90
4.3 Pembahasan
Hipotesis yang diajukan menyatakan bahwa profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, growth opportunity, dan non debt tax shield berpengaruh
signifikan terhadap struktur modal perusahaan baik secara simultan maupun parsial. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.9, koefisien profitabilitas
ROA terhadap struktur modal diperoleh sebesar -0,011634. Ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif, artinya semakin tinggi profitabilitas,
maka semakin rendah struktur modal perusahaan tersebut, dan sebaliknya, semakin rendah profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi pula struktur
modalnya. Sesuai dengan pecking order theory yang menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki keuntungan yang besar justru memiliki utang dan
resiko yang lebih rendah. Hal ini disebabkan tersedianya dana yang cukup bagi perusahaan, sehingga perusahaan akan mengutamakan pendanaan secara internal.
Variabel profitabilitas memiliki tingkat signifikansi 0,0983, artinya profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Dimitri dan Sumani 2013. Koefisien likuiditas CR bernilai -0,001246 pada Tabel 4.9. Ini
menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh negatif, artinya semakin tinggi likuiditas perusahaan, maka semakin rendah struktur modal, dan sebaliknya,
semakin rendah likuiditas, maka semakin tinggi pula struktur modal perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa margin of safety perusahaan baik karena
kemampuan perusahaan membayar utang lancarnya tinggi. Dengan kata lain, kondisi keuangan perusahaan baik, sehingga perusahaan termotivasi
Universitas Sumatera Utara
91
menggunakan modal sendiri dan menggunakan utang dalam jumlah yang sedikit. Pecking order theory juga mendukung pernyataan ini dengan menyatakan bahwa
perusahaan akan cenderung memilih menggunakan dana internal untuk pembiayaan perusahaan Husnan dan Pudjiastuti, 2011:276. Tingkat signifikansi
likuiditas adalah 0,2285 yang lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Hasil ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dimitri dan Sumani 2013. Berdasarkan Tabel 4.9, koefisien struktur aktiva FAR bernilai 0,002670.
Ini menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Artinya, semakin tinggi struktur aktiva perusahaan, maka struktur modal
akan semakin tinggi, dan sebaliknya, semakin rendah struktur aktiva perusahaan, maka semakin rendah struktur modalnya. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan
Riyanto 2001:298 dimana perusahaan industri yang menanamkan modalnya pada aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan modalnya secara permanen,
yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing hanya sebagai pelengkap. Namun, Weston dan Copeland 1992:175 mendukung dengan menyatakan bahwa
perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar akan banyak menggunakan utang jangka panjang dengan harapan aktiva tersebut dapat
digunakan untuk menutup tagihannya. Perusahaan dengan aktiva yang besar juga mendorong kreditor untuk memberikan pinjaman karena risiko gagal bayar yang
akan dihadapi kreditor tidak terlalu besar. Tingkat signifikansi struktur aktiva adalah 0,9111 yang lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa struktur aktiva
Universitas Sumatera Utara
92
berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Tarazi 2013.
Pada Tabel 4.9, koefisien growth opportunity bernilai 0,008982. Ini menunjukkan bahwa growth opportunity berpengaruh positif terhadap struktur
modal. Artinya, growth opportunity yang semakin tinggi akan menyebabkan struktur modal perusahaan semakin tinggi, dan sebaliknya, growth opportunity
yang semakin rendah akan menyebabkan struktur modal perusahaan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan signaling theory, dimana perusahaan dengan
prospek yang menguntungkan akan memilih menggunakan utang dibanding ekuitas saham baru sebagai sumber pendanaannya dikarenakan adanya
kesenjangan infromasi yang tinggi antara investor dan manajer yang menyebabkan biaya modal ekuitas saham lebih mahal. Tingkat signifikansi
growth opportunity adalah 0,0000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti growth opportunity berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Cristie 2014 dan Damayanti 2013. Koefisien non debt tax shield bernilai -0,012895 pada Tabel 4.9. Ini
menunjukkan bahwa non debt tax shield memiliki pengaruh yang negatif terhadap struktur modal. Artinya, semakin tinggi non debt tax shield, maka semakin rendah
struktur modal perusahaan, dan sebaliknya, semakin rendah non debt tax shield, maka semakin tinggi pula struktur modalnya. Bradley et al., dalam Krisnanda
dan Wiksuana, 2015 mendukung hasil penelitian dengan menyatakan bahwa non debt tax shield berupa depresiasi aktiva tetap merupakan pendorong pengurangan
utang bagi perusahaan sehingga terjadi penghematan pajak. Depresiasi yang
Universitas Sumatera Utara
93
semakin besar menyebabkan penghematan pajak penghasilan juga semakin besar. Tingkat signifikansi pada uji regresi data panel adalah 0,6610 yang lebih besar
dari 0,05. Hal ini berarti non debt tax shield berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan Tabel 4.13, Persamaan II, uji Moderated Regression Analysis, menjelaskan variabel moderating, yaitu ukuran perusahaan dalam hubungan
antara profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, growth opportunity, dan non debt tax shield terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan yang diukur dengan log
natural total aset menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,9154 yang nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05, artinya ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan uji variabel moderasi Tabel 4.13 dan Tabel 4.14, p-value
ukuran perusahaan pada Persamaan II adalah 0,91540,05, artinya tidak signifikan. Sementara, p-value interaksi ukuran perusahaan dengan profitabilitas
sebesar 0,1066, interaksi ukuran perusahaan dengan likuiditas sebesar 0,5460, interaksi ukuran perusahaan dengan struktur aktiva 0,9982, interaksi ukuran
perusahaan dengan growth opportunity sebesar 0,1067, dan interaksi ukuran perusahaan dengan non debt tax shield sebesar 0,1975 pada Persamaan III, lebih
besar dari 0,05, artinya tidak signifikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan merupakan jenis variabel moderasi homologizer, yaitu variabel yang
mempengaruhi kekuatan hubungan, tetapi tidak berhubungan dengan variabel independen dan juga tidak berhubungan dengan variabel independen dan
dependen Sugiono, 2004. Adapun ukuran perusahaan memperkuat pengaruh
Universitas Sumatera Utara
94
profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, growth opportunity, dan non debt tax shield sebesar 0,002538 atau 0,25. Ini dapat dilihat pada adjusted R-squared
Tabel 4.13 sebesar 0,753709 dan adjusted R-squared Tabel 4.14 sebesar 0,756247.
Universitas Sumatera Utara
95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan