3
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang lingkungan sosial di
Rw 01 Rt 07 Desa Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung tahun 2008 2.
Megidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang lingkungan internal terhadap perkembangan psikologi anak usia 7 –12 tahun di Rw 01 Rt 07
Desa Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung tahun 2008 3.
Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang lingkungan eksternal terhadap perkembangan psikologi anak usia 7 –12 tahun di Rw 01 Rt 07
Desa Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung tahun 2008 4.
Mengidentifikasi Hubungan pengetahuan ibu tentang lingkungan sosial terhadap perkembangan psikologi anak usia 7-12 tahun di Rw 01 Rt 07
Desa Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung tahun 2008
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi orang tua dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta
pengalaman orang tua yang memiliki anak usia 7-12 tahun agar memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi terhadap psikologi
tumbuh kembang anak. 2.
Khusus bagi pendidikan, hendaknya membantu perkembangan anak agar dapat tercapai hasil yang sebaik-baiknya, tanpa terjadi akses-akses kurang
baik yang tidak diharapkan. 3.
Bagi peneliti dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam psikologi perkembangan anak dan bagi peneliti lainnya hendaknya
memberikan masukan serta dapat dikembangkan penelitian selanjutnya.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lingkungan 2.1.1. Pengertian
Menurut Hartoyo 1985, lingkungan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada disekitar manusia. Secara lebih rinci, lingkungan disekitar manusia dapat
dikategorikan sebagai: 1.
Lingkungan fisik, meliputi tanah, air, udara serta hasil interaksi diantara faktor- faktor tertentu.
2. Lingkungan biologi, yang termasuk kedalam lingkungan ini adalah semua
organisme hidup seperti binatang dan tumbuh tumbuhan, serta mikroorganisme lainnya
3. Lingkungan sosial, lingkungan sosial yang dimaksud dapat diartikan
sebagai suatu kumpulan manusia, yang meliputi faktor budaya, ekonomi, psikososial.
Berdasarkan kategori tersebut, maka lingkungan dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau kekuatan luar yang mempergaruhi kehidupan dan
perkembangan manusia komunitas Supartini, 2004. Lingkungan adalah sesuatu yang berada diluar batasan –batasan emampuan
dan potensi generik seseorang dan ia berperan dalam menyiapkan fasilitas-fasilitas atau bahkan menghambat seseorang dari pertumbuhan Salehlapadi, 2005.
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah lingkungan eksternal dan lingkungan internal yang berperan dalam perubahan
5
status kesehatan anak, seperti keturunan, jenis kelamin, emosi dan lain-lain Hidayat, 2005.
Biasanya orang mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah yang terdapat di luar dari manusia individu. Lingkungan itu
sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial- kultural. Dengan
demikian lingkungan dapat diartikan secara fisiologis, secara psikologis, dan secara sosial-kultural Hidayat, 2005.
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah didalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem syaraf,
peredaran darah, pernapasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar endokrin, sel-sel pertumbuhan, dan kesehatan jasmaniah Hidayat, 2005.
Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsepsi, kelahiran sampai mati. Stimulasi itu
misalnya berupa: sifat-sifat ganas, selera,keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual Hidayat, 2005.
Secara sosial-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan antara karya orang lain. Pola
hidup keluarga , pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan penyuluhan adalah termasuk sebagai
lingkungan ini Hidayat, 2005. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan
6
keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung
kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya Dalyono, 2005.
