21 berbagai cara, seperti diskusi kelas dan kelompok
interview perorangan, observasi mengenai perilaku siswa dan evaluasi media yang telah tersedia.
Walker dan Hess 1984:206 dalam Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto 2013:143 memberikan kriteria dalam meninjau media pembelajaran yang
berdasarkan kepada kualitas. Adapun kualitas dalam kriteria tersebut yakni kualitas isi dan tujuan, kualitas pembelajaran dan kualitas teknik. Kualitas isi dan tujuan
yang dimaksud seperti
ketepatan, kelengkapan,
kepentingan, minat, keseimbangan, keadilan dan kesesuaian dengan situasi siswa. Kualitas
pembelajaran yang dimaksud seperti memberikan kesempatan belajar, memberikan bantuan, kualitas memotivasi, fleksibilitas pembelajarannya,
hubungan dengan program pembelajaran lainnya, kualitas sosial interaksi pembelajaran, kualitas tes dan penilaiannya, dapat membawa dampak baik bagi
guru dan siswa serta pembelajarannya. Sedangkan kualitas teknis yang dimaksud adalah keterbacaan, mudah digunakan, kualitas penanganan jawaban, kualitas
tampilan, kualitas pengelolaan programnya dan kualitas pendokumentasiannya. Ketiga kriteria yang disebutkan dapat dikembangkan menjadi sebuah instrumen
evaluasi media.
3. Problem Based Learning
a. Pengertian Problem Based Learning
Menurut Eveline Siregar 2014:120 belajar berbasis masalah adalah suatu lingkungan belajar dimana masalah mengendalikan proses belajar mengajar.
Sebelum kegiatan belajar mengajar, pelajar diberikan umpan berupa masalah. Masalah diajukan agar pelajar mengetahui bahwa mereka harus mempelajari
beberap pengetahuan baru sebelum mereka memecahkan masalah tersebut. PBL
22 berfokus pada penyajian suatu permasalahan nyata atau simulasi kepada siswa,
kemudian siswa diminta mencari pemecahannya melalui serangkaian penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip, yang dipelajari dari berbagai
bidang ilmu. Permasalahan menjadi fokus, stimulus, dan pemandu proses belajar. Sementara, guru menjadi fasilitator dan pembimbing.
Pengertian Problem Based Learning menurut Hosnan 2014:298 yaitu
pembelajaran yang menggunakan masalah nyata yang tidak terstruktur dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan menyelesaikan masalah dan berfikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. PBL menjadikan masalah nyata sebagai pemicu
bagi proses belajar peserta didik sebelum mengetahui konsep formal. Sedangkan Ibrahim dan Nur 2000:2 dalam Rusman 2014:241
mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat
tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa Problem Based Learning pembelajaran berbasis masalah
adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai bahan ajar, dengan adanya masalah yang diberikan sebelum kegiatan belajar maka siswa
dituntut untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Masalah nyata dijadikan sebagai pemicu bagi proses belajar peserta didik.
b. Ciri Problem Based Learning