Jus Karagenan TINJAUAN PUSTAKA

6 balireng Bugis; Maluku: baknil kasluir Kai, totofuko Ternate, tofuo Tidore, balibi totofuko Halmahera Depkes RI, 2001.

2.1.2 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan buah belimbing manis adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledonae Ordo : Geraniales Famili : Oxalidaceae Genus : Averrhoa Spesies : Averrhoa carambola L. Depkes RI, 2001.

2.1.3 Kandungan kimia

Buah belimbing manis mengandung alkaloida, saponin dan flavonoida Depkes RI, 2001.

2.1.4 Khasiat tumbuhan

Buah belimbingmanis Averrhoa carambola L. berkhasiat sebagai obat batuk, encok, sariawan, hipertensi, diabetes melitus,demam, dan menghilangkan jerawat Arisandi dan Andriani, 2006. Daunnya berkhasiat sebagai obat sakit kepalaDepkes RI, 2001.

2.2 Jus

Buah-buahan adalah sumber antioksidan yang baik untuk melindungi tubuh dari berbagai penyakit dan penuaan dini. Tetapi tidak banyak yang tahu Universitas Sumatera Utara 7 kalau antioksidan dalam buah paling baik manfaatnya bila diolah menjadi jus, mengkonsumsinya membantu proses pencernaan tubuh dengan mempercepat penyerapan nutrisi kualitas tinggi yang terkandung di dalam jus Ramadhani, 2014. Jus merupakan minuman sari buah yang diperoleh dari proses pemerasan mesin juicer sehingga akan diperoleh cairan sari buah. Jus buah mengandung sumbervitamin, sumber mineral, seperti kalsium, magnesium, fosfor, dan besi.Walaupun diperlukan dalam jumlah kecil, mineral ini bermanfaat untuk menjaga kesehatan tubuh Zettira, 2010.

2.3 Inflamasi

Inflamasi berasal dari bahasa latin inflammare, yang berarti membakar, merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan Mycek, 2001. Inflamasi secara umum dibagi menjadi 3 fase, yakni: inflamasi akut, respon imun, dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan, hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid serta pada umumnya didahului oleh pembentukan respon imun Katzung, 2002.Fase ini melibatkan sistem vaskuler lokal, sistem imun, dan beberapa sel Nugroho, 2012.Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik Universitas Sumatera Utara 8 yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis.Inflamasi kronis menyebabkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut Katzung, 2002.Fase ini melibatkan peran sel dasar putih terutama sel mononuclear monosit, makrofag dan limfosit, dan peran dari fibroblast. Fibrolast merupakan sel utama pada jaringan pengikat, yang merupakan sel yang mensintesis matrik ekstraseluler dan kolagen, berperan dalam proses penyembuhan luka seljaringan Nugroho, 2012.

2.3.1 Tanda-tanda inflamasi

Inflamasi ditandai oleh adanya vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, peningkatan permeabilitas kapiler.Inflamasi menyebabkan pembekuan cairan di dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh fibrinogen dan protein lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah yang besar.Inflamasi juga menyebabkan migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan, pembengkakan sel jaringan Guyton dan Hall, 1997. Tanda klasik umum yang terjadi pada proses inflamasi yaitu rubor kemerahan, tumor pembengkakan, kalor panas setempat yang berlebihan, dolor rasa nyeri, dan functiolaesa gangguan fungsikehilangan fungsi jaringan yang terkena. a. Rubor kemerahan, terjadi karena jaringan yang meradang mengandung banyak darah akibat kapiler-kapilernya melebar dan kapiler-kapiler yang kosong menjadi berisi darah Himawan, 1994. Sel atau jaringan yang luka perlu suplai darah yang banyak guna mensuplai oksigen dan nutrisi sel yang mencukupi untuk proses pemulihan jaringan Nugroho, 2012. Universitas Sumatera Utara 9 b. Kalor panas, merupakan sifat peradangan yang terjadi pada permukaan tubuh. Terjadi akibat sirkulasi darah yang meningkat. Naiknya suhu ini tidak melebihi suhu rektum sehingga diambil kesimpulan bahwa peningkatan metabolisme tidak terlalu menyebabkan kenaikan suhu Himawan, 1994. c. Tumor pembengkakan, disebabkan karena adanya suplai cairan sel darah merah maupun sel darah putih dari sirkulasi darah menuju jaringan interstisal. Kumpulan cairan beserta sel-sel tersebut dalam jaringan luka dinamakan eksudat Nugroho, 2012. d. Dolor sakit atau nyeri, ditimbulkan karena adanya kerusakan jaringan yang melepaskan mediator nyeri. Mediator tersebut antara lain ion hidrogen, histamin, serotonin, asetilkolin dan bradikinin. Oleh karena itu, nyeri merupakan sinyal bahwa tubuh mengalami kerusakan jaringan Nugroho, 2012. Rasa nyeri juga disebabkan oleh tekanan yang meninggi dalam jaringan akibat terjadinya eksudat Himawan, 1994. e. Fungsio laesa perubahan fungsi, merupakan dampak reaksi peradangan yang berupa perubahan fungsi lokal yang abnormal Nugroho, 2012. Pada daerah yang bengkak dan sakit disertai adanya sirkulasi yang abnormal akibat penumpukan dan aliran darah yang meningkat juga menghasilkan lingkungan lokal yang abnormal sehingga jaringan yang terinflamasi tersebut tidak berfungsi secara normal Price dan Wilson, 2005.

2.3.2 Mekanisme terjadinya inflamasi

Salah satu faktor penyebab terjadinya inflamasi adalah produk yang dihasilkan dari metabolisme asam arakhidonat.Asam arakhidonat merupakan suatu asam lemak tak jenuh ganda dengan 20 atom karbon.Asam arakhidonat Universitas Sumatera Utara 10 dilepaskan oleh fosfolipid melalui fosfolipase sel yang telah diaktifkan oleh rangsang mekanik, kimiawi, atau fisik. Proses metabolisme asam arakhidonat terjadi melalui dua jalur utama, yaitu siklooksigenase dengan menyintesis prostaglandin juga tromboksan dan lipooksigenase yang menyintesis leukotrien dan lipoksin. Jalur utama metabolisme asam arakhidonat, yaitu: a. Jalur siklooksigenase, produk yang dihasilkan oleh jalur ini adalah prostaglandin E2 PGE2, PGD2, prostasiklin PGI2, dan tromboksan A2 TXA2. TXA2 adalah pengagregasi trombosit dan vasokonstriktor, merupakan produk utama prostaglandin dalam trombosit. PGI2 adalah suatu vasodilator dan inhibitor agregasi trombosit. PGD2 merupakan metabolit utama jalur siklooksigenase dalam sel mast, bersama dengan PGE2 menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan pembentukan edema. Prostaglandin juga berperan dalam patogenesis nyeri dan demam pada 15 inflamasi, PGE2 membantu menigkatkan sensitivitas nyeri terhadap berbagai rangsang dan berinteraksi dengan sitokin yang menyebabkan demam. b. Jalur lipoksigenase, merupakan enzim yang memetabolisme asam arakhidonat yang menonjol dalam neutrofil. Enzim ini menghasilkan leukotrien. Leukotrien pertama yang dihasilkan disebut leukotrien A4 LTA4 yang selanjutnya akan menjadi LTB4 melalui hidrolisis enzimatik. LTB4 merupakan agen kemotaksis dan menyebabkan agregasi neutrofil. LTC4 dan metabolit berikutnya, LTD4 dan LTE4 menyebabkan vasokonstriksi, bronkospasme, dan meningkatkan permeabilitas vaskular. Universitas Sumatera Utara 11 Kemudian lipoksin A4 LXA4 yang menyebabkan vasodilatasi dan menghambat kemotaksis neutrofil Robbins, dkk., 2007. Mekanisme terjadinya inflamasi dapat dilihat pada Gambar 2.1. Fosfolipid membran sel - --X-- Steroidmenghambat Lipoksigenase HETEHPETE ASAM ARAKHIDONAT ---X-- Inhibitor COX-1 dan COX-2, aspirin, indometasin menghambat 5-HETE 5-HPETE Prostaglandin G2 PGG2 Prostaglandin H2 PGH2 Leukotrien B 4 Leukotrien A4 LTA 4 Prostasiklin Tromboksan A 2 Leukotrien C4 LTC 4 PGI 2 TXA 2 Leukotrien D4 LTD 4 Leukotrien E4 LTE 4 Lipoksin A 4 Lipoksin B 4 PGD 2 PGE 2 PGF 2 Gambar 2.1 Mekanisme terjadinya inflamasi Robbins, dkk., 2007. Fosfolipase 5-Lipoksigenase Siklooksigenase Menyebabkan vasodilatasi, menghambat agregasi platelet Menyebabkan vasokonstriksi, menghambat agregasi platelet Vasodilatasi Meningkatkan terjadinya edema 12-Lipoksigenase Kemotaksis Vasokontriksi Bronkospasme Peningkatan Permeabilitas Vasodilatasi Menghambat kemotaksis neutrofil Merangsang adhesi monosit Universitas Sumatera Utara 12

2.4 Obat Antiinflamasi

Obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat antiinflamasi terbagi menjadi dua golongan.Golongan pertama adalah golongan obat antiinflamasi steroid, obat antiinflamasi yang kedua yaitu golongan obat antiinflamasi nonsteroid AINS.