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan diluar individu anak Soetjiningsih, 1995. Anak yang lebih mendapat stimulasi
cenderung lebih cepat berkembang. Stimulasi yang berulang dan terus menerus pada anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut
Moersintowarni 2002 stimulasi adalah perangsangan dan latihan. Latihan terhadap kepandaian anak yang datangnya dari lingkungan diluar anak. Stimulasi
ini dapat dilakukan oleh orang tua, anggota keluarga atau orang dewasa lain disekitar anak. Orang tua hendaknya menyadari pentingnya memberikan stimulasi
bagi perkembangan anak Nursalam,2005. Proses individu terjadi di tiga lingkungan utama, yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga, anak mengembangkan pikiran tersendiri yang merupakan pengukutran dasar emosional
dan optimisme sosial melalui frekuensi dan kualitas interaksi dengan orang tua dan saudara- saudaranya. Proses sosialisasi ini turut mempengaruhi perkembangan
sosial dari gaya hidupnya di hari-hari mendatang. Dalam lingkungan sekolah, anak belajar membina hubungan dengan teman-teman sekolah yang datang dari
berbagai keluarga dengan status dan warna sosial yang berbeda. Dalam lingkungan masyarakat, anak diharapkan dengan berbagai situasi dan masalah
kemasyarakatan. Dengan proses penyesuaian sosial, anak juga dengan sendirinya mempelajari proses penyesuaian diri dengan lingkungannya. Baik dilingkungan
7
keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Perkembangan sosial individu sangat tergantung pada kemampuan individu untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan serta keterampilan mengatasi masalah yang dihadapinya Asrori, 2004.
2.1.2 Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Psikologi Anak
Ada sejumlah faktor dari dalam keluarga sangat dibutuhkan oleh anak dalam proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai,
disayangi, diterima, dan kebebasan unuk menyatakan diri. Rasa aman meliputi perasaan aman secara material dan mental. Perasaan aman secara material berarti
pemenuhan kebutuhan pakaian, makanan, dan sarana yang lain diperlukan sejauh tidak berlebihan dan tidak berada diluar kemampuan orang tua. Perasaan aman
secara mental berarti pemenuhan oleh orang tua berupa perlindungan emosional, menjauhkan ketegangan, membantu dalam menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapi dan memberikan bantuan dalam menstabilkan emosi Asroni, 2004 Manusia normal, baik anak maupun orang dewasa, senantiasa membutuhkan
penghargaan atau dihargai oleh orang tua. Oleh karena itu, mempermalukan anak didepan orang banyak merupakan pukulan jiwa yang sangat berat dan dapat
berakibat buruk bagi perkembangan sosial anak. Dalam aspek psikologis, anak dapat terhambat atau bahkan tertekan, misalnya saja kemampuan dan
kreativitasnya, sehingga mengakibatkan anak banyak berdiam diri. Sikap seperti ini muncul karena merasa bahwa sesuatu yang akan dikemukakan tidak akan
mungkin mendapat sambutan atau bahkan akan dipermalukan, sebaliknya memberikan pujian kepada anak secara tepat adalah sangat baik. Cara ini akan
8
dapat menimbulkan perasaan disayang pada diri anak yang dinyatakan secara menyenangkan oleh orang tua. Menyatakan kasih sayang pada anak sampai anak
menyadari orang tua dan keluarga, sehingga akan merasakan bahwa dirinya dibutuhkan dalam keluarga. Dalam situasi demikian, anak akan merasa aman,
dihargai, disayangi. Anak tidak merasa takut menyatakan dirinya, pendapatnya, maupun mendiskusikan kesulitan yang dihadapinya karena merasa bahwa orang
tua atau keluarganya ibarat sumber kekuatan yang selalu membantu dimanapun dan kapanpun dirinya memerlukannya Asroni, 2004.
Ada 3 jenis sikap orang tua dalam keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu:
1. Sikap Otoriter, karakteristik sikap orang tua otorieter yaitu a
Orang tua menentukan segala sesuatu b
Anak tidak diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat c
Keinginan atau cita-cita anak tidak mendapat perhatian d
Sikap orang tua berdasarkan prinsip hukuman dan ganjaran. Kemungkinan akibat yang akan timbul pada anak dengan orang tua yang
mempunyai sikap otoriter, yaitu berkembangnya rasa sosial, tidak kreatif dan keberaniannya untuk mengambil keputusanberinisiatif, anak menjadi penakut dan
pemalu, kadang-kadang anak menjadi keras kepala, timbul sikap ingin menyendiri, mengalami hambatan, dan kematangan jiwa atau kecerdasannya,
kurang tegas dalam mengambil tindakan atau menentukan sikap, sikap bertengkar, licik, atau anak menjadi tidak mau menurut. Anak yang hidup dalam suasana
keluarga yang otoriter akan menghambat perkembangan kepribadian dalam proses kedewasaan.
