8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Cacing tanah Eudrilus eugeniae
1. Klasifikasi
Cacing tanah Eudrilus eugeniae tergolong pada kelompok binatang lunak karena tidak memiliki tulang belakang avertebrata. Eudrilus
eugeniae sering disebut cacing Afrika, atau ANC African Night Crawler.
Kedudukan Eudrilus eugeniae dalam taksonomi adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia Filum
: Annelida Kelas
: Oligochaeta Ordo
: Megadrilacea Famili
: Eudrilidae Genus
: Eudrilus Spesies
: Eudrilus eugeniae Kinberg, 1867 dalam Blakemore, 2015: 527
2. Morfologi
Cacing Eudrilus eugeniae berasal dari dataran tropis hangat benua Afrika yang telah banyak dikembangkan untuk keperluan ternak di
berbagai penjuru dunia. Tampilan tubuh cacing tanah dapat dideskripsi menjadi lima bagian yang terdiri atas bagian depan anterior, bagian
tengah, bagian belakang posterior, bagian punggung dorsal, dan bagian bawah perut ventral seperti gambar di bawah ini.
9
Gambar 1. Tampilan Bagian Tubuh Cacing Tanah Rukmana, 2008: 17
Bentuk tubuh cacing Eudrilus eugeniae silindris memanjang dengan didominasi warna ungu muda hingga ungu gelap, warna merah tua
memudar pada bagian posterior, warna-warni kemilau dari difraksi kutikula pada bagian anterior. Struktur tubuh cacing tanah terlihat seperti
gambar di bawah ini.
Gambar 2. Struktur Tubuh Cacing Tanah Rukmana, 2008: 17
Tubuh cacing Eudrilus eugeniae dibedakan atas bagian anterior dan posterior. Cacing Eudrilus eugeniae tidak memiliki mata, tetapi pada
tubuh cacing tanah terdapat prostomium. Prostomium ini merupakan organ
10
saraf perasa dan berbentuk seperti bibir. Organ ini terbentuk dari tonjolan daging yang dapat menutupi lubang mulut. Prostomium terdapat di bagian
depan tubuh cacing tanah. Adanya prostomium ini membuat cacing Eudrilus eugeniae
peka terhadap benda-benda di sekelilingnya Palungkun, 2010: 15. Pada cacing tanah dewasa terdapat alat untuk
menyiapkan proses perkembangbiak an yang disebut “klitelum”. Klitelum
merupakan penebalan dari jaringan epitel permukaan kulit dan mengandung banyak sel-sel kelenjar. Sel-sel ini menghasilkan sekreta
berlendir yang berguna untuk pembentukan kokon yang melindungi saat perkembangan embrio. Klitelum membentuk semacam selaput yang
membungkus anak-anak cacing yang sedang tumbuh. Klitelum terletak di antara anterior dan posterior, warna klitelum lebih terang daripada warna
tubuhnya. Klitelum dapat ditemukan pada segmen 13, 14-18 dengan bentuk lebih menonjol Gates, 1972: 51.
Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen. Terdiri dari 161- 211 segmen Gates, 1972: 61 atau 250-300 Viljoen Reinecke, 1994:
27. Di setiap segmen terdapat rambut yang keras dan berukuran pendek yang disebut seta. Terdapat 8 seta per segmen. Seta berfungsi sebagai
pencengkram atau pelekat yang kuat pada tempat cacing tanah itu berada. Lubang kelamin jantan terletak pada segmen ke 17 dan lubang kelamin
betina terdapat pada segmen ke 14. Bagian bawah ventral terdapat pori-pori yang letaknya tersusun
atas segmen dan berhubungan dengan alat ekskresi nephredia yang ada
11
dalam tubuh. Nephredia ini mengeluarkan zat-zat sisa yang telah berkumpul di dalam rongga tubuh rongga selomik berupa cairan. Fungsi
pori-pori adalah untuk menjaga kelembaban kulit cacing tanah agar selalu basah karena cacing bernapas melalui kulit basah tersebut. Kulit luar
kutikula selalu dibasahi oleh kelenjar-kelenjar lendir kelenjar mukus. Lendir ini terus-menerus diproduksi cacing tanah untuk membasahi
tubuhnya agar dapat bergerak dan melicinkan tubuhnya Rukmana, 2008: 16-18.
Dari segi ukuran, cacing Eudrilus eugeniae lebih besar dibandingkan dengan jenis cacing tanah yang lain, atau sekitar dua kali
dari besar cacing merah. Panjang tubuh cacing Eudrilus eugeniae 90-185 mm atau bisa mencapai 250-400 mm dalam kondisi budidaya yang
optimal. Lebar cacing sekitar 4-8 mm. Bobot per cacing dewasa 1,0 g atau maksimal 5,0-6,0 g Parthasarathi, 2007: 347-350. Kokon cacing Eudrilus
eugeniae juga lebih berisi daripada kokon cacing yang lain sehingga
populasinya cepat bertambah. Cacing ini mempunyai gerakan yang lamban.
3. Sistem Pencernaan