2.4.1 Obat antiinflamasi golongan steroida

Obat antiinflamasi golongan steroida bekerja menghambat sintesis prostaglandin dengan cara menghambat enzim fosfolipase, sehingga fosfolipid yang berada pada membran sel tidak dapat diubah menjadi asam arakidonat. Akibatnya prostaglandin tidak akan terbentuk dan efek inflamasi tidak ada. Contoh obat antiinflamasi steroid adalah deksametason, betametason dan hidrokortison Tan dan Rahardja, 2007.

2.4.2 Obat antiinflamasi golongan non steroida

Obat-obat antiinflamasi nonsteroid merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama dan berbeda aktivitas antiinflamasinya. Obat-obat inibekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak menghambat enzim lipooksigenase Mycek, 2001.Walaupun demikian obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping Wilmana, 1995. Semua obat antiinflamasi nonsteroid mempunyai efek klinis yaitu dengan menghambat sintesis prostaglandin.Prostaglandin menyebabkan terjadinya inflamasi.Prostaglandin juga ikut mengatur temperatur tubuh, rasa nyeri, agregasi platelet dan efek lainnya.Waktu paruhnya hanya hitungan menit.Jadi, ketika enzim pembuat prostaglandin dihambat, maka tidak terjadi pengeluaran Universitas Sumatera Utara 13 prostaglandinStringer, 2001. Secara kimiawi, penggolongan obat antiinflamasi nonsteroida ini dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu Tan dan Rahardja, 2007: a. Salisilat : asetosal, benorilat dan diflunisal b. Asetat : natrium diklofenak, indometasin dan sulindac c. Propionat : ibuprofen, ketoprofen, flurbiprofen, naproksen dan tiapprofenat d. Oxicam : piroxicam, tenoxicam dan meloxicam e. Pirazolon : oksifenilbutazon dan azapropazon f. Lainnya : mefenaminat, nabumeton dan azapropazon

2.4.3 Natrium diklofenak

Rumus bangun natrium diklofenak dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Rumus bangun natrium diklofenak British Pharmacopoeia, 2009. Rumus molekul : C 14 H 10 C 12 NNaO 2 Nama kimia : asam benzeneasetat, 2-[2,6-diklorofenilamino] monosodium Berat molekul : 318,13 Pemerian : serbuk kristal putih atau sedikit kuning, agak higroskopis Universitas Sumatera Utara 14 Kelarutan : sedikit larut dalam air, mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol 96 persen, dan sedikit larut dalam aseton British Pharmacopoeia, 2009. Natrium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenilasetat yang relatif tidak selektif sebagai penghambat siklooksigenase dan merupakan salah satu obat antiinflamasi nonsteroid yang biasa dijadikan pembanding dalam uji antiinflamasi.Obat ini memiliki waktu paruh singkat yaitu 1-3 jam.Efek samping yang lazim dari obat ini ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala.Pemakaian obat ini harus hati-hati terhadap pasien tukak lambung.Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan Wilmana, 1995.

2.5 Karagenan

Iritan yang digunakan untuk pengujian efek inflamasi beragam jenisnya, salah satunya adalah karagenan. Karagenan merupakan suatupolisakarida hasil ekstrak rumput laut dari genus Chondrusdan Gigartina. Bentuknya berupa serbuk berwarna putih hingga kuning kecoklatan, ada yang berbentuk butiran kasar hingga serbuk halus, tidak berbau, serta memberi rasa berlendir di lidah Rowe,dkk., 2009. Karagenan terbagi atas tiga tipe, yaitu kappa karagenan, iota karagenan dan lambda karagenan. Karagenan diberi nama berdasarkan persentase kandungan ester sulfatnya,yaitu kappa karagenan mengandung 25-30, iota karagenan 28- 35, dan lambda karagenan 32-39Lumbanraja,2009. Karagenan yang pada umumnya digunakan adalah lambda karagenan. Universitas Sumatera Utara 15 Karagenan berperan dalam pembentukan udem pada model inflamasi akut. Karagenan dipilih karena dapat melepaskan mediator inflamasi, yaitu prostaglandin setelah disuntikkan ke hewan uji. Oleh karena itu, karagenan dapat digunakan sebagai iritan dalam metode uji yang bertujuan untuk mencari obat- obat antiinflamasi, tepatnya yang bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin Winter, dkk., 1962. Penggunaan karagenan sebagai penginduksi radang memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan, dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya Lumbanraja,2009.

2.6 Metode Uji Efek Antiinflamasi