9
2. Sikap Liberal, akibat pada anak dengan orang tua bersikap liberal yaitu: a
Tidak mengenal tata tertib atau sopan santun b
Tidak disiplin c
Sering mengalami rasa kecewa d
Tidak dapat menghargai orang tua e
Lebih mementingkan diri sendiri egois f
Mempunyai keinginan aneh dan tidak sesuai dengan kemampuanya g
Hubungan dengan orang lain kurang harmonis h
Sering menentang norma yang berlaku dimasyarakat tempat tinggal i
Tidak menuntut dan sulit diperintah. Pada orang tua yang menunjukkan sikap liberal, orang tua mempunyai
tanggapan bahwa anak dianggap sebagai orang dewasa yang dapat mengambil tindakan atau keputusan sendiri menurut kehendak tanpa bimbingan.
3. Sikap Demokratis, orang tua yang mempunyai sikap demokratis, rasa sosialnya lebih erat, tumbuh konsep diri yang fositif, ramah terhadap orang lain, dapat
bekerja sama, dan kontrol diri yang lebih besar. Beberapa kondisi yang dibutuhkan agar anak dapat tumbuh dan
berkembangdengan baik yaitu: a.
Lingkungan keluarga yang bahagia dan sejahtera Harmonis. b.
Sandang: yang mencukupi bagi anak terutama yang dapat melindungi badan bila anak sakit.
c. Pangan; pangan harus cukup kualitas dan kuantitasnya, sebab kekurangan
dalam bidang ini akan menghambat tumbuh kembang anak.
10
d. Perumahan ; rumah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan, halaman
rumah cukup luas, untuk ruang gerak yang bebas mengingatn anak yang aktif. Adanya permainan dan alat untuk bermain-main.
“Dunia anak adalah dunia bermain “ karena dengan bermain secara psikologis kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan mental anak terpenuhi
sehingga dapat mengekpresikan perasaan dan menunjukkan kreatifitasnya Suherman, 2000.
2.1.3. Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap Perubahan Psikologi Anak
Setelah anak mencapai usia enam tahun atau tujuh tahun perkembangan jasmaniah dan rohaninya mulai sempurna. Anak dari lingkungan keluarga dan
memasuki lingkungan sekolah, yaitu lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan jasmani dan rohani. Mereka lebih banyak mengenal teman dalam
lingkungan sosial yang luas, sehingga peranan sosialnya semakin berkembang. Ia ingin mengetahui segala sesuatu disekitarnya sehingga bertambah
pengalamannya. Semua pengalaman baru ini akan membantu dan mempengaruhi proses perkembangan berpikirnya Zulkifli, 2002.
Periode ini dikenal sebagai fase usia sekolah, yaitu anak mempunyai lingkungan lain selain keluarga, terutama sekolah, anak banyak mengembangkan
interaksi sosial belajar tentang nilai moral dan budaya lingkungan selain keluarganya Supartini, 2004.
11
Kehadiran disekolah merupakan perluasan lingkungan sosialnya dalam proses sosialisasi dan sekaligus merupakan faktor lingkungan baru yang sangat
menantang atau bahkan mencemaskan dirinya. Ada 4 tahap proses penyesuaian diri yang harus dilalui oleh anak selama
membangun hubungan sosialnya, yaitu sebagai berikut; a
Anak dituntut untuk tidak merugikan orang lain serta menghargai dan menghormati orang tua.
b Anak di didik untuk menanti peraturan – peraturan dan menyesuaikan diri
dengan norna – norma kelompok. c
Anak dituntut untuk lebih dewasa di dalam melakukan interaksi sosial berdasarkan asas saling memberi dan menerima.
d Anak di tuntut memahami orang lain.
