Efektivitas KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Metode ceramah dan Pemutaran Film terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2014

(1)

EFEKTIVITAS KIE (KOMUNIKASI,INFORMASI DAN EDUKASI) METODE CERAMAH DAN PEMUTARAN FILM TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG ZAT BESI DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN

TENGGARA TAHUN 2014

TESIS

Oleh

DEVI YUNANI NASUTION 117032183/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE EFFECTIVENESS OF CIE (COMMUNICATION, INFORMATION AND EDUCATION) IN LECTURE METHOD AND THE RUN OF FILMS ON

PREGNANT MOTHERS’ KNOWLEDGE AND ATTITUDE

TOWARD IRON TABLETS IN PADANGSIDEMPUAN TENGGARA SUBDISTRICT IN 2014

THESIS

By

DEVI YUNANI NASUTION 117032183/IKM

MASTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

EFEKTIVITAS KIE (KOMUNIKASI,INFORMASI DAN EDUKASI) METODE CERAMAH DAN PEMUTARAN FILM TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG ZAT BESI DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN

TENGGARA TAHUN 2014

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

DEVI YUNANI NASUTION 117032183/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : EFEKTIVITAS KIE (KOMUNIKASI,INFORMASI DAN EDUKASI) METODE CERAMAH DAN PEMUTARAN FILM TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG ZAT BESI DI KECAMATAN

PADANGSIDIMPUAN TENGGARA TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : Devi Yunani Nasution

Nomor Induk Mahasiswa : 117032183

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah Diuji

pada Tanggal : 5 Februari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si 2. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si


(6)

PERNYATAAN

EFEKTIVITAS KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI) METODE CERAMAH DAN PEMUTARAN FILM TERHADAP

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG ZAT BESI DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN

TENGGARA TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, April 2015

Devi Yunani Nasution 117032183/IKM


(7)

ABSTRAK

Pencegahan anemia defesiensi besi telah lama dilakukan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Salah satu pencegahannya melalui program suplementasi besi dan asam folat pada ibu hamil dengan melaksanakan pemberian tablet besi secara gratis. Laporan tahunan Puskesmas Pijorkoling realisasi Fe3 sebesar 46% dan Puskesmas Labuhan Rasoki menunjukkan realisasi program Fe3 telah mencapai 83 %. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efektivitas Komunikasi, Informasi, Edukasi metode ceramah dan pemutaran film terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet zat besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan Pretest-Posttes Control Group Design. Populasi adalah seluruh ibu hamil di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara tahun 2012 sebanyak 700 orang (Data Dinas Kesehatan Daerah Kota Padangsidimpuan). Sampel berjumlah 30 orang pada kelompok ceramah dan 30 orang pada kelompok film. Analisis data menggunakan uji paired sample t test dan uji Independent sample t test.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan rata-rata pengetahuan sebelum dengan sesudah diberikan metode ceramah yaitu 5,90 menjadi 10,97 dengan nilai p<0,001, sedangkan pada sikap terdapat peningkatan rata-rata sebelum dengan sesudah diberikan metode ceramah yaitu 45,33 menjadi 49,83 dengan nilai p<0,001. Terdapat peningkatan rata-rata pengetahuan sebelum dengan sesudah diberikan pemutaran film yaitu 7,03 menjadi 10,10 dengan nilai p<0,001, sedangkan pada sikap terdapat peningkatan rata-rata sebelum dengan sesudah diberikan pemutaran film

yaitu 42,13 menjadi 53,03 dengan nilai p<0,001. Perubahan pengetahuan lebih besar dengan metode ceramah dibanding pemutaran film, sedangkan perubahan sikap lebih besar pemutaran film dibanding metode ceramah.

Disarankan untuk menggunakan kedua metode ini yaitu metode ceramah dan pemutaran film oleh karena masing-masing metode ini mempunyai keunggulan meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang zat besi.


(8)

ABSTRACT

The prevention of iron deficiency anemia has been done in Padangsidimpuan Tenggara Subdistrict. One of the attempts to prevent from it is through iron and folate acid supplement in pregnant mothers by distributing free iron tablets. The annual report of Puskesmas Pijorkoling revealed that the realization of 90 tablets Fe distribution was 46%, while at Labuhan Rasoki Puskesmas was 83%. The objective of the research was to analyze the effectiveness of Communication, Information, and Education (CIE), lecture method and film screening on pregnant mothers’ knowledge and attitude toward iron tablets in Padangsidimpuan Tenggara Subdistrict.

The research was a quasi experiment with Pretest-Posttest Control Group design. The population was 700 pregnant mothers in Padangsidimpuan Tenggara Subdistrict, and 60 of them were used as the samples. 30 of samples belonged to lecture group and 30 of samples belonged to film screening group. The data were analyzed by using paired sample t-test and independent sample t-test.

The result of the research showed that mean knowledge before and after lecture method being given was 5.90 and 10.97 at p < 0.001, while a mean increase in attitude before and after lecture method was from 45.33 to 49.83 at p < 0.001. The mean increase in knowledge before and after film screening was 7.03 to 10.10 at p < 0.001, while the mean increase in attitude before and after film screening was from 42.13 to 53.03 at p < 0.001. The change in mean knowledge of lecture method was bigger than film screening, while the change in mean attitude in film screening was bigger than lecture method

It is recommended that the two methods, lecture method and film screening, should be used because each of them has advantage in increasing pregnant mothers’ knowledge and attitude toward iron.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tiada henti dan tak terhingga kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Efektivitas KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Metode ceramah dan Pemutaran Film terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2014”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Kesehatan Repoduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Proses penulisan tesis dapat terwujud berkat dukungan, bimbingan, arahan dan bantuan moral maupun material dari banyak pihak. Untuk itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera


(10)

Utara sekaligus komisi penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan tesis ini.

4. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, sebagai komisi penguji yang telah memberi masukan sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan tesis ini.

5. Dr.Ir.Erna Mutiara, M.Kes selaku ketua komisi pembimbing dan ibu Dr. Ria Masniari,M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh perhatian, kelembutan dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai. 6. Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kota Padangsidimpuan dan jajarannya yang

telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk memberikan izin selama masa perkuliahan sampai selesai penelitian ini.

7. Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Ayahanda Drs. H. Ahmad Nasir Nasution dan Ibunda Hj. Kartini Harahap, SE, serta yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.

9. Teristimewa buat suami tercinta Amriyanto Pulungan yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta cinta yang dalam setia menunggu, memotivasi dan memberikan dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.


(11)

10. Keluarga M.Abdullah Nasution, keluarga Anri Dahumri Nasution, keluarga Anra Yoparisa Nasution,Dina Prisiska Nasution,S.K.M,S.Pd, Misbah,SST,M.Kes serta sahabat dan teman yang tak dapat disebut satu persatu namanyadengan penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa kepada penulis agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.

11. Keluarga Besar Yayasan Perguruan Karya Bunda Langga Nasution (Dra.Hj.Langgasari Nasution,S.K.M.MM) dan Rekan Kerja Akademi Kebidanan Darmais Padangsidimpuan yang telah memberikan semangat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Magister IKM FKM-USU.

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, April 2015 Penulis

Devi Yunani Nasution 117032183/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Devi Yunani Nasution lahir pada tanggal 28 Desember 1980 di Medan, anak pertama dari 5 (lima) bersaudara dari pasangan ayahanda Drs.H.Ahmad Nasir Nasution dan ibunda Hj.Kartini Harahap,SE.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di sekolah Dasar Negeri 142431/ 15 Padangsidimpuan selesai tahun 1993, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Padangsidimpuan selesai tahun 1996, Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Padangsidimpuan selesai tahun 1999, DIII Kebidanan Poltekes Medan Prodi Padangsidimpuan selesai tahun 2002, D-IV kebidanan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara selesai tahun 2004.

Penulis mulai bekerja sebagai Bidan di Puskesmas Pijorkoling dari tahun 2005 sampai sekarang. Pernah bekerja sebagai staf pengajar di Akademi Kebidanan Flora Medan dari tahun 2003 sampai 2005, berkerja sebagai dosen pengajar di Akademi Kebidanan Sentral Padangsidimpuan dari tahun 2005 sampai dengan 2010,bekerja sebagai dosen pengajar di Akademi Kebidanan Darmais Padangsidimpuan dari tahun 2007 sampai dengan sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2011 dan akan menyelesaikan studi tahun 2015.


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pengetahuan ... 8

2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 8

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan ... 9

2.2 Sikap (Attitude) ... 10

2.2.1 Pengertian Sikap ... 10

2.2.2 Komponen Sikap ... 11

2.2.3 Tingkatan Sikap ... 12

2.3 Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan (KIE) ... 13

2.3.1 Komunikasi ... 14

2.3.2 Informasi dan Edukasi ... 15

2.4 Efektifitas KIE terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Tablet Zat Besi ... 19

2.5 Metode Ceramah dan Pemutaran Film ... 23

2.5.1 Metode Ceramah ... 24

2.5.2 Film ... 25

2.6 Zat Besi (Fe) ... 28

2.6.1 Fungsi Zat Besi ... 29

2.6.2 Sumber Zat Besi ... 29

2.6.3 Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil ... 30

2.6.4 Akibat Kekurangan Zat Besi pada masa Kehamilan ... 31


(14)

2.6.6 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Zat

Besi pada Ibu Hamil ... 33

2.6.7 Program Pencegahan Anemia ... 34

2.7 Landasan Teori ... 34

2.8 Kerangka Konsep ... 36

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3 Populasi dan Sampel ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 44

3.6 Metode Pengukuran ... 45

3.7 Metode Analisa Data ... 47

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 48

4.1 Gambaran Umum Padangsidimpuan Tenggara ... 48

4.1.1 Kondisi Geografi ... 48

4.1.2 Demografi ... 48

4.1.3 Fasilitas Kesehatan ... 50

4.2 Karakteristik Responden ... 50

4.3 Analisis Univariat ... 52

4.3.1 Pengetahuan Ibu Hamil ... 52

4.3.2 Sikap Ibu Hamil... 56

4.4 Analisis Bivariat ... 62

4.4.1 Uji Normalitas Data... 62

4.4.2 Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Zat Besi ... 63

4.4.3 Pengaruh Penyuluhan Pemutaran Film terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Zat Besi ... 63

4.4.4 Perbedaan pengaruh Metode Ceramah dan Pemutaran Film terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Zat Besi ... 64

BAB 5. PEMBAHASAN ... 66

5.1 Efektivitas Metode Ceramah terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ... 66

5.2 Efektivitas Metode Ceramah terhadap Sikap Ibu Hamil tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ... 69

5.3 Efektivitas Metode Pemutaran Film terhadap Pengetahuan Ibu Hamil tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ... 70


(15)

5.4 Efektivitas Metode Pemutaran Film terhadap Sikap Ibu Hamil

tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ... 72

5.5 Perbedaan Efektivitas Metode Ceramah dan Pemutaran Film terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ... 73

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

6.1 Kesimpulan ... 76

6.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 4.1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara ... 49 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan

Padangsidimpuan Tenggara ... 49 4.3. Distribusi Karakteristik Responden di Kecamatan Padangsidimpuan

Tenggara Tahun 2014 ... 50 4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Sebelum dan Sesudah

Ceramah Berdasarkan Indikator Variabel Pengetahuan... 52

4.5. Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan tentang Tablet Zat Besi dengan Metode Ceramah ... 54 4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Sebelum dan Sesudah

Pemutaran Film Berdasarkan Indikator Variabel Pengetahuan ... 55 4.7. Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan

tentang Tablet Zat Besi dengan Metode Pemutaran Film ... 56 4.8. Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Responden Sebelum dan

Sesudah Ceramah ... 57 4.9. Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan tentang

Tablet Zat Besi dengan Metode Ceramah ... 59 4.10. Distribusi Frekuensi Pernyataan Sikap Responden Sebelum dan

Sesudah Pemutaran Film ... 59 4.11. Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Diberikan Penyuluhan tentang

Tablet Zat Besi dengan Pemutaran Film ... 59 4.12. Hasil Uji Normalitas Data Variabel Pengetahuan dan Sikap ... 62

4.13. Pengaruh Penyuluhan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Tablet Zat Besi ... 63


(17)

4.14. Pengaruh Penyuluhan Pemutaran Film terhadap Pengetahuan dan Sikap Responden tentang Tablet Zat Besi ... 64 4.15. Pengaruh Metode Ceramah dan Pemutaran Film terhadap Perubahan


(18)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Teori Stimulus-Organisme-Respons (S-O-R) ... 36 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 36 3.1. Desain Penelitian ... 37


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kesediaan Menjadi Responden ... 82

2. Kuesioner Penelitian ... 83

3. Master Data ... 88

4. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 91

5. Hasil Analisis Data ... 94

6. Dokumentasi Penelitian ... 121

7. Materi Penyuluhan ... 123


(20)

ABSTRAK

Pencegahan anemia defesiensi besi telah lama dilakukan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Salah satu pencegahannya melalui program suplementasi besi dan asam folat pada ibu hamil dengan melaksanakan pemberian tablet besi secara gratis. Laporan tahunan Puskesmas Pijorkoling realisasi Fe3 sebesar 46% dan Puskesmas Labuhan Rasoki menunjukkan realisasi program Fe3 telah mencapai 83 %. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efektivitas Komunikasi, Informasi, Edukasi metode ceramah dan pemutaran film terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet zat besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan Pretest-Posttes Control Group Design. Populasi adalah seluruh ibu hamil di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara tahun 2012 sebanyak 700 orang (Data Dinas Kesehatan Daerah Kota Padangsidimpuan). Sampel berjumlah 30 orang pada kelompok ceramah dan 30 orang pada kelompok film. Analisis data menggunakan uji paired sample t test dan uji Independent sample t test.

Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan rata-rata pengetahuan sebelum dengan sesudah diberikan metode ceramah yaitu 5,90 menjadi 10,97 dengan nilai p<0,001, sedangkan pada sikap terdapat peningkatan rata-rata sebelum dengan sesudah diberikan metode ceramah yaitu 45,33 menjadi 49,83 dengan nilai p<0,001. Terdapat peningkatan rata-rata pengetahuan sebelum dengan sesudah diberikan pemutaran film yaitu 7,03 menjadi 10,10 dengan nilai p<0,001, sedangkan pada sikap terdapat peningkatan rata-rata sebelum dengan sesudah diberikan pemutaran film

yaitu 42,13 menjadi 53,03 dengan nilai p<0,001. Perubahan pengetahuan lebih besar dengan metode ceramah dibanding pemutaran film, sedangkan perubahan sikap lebih besar pemutaran film dibanding metode ceramah.

Disarankan untuk menggunakan kedua metode ini yaitu metode ceramah dan pemutaran film oleh karena masing-masing metode ini mempunyai keunggulan meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang zat besi.


(21)

ABSTRACT

The prevention of iron deficiency anemia has been done in Padangsidimpuan Tenggara Subdistrict. One of the attempts to prevent from it is through iron and folate acid supplement in pregnant mothers by distributing free iron tablets. The annual report of Puskesmas Pijorkoling revealed that the realization of 90 tablets Fe distribution was 46%, while at Labuhan Rasoki Puskesmas was 83%. The objective of the research was to analyze the effectiveness of Communication, Information, and Education (CIE), lecture method and film screening on pregnant mothers’ knowledge and attitude toward iron tablets in Padangsidimpuan Tenggara Subdistrict.

The research was a quasi experiment with Pretest-Posttest Control Group design. The population was 700 pregnant mothers in Padangsidimpuan Tenggara Subdistrict, and 60 of them were used as the samples. 30 of samples belonged to lecture group and 30 of samples belonged to film screening group. The data were analyzed by using paired sample t-test and independent sample t-test.

