PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAYA.

(1)

PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI

WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA

KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAY

A

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI 1013010091/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR 2014


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana EKONOMI DAN BISNIS

Progdi Akuntansi

Diajukan Oleh :

SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI 1013010091/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR 2014


(3)

SKRIPSI

PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI

WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA

KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAY

A

Yang diajukan

SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI 1013010091/FE/EA

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Tanggal : …………...

NIP. 19510807 198303 1001

Mengetahui, Ketua Progdi Akuntansi

Dr. Hero Priono, SE, Msi, Ak, CA NIP. 19611011 199203 1001


(4)

KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAY

A

Yang diajukan

SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI 1013010091/FE/EA

Disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Tanggal : …………...

NIP. 19510807 198303 1001

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis

DRS. H. RAHMAN A. SUWAIDI, MS NIP. 19600330 1986031003


(5)

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI PADA KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAYA

yang diajukan

SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI 1013010091

telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Tanggal : ...

Mengetahui : Ketua Program Studi

Dr. Hero Priono, Msi, Ak. NIP : 19611011 1999203 1001 Drs, EC, Sjafi’i, MM, AK

NIP : 19510807 198303 1001


(6)

KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA

KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAY

A

Disusun Oleh :

Septianingsari Rieswindrati

1013010091/FE/AK

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada tanggal April 2014

Pembimbing: Tim Penguji:

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Sjafii, MM, Ak Drs. Ec. Saiful Anwar. M.si Sekretaris

Dra. Ec. Sjafi’i, MM, Ak Anggota

Dr.Gideon Setyo B, M.Si

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(7)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulisdapat menyelesaikan tugas akhir penulisan skripsi dengan judul

“PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK

MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

ORANG PRIBADI PADA KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAYA”. dengan

baik.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. H. Rahman A. Suwaidi, MS, selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Hero Priono, SE, MSi, Ak, CA selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(8)

6. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa.

7. Ibu, Ayah, kakak dan seluruh keluarga yang telah memberi doa restu, kasih sayang, dukungan moril dan materiil selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini.

8. Reza, Bunga,Adita,Joko, serta sahabat-sahabat sebimbingan Pak Sjafi’i serta sahabat-sahabat lainnya yang telah menjadi sahabat seperjuangan, teman diskusi dan banyak memberikan dukungan, doa dan perhatian kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

9. Mbak Atus, kang Ambar, mbak Ayu, Dephi yang sudah banyak membantu, makasih atas dukungan dan senang- senangnya

10. Seluruh Responden telah membantu meluangkan waktunya untuk mengisi kuisioner dan memberikan data-data yang dibutuhkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.


(9)

iii

Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi akademika UPN “Veteran” umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya.

Surabaya, April 2014

Penulis


(10)

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Pajak ... 10

2.2.1.1 Definisi Pajak ... 10

2.2.1.2 Fungsi Pajak ... 13

2.2.1.3 Syarat-Syarat Pemungutan Pajak ... 13

2.2.1.4 Teori Yang Mendukung Pemungutan Pajak .... 14

2.2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 15


(11)

2.2.2.1 Wajib Pajak Orang Pribadi ... 16

2.2.2.2 Subjek Pajak Orang Pribadi ... 17

2.2.2.3 Objek Pajak Orang Pribadi ... 18

2.2.3 Pemahaman Wajib Pajak ... 19

2.2.3.1 Pengertian Pemahaman Wajib Pajak ... 19

2.2.4 Kesadaran Wajib Pajak ... 20

2.2.4.1 Pengertian Kesadaran Wajib Pajak ... 20

2.2.5 Persepsi Wajib Pajak ... 21

2.2.5.1. Pengertian Persepsi Wajib Pajak ... 21

2.2.6 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 22

2.2.7 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 23

2.2.8 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ... 23

2.2.9 Pengaruh Persepsi Wajib Pajak mengenai Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi .. 24

2.3 Kerangka Pikir ... 25

2.4 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Deskripsi Obyek Peneltian ... 28

3.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Gayungan Surabaya ... 28

3.1.2 Responden ... 28

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29


(12)