Ke empat tahaf proses penyesuaian diri berlangsung dari proses yang sederhana ke proses yang semakin kompleks dan semakin menuntut penguasaan
sistem respon yang kompleks pula. Selama proses penyesiain diri, sangat mungkin terjadi anak menghadapi komplik yang berakibat pada terhambatnya
perkembangan sosial mereka Asroni, 2004. Masa kanak-kanak merupakan masa mempelajari sikap dasar sosial, seperti
sikap terhadap agama, kelompok sosial, politik, ekonomi, dan lain-lain. Sikap ini bisa berubah dikemudian hari karena faktor pengalaman. Pada masa kanak-kanak,
sikap sosial dasar tersebut banyak dimiliki atau masih sangat sedikit. Dengan semakin lengkapnya sikap sosial dasar ini, anak menjadi semakin tahu tentang apa
yang sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya dihindari. Perbedaan lingkungan dapat menimbulkan perbedaan sikap sosial pada individu.
12
Secara psikologis, sikap ini dapat dipelajari dengan tiga cara yaitu; 1 Meniru orang yang lebih berpresrasi dalam bidang tertentu.
2 Mengkombinasikan pengalaman. 3 Pengalaman khusus dengan emosional yang mendalam Asroni, 2004.
2.1.4. Perkembangan Kepribadian Anak
Pola kepribadian yang dasar telah diletakkan pada masa bayi, mulai terbentuk dalam awal masa kanak-kanak. Karena orang tua, saudara-saudara
kandung dan sanak saudara yang lain merupakan dunia sosial bagi anak anak, maka bagaimana perasaan mereka kepada anak-anak dan bagaimana perlakuan
mereka merupakan faktor penting dalam pembentukan konsep diri, yaitu inti pola kepribadian. Inilah sebabnya mengapa GLASNER mengatakan bahwa konsep diri
anak terbentuk didalam rahim hubungan keluarga Supartini, 2004. Dengan berjalannya periode awal masa kanak-kanak, anak semakin banyak
berhubungan dengan teman-teman sebayanya. Baik di lingkungan tetangga, dilingkungan prasekolah atau di pusat perawatan anak. Sikap dan cara teman-
teman memperlakukannya mulai membawa pengaruh dalam konsep diri, pengaruh mana dapat mendorong atau melawan dan bertentangan dengan pengaruh-
pengaruh dari keluarga Supartini, 2004. Sikap awal teman-teman, seperti halnya sikap anggota keluarga yang
berarti, berperan penting karena sekali dasar untuk konsep diri telah diletakkan maka agak sulit di ubah. Lagi pula baik anggota keluarga maupun teman-teman
sebaya terbiasa memandang anak dalam cara tertentu seperti, selalu bersedia
13
menolong atau orang berlagak tapi menyusahkan mereka tidak mudah mengubah sikapnya dan terus memandang anak dengan cara yang sama Hidayat, 2005.
A. Kondisi- Kondisi yang Membentuk Konsep Diri Pada Awal Masa
Kanak- kanak.
Hubungan anak dengan keluarga umumnya penting, tetapi sikap orang tua merupakan unsur yang paling penting. Bagaimana pandangan orang tua mengenai
penampilan, kemampuan, dan prestasinya sangat mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri.
a. Cara pelatihan anak. Disiplin otoriter yang keras, disertai banyaknya hukuman badan
cenderung memupuk kebencian. Kepada semua orang yang berkuasa dan menimbulkan perasaan menyerah, perasaan yang dapat dan sering berkembang
menjadi komplek martir. b. Cita- cita orang tua.