The result of the research showed that mean knowledge before and after lecture method being given was 5.90 and 10.97 at p < 0.001, while a mean increase in attitude before and after lecture method was from 45.33 to 49.83 at p < 0.001. The mean increase in knowledge before and after film screening was 7.03 to 10.10 at p < 0.001, while the mean increase in attitude before and after film screening was from 42.13 to 53.03 at p < 0.001. The change in mean knowledge of lecture method was bigger than film screening, while the change in mean attitude in film screening was bigger than lecture method

It is recommended that the two methods, lecture method and film screening, should be used because each of them has advantage in increasing pregnant mothers’ knowledge and attitude toward iron.


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh dunia terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Hal tersebut tidak berbeda dengan yang terjadi di Indonesia dimana anemia masih menjadi masalah yang belum dapat diatasi hingga saat ini (Arisman, 2004).

Menurut Cunningham dan Garry (2001), anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan atau jumlah eritrosit di bawah nilai normal. Peningkatan volume plasma pada ibu hamil menyebabkan terjadinya

hemodilusi, sehingga terjadi penurunan hematokrit (20-30%), yang mengakibatkan kadar hemoglobin dan hematokrit lebih rendah daripada keadaan tidak hamil.

Secara global berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) (2012), terdapat 41,8% prevalensi anemia pada ibu hamil yang diantaranya diakibatkan oleh defisiensi besi. Kailavani (2009), menyatakan bahwa India adalah negara dengan penyumbang kematian ibu terbesar akibat anemia yaitu sebanyak 40% kematian. Di Indonesia, menurut World Bank Group (2013), yang mencatat anemia


(23)

pada ibu hamil menjelaskan bahwa pada tahun 2005 – 2010, terdapat 44% anemia pada ibu hamil dari 1000 kehamilan (Permenkes RI, 2011).

Fatimah dkk (2011) yang mengutip laporan USAID’s, A2Z, Micronutrient and

Child Blindness Project, ACCESS Program, and Food and Nutrition Technical Assistance (2006) menyatakan bahwa sekitar 50% dari seluruh jenis anemia diperkirakan akibat dari defisiensi besi. Berdasarkan penelitiannya Fatimah, dkk (2011), menyatakan bahwa prevalensi anemia defisiensi besi ibu hamil ditemukan sebesar 41%, diantaranya anemia berat (Hb<8 gr/dL) 1 orang (1,2%), anemia sedang (Hb 8-9,9 gr/dL) 36 orang (43,9%), dan 45 orang (54,9%) yang tergolong anemia ringan (Hb 10-10,9 gr/dL).

Menurut Depkes RI (1995) dalam Agtini, dkk (1996). Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan / hambatan pada pertumbuhan janin, baik sel tubuh maupun sel otak. Pada ibu hamil yang kekrangan zat besi dapat terjadi keguguran, lahir sebelum waktunya, berat badan lahir (BBLR), perdarahan sebelum dan waktu melahirkan. Pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi . Arisman (2004), dampak kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat diamati dari besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan angka kematian janin, serta peningkatan risiko terjadinya berat badan lahir rendah, pendarahan pascapartum (disamping eklampsia, dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang kesemuanya bersumber pada anemia defesiensi besi. Berdasarkan data BPS, BKKBN, DEPKES RI, dan Macro Internasional, 2013, yang mencatat SDKI


(24)

tahun 2012, diketahui sepanjang tahun 2008 – 2012 jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 369 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurut Depkes RI (2002), suplementasi pemberian tablet tambah darah dalam program penanggulangan anemia gizi telah diuji secara ilmiah efektifitasnya apabila dilaksanakan sesuai dengan dosis dan ketentuan. Program pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil yang menderita anemia kurang menunjukkan hasil yang nyata. Faktor yang memengaruhi adalah kepatuhan minum tablet tambah darah yang tidak optimal dan status ibu sebelum hamil sangat rendah, sehingga jumlah tablet tambah darah yang dikonsumsi tidak cukup untuk meningkatkan Hemoglobin (Hb) dan simpanan besi.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (2012) yang memaparkan Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011 menunjukkan bahwa terdapat 83,3% dari 4, 87 juta jiwa ibu hamil telah mendapat cakupan pemberian 90 tablet zat besi. Sebelumnya berdasarkan hasil Riskesdas 2010 yang menunjukkan bahwa 80,7 % perempuan usia 10-59 tahun yang hamil mendapat tablet Fe dengan jumlah hari minum tablet besi, sebanyak 19,3 % ibu hamil yang tidak minum tablet Fe, dan hanya 18,0 % yang minum tablet Fe 90 hari atau lebih. Di Sumatera Utara, berdasarkan data Kementrian Kesehatan (2012), tentang Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011, terdapat 90 % dari 122.217 ibu yang hamil telah mendapat cakupan 90 tablet zat besi. Sementara itu pencegahan anemia defesiensi besi juga telah lama dilakukan di wilayah Puskesmas Pijorkoling dan Puskesmas Labuhan Rasoki Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Salah satu pencegahannya melalui program


(25)

suplementasi besi dan asam folat pada ibu hamil dengan melaksanakan pemberian tablet besi secara gratis. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Padangsidimpuan (2013) pada laporan tahunan Puskesmas Pijorkoling realisasi Fe3 sebesar 46% dan Puskesmas Labuhan Rasoki menunjukkan realisasi program Fe3 telah mencapai 83 % dari seluruh kunjungan ibu hamil (K4) sebanyak 700 ibu hamil.

Menurut Puspasari dkk (2008), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan pada ibu hamil dalam kepatuhannya mengkonsumsi tablet besi selama kehamilannya. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih abadi dari pada perilaku yang tidak didasarkan oleh pengetahuan. Dalam kenyataan tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet zat besi meminumnya secara rutin, hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet zat besi untuk kehamilannya. Sikap juga akan memengaruhi ibu hamil dalam kepatuhan mengkonsumsi tablet besi selama kehamilannya. Ibu hamil yang tahu akan pentingnya tablet besi akan selalu mengkonsumsinya sampai habis.

Pada survei awal yang dilakukan pada 10 (sepuluh) ibu hamil dengan kunjungan ibu hamil (K4) dengan latar belakang pendidikan 5 (lima) orang dengan pendidikan sekolah dasar (SD), 3 (tiga) orang SMP dan 2 (dua) orang SMU didapatkan hasil hanya 20 % ibu hamil dengan pendidikan SMU yang mampu menjawab pertanyaan meliputi manfaat tablet zat besi dan mengkonsumsi tablet zat besi dengan benar sedangkan 80% ibu hamil tidak mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Dari sikap 10 (sepuluh) ibu hamil yang diwawancara diperoleh hasil 8 orang (80%) menunjukkan sikap tidak mau mengkonsumsi tablet besi yang


(26)

ditawarkan dengan alasan mual dan susah buang air besar dan 2 orang (20%) menunjukkan respon baik dengan menerima satu bungkus tablet zat besi yang ditawarkan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat pada umumnya dan ibu hamil khususnya tentang tablet zat besi dapat dilakukan melalui program Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE). Menurut Notoatmodjo (2007), penyampaian materi pada program KIE dapat dilakukan melalui beberapa metode dan media. Media yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari yang tradisional yaitu mulut (lisan), bunyi-bunyian (kentongan), tulisan (cetak), sampai dengan elektronik yang modern yaitu televisi dan internet.

Kegiatan penyuluhan kesehatan dalam bentuk ceramah selama ini telah dilakukan petugas kesehatan Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dalam pendistribusian tablet besi pada ibu hamil. Ceramah tentang tablet besi diberikan secara langsung kepada ibu hamil pada saat kunjungan ulang kehamilan Trimester II dan trimester III. Namun tetap saja pada survei awal didapati hanya 20 % ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik tentang tablet zat besi dan 80 % menunjukkan sikap tidak baik dengan menunjukkan respon tidak menerima tablet besi yang ditawarkan.