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 33

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.4.1 Jenis Data ... 34

3.4.2 Sumber Data ... 34

3.4.3 Pengumpulan Data ... 34

3.5 Uji Kualitas Data ... 34

3.5.1 Uji Validitas ... 34

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 35

3.5.3 Uji Normalitas ... 35

3.5.4 Uji Asumsi Klasik ... 36

3.5.4.1 Uji Autokorelasi ... 36

3.5.4.2 Uji Multikolonieritas ... 37

3.5.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 37

3.5.5 Teknik Analisis ... 38

3.5.6 Uji Hipotesis ... 39

3.5.6.1 Uji F (Uji Kesesuaian Model) ... 39

3.5.6.2 Uji t (Uji Parsial) ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41


(13)

4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

4.2.1 Uji Validitas ... 48

4.2.2 Uji Realibilitas... 50

4.3 Analisis dan Pembahasan ... 51

4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 50

4.3.2 Analisis Statistik Regresi Linier Berganda ... 56

4.4 Pengujian Hipotesis ... 58

4.5 Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Saran ... 65

5.3 Keterbatasan Penelitian dan Implikasi ... 66

5.3.1 Keterbatasan Penelitian ... 66

5.3.2 Implikasi Penelitian ... 66

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

(15)

xi

PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KECAMATAN

GAYUNGAN-SURABAYA Oleh :

SEPTIANINGSARI RIESWINDRATI

Abstraksi

Salah satu sumber penerimaan Negara Indonesia yang potensial adalah dari penerimaan pajak. Penerimaan pajak akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah berupaya sedemikian rupa agar pemungutan pajak dapat berjalan dengan lancar, upaya tersebut mengarah pada satu hal yaitu meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam menunaikan kewajiban perpajakannya. Banyak faktor yang menyebabkan wajib pajak enggan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya diantaranya pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pemahaman,kesadaran dan persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dengan menggunakan teknik kuesioner yang dibagikan kepada wajib pajak. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa variable pemahaman wajib pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada kecamatan Gayungan Surabaya. Sedangkan kesadaran wajib pajak dan persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi pada kecamatan Gayungan-Surabaya

Key Words : Pemahaman Wajib Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak


(16)

1.1Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan bagian yang sangat penting dalam penerimaan negara selain minyak dan gas bumi hal ini berupaya menjadikan pajak sebagai penerimaan negara yang paling utama, karena pemungutan pajak oleh negara salah satu wujud pengabdian,kewajiban, serta partisipasi masyarkat untuk pembangunan nasional (Hendarsyah, 2009:1dalam Arahman 2012:1). Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara tidak dapat dilaksanakan, penggunaan uang pajak meliputi pembayaran gaji Pegawai Negeri sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan, pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Dan pembiayaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Pajak bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial sehingga menuntut adanya perbaikan baik secara sistematik maupun operasional. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala aspek perpajakan dari waktu ke waktu (Rapina dkk, 2011 : 2). Negara memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai kegiatan pembangunan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan. Pajak dibedakan menjadi dua fungsi yaitu fungsi budgetair (sumber penerimaan negara) dan fungsi regulerend (mengatur).


(17)

2

Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik runtin maupun pembangunan. Sedangkan fungi regulerend artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan – tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

Reformasi perpajakan di Indonesia dimulai tahun 1984, pada waktu itulah self Assessment System diperkenalkan di Indonesia dimana setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung hutang pajaknya sendiri dan melaporkan hasil perhitungan pajaknya ke kantor pelayanan pajak. Sehingga aparat pajak hanya mengawasi saja, melakukan pelayanan dan penyuluhan kepada wajib pajak. Pemerintah dalam hal ini berupaya untuk meningkatkan peranan masyarakat untuk membayar pajak dan melaporkan SPT tahunan dengan cara Self Assestment system (muliari dan setiawan 2011 : 2 dalam Muis Arahman 2012 : 2). Self assestment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan dan melaporkan sendiri pajak yang terutang di Kantor Pelayanan Pajak. Penerapan Self Assestment System diterapkan pemerintah agar masyarakat mampu meningkatkan kepatuhan dalam melaporkan surat pemberitahuan (SPT) di kantor Pelayanan Pajak. Wajib pajak patuh bukan berarti Wajib Pajak yang membayar pajak dalam nominal besar melainkan wajib pajak yang memahami, mengerti, sadar, dan mematuhi hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan.