Cita orang tua terhadap anaknya berperan penting dalam mengembangkan konsep dirinya kalau harapan mereka terlampau tinggi, anak cenderung gagal.
Terlepas dari bagaimana anak beraksi, kegagalan meninggalkan bekas yang tidak terhapuskan pada konsep diri dan meletakkan dasar-dasar untuk perasaan rendah
diri dan tidak mampu. c. Posisi Urutan
Anak-anak dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian.
14
d. Ketidaknyamanan Lingkungan Anak yang kehidupan sosial orang tuanya melonjak keatas dapat belajar
bersikap mandiri dan ambisius, tetapi ia cenderung gelisah, tegang, dan khawatir dalam berhubungan dengan teman-teman cenderung sangat komfetitif dan agresif.
e. Meningkatkan Individualisme Individualisme sangat dipengaruhi oleh berbagai pengalaman sosial awal
diluar rumah. Kalau pengalaman ini tidak menyenangkan, anak cenderung menjadi tidak sosial Hidayat, 2005.
Kepribadian atau personality oleh Gordon di defenisikan sebagai berikut : organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psikologis yang
menentukan. Caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kepribadian menurut faham kesehatan jiwa adalah “ segala corak kebiasaan
manusia yang terhimpun dalam dirinya, yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan, baik yang timbul dari
lingkungannya dunia luar maupun yang datang dari dirinya sendiri dunia dalam, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional
yang has untuk individu itu” Widayatun, 1999.
2.2 Psikologi 2.2.1. Pengertian
Psikologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu Psyche yang berarti jiwa dan Logos yang berarti Ilmu. Jadi secara harafiah psikologi ilmu tentang jiwa atau
ilmu jiwa. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental the science of mental life. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran the science of mind.
15
Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku the science of behavior, dan lain sebagainya defenisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang
mendefenisikannya Psikologiums, 2007. Erow and Crow memberikan batasan tentang Psikologi sebagai berikut :
psychology is the study of humen behavior and human relationship. Psikologi adalah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya,
baik yang berupa manusia lain human relationship maupun yang bukan manusia seperti : hewan, iklim, kebudayaan Dalyono, 2005.
2.2.2. Bahaya – bahaya Psikologis
Bahaya Psikologis akhir masa kanak-kanak terutama mempengaruhi penyesuaian sosial, yaitu tugas perkembangan utama dalam periode ini. Bahaya
itu sangat besar pengaruhnya pada penyesuaian pribadi dan pada perkembangan kepribadian anak.
1. Bahaya Dalam Berbicara, ada empat bahaya berbicara yang umum terdapat pada akhir masa kanak- kanak :
a Kosa kata yang kurang dari rata-rata yang menghambat komunikasi
dengan orang lain. b
Ketahanan dalam berbicara, seperti salah ucap dari kesalahan tata bahasa, cacat dalam berbicaraa seperti gagap atau pelat, akan membuat anak
menjadi sangat sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila mana perlu. c
Anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi
dan mudah merasa bahwa ia berbeda
16
d Pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan
orang lain, dan yang bersifat membuat akan ditentang oleh teman – teman. 2. Bahaya Emosi
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman – teman sebaya maupun orang – orang dewasa, kalau ia masih menunjukkan pola – pola ekspresi
emosi yang kurang menyenangkan, seperti amarah yang meledak-ledak, dan juga bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih sangat kuat sehingga
kurang disenangi oleh orang lain. 3. Bahaya Sosial
a Anak yang ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman – teman akan
kurang mempunyai kesempatan untuk belajar bersifat sosial. b
Anak terkucil, yang tidak memiliki persamaan dengan kelompok teman – teman akan menganggap dirinya “berbeda” dan merasa tidak mempunyai
kesempatan untuk diterima oleh teman – teman. c
Anak yang mobilitas sosial dan grafisnya tinggi mengalami kesulitan untuk diterima dalam kelompok yang sudah terbentuk
d Anak yang berasal dari kelompok ras atau kelompok agama yang terkena
prasangka 4. Para pengikut yang ingin menjadi pemimpin kemudian menjadi anak yang
penuh dengki dan tidak puas. 5. Bahaya bermain, anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan terasa
kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk menjadi anggota kelompok.
17
6. Bahaya dalam Konsep Diri Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
pada diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lain. Kalau konsep sosialnya didasarkan pada berbagai stereotif, ia cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam perlakuan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada
penyesuaian sosial anak. 7. Bahaya Moral
ada enam bahaya yang umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak.
a Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman – teman atau
berdasarkan konsep – konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak serupa dengan kode orang dewasa
b Anak tidak berhasil mengembangkan suara hati pengawas terhadap
perilaku c
Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan
d Hukuman fisik merupakan contoh agresifitas anak
e Menganggap dukungan teman – teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga perilaku itu menjadi kebiasaan f
Tidak sadar terhadap perbuatan orang lain yang salah. 8. Bahaya yang menyangkut minat, ada dua bahaya yang umum dihubungkan
minat masa kanak – kanak. Pertama, tidak berminat masa kanak – kanak. Kedua, tidak berminat pada hal – hal yang dianggap penting oleh teman –
18
teman sebaya. Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya, seperti kesehatan atau sekolah.
9. Bahaya dalam penggolongan peran seks, ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks yaitu Kegagalan untuk mempelajari organ –organ
peran seks yang dianggap pantas oleh teman – teman sebaya dan ketidak mampuan untuk melakukan peran seks yang disetujui.
10. Bahaya hubungan keluarga, pertentangan dengan anggota – anggota keluarga mengakibatkan dua hal yaitu melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan
kebiasaan pola penyesuaian buruk, serta masalah – masalah yang dibawa keluar rumah.
11. Bahaya dalam perkembangan kepribadian, ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepribadian periode ini:
a Perkembangan konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan
diri. b
Egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa kanak – kanak. Egosentrisme merupakan hal yang serius karena memberikan rasa penting
diri yang palsu Zulkifli, 2002.
2.3. Anak 2.3.1. Pengertian
Anak bukanlah miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan
tahap perkembangan. Anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari
19
18 tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, Psikologis, sosial dan spiritual Hidayat,Hurlock, 2005.
Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini, anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial
ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang
dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri.
Lingkungan yang dimaksud bisa keluarga orang tua, pengurus panti Bila anak berada dipanti asuhan, atau bahkan tanpa orang tua bagi mereka yang hidupnya
menggelandang Supartini, 2004Hurlock, 2000.
2.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Setiap individu berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya karena pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor
baik secara herediter maupun lingkungan Wong, 2000. Factor herediter, lingkungan dan internal.
1. Faktor Herediter
Factor pertumbuhan yang dapat diturunkan Herediter adalah jenis kelamin, ras dan kebangsaan . Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam kandungan Fase
konsepsi dan setelah lahir, anak laki – laki cenderung lebih tinggi dan berat daripada anak perempuan dan hal ini bertahan sampai usia tertentu karena anak
perempuan biasanya lebih awal mengalami masa pubertas sehingga kebanyakan
20
pada usia tersebut anak perempuan lebih tinggi dan lebih besar dari anak laki – laki Supartini, 2004.
Ras atau suku bangsa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa suku bangsa menunjukkan karakteristik yang khas, misalnya suku
Asmat di Irian Jaya secara turun temurun berkulit hitam. Demikian juga kebangsaan tertentu menunjukkan karakteristik tertentu seperti bangsa Asia
cenderung pendek dan kecil, sedangkan bangsa Eropa dan Amerika cenderung tinggi dan besar Supartini, 2004.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pranatal, kelahiran dan pasca natal.
a Faktor pranatal selama kehamilan, meliputi
1 Gizi, Nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin,
terutama selama trimester akhir kehamilan 2
Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan kongenital, misalnya club foot.