Metode penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh penyuluh puskesmas disesuaikan dengan unsur perilaku sasaran yang akan diubah, apakah unsur pengetahuan, sikap atau tindakan. Metode penyuluhan yang paling sering dilakukan oleh petugas puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan adalah metode ceramah/tanya jawab (Depkes RI, 1991). Ceramah baik untuk sasaran yang


(27)

berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2010). Daya ingat pendengar dari metode ceramah terbatas (Maulana, 2007).

Selanjutnya menurut Arsyad (2011), media lain yang dapat digunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah film. Film dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Film dapat menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Film juga dapat ditunjukkan pada kelompok kecil atau kelompok besar.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian untuk menilai efektivitas Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) metode ceramah dan pemutaran film terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang zat besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

1.2Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dan penelitian adalah belum diketahuinya efektivitas Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) metode ceramah dan pemutaran filmterhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dimana metode ceramah telah lama digunakan dalam mendistribusikan tablet besi namun sikap dan pengetahuan ibu tentang tablet besi masih rendah ditandai masih adanya kasus anemia pada pemeriksaan kunjungan ibu hamil (K4) di Padangsidimpuan Tenggara.


(28)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) metode ceramah dan pemutaran filmterhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet zat besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara.

1.4Hipotesis

Ada perbedaan rata-rata pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet zat besi pada kelompok metode ceramah dengan kelompok dengan media pemutaran film.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Padangsidimpuan, sebagai acuan (model) dalam merencanakan dan melaksanakan penyuluhan kesehatan secara konsisten atau dapat menyempurnakan dan mengembangkan metode penyuluhan kesehatan yang lebih efisien dan efektif, sehingga perilaku kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.

2. Bermanfaat sebagai dasar untuk penelitian lanjutan bagi peneliti-peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang metode penyuluhan kesehatan.


(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Maulana, 2007).

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Lebih dari 75 % sampai 87 % dari pengetahuan manusia disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indra yang lain. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan jelas pengetahuan yang diperoleh (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Hutagaol, dkk (2010), untuk dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman ibu dalam mengkonsumsi tablet tambah darah maka perlu dilakukan pembinaan dan penyegaran informasi secara terus menerus melalui penyuluhan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, dengan menggunakan media cetak ataupun media elektronik dengan harapan dapat terjadinya peningkatan pengetahuan sehingga menciptakan perubahan perilaku ibu yang baik.


(30)

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Notoatmodjo (2005b), berpendapat bahwa pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan tingkat yang berbeda-beda, hal ini tercakup domain kognitif yang dibagi dalam enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah mengingat kembali(Recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang itu tah/u tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek suatu materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi


(31)

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut yang masih ada kaitannya antara satu dengan lainnya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, dimana penilaian berdasarkan

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.


(32)

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang, secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun menurun dan tanpa ada pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat memengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televisi,majalah,Koran, dan buku. 5. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun bila sesorang berpenghasilan cukup besar, maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

6. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat memengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.


(33)

2.2Sikap (Attitude)

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap juga akan mempengaruhi ibu hamil dalam kepatuhan mengkonsumsi tablet besi selama kehamilannya. Ibu hamil yang tahu akan pentingnya tablet besi akan selalu mengkonsumsinya sampai habis.

Maulana (2007) yang mengutip Koentjaraningrat (1983), menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terdapat suatu objek akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut. Maulana (2007) yang mengutip Sarwono (1997), menyatakan bahwa sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya.

2.2.2 Komponen Sikap

Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005b), sikap terdiri dari tiga komponen pokok secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). 1. Komponen kognitif (cognitive)

Komponen kognitif merupakan representatif apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap mengenai apa yang berlaku atau yang benar bagi obyek sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan (keyakinan), ide yang dimilki oleh individu terhadap suatu objek. Seringkali komponen kognitif ini disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah kontroversial.


(34)

2. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen ini merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi.

3. Komponen konatif (conative)

Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Komponen ini merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka.

2.2.3 Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari empat tingkatan berdasarkan intensitasnya yaitu :

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Oleh karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.


(35)

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005), sikap manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam menyampaikan informasi sebagai tugas pokoknya media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuai hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

1. Faktor Internal

1) Fisiologis (sakit,lapar,haus) 2) Psikologis (minat dan perhatian) 3) Motif

2. Faktor Eksternal 1) Pengalaman 2) Situasi


(36)

3) Norma 4) Hambatan

5) Pendorong (Maulana,2007)

2.3 Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kesehatan (KIE)

UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi.

Promosi dapat dilakukan dengan pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) berbagai kategori kelompok sasaran. Setiap jenis kelompok sasaran mensyaratkan cara KIE yang berbeda satu sama lain. Kedalaman tujuan KIE pun berbeda-beda, mulai dari KIE yang hanya mengubah pengetahuan sampai pada pengubahan sikap mental dan keterampilan. Untuk mengubah pengetahuan, KIE dapat dilakukan dengan komunikasi yang bersifat informative saja. Sedangkan untuk mengubah sikap mental dan keterampilan, KIE harus dilakukan dengan komunikasi yang terus-menerus, terencana, dan dilaksanakan secara sistematis. ( Slamet,1980 dalam Badan POM RI 2012).

Upaya Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) memiliki dua tujuan yaitu: 1. Peningkatan pengetahuan


(37)

Strategi yang lebih tepat dipilih dalam melaksanakan kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) di tingkat pelayanan dasar adalah strategi Gerakan Masyarakat dan Bina Suasana. Menurut Depkes RI (2008), untuk melaksanakan strategi Gerakan Masyarakat dan Bina Suasana, Petugas Kesehatan perlu memperhatikan lima aspek berikut :

1) Pesan inti yang ingin disampaikan (APA)

2) Kelompok yang akan menjadi sasaran penyampaian pesan tersebut (SIAPA) 3) Pengetahuan yang diharapkan dikeTAHUi oleh kelompok sasaran

4) Perilaku yang diharapkan MAU diterima dan dilakukan kelompok sasaran

5) Cara apa yang paling tepat untuk mencapai kelompok sasaran tersebut (JALUR dan MEDIA).

2.3.1 Komunikasi

Komunikasi adalah proses pengoperasian ransangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (nonverbal), untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau ransangan ini dapat berupa suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan, atau simbol-simbol yang diharapkan dapat dimengerti, oleh pihak lain, dan pihak lain tersebut merespons dan bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan stimulus (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Rasmuson (1988) dalam Notoatmodjo (2010) komunikasi kesehatan dipandang sebagai Ilmu Komunikasi Terapan yang digunakan untuk memengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat. Disiplin ini menggunakan metode


(38)

prinsip-prinsip Komunikasi Massa, Desain Pengajaran, Pemasaran Sosial, Analisis Perilaku dan Antropologi Medis.

Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan orang lain diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi, yakni:

1. Pengirim (sender) atau sumber (resource) adalah : Individu, kelompok, atau organisasi berperan untuk mengalihkan (transferring) pesan.

2. Encoding adalah : Pengalihan gagasan kedalam pesan.

3. Pesan (massage) adalah : Gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang lain

4. Saluran (media) adalah media dari komunikasi, merupakan tempat dimana sumber menyalurkan pesan kepada penerima, misalnya melalui gelombang suara, cahaya,atau halaman cetakan dll

5. Decoding adalah pengalihan pesan kedalam gagasan.

6. Penerima (reseiver) adalah individu atau kelompok yang menerima pesan. 7. Umpan balik (feed back) adalah reaksi terhadap pesan

8. Gangguan (noise) adalah efek internal atau eksternal akibat dari peralihan pesan 9. Bidang pengalaman (field of experience) adalah bidang atau ruang yang menjadi

latar belakang informasi dari pengirim maupun penerima.

10. Pertukaran makna (shared meaning) adalah bidang atau ruang pertemuan (tumpang tindih) yang tercipta karena kebersamaan.


