44
Pada penelitian ini pengamatan dilihat dari selisih nilai rata-rata awal dan akhir kualitas hidup kemudian dari 2 kelompok dibandingkan. Berdasarkan tabel 10
dapat diketahui
kualitas hidupsecara
keseluruhan didapatkan
hasil MeanĀ±SDsecara sistematis kelompok gapapentin lebih baik daripada kelompok
amitriptilin namun setelah diuji menggunakan independent sampe t-testdistribusi normal didapatkan nilai signifikansi sebesar p0,05yang berarti pada penelitian
ini perubahan nilai kualitas hidup kelompok gabapentin dan kelompok amitriptilin berarti tidak berbeda secara statistik tidak signifikan.
E. Monitoring Efek Samping Obat
Untuk monitoring efek samping obat dilakukan perhitungan total dengan pasien drop out sehingga terdapat 57 pasien 31 pasien kelompok gabapentin dan
26 pasien amitriptilin hal ini dikarenakan pada kelompok amitriptilin 62,5 mengundurkan diri akibat efek samping obat yang tidak bisa ditoleransi. Pada
tabel 3. terdapat 5 pasien amitriptilin mengundurkan diri karena efek samping obat sedangkan pada kelompok gabapentin pasien mengundurkan diri karena
alamat dan telepon tidak jelas dan hanya ada 1 pasien yang karena efek samping obat sehingga penjumlahan ini diharapkan mendapatkan gambaran yang lebih
jelas terhadap efek samping dari kedua obat tersebut
45
Tabel 10. Monitoring Efek Samping ObatPenggunan Gabapentin dan Amitriptilin pada Pasien Post Stroke Iskemik di Rumah Sakit
Jogja
Keterangan Gabapentin
N=31 Amitriptilin
N=26
Mengantuk 5
16,1 5
19,2 Pusing
1 3,2
Mulut Kering 1
3,2 2
7,7 Lemas
1 3,2
3 11,5
Lelah dan pusing 1
3,2 Lelah dan Konstipasi
1 3,2
Mulut Kering
dan Konstipasi
1 3,2
Kantuk dan mulut kering 1
3,8
Total yang terkena ESO 11
35,3 11
42,2
Sebelas pasien dari kelompok gabapentin mendapat efek samping berupa 5 pasien mengeluhkan kantuk 16,1, 1 pasien mengeluhkan pusing 3,2, 1
pasien mengeluhkan mulut kering 3,2 dan 1 pasien mengeluhkan lemas 3,2. Dari 11 pasien ada 3 pasien yang mendapat 1 keluhan seperti yang
dialami pasien no.9 lelah dan pusing 3,2, pasien no.34 lelah dan konstipasi 3,2 dan pasien no.37 mulut kering dan konstipasi 3,2 sedangkan pada
kelompok amitriptilin terdapat 11 pasien yang mendapatkan efek samping berupa 5 pasien mengeluhkan kantuk19,2, 3 pasien mengeluhkan lemas 11,5 dan
2 pasien mengeluhkan mulut kering 7,7. Dari 11 pasien ada 1 pasien yang mendapat 1 keluhan yaitu pasien no.28 kantuk dan mulut kering 3,8.
Menurut literature pemakaian gabapentin memang memiliki efek samping berupa rasa mengantuk, pusing, dan yang jarang adalah gastrointestinal dan
edema perifer ringan.Data dari MGH Pain Center menunjukkan 48,3 yang terkena efek samping terdiri dari mengantuk 15,2 pusing 10,9, asthenia
6, sakit kepala 4,8, mual 3,2 ataksia 2,6 dan berat badan naik
46
2,6, sedangkan penelitian Backonja dan Rowbothman melaporkan efek samping penggunaan gabapentin paling utama pusing 24, mengantuk 23-
2, bingung 8 dan ataksia 7. Apabila efek samping terjadi yang dilakukan adalah penyesuaian dan monitoring dosis tidak sampai pada
penghentian dosis sedangkan pemakaian amitriptilin harus digunakan secara hati- hati pada lansia karena resiko terjatuh dan gangguan kognitif, selain itu
amitriptilin juga dikontraindikasikan pada penyakit kardiovaskular. Efek samping yang sering dilaporkan pada penggunaan amitriptilin adalah mengantuk, efek
antikolinergik mulut kering dan konstipasi,hipotensi dan penambahan berat badan.
Data penelitian ini menunjukkan adanya korelasi efek samping yang dialami pasien dengan teori efek samping kedua obat tersebut. Pada penelitian ini
kelompok gabapentin dan kelompok amitriptilin memiliki jumlah yang sama yaitu 11 pasien yang mendapatkan efek samping obat namun setelah dibagi dengan total
pasien dalam kelompok didapatkan sebesar 42,2 pada kelompok amitriptilin dan 35,3 pada kelompok gabapentin.Dari pemaparan di atas gabapentin memiliki
tolerabilitasyang baik, aman, dan sedikit berinteraksi dengan obat lain dibanding obat nyeri lainnya Dworkinet al,2003.
Sejauh pengamatan dan data penelitian yang didapatkan kelompok gabapentin dan amitriptilin memiliki efikasi untuk menurunkan rasa nyeri pada pasien stroke
iskemik dan pengaruh kualitas hidup yang sama sehingga harapannya kedua obat tersebut dapat masuk kembali ke Daftar dan Plafon Harga Obat sebagai terapi
jejas saraf atau karena tahun 2014 Indonesia semua masyarakat mendapatkan