3 Toksin, zat kimia, radiasi 4 Kelainan endokrin
4 Infeksi Torch atau penyakit menular seksual
5 Kelainan imunologi
6 Psikologis ibu.
b Faktor kelahiran, riwayat kelahiran dengan vakum ekstraksi atau forceps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi sehingga
beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak
21
c Faktor pasca natal, Seperti halnya pada masa pra natal, faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya anak adalah gizi, penyakit
kronis kelainan kongenital, lingkungan gizi dan kimia, Psikologis, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi
Nursalam, 2005 d Faktor internal, berikut ini akan diuraikan faktor internal yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak 1
Kecerdasan, kecerdasan dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Anak yang dilahirkan dengan kecerdasan yang tinggi dapat didorong
oleh stimulus lingkungan untuk berprestasi secara cemerlang. 2
Pengaruh Hormonal, ada tiga hormon utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu hormon
Gonadotropin, hormon tyroid, hormon somatotropik. 3
Pengaruh Emosi ,orang tua memberi contoh perilaku emosional, seperti melempar sandal atau sepatu bekas pakai, membentak saat
anak rewel, marah saat jengkel, anak akan belajar untuk menirukan perilaku orang tua tersebut Sukartini, 2004.
2.3.3 Masalah Tumbuh Kembang Anak
Masalah tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa menurut WHO sampai usia 18 tahun
sedang menurut undang – undang kesejahteraan anak RI No. 04 tahun 1979 sampai dengan usia 21 tahun sebelum menikah.
22
1. Gagal tumbuh, mengalami kegagalan petumbuhan fisik dengan
malnutrisi dan retardasi perkembangan sosial atau motorik. Faktor yang mempengaruhi terjadinya gagal tumbuh adalah gangguan
psikososial dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua. Anak ditelantarkan dalam perawatannya mengakibatkan gagal
tumbuh. 2.
Gangguan Makan, gangguan makan sering dijumpai pada masyarakat awam. Yang belum memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada anak dan memahami pentingnya nutrisi pada anak, penolakan makan gangguan makan pada anak.
3. Gangguan tidur, gangguan tidur berjalan Somnambulisme apabila
terjadi secara berulang – ulang akan mempengaruhi perkembangan anak, sama halnya dengan gangguan tidur misalnya anak sering
menangis tengah malam, menjerit, merintih dan lain – lain. 4.
Enuresis Fungsional , gangguan pengeluaran urine, hal ini disebabkan karena Negatif Reinforcement pemberian hukuman lebih ditekankan
dari pada pujian apabila kejadian ini terjadi secara berulang – ulang maka akan mengganggu tugas dalam perkembangan anak.
5. Enkopresis Fungsional, merupakan gangguan dalam pengeluaran tinja
yang tidak terkontrol 6.
Gagap, gangguan bicara ditandai dengan pengulangan suara, suku kata atau terjadi bloking dalam bicara. Biasa diakibatkan dengan gangguan
Psikologis dan neurologis yaitu gangguan dalam serebral. Kondisi
23
tersebut apabila berlangsung lama pada masa pra sekolah dapat menyebabkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan
7. Mutisme Efektif, gangguan bicara pada anak yang ditandai dengan
menolak untuk berbicara pada situasi social. Hal ini disebabkan karena Psikologis pada anak, hal ini digunakan anak dalam rangka
mengurangi perasaan takut tetapi juga sebagai untuk menarik perhatian agar selalu diperhatikan.
8. Gangguan Perkembangan Spesifik, meliputi gangguan perkembangan
membaca dan menulis, gangguan perkembangan berhitung, berbahasa, artikulasi, monotorik yang spesifik
9. Retardasi Mental, merupakan gangguan dalam perkembangan dimana
terjadi gangguan dalam fungsi mereklatual yang subnormal adanya perilaku adaptif social dan timbul pada masa perkembangan yaitu
dibawah umur 18 tahun. 10.