(39)

11. Konteks (context) adalah situasi, suasana, atau lingkungan fisik, non fisik (Sosiologis-antropologis, psikologis, politik, ekonomi dan lain-lain (liliweri 2006).

2.3.2 Informasi dan Edukasi

Informasi dan edukasi dapat dilaksanakan melalui tiga jenis jalur pendidikan menurut sifat pelaksanaannya, yaitu pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan in-formal. Pembedaan ketiga sifat pendidikan tersebut ada pada tidaknya proses belajar mengajarnya, mencakup kurikulum, materi, standarisasi warga belajar, kelengkapan sarana dan sebagainya (Badan POM RI 2012).

Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan luar sekolah yang memiliki aturan dan kurikulum yang luwes. Jika dalam pendidikan formal target sasaran sebagai obyek, maka pada pendidikan non-formal, target sasaran berperan sebagai pemain utama atau subyek pendidikan. Materi, metoda, dan media pendidikan yang digunakan harus berdasarkan kebutuhan dan karakteristik target sasaran. Sementara itu pendidikan in-formal adalah pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga, meliputi pendidikan nilai-nilai pergaulan, etika kehidupan sehari-hari seperti etika makan,etika masuk rumah, etika menggunakan berbagai fasilitas, etika kesusilaan dan sebagainya (Badan POM RI 2012).

Pendidikan adalah upaya persuasi kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan yang didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran. (Notoatmodjo, 2005b).


(40)

Pendidikan kesehatan mempunyai implikasi terhadap batasan atau defenisinya, lebih diartikan sebagai upaya terencana untuk perubahan perilaku kesehatan sesuai dengan norma-norma kesehatan. Pada tahun 1984 para ahli pendidikan kesehatan yang dimotori WHO merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan menggunakan dengan istilah promosi kesehatan (Health Promotion)

(Notoatmodjo, 2005b).

Menurut Notoatmodjo (2007), penyampaian materi pada program KIE dapat dilakukan melalui beberapa metode dan media. Media yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari yang tradisional yaitu mulut (lisan), bunyi-bunyian (kentongan), tulisan (cetak), sampai dengan elektronik yang modern yaitu televisi dan internet.

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012), bentuk- bentuk KIE umumnya terbagi dalam tiga jenis, yaitu:

1. KIE Individu

Teknik pelaksanaannya dilakukan untuk perseorangan dilakukan secara tatap muka satu sama lain. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui tanya jawab, diskusi, konsultasi, bimbingan dan pendalaman terhadap salah satu materi yang dianggap perlu untuk dibahas (dibicarakan). KIE individu biasanya dilakukan untuk pemuka agama, adat, masyarakat dan pemangku kewenangan (stakeholders) atau seseorang yang memerlukan penjelasan khusus.

2. KIE Kelompok

Teknik pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk kelompok atau kumpulan orang yang memiliki kesamaan (jenis kelamin, latar belakang sosial budaya dan


(41)

lain lain). Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui ceramah, diskusi/dialogis, sosialisasi/orientasi dan lain-lain dalam membahas sesuai masalah yang dianggap penting bagi kehidupan bersama sekarang dan yang akan datang. KIE kelompok yang paling banyak dilakukan dalam pelaksanaan program KB dalam mengajak pasangan untuk KB.

3. KIE Massal

Teknik pelaksanaannya dilakukan kepada masyarakat umum yang dapat dijangkau oleh media massa atau khalayak umum yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui ceramah umum dan sosialisasi massa atau menggunakan media massa (elektronik seperti radio, TV, wayang, pentas panggung dan sarana dunia maya).

KIE massal tidak mudah untuk berdiskusi dan tanya jawab kecuali radio dan TV bisa tersedia komunikasi interaktif. KIE massal memiliki pengaruh cukup besar terhadap penerimaan oleh masyarakat terutama yang suka dengan penyajian media tersebut.

2.4 Efektifitas KIE terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Tablet Zat Besi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektifitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi


(42)

pengertian efektifitas adalah pengaruh yang ditimbulkan atau disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan (Starawaji, 2009).

Terdapat cara pengukuran terhadap efektifitas yang secara umum dan yang paling menonjol adalah sebagai berikut :

1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran

3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output

5. Pencapaian tujuan menyeluruh (Cambel dalam Starawaji, 2009)

Pendekatan efektifitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktifitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektifitas yaitu:

1. Pendekatan Sasaran

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektifitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Selain tercapainya tujuan, efektifitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena itu dalam efektifitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut efektif.


(43)

2. Pendekatan Sumber

Pendekatan sumber mengukur efektifitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan out put yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya.

3. Pendekatan Proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

2.5 Metode Ceramah dan Pemutaran Film

Media sangat diperlukan dalam pelaksanaan promosi kesehatan karena media dapat mempermudah penyampaian informasi dan dapat menghindari kesalahan


(44)

persepsi (Notoatmodjo, 2005b). Metode penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh penyuluh puskesmas disesuaikan dengan unsur perilaku sasaran yang akan diubah, apakah unsur pengetahuan, sikap atau tindakan. Metode penyuluhan yang paling sering dilakukan oleh petugas puskesmas untuk meningkatkan pengetahuan adalah metode ceramah/tanya jawab (Depkes RI, 1991). Ceramah baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2010). Daya ingat pendengar dari metode ceramah terbatas (Maulana, 2007).

Menurut Basuki (2006), metode penyuluhan mempunyai hubungan yang bermakna dalam peningkatan pengetahuan. Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan kearah perilaku. Dalam hal ini yang diharapkan adalah perilaku mengkonsumsi tablet zat besi pada ibu hamil.

Menurut Pulungan (2008), proses penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan perilaku melalui pendidikan. Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai hasil yang maksimal, maka metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan harus disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan kombinasi berbagai media akan sangat membantu dalam proses penyuluhan kesehatan. Metode penyuluhan kesehatan dapat dibagi berdasarkan jumlah sasaran (perorangan, kelompok, massa) dan cara penyampaian (langsung maupun tidak langsung).

Menurut Fiske (1982) yang dikutip oleh Liliweri (2008) membagi media kedalam tiga kelompok utama yang disebut sebagai 1. Presentational media yaitu : tampilan wajah, suara atau komunikasi tubuh (anggota tubuh) atau dalam kategori pesan makna media ini dimasukkan dalam komunikasi tatap muka, 2.


(45)

Representational media yaitu : media yang diciptakan oleh kreasi manusia, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tulisan, gambar, fotografi, komposisi musik, arsitektur, pertamanan, 3. Mechanical media yaitu : radio, televisi, video, film, surat kabar, majalah, dan telephon yang digunakan.

2.5.1 Metode Ceramah

Sosialisasi melalui penyuluhan intensif dalam program KIA lebih memungkinkan untuk dilaksanakan oleh petugas kesehatan di lapangan. Keterbatasan sarana dan petugas kesehatan Puskesmas dapat disiasati melalui penyuluhan gizi dengan menggunakan metode dan media yang mudah, murah dan memungkinkan untuk dilaksanakan petugas, misalnya penyuluhan dengan metode ceramah.

Menurut Notoatmodjo (2007), metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran. Metode ceramah cukup baik untuk sasaran ibu hamil dengan latar belakang pendidikan tinggi maupun rendah. Metode ceramah dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan, dalam metode ceramah kelompok sasaran berjumlah lebih dari 15 orang (Notoatmodjo, 2010).

Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekelompok pendengar (Maulana, 2007). Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang paling sederhana dan paling sering diselenggarakan untuk menggugah kesadaran dan minat sasaran penyuluhan. Pada metode ini lebih banyak penyuluh memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Mardikanto,1993).


(46)

Kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut (Maulana,2007) : 1) Dapat dipakai pada orang dewasa

2) Menghabiskan waktu dengan baik 3) Dapat dipakai pada kelompok yang besar 4) Tidak terlalu melibatkan banyak alat bantu

5) Dapat dipakai sebagai penambah bahan yang mudah dibaca

6) Dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada pelajaran atau aktivitas.

Kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut (Maulana,2007) : 1) Menghalangi respons dari pendengar

2) Hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang baik 3) Pembicara harus menguasai pokok pembicaraan

4) Dapat menjadi kurang menarik

5) Pembicara kurang dapat memanfaatkan pendengar 6) Sulit digunakan oleh anak-anak

7) Daya ingat biasanya terbatas

8) Biasanya hanya satu indra yang dipakai

9) Pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi pendengar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah a. Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.


(47)

Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran. Untuk dapat menguasai sasaran penceramah harus menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas (Notoatmodjo, 2005b).

2.5.2 Film

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema bersumber dari kata kinematik atau gerak (Baksin,

2009). Film dapat ditunjukkan kepada kelompok besar (≥ 50), kelompok sedang (10

-50), dan kelompok kecil (2-10) (Arsyad, 2011).

Film adalah bagian dari komunikasi melalui media massa. Komunikasi massa adalah sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anomin melalui medi cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat,2007).

Pengaruh komunikasi massa dengan pembentukan dan perubahan sikap ada lima prinsip umum ( Oskamp,1977 dalam Rakhmat,2007) :

1. Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh factor-faktor seperti predisposisi personal, proses selektif, keanggotaan kelompok.

2. Komunikasi massa biasanya berfungsi memperkokoh sikap dan pendapat yang ada, walaupun kadang-kadang berfungsi sebagai media pengubah.


(48)

3. Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan sikap, perubahan kecil pada intensitas sikap lebih umum daripada perubahan seluruh sikap dari satu sisi masalah ke sisi masalah yang lain.

4. Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-bidang dimana pendapat orang lemah.

5. Komunikasi massa cukup afektif dalam menciptakan pendapat tentang masalah-masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh. Menurut Arsyad (2011), media lain yang dapat digunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah film. Film dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Film dapat menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Film juga dapat ditunjukkan pada kelompok kecil atau kelompok besar.

Kelebihan film adalah sebagai berikut (Suleiman,1985) :

1) Selain bergerak dan bersuara, film itu dapat menggambarkan suatu proses. 2) Dapat menimbulkan kesan tentang ruang dan waktu

3) Tiga dimensional dalam penggambarannya

4) Suara yang dihasilkan dapat menimbulkan realita padaa gambar dalam bentuk impresi yang murni.

5) Jika film itu tentang suatu pelajaran, dapat menyampaikan suaraa seorang ahli dan sekaligus memperlihatkan penampilannya.

6) Kalau film itu berwarna, jika autentik dapat menambahkan realitas kepada medium yang sudah realistis itu.


(49)

7) Dapat menggambarkan teori sains dengan tehnik animasi. Kelemahan film adalah sebagai berikut (Suleiman,1985) :

1) Jalan cerita film terlalu cepat : tidak semua orang dapat mengikutinya dengan baik. Lebih-lebih kalau film dipertunjukkan kepada orang yang kurang pendidikannya. Mereka tidak dapat mencernakan apa yang berlalu di hadapan mereka dalam tempo yang begitu cepat.

2) Apa yang sudah lewat tidak dapat diulang kalau ada bagian film yang harus mendapat perhatian kembali. Atau seluruh film harus diputar lagi. 3) Biaya pembuatan film tinggi dan peralatannya mahal.

Film merupakan salah satu bentuk dari media audiovisual. Kapti (2010), menyatakan bahwa audiovisual merupakan salah satu media yang menyajikan informasi atau pesan secara audio dan visual. Audiovisual memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perubahan perilaku masyarakat, terutama dalam aspek informasi dan persuasi. Kapti (2010) mengutip pendapat Sadiman dkk (2009) menyatakan bahwa media audiovisual mempunyai kelebihan antara lain bisa memberikan gambaran yang lebih nyata serta meningkatkan retensi memori karena lebih menarik dan mudah diingat. Kehadiran dan perkembangan media audiovisual ini tidak bisa dihindari mengingat kelebihan dan daya tariknya yang luar biasa pada media ini, seperti contohnya televisi yang mempunyai peran besar dalam mempengaruhi masyarakat. Kelebihan – kelebihan media audiovisual tersebut diharapkan mampu menumbuhkan ketertarikan dan minat dalam mengikuti penyuluhan sehingga tujuan dalam penyuluhan dapat tercapai.


(50)

Menurut Maulana (2009), media audiovisual memiliki dua elemen yang masing-masing mempunyai kekuatan yang akan bersinergi menjadi kekuatan yang besar. Media ini memberikan stimulus pada pendengaran dan penglihatan, sehingga hasil yang diperolah lebih maksimal. Hasil tersebut dapat tercapai karena pancaindera yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke otak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%); sedangkan 13% sampai 25% pengetahuan diperoleh atau disalurkan melalui indera yang lain. Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip pendapat Bandura (1968), pengetahuan atau tingkah laku model yang terdapat dalam media audiovisual akan merangsang peserta untuk meniru atau menghambat tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku yang ada di media.

Dalam perkembangannya, film berperan sebagai sarana hiburan yang menawarkan berbagai aspek kejadian dan peristiwa kepada penonton. Karena itu selama menonton film, penonton diletakkan pada pusat segala kejadian dan peristiwa yang seolah-olah penonton ikut merasakan dan menjadi bagian didalamnya. Maka dari inilah dapat dikatakan bahwa sebuah film dapat berpengaruh terhadap prilaku sosial dalam masyarakat dari para penikmatnya, tentunya sesuai dengan pesan apa yang di dapat dari sebuah film yang mereka nikmati. Pesan disini adalah pesan yang disampaikan dari pembuat film (sineas) kepada masyarakat luas, karena dalam sebuah film, paling tidak memiliki sebuah pesan tertentu dalam pembuatanya, baik pesan tersebut bersifat verbal maupun non verbal sesuai dengan jenis film yang di ciptakan oleh para pembuatnya (sineas).


(51)

Film juga mempunyai segmen dalam pengambilan dan penyampaian pesan terhadap khalayak yang melihatnya, yakni para pembuat sebuah film sudah memperkirakan pesan apa yang harus di dapat bagi para penonton setelah melihat film tersebut, sesuai dengan keinginan dan kepentingan para sineas dalam memproduksi filmnya, seperti: unsur tentang budaya, sosial, politik, psikologi dan lain sebagainya, yang menarik atau dapat merangsang imajinasi penonton, meskipun terkadang pesan yang diharapkan tidak sesuai atau hanya mendekati sesuai keinginan para sineas film dalam penyampaian terhadap penonton.

2.6Zat Besi (Fe)

Besi merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram di dalam tubuh manusia dewasa (Almatsier, 2009). Pada wanita dewasa terdapat 35-50 mg per kg berat badan (Poedjiadi, 2005).

Zat besi (Fe) merupakan microelement yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama diperlukan dalam hemopebesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb). Di samping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai factor penggiat (Sediaoetama, 2006).

Zat besi merupakan komponen yang penting dalam pernapasan. Zat besi merupakan bagian yang berguna untuk pengikat oksigen dalam eritrosit. Zat ini dibutuhkan oleh tubuh 15-30 mg per hari. Penyerapan zat besi dipermudah oleh asam klorida dalam lambung. Zat besi terdapat dalam hati, daging, telur, kacang-kacangan, keju, ikan, sayuran hijau, sereal dan buah-buahan (Almatsier, 2009).


(52)

Faktor peningkat absorpsi Fe : a. Meat-fish-poultry (daging-ikan-unggas)

b. Vitamin C dapat membantu penyerapan besi non heme dengan merubah bentuk ferri menjadi ferro

c. Adanya asam sitrat dan asam laktat dari makanan serta asam HCl dari lambung juga membantu absorpsi Fe (Syafiq, 2006).