(18)

Kelemahan dari sistem selft assessment adalah wajib pajak bisa dengan sengaja mengisi laporan dengan tidak benar dan mengelak dari pajaknya. Upaya untuk mengurangi pengelakan pajak adalah dengan pemeriksaan pajak. Salah satu bentuk peran positif wajib pajak adalah sikap keterbukaan wajib pajak. Keterbukaan tersebut diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan pembukuan dengan memberikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sesungguhnya.

Pemahaman perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak merupakan hal yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh wajib pajak karena jika wajib pajak tidak paham akan perpajakan, maka sulit bagi wajib pajak untuk menjalankan kewajiban perpajakannya. Maksud dari pemahaman ini adalah wajib pajak mengerti tentang pajak, sistem yang digunakan, cara perhitungan pajak,cara pengisian SPT. Pemerintah telah melakukan upaya untuk membuat paham tentang pajak melalui penyuluhan, iklan – iklan di media masa maupun media elektronik. Informasi tersebut bertujuan agar wajib pajak mengetahui pentingnya pajak yang dibayarkan untuk negara selain itu dapat membuat kesadaran dalam hati para wajib pajak untuk melaporkan pajaknya.

Kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai pembiayaan Negara sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Jatmiko, 2006). Masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga Negara yang mau menjunjung tinggi UUD 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan Negara (Suardika, 2007). Wajib pajak melaporkan dan


(19)

4

membayar pajak hanya karena dalam keadaan terpaksa atau adanya kepentingan yang mendadak, bukan karena kesadaran mereka.

Pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak berperan penting terhadap kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. “Petugas pajak dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil dan tegas setiap saat kepada wajib pajak serta memupuk kesadaran tentang tanggung jawab membayar pajak” Gardina dan Haryanto dalam (Aziza,2011:4). Pelayana yang diberikan oleh petugas pajak diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak. Pandangan wajib pajak terhadap petugas pajak yang cenderung negatif juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keptuhan wajib pajak dalam melaporkan dan membayar pajak mereka. Wajib pajak menilai bahwa pajak yang di bayarkan tidak semuanya masuk ke kas pemerintah. Hal ini muncul karena masyarakat pada umumnya melihat pemberitaan di media massa dan elektronik mengenai para petugas pajak seperti Gayus tambunan dan Dhana Widyatmika yang tersandung berbagai masalah dan oknum petugas pajak lainnya yang diketahui menyelewengkan pajak yang dibayar oleh wajib pajak untuk kepentingan pribadinya.

Penelitian yang dilakukan Budiono 2003 dalam (Hidayati dan Supriyadi, 2008). Menyatakan bahwa fenomena tingkat kepatuhan wajib pajak di wilayah KPP Sidoarjo, khususnya Sidoarjo Barat menunjukkan tingkat kepatuhan wajib pajak masih minim artinya belum seluruh wajib pajak mematuhi ketentuan pajak. Hal ini tercermin dari tiga hal. Pertama, wajib


(20)

pajak umumnya cenderung menghindari pembayaran pajak, terlepas dari kesadaran kewarganegaraan. Kedua, tingkat kepatuhan wajib pajak masih terbatas pada yang bersifat administratif, sementara upaya untuk menghindar dari pembayaran pajak masih sangat tinggi. Ketiga, adanya indikasi beberapa wajib pajak melakukan pemalsuan dokumen maupun keberadaan usahanya.

Persoalannya sekarang adalah bahwa lingkaran antara ketidakpatuhan pajak dengan sikap aparat pajak yang tidak sesuai dengan aturan main masih saja berputar. Memulai pembenahan terhadap kualitas aparat pajak itu sendiri merupakan awal yang sangat penting untuk memutus lingkaran yang terlanjur lama berputar. Tingkat kepatuhan wajib pajak memang tidak semata-mata hanya menjadi tuntutan bagi wajib pajak, akan tetapi perlu didorong dengan dukungan tingginya tingkat kualitas aparat pajak dalam melaksanakan tugasnya. Tanpa kualitas pajak yang baik tampaknya cita-cita untuk menjadikan pajak sebagai tumpuan harapan pembiayaan pembangunan diatas tangan sendiri masih sangat jauh mengawan.

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dengan cara memperbaiki kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan yang berkualitas harus diupayakan dapat memberikan 4 K yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran dan kepastian hukum yang dapat dipertanggungjawabkan ( Widodo, 2012 : 4 ).


(21)

6

Dengan banyaknya kasus-kasus yang terjadi pada pegawai Ditjen Pajak membuat moral pegawai pajak semakin jatuh dan bisa jadi juga membuat kepercayaan masyarakat terhadap aparat pajak juga semakin menurun. Hal ini menambah pandangan negatif yang merebak ditengah masyarakat pada instansi perpajakan mengenai korupsi dengan wajib pajak. Hal ini dapat membuat para wajib pajak pribadi maupun wajib pajak badan untuk enggan mematuhi kewajibannya sebagai wajib pajak.

Berdasarkan uraian diatas yang telah peneliti jabarkan, maka penelitian ini akan diberi judul “PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN

PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA

KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAYA”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib pajak ?

2. Apakah Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib pajak ?

3. Apakah Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Petugas Pajak berpengauh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ?


(22)

1.3Tujuan penelitian

Tujuan dilakukannnya penelitian ini adalah untuk membuktikan dan menguji secara empiris Pengaruh Pemahaman, Kesadaran, dan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Keptuhan Wajib Pajak.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Penulis

Memberikan tambahan informasi mengenai persepsi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban membayar pajak yang dapat dipergunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang perpajakan di Indonesia.

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan sebagai informasi bahan pembanding bagi peneliti lain yang ingin membahas masalah ini kepada Universitas Pembagunan National “Veteran” Jawa Timur pada umumnya dan Fakultas Ekonomi khususnya.

3. Bagi Institusi Perpajakan Dirjen Pajak

Hasil penenlitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau masukan sejauh mana kewajiban para Wajib Pajak dalam membayar kewajiban untuk membayar pajak.


(23)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Berikut ini ditemukan penelitian-penelitian yang sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian berkaitan dengan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

a. Supriyati dan Nur Hidayati (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hidayati yang berjudul :

“Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak”

Hasil :

Kepatuhan Wajib Pajak bukan hanya disebabkan oleh persepsi Wajib Pajak, tetapi juga faktor lain diantaranya frekuensi sosialisasi Direktorat Jendral Pajak (DJP).

b. Siti Musyarofah dan Adi Purnomo (2008)

Penelitian yang dilakukam oleh Siti Musyarofah dan Adi Purnomo yang berjudul :

“Pengaruh Kesadaran dan Persepsi Tentang Sanksi, dan Hasrat Membayar pajak Terhadap Kepatuhan wajib pajak”

Hasil :

Hasrat membayar pajak yaitu keinginan yang kuat untuk melakukan kewajiban perpajakan oleh masyarakat wajib pajak.


(24)

Hasrat membayar pajak muncul dari dalam hati wajib pajak. Jika hasrat membayar pajak masih rendah, maka diperlukan pengetahuan terhadap wajib pajak agar tidak melakukan kelalaian.

c. Satrio Prayogo (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Satrio prayogo berjudul :

“Pelaporan Wajib pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama

Surabaya Sawahan”

Hasil :

Secara Parsial variabel Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh tidak signifikan terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib pajak Orang pribadi. Variabel Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

d. Puspita Rahayu Widodo (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Puspita Rahayu Widodo berjudul:

“Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Petugas Pajak,

Kepercayaan Wajib Pajak dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak“

Hasil :

Secara persial variabel kepercayaan wajib pajak dan kepercayaan Wajib pajak dan kepuasan wajib pajak mempunyai pengaruh


(25)

10

yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Simokerto. Secara variabel persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak pada KPP Pratama Surabaya Simokerto.

e. Ayusalam Yustifebri Puteri (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Ayusalam Yustifebri Puteri berjudul :

“ Implikasi Kasus Gayus Tambunan Dalam Kesadaran Wajib pajak”

Hasil :

Ditengah buruknya persepsi Wajib Pajak terhadap dunia perpajakan Indonesia, dorongan untuk tetap berbakti kepada Negara untuk tetap membayar pajak masih tetap dipegang oleh para Wajib Pajak.

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Pajak

2.2.1.1 Definisi Pajak

Definisi dalam Perpajakan

Ada banyak definisi pajak yang dikemukakan para ahli di bidang perpajakan yang meskipun berbeda-beda, tetapi berbagai definisi tersebut mempunyai pengertian yang sama. Perbedaan yang terjadi hanyalah


(26)

perbedaan pada sudut pandang yang digunakan masing-masing dalam perumusan pengertian pajak.

Beberapa definisi tentang pajak oleh para ahli (Waluyo dan Wiriawan, 2002 : 5) adalah sebagai berikut :

a. Mr. Dr. N.J. Feldmann

“ Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa kontra prestasi, dan semata-mata digunakan untuk meutup pengeluaran-pengeluaran umum “ b. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

“ Pajak adalah iuran rakyat kepda kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi ini kemudian dikoreksikan menjadi : Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment “

c. Prof. Dr. M.J.H.Smeets

“ Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang


(27)

12

individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah “

d. Philip E. Taylor

“Pajak adalah kontribusi seseorang yan ditunjukan kepada negara tanpa adanya manfaat yang ditunjukan secara khusus pada seseorang“

Sejak Reformasi perpajakan tahun 1984, dalam undang-undang perpajakan tidak terdapat definisi/pengertian tentang pajak, namun peraturan perpajakan yang dikeluarkan pada tahun 2009 telah menyebutkan pengertian tentang pajak. Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (2009 : 1) menyebutkan : “Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yan terutang ole orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdsarkan Undang-Undang, dengan tidak mendaptkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Menurut Prastiwi (2011 : 15), berdasarkan definisi tersebut maka karakteristik dari pajak dapat dikumpulkan sebagai berikut :

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang dan aturan pelaksanannya. b. Pembayaran pajak yang terutang oleh orang pribadi atau badan (wajib

pajak) sifatnya dapat dipaksakan.

c. Pembayar pajak (tax payer) tidak dapat menikmati kontraprestasi secara langsung dari pemerintah.


(28)

d. Pajak dipungut oleh Negara, baik lewat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sehingga ada istilah pajak pusat dan pajak daerah.

e. Penerimaan dari sektor pajak digunakan untuk pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pegeluaran rutin maupun pengeluaran-pengeluaran pembangunan, dansebagainya apabila terdapat kelebihan maka sisanya digunakan untuk public investment.

2.2.1.2 Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak menurut Resmi (2003 : 2-3), yaitu : a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Pajak mempunyai fungsi Budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan, sebagai sumber keuangan maka pemerintah memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara.

b. Fungsi Regulerend (Mengatur)

Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan tertentu diluar bidang keuangan.

2.2.1.3. Syarat-syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai


(29)

14

a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan UU (syarat yuridis) c. Tidak menggangu perekonomian (syarat ekonomis) d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansiil) e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

2.2.1.4. Teori – Teori Yang Mendukung Pemungutan pajak

Menurut Mardiasmo (2009 : 3), terdapat bebrapa teori yang menjelaskan pemberian hak kepada negara untuk memunngut pajak. Teori – Teori tersebut antara lain :

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiawa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan (misalnya perlindungan) masing-masing orang. Semakin besar kepentingan seseoran terhadap negara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orng harus sama beratnya, artinya pajak harus dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing


(30)

orang. Untuk mengukur daya pikul dapat digunakan dua pendekatan (objektif dan subjektif)

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan masyarakat.

2.2.1.5. Sistem Pemungutan Pajak

Sistem Pemungutan Pajak ada 3 macam yaitu (Mardiasmo, 2009 : 7) 1. Official assessment system

Adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2. Self assessement system

Adalah suatu system pemungutan pajak yang member wewenang kepada Wajib Pajak untuk menetukan sendiri besarnya pajak yang terutang.


(31)

16

3. With holding system

Adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersagkutan) untuk memenuhi besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2.2.2. Wajib Pajak

2.2.2.1. Wajib Pajak Orang Pribadi

Penerimaan penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 adalah Orang pribadi yang merupakan (mardiasmo 2009 : 171) :

1. Pegawai

2. Penerimaan uang pesangon, pensiunan atau uang manfaat pension, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.

3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasian sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan antara lain meliputi :

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,akuntan,arsitek, dokter, konsultan, notaris,penilai atau aktuaris.

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lainnya.

c. Olahragawan


(32)

d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator.

e. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputerdan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan.

4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalanm suatu kegiatan, antara lain meliputi ;

a. Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga,seni,teknologi dan perlombaan lainya. b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau kunjungan

kerja.

c. Peserta kegiatan lainnya.

2.2.2.2. Subjek Pajak Orang Pribadi

Subjek pajak dapat dibedakan menjadi (Mardiasmo : 136) :

1. Subjek pajak dalam negeri :

 Orang Pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12 bulan


(33)

18

 Orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

2. Subjek pajak luar negeri :

 Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12bulan.

2.2.2.3. Objek Pajak orang Pribadi

Penghasilan yang di potong PPh Pasal 21 (Mardiasmo 2011 : 173): 1) Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.

2) Penghasilan yang di terima atau di peroleh penerima pensiun ecara teratur berupa uang pensiun atau peghasilan sejenisnya.

3) Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pension yang di terima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pension, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenisnya.

4) Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan.


(34)

5) Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berua honorarium, komisi, fee dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa daan kegiatanyang dilakukan .

6) Imbalan kepada peserta kegiatan antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah, atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apa pun, dan imbalan sejenisnya dengan nama apa pun.

7) Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang di berikan oleh :

a. Bukan wajib pajak

b. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.

c. Wajib pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus.

2.2.3. Pemahaman Wajib Pajak

2.2.3.1 Pengertian Pemahaman Wajib Pajak

Pemahaman berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami situasi atau peristiwa baru, yang dalam hal ini adalah pajak yang selama ini dianggap menunggu mereka. Wajib pajak dikatakan paham terhadap pajak apabila setiap orang


(35)

20

mengenai asas-asasnya, macam-macam pajak yang berlaku, cara perhitungan dan tata cara pembayarannya, serta hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak.

Pemahaman mengenai perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan skaligus partisipasi masyarakat untuk pembangunan nasional.

Ketidakpahaman terjadi apabila perkembangan intelektual dan moral masyarakat masih rendah atau sistem perpajakan yang sulit di pahami masyarakat (Mardiasmo, 2009 : 8)

2.2.4 Kesadaran Wajib Pajak

2.2.4.1 Pengertian Kesadaran Wajib pajak

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2003 :487), kesadaran adalah tahu, keadaan mengerti dan merasa. Pengertian ini juga merupakan kesadaran diri seseorang maupun kelompok. Jadi kesadaran wajib pajak adalah sikap mengerti wajib pajak badan atau perorangan untuk memahami arti, fungsi, dan tujuan pembayaran pajak (Hapsari,2010:24). Menurut Tunggal dalam (Musyarofah 2008:35) Meningkatkan kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak juga tergantung dari cara pemerintah memberikan penerangan dan pelayanan kepada masyarakat sebagai wajib pajak agar kesan dan pandangan yang keliru tentang arti dan fungsi pajak dapat dihilangkan.


(36)

Umumnya masyarakat masih sinis dan kurang percaya terhadap keberadaan pajak karena masih merasa sama dengan upeti, memberatkan, pembayarannya sering mengalami kesulitan, ketidak mengertian masyarakat apa dan bagaimana pajak dan ribet menghitung dan melaporkannya. Namun masih ada upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat sadar sepenuhnya untuk membayar pajak dan ini bukan sesuatu yang mustahil terjadi. Ketika masyarakat memiiki kesadaran maka membayar pajak akan dilakukan secara sukarela bukan keterpaksaan ( www.pajak.go.id//membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-pajak.htm).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran dalah rasa sadar/ingin yang dimiliki oleh wajib pajak secara ikhlas, suka rela tanpa paksaan dan dari dalam hati sendiri untuk melaporkan pajaknya baik