Autisme , keadaan anak berbuat semuanya sendiri baik secara berpikir atau secara berperilaku
11. Gangguan pemusatan perhatian Hiperaktif, gangguan konsentrasi,
hiperaktifitas, hal ini disebabkan Karena kurangnya koordinasi sensori motorik, kecerobohan, suka mengacau, aktifitas motorik tanpa tujuan,
sering menjengkelkan sesama sebaya atau anggota keluarga, hal tersebut dapat diakibatkan ketidak mampuan dalam menyelesaikan
tugas – tugas pencapaian tumbuh kembang 12.
Penganiayaan dan Pengabaian Anak, penganiayaan pada anak diantaranya penganiayaan secara fisik dapat terjadi cedera,
24
penganiayaan emosional dapat terjadi keguncangan pada jiwa dan juga dapat menimbulkan kekacauan mental, penganiayaan seksual terjadi
ISK, kehamilan kurangnya perawatan diri pada anak mengakibatkan keterlambatan untuk tumbuh, keterlambatan berkembang, gangguan
makan, kurang perawatan diri Hidayat, 2005.
25
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan studi kepustakaan dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
Perkembangan psikologi anak khususnya usia 7-12 tahun sangat tergantung dari stimulasi yang diperolehnya dari lingkungan sosial sekitarnya.
Lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan keluarga internal dan lingkungan masyarakat eksternal. Selama anak berinteraksi dalam lingkungan tersebut,
peran orang tua khususnya ibu sangat penting bagi perkembangan psikologi anak.
3.2. Definisi Operasional Variabel
1. Perkembangan psikologi anak adalah suatu proses pengembangan kepribadian anak yang merupakan dasar emosional dan optimisme sosial melalui frekuensi
dan kualitas interaksi si anak dengan lingkungan sekitarnya. Pada variabel ini diukur melalui kebiasaan anak di lingkungan keluarga, sikap orangtua
menghadapi anak dan cara mengatasi permasalahan yang sedang dialami anak.
Alat ukur berupa kuesioner dengan 6 pertanyaan yang terdiri dari 4 item jawaban. Jawaban benar diberi nilai 1 dan salah 0.
Pengetahuan Ibu tentang Lingkungan Sosial
Lingkungan Internal
Lingkungan Eksternal
Perkembangan Psikologi Anak
Usia 7-12 tahun
26
Berdasarkan total skor jawaban ibu, maka variabel ini terbagi atas 2 kategori yaitu:
1. Baik, jika total skor jawaban ibu 50 atau dengan interval 4 - 6 2. Cukup baik jika total skor jawaban ibu
≤ 50 atau dengan interval ≤ 3 2. Pengetahuan ibu tentang lingkungan sosial adalah segala sesuatu yang
diketahui ibu yang berkaitan dengan lingkungan sosial baik berasal dari lingkungan internal keluarga maupun lingkungan eksternal masyarakat
yang didapat secara teori dan pengalaman. Alat ukur berupa kuesioner dengan 20 pertanyaan 10 pertanyaan khusus lingkungan internal dan 10 pertanyaan
lingkungan eksternal dan 4 item jawaban. Jawaban benar diberi nilai 1 dan salah 0.
Berdasarkan total skor jawaban ibu, maka tingkat pengetahuan ibu di kelompok atas 3 kriteria:
1. Baik, jika total skor jawaban ibu 75 atau interval 15 2. Cukup baik, jika total skor jawaban ibu 40 - 75 atau interval 8 - 15
3. Kurang baik, jika total skor jawaban ibu 40 atau interval 8
3.3.Hipotesa Penelitian
Hipotesa yang digunakan dari penelitian ini yaitu: adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang lingkungan sosial dengan perkembangan psikologi anak
usia 7-12 tahun di. Rw 01 Rt 07 Desa Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung tahun 2008.
27
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian