, Kepemilikan
Manajerial, Struktur
Aktiva
Variabel dependen:
Struktur Modal
Regresi Linier
Berganda a. Ukuran Perusahaan
berpengaruh positif terhadap Struktur
Modal b. Growth
Opportunity, Kepemilikan
Manajerial, dan
Struktur Aktiva
berpengaruh negatif terhadap Struktur
Modal c. ROA, CR, dan
Resiko Bisnis
berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap Struktur Modal
2.3. Kerangka Konseptual
Struktur modal merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan karena merupakan indikator penting dalam menentukan sumber pendanaan
perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
profit melalui kegiatan operasionalnya. Tingkat pengembalian yang tinggi akan memungkinkan perusahaan untuk membiayai pendanaan mereka secara internal,
sehingga cenderung memiliki utang yang rendah. Damayanti 2013 mengungkapkan bahwa tingkat profitabilitas dalam perusahaan mempengaruhi
struktur modalnya. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi berarti memiliki laba ditahan yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber pendanaan internal
perusahaan. Pernyataan ini sejalan dengan pecking order theory yang
Universitas Sumatera Utara
34
mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki profit yang tinggi akan memiliki utang yang lebih rendah karena perusahaan mengandalkan sumber
pendanaan internalnya terlebih dahulu. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaaan memenuhi
kewajibannya secara tepat waktu. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar perusahaan lainnya dengan
kewajiban lancarnya Brigham dan Houston, 2010: 134. Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi cenderung tidak menggunakan pendanaan eksternal melalui
utang karena tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan dana internal yang dimiliki perusahaan besar, sehingga perusahaan akan menggunakan dana
internalnya terlebih dahulu sebelum menggunakan dana eksternalnya. Semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan, maka utang yang dimilikinya pun semakin
rendah. Hal ini sesuai dengan pecking order theory dimana perusahaan lebih menyukai internal financing untuk kegiatan operasionalnya.
Menurut Riyanto 2001:298 pada umumnya perusahaan industri menanamkan modalnya dalam aktiva tetap, sehingga mengutamakan pemenuhan
modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sebagai pelengkap. Hal ini sesuai dengan struktur finansial konservatif yang
vertikal, sehingga struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Dimitri dan Sumani 2013 mendukung
pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Di sisi lain, trade off theory mengungkapkan
bahwa adanya korelasi positif antara aktiva tetap dan utang. Perusahaan yang
Universitas Sumatera Utara
35
memiliki aktiva tetap yang tinggi atas total aktiva cenderung menggunakan leverage yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan dananya. Hal ini
dikarenakan aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan atas utang perusahaan sehingga akan meminimalkan resiko kerugian bagi kreditor jika terjadi likuidasi
perusahaan. Oleh karena itu, besarnya aktiva tetap suatu perusahaan merupakan salah satu ukuran penting bagi kreditor dalam menyetujui kredit. Hal ini didukung
oleh pernyataan Weston dan Copeland 1992:175 bahwa perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut
akan banyak menggunakan utang jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Penelitian yang dilakukan oleh
Tarazi 2013 juga mendukung pernyataan tersebut dengan menunjukkan bahwa struktur aktiva memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal.
Perusahaan dengan tingkat peluang pertumbuhan growth opportunity yang tinggi akan membutuhkan dana yang besar di masa mendatang untuk
membiayai investasi perusahaan dan pertumbuhannya. Oleh sebab itu, perusahaan akan menggunakan sumber pendanaan eksternal, yakni utang. Perusahaan
memilih menggunakan utang terlebih dahulu dibandingkan dengan ekuitas saham baru dikarenakan kesenjangan informasi yang tinggi antara investor dan manajer.
Adanya kesenjangan informasi tersebut menyebabkan biaya modal ekuitas saham lebih besar dibanding biaya modal utang karena dipandang lebih beresiko
dibanding utang, sehingga para investor memberikan isyarat negatif terhadap prospek perusahaan di masa mendatang Seftianne dan Handayani, 2011.
Pernyataan ini sesuai dengan signaling theory yang menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
36
perusahaan dengan prospek yang sangat menguntungkan akan mencoba untuk menghindari penjualan saham dan lebih memilih mendapatkan modal baru dengan
cara-cara yang lain, termasuk menggunakan utang di luar sasaran struktur modal yang normal. Selain itu, perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi mempunyai
tingkat kepercayaan yang tinggi pula dari kreditor, sehingga perusahaan lebih memilih utang sebagai sumber pendanaan eksternalnya. Penelitian yang dilakukan
oleh Tarazi 2013, dan Damayanti 2013 juga mendukung pernyataan tersebut dengan menunjukkan bahwa growth opportunity berpengaruh positif terhadap
struktur modal.
Penghematan pajak selain berasal dari bunga sebagai akibat penggunaan utang juga berasal dari depresiasi. Non debt tax shield yang semakin tinggi pada
suatu perusahaan menunjukkan komposisi utang yang digunakan dalam struktur modal perusahaannya semakin rendahsedikit. Hal ini sejalan dengan penelitian
Tarazi 2013 yang menunjukkan bahwa non debt tax shield berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Krisnanda dan Wiksuana
2015 menunjukkan bahwa non debt tax shield berpengaruh positif terhadap struktur modal, yakni semakin tinggi depresiasi suatu perusahaan, maka semakin
tinggi aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih mudah mendapatkan utang dari pihak luar dengan menjaminkan aktiva dari
perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
dapat dilihat dari total aktiva. Ketika target suatu perusahaan yang harus dicapai semakin besar, maka perusahaan tersebut membutuhkan dana yang semakin besar
Universitas Sumatera Utara
37
juga. Umumnya, perusahaan yang besar memiliki aktiva yang besar, artinya perusahaan mampu membiayai kegiatan operasionalnya dengan menggunakan
sumber pendanaan internal yang lebih banyak dibandingkan sumber pendanaan eksternalnya Cristie, 2012. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang
lebih menyukai pendanaan internal perusahaan. Di sisi lain, ukuran perusahaan yang semakin besar juga dapat meningkatkan utang perusahaan. Hal ini
cenderung disebabkan oleh ekspansi perusahaan. Pada umumnya, perusahaan besar akan lebih mudah untuk memperoleh utang dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Hal ini terkait dengan tingkat kepercayaan kreditor terhadap perusahaan besar. Perusahaan besar dinilai mempunyai aktiva tetap yang lebih
besar sehingga dapat digunakan sebagai jaminan atas utang. Pernyataan ini sesuai dengan trade off theory, sehingga perusahaan besar cenderung mempunyai tingkat
leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, kebijakan utang dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Semakin besar ukuran
perusahaan, maka semakin besar pula profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, peluang pertumbuhan, dan non debt tax shield suatu perusahaan. Besarnya ukuran
perusahaan menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat resiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran kecil. Tetapi
besarnya ukuran perusahaan dapat mempermudah perusahaan dalam memperoleh utang Wigati, 2012.
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disajikan kerangka konseptual sebagai
berikut.
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis