Berdasarkan Gambar 4.1 Dari 40 responden didapatkan 38 95 kenaziran Masjid yang aktif, sedangkan 2 5 nazir lainnya masih kurang aktif. Ini berarti
pengelolaan Masjid di Kota Medan sudah aktif dalam pengelolaannya. Berdasarkan penelitian ini juga didapati bahwa seluruh responden atau nazir
Masjid telah berumur diatas 16 tahun, sehingga mereka diyakini cukup dewasa dalam melaksanakan seluruh tindakan pengelolaan.
4.4.2 Dilarang Memakan Harta Hasil Riba
Riba adalah penambahan yang disertakan terhadap barang pada saat pengembalian barang tersebut ketika diadakannya akad yang menyebabkan salah
satu pihak rugi. Umat Islam dilarang keras mengambil dan memakan harta hasil riba. Rasulullah SAW bersabda, diriwayatkan dari Jabir r.a.: Rasulullah SAW
mengutuk pemakan riba, orang yang memberi makan keluarganya dengan harta riba, penulis riba, dan kedua saksi riba. Beliau bersabda, “Semua itu hukumnya
sama”. Di institusi Masjid hal ini dapat dilihat dalam pengelolaan kas Masjid, yaitu
ketika melakukan penyimpanan kas. Apakah kas itu disimpan di bank konvensional yang menggunakan sistem bunga riba atau bank Syariah dengan
sistem bagi hasil diperbolehkan oleh syara’, maka jawaban responden ketika diadakan penelitian dapat dilihat dalam gambar berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Bank Tempat Penyimpanan Kas Masjid Dari gambar 4.2 terdapat 35 nazir 87,5 yang menyimpan uang kasnya di
bank Syariah baik itu Bank Muamalat, Bank Mandiri Syariah, Bank Sumut Syariah, sedangkan 5 nazir lainnya dengan persentase 12,5 masih menyimpan
uang kasnya di bank konvensional seperti Bank BNI, Bank BRI, dan Bank MANDIRI. Dua nazir beralasan hal ini dikarenakan nazir-nazir terdahulu sudah
menyimpan kas Masjid dibank konvensional dan 3 lagi dikarenakan lokasi Bank Syariah terlalu jauh sedangkan yang dekat hanya bank konvensional. Dari
presentase di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Masjid di Kota Medan telah berusaha menghindari lembaganya terlibat unsur riba dengan cara
menggunakan fasilitas bank Syariah dan menolak fasilitas bank konvensional.
4.4.3 Dapat Dipertanggungjawabkan Pernah Diaudit Akuntan Publik.
Dalam Islam semua orang Muslim diwajibkan mampu mempertanggung jawabkan setiap perbuatannya, terutama diinstitusi Masjid para nazir harus
mampu mempertanggung jawabkan pengelolaan harta Masjid dengan baik agar
5 10
15 20
25 30
35
Menyimpan Di Bank Syariah
Menyimpan Di Bank Konvensional
35
5
Universitas Sumatera Utara
terhindar dari kecurigaan masyarakat. Untuk itu salah satu cara yang bisa dilakukan para nazir yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan harta keuangan
Masjid dengan bantuan jasa Akuntan Publik. Dari hasil penelitian terhadap Masjid apakah telah pernah diaudit Akuntan Publik atau tidak, maka didapatkan hasil
sebagai berikut.
Gambar 4.3 Masjid yang Pernah Diaudit Akuntan Publik dan yang Belum Pernah Dari gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari 40 Masjid yang ada di Kota
Medan 38 95 belum pernah diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga keuangan swasta, sedangkan terdapat 2 Masjid 5 lainnya yang telah pernah
diaudit oleh Akuntan Publik yaitu Masjid Al-Musaddin yang berada di kompleks perumahan Taman Setia Budi Indah Tasbih dan Masjid Al-Jihad Jln. Abdul
Lubis. Hal ini menunjukkan bahwa Masjid yang berada di Kota Medan belum banyak yang melakukan audit terhadap harta Masjid. Hal ini juga dikarenakan
5
95 Pernah Di Audit
Tidak Pernah Di Audit
Universitas Sumatera Utara
para nazir merasa belum perlu diadakannya audit keuangan terhadap kas Masjid karena jumlah kas Masjid tidaklah terlalu banyak, sebab lainnya yaitu pencatatan
yang mereka lakukan dianggap sudah cukup sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada masyarakat. Jika dalam beberapa prinsip-prinsip lainnya didapati hasil
penelitian yang relatif memuaskan, namun dalam hal audit, hasil penelitian ini relatif tidak memuaskan.
4.4.4 Keterbukaan