Faktor penghambat absorpsi Fe:

a. Asam oksalat (dalam sayuran) mengikat besi

b. Kalsium dalam dosis tinggi menghambat penyerapan Fe, tetapi mekanismenya belum diketahui pasti

c. Tanin (dalam teh dan kopi) dikonsumsi sebaiknya 1-2 jam setelah makan agar tidak mengganggu penyerapan Fe (Syafiq, 2006).

2.6.1 Fungsi Zat Besi

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial di dalam tubuh : sebagai alat angkut oksigen dari paru- paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut electron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh, (Almatsier, 2009).

2.6.2 Sumber Zat Besi

Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem dan bukan hem. Walaupun kandungan zat besi hem dalam makanan hanya antara 5 – 10% tetapi penyerapannya hanya 5%. Makanan hewani seperti daging, ikan dan ayam merupakan sumber utama zat besi hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan


(53)

Hb. Zat besi non hem terdapat dalam pangan nabati, seperti sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan (Wirakusumah, 2009).

Asupan zat besi selain dari makanan adalah melalui suplemen tablet zat besi. Suplemen ini biasanya diberikan pada golongan rawan kurang zat besi yaitu balita, anak sekolah, wanita usia subur dan ibu hamil. Pemberian suplemen tablet zat besi pada golongan tersebut dilakukan karena kebutuhan akan zat besi yang sangat besar, sedangkan asupan dari makan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain daging, terutama hati dan jeroan, apricot, prem kering, telur, polong kering, kacang tanah dan sayuran berdaun hijau (Almatsier,2009).

2.6.3 Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil

Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg. Kebutuhan ini diperlukan untuk :

a. ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin. b. ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.

c. ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal/ sel darah merah.

d. ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. e. ± 200 mg lenyap ketika melahirkan

Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500 kalori akan menghasilkan sekitar 10–15 mg zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi (Depkes RI, 2001). Jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat besi


(54)

dapat diabsorpsi, jika konsumsi selama 90 hari maka total zat besi yang diabsorpsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari harian ibu.

Suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan pada wanita yang bergizi baik. Kebutuhan akan zat besi selama trimester I naik dari 0,8 mg/hari, kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III hingga 6,3 mg sehari (Arisman, 2004). Kebutuhan zat besi pada wanita hamil adalah 4,0 mg/hari (Depkes, 2002).

Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia kehamilan atau kebutuhan zat besi tiap semester, yaitu sebagai berikut :

1. Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.

2. Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115 mg.

3. Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya akan menimbulkan anemia pada kehamilan (Manuaba, 1998).

2.6.4 Akibat Kekurangan Zat Besi pada Masa Kehamilan

Kurangnya zat besi dan asam folat dapat menyebabkan anemia. Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi, bila tidak dipenuhi masukan zat besi lama


(55)

kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan kadar Hb. Kadar normal haemoglobin dalam darah yaitu ibu hamil 11 gr % (DepKes RI, 1995).

Ciri-ciri gejala anemia tidak khas dan sulit ditemukan tetapi dapat terlihat dari kulit dan konjungtiva yang pucat, tubuh lemah, nafas pendek dan nafsu makan hilang. Penentuan anemia klinis dipengaruhi oleh banyak variabel seperti ketebalan kulit dan pigmentasi yang tidak dapat diandalkan kecuali pada anemia berat. Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium sebaiknya digunakan untuk mendiagnosis dan menentukan beratnya anemia (De Maeyer, 1993).

2.6.5 Efek Samping Pemberian Zat Besi

Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek samping pada saluran gastrointestinal pada sebagian orang, seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah dan diare. Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung dengan dosis zat besi. Tidak tergantung senyawa zat besi yang digunakan, tak satupun senyawa yang ditolelir lebih baik daripada senyawa yang lain. Zat besi yang dimakan bersama dengan makanan akan ditolelir lebih baik meskipun jumlah zat besi yang diserap berkurang. Pemberian suplementasi Preparat Fe, pada sebagian wanita, menyebabkan sembelit. Penyulit Ini dapat diredakan dengan cara memperbanyak minum, menambah konsumsi makanan yang kaya akan serat seperti roti, serealia, dan agar-agar.

Mual pada masa kehamilan adalah proses fisiologi sebagai dampak dari terjadinya adaptasi hormonal. Selain itu mual dapat terjadi pada ibu hamil sebagai efek samping dari minum tablet besi. Ibu hamil yang mengalami mual sebagai


(56)

dampak kehamilannya dapat merasakan mual yang lebih parah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami keluhan mual sebelumnya.

Menurut Almatsier (2009) Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual akibat minum tablet besi. Salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi mual sebagai efek samping dari mengkonsumsi tablet besi adalah dengan mengurangi dosis tablet besi dari 1 x 1 tablet sehari menjadi 2 x ½ tablet sehari. Akan tetapi hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Milman, Bergholt, dan Erikson (2006) yang menyatakan tidak ada hubungan antara efek samping atau gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri epigastrik, kolik, konstipasi, dan diare dengan empat dosis yang diuji cobakan yaitu : 20 mg, 40 mg, 60 mg, dan 80 mg

Konsumsi tablet besi pada malam hari juga dilakukan para partisipan dalam upaya mencegah mual setelah minum tablet besi. Dalam penelitian ini tablet besi diminum pada malam hari agar tidak mengalami mual. Hal itu dilakukan atas anjuran petugas kesehatan.

2.6.6 Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Zat Besi pada Ibu Hamil

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil menurut Departemen Kesehatan RI (1999) adalah:

1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan sumber hewani (hem iron) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan. Selain itu perlu


(57)

ditingkatkan juga, makanan yang banyak mengandung Vitamin C dan Vitamin A (buah-buahan dan sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi .

2. Fortifikasi bahan makanan yaitu menambahkan zat besi, asam folat, Vitamin A dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri pangan.

3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kurang zat besi yang perlu diikuti dengan cara lainnya.

2.6.7 Program Pencegahan Anemia

Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90 tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang diberikan mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg. Program tersebut bertujuan mencegah dan menangani masalah anemia pada ibu hamil. Adapun program pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dalam mencegah anemia meliputi: (Kemenkes, 2003). a. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin sebanyak 90 tablet untuk

meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu dan Bidan di Desa. Dan secara teknis diberikan setiap bulan sebanyak 30 tablet.


(58)

b. Diterbitkannya buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun 1995, dan poster-poster mengenai tablet besi sudah dibagikan.

c. Diterbitkan buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi petugas tahun 1996.

2.7Landasan Teori

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung, perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu: aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, berpersepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007) maka perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Perubahan perilaku bergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Keberhasilan perubahan perilaku yang terjadi sangat ditentukan kualitas dari sumber. Perilaku dapat berubah bila stimulus yang diberikan melebihi stimulus semula atau dapat meyakinkan organisme.

Respon atau reaksi manusia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang bersifat pasif dan bersifat aktif. Bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap),


(59)

bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan yang modern maupun pelayanan kesehatan yang tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguna fasilitas, petugas, dan obat-obatan. Perilaku seseorang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain ; susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya (Notoadmadjo, 2010).

Gambar 2.1 Teori Stimulus-Organisme-Respons (S-O-R)

Sumber : Notoatmodjo, 2005b

Reaksi (Kesediaan untuk Bertindak/Perubahan

Sikap) Organisme

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan Stimulus


(60)

2.8Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Dalam kerangka konsep di atas yang ingin diketahui adalah bagaimana efektivitas komunikasi, informasi, edukasi (KIE) terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil sebelum dan sesudah penyuluhan tentang tablet zat besi Untuk mengukur pengetahuan dan sikap ibu dilakukan pre-test. Kemudian sebagai intervensi dilakukan penyuluhan berupa ceramah dan pemutaran film, dan untuk melihat sejuh mana pengaruh penyuluhan tablet zat besi terhadap pengetahuan dan sikap ibu dilakukan

post-test.

Efektivitas KIE - Ceramah - Film

Pengetahuan dan Sikap tentang Pemberian Tablet


(61)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan quasi eksperimental (eksperimen semu), dengan rancangan Pretest-Posttest Control Group Design (Arikunto,2003)

Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Desain Penelitian

1. Q1 adalah hasil pretes, yaitu tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet zat besi sebelum ceramah.

2. X1 adalah perlakuan yang dilakukan, yaitu penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil dengan metode ceramah.

3. Q2 adalah hasil posttes, yaitu tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tablet zat besi sesudah ceramah.

4. Q3 adalah hasil pretes, yaitu Tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tablet zat besi sebelum pemutaran film.

Kelompok Ceramah

Pre Test (Q1)

Intervensi (Ceramah)

(X1)

Post Test (Q2)

Kelompok Film

Pre Test (Q3)

Intervensi (Film)

(X2)

Post Test (Q4)


(62)

5. X2 adalah perlakuan yang dilakukan, yaitu penyuluhan kesehatan kepada ibu dengan metode pemutaran film.

6. Q4 adalah posttes, tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang tablet zat besi sesudah pemutaran film.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. 3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara sebanyak 700 orang (Data Dinas Kesehatan Daerah Kota Padangsidimpuan).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah seluruh ibu hamil dari trimester I sampai III. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis data proporsi. Menurut Hidayat (2011) yang mengutip Lemeshow (1997), rumusnya adalah sebagai berikut :

n = Besar sampel minimal


(1)

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : ……….

Alamat : ……….

Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini maka saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi subjek dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudari Devi Yunani Nasution mengenai “Efektivitas KIE (Komunikasi,Informasi, Dan Edukasi) Metode Ceramah Dan Pemutaran Film Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Zat Besi Di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2014”

Saya menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini sangat bermanfaat untuk kepentingan ilmiah. Indentitas responden digunakan hanya untuk keperluan penelitian dan akan dijaga kerahasiaannya.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun agar dapat dipergunakan sesuai keperluan.

Padangsidimpuan, 2014

Peneliti


(2)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

EFEKTIVITAS KIE METODE CERAMAH DAN PEMUTARAN FILM TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG TABLET ZAT BESI

DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA TAHUN 2013

Tanggal Wawancara :

No Responden :

I. Karakteristik Ibu

a. Nama : ……….

b. Usia : ……….

c. Usia Kehamilan : ……….

d. Tingkat Pendidikan : ……….

e. Pekerjaan : ……….

II. Pertanyaan

Selama ini, Anda mendapat informasi mengkonsumsi tablet besi dengan menggunakan media apa?...


(3)

I. Kuesioner Pengetahuan

Petunjuk : Berilah tanda check list (√) pada kolom jawaban yang anda anggap sesuai berdasarkan pada tiap pertanyaan yang tersedia.

1. Zat besi (Fe) merupakan microelement yang esensial bagi tubuh, sangat berguna untuk :

a. Pembentukan tulang dan gigi b. Pembentukan darah

c. Tidak tahu

2. Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan : a. Darah rendah

b. Anemia c. Tidak Tahu

3. Kurangnya asupan zat besi selama kehamilan secara tidak langsung dapat menyebabkan :

a. Perdarahan

b. Diabetes Melitus/kencing manis c. Tidak tahu

4. Kadar hemoglobin darah yang rendah disebabkan oleh : a. Rendahnya asupan zat besi dalam tubuh

b. Kurang banyak mengkonsumsi makanan bervitamin c. Tidak tahu

5. Salah satu yang dapat meembantu penyerapan zat besi dalam tubuh, adalah : a. Makanan yang mengandung vitamin C

b. Kopi dan the c. Tidak tahu


(4)

6. Salah satu yang dapat menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh, adalah : a. Makanan yang mengandung vitamin C

b. Kopi dan teh c. Tidak tahu

7. Ada dua jenis zat besi dalam makanan, yaitu zat besi yang berasal dari hem dan bukan hem. Zat besi yang yang berasal dari hem adalah :

a. Daging, ikan dan ayam

b. sayur-sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan dan buah-buahan c. Tidak tahu

8. Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu : a. Rata-rata 800 mg – 1040 mg. b. Rata – rata 600 mg – 1200 mg c. Tidak tahu

9. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi kurang zat besi pada ibu hamil, adalah :

a. Suplementasi besi-folat secara rutin dalam jangka waktu tertentu b. Memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin c. Tidak tahu

10. Pemberian suplementasi zat besi selama hamil adalah : a. 30 tablet per hari

b. 90 tablet per hari c. Tidak tahu

11. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual akibat minum tablet besi, adalah :

a. Mengkonsumsi sesuai dosis disertai dengan minum teh atau kopi

b. Mengurangi dosis tablet besi dari 1 x 1 tablet sehari menjadi 2 x ½ tablet sehari

c. Tidak tahu


(5)

13. Pemberian suplemen tablet zat besi selama hamil, adalah : a. Pada setiap trimester kehamilan

b. Hanya trimester II dan III saja c. Tidak tahu

II. Kuisioner Sikap

Petunjuk : Di bawah ini terdapat beberapa pertanyaan yang menggambarkan keadaan diri anda. Berilah tanda check list (√) pada kotak yang disediakan. STS : Sangat tidak Setuju

TS : Tidak Setuju R : Ragu-ragu S : Setuju

SS : Sangat Setuju

No Pernyataan STS TS R S SS

1. Saya minum tablet besi mulai dari hamil bulan pertama

2. Minum tablet tambah darah

selama hamil makin membuat saya sering mual dan muntah

3. Saya minum tablet tambah darah

hanya pada saat saya merasa lemah dan pusing

4. Saya percaya jika ibu hamil yang mengkonsumsi tablet tambah darah secara teratur sangat besar efeknya bagi pertumbuhan janinnya

5. Saya rasa tablet tambah darah

tidak perlu dikonsumsi jika kita banyak makan sayuran bergizi


(6)

6. Konsumsi tablet tambah darah dapat memperbaiki pembentukan hemoglobin (Hb) dalam tubuh dengan waktu relatif cepat 7. Ibu hamil sebaiknya minum

tablet tambah darah 1 tablet setiap hari selama kehamilan 8.

Menghilangkan gejala lemah, letih, lesu lunglai dan lelah dapat

dilakukan dengan

mengkonsumsi tablet tambah darah.

9.

Saya tidak pernah menghabiskan

tablet tambah darah yang

diberikan petugas kesehatan

10. Saya sering mengkonsumsi

tablet tambah darah bersamaan dengan air kopi /teh.

11. Ibu hamil sebaiknya

mengkonsumsi tablet besi sesuai dengan aturan yang dianjurkan petugas kesehatan

12.

Konsumsi tablet tambah darah sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur untuk mencegah mual dan muntah 13. Kalau dipaksa oleh suami, baru


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Trimester III Terhadap Pencegahan Anemia Defisiensi Zat Besi Tahun 2013

0 37 74

Efektivitas KIE Melalui Ceramah Booklet dan Powerpoint untuk Meningkatkan Pengetahuan Sub PPKBD (Kader) tentang Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara tahun 2014

7 131 131

Efektivitas Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi Campak pada Bayi di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012

13 83 93

Efektivitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Disertai Pemutaran VCD Dan Tanpa Pemutaran VCD Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

2 45 143

KIE Komunikasi Informasi Edukasi Ibu Ibu

1 1 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan - Efektivitas KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Metode ceramah dan Pemutaran Film terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tah

0 0 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efektivitas KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Metode ceramah dan Pemutaran Film terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Zat Besi di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2014

0 0 7

EFEKTIVITAS KIE (KOMUNIKASI,INFORMASI DAN EDUKASI) METODE CERAMAH DAN PEMUTARAN FILM TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG ZAT BESI DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA TAHUN 2014 TESIS

0 5 19

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Trimester III Terhadap Pencegahan Anemia Defisiensi Zat Besi Tahun 2013

0 0 14

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Trimester III Terhadap Pencegahan Anemia Defisiensi Zat Besi Tahun 2013

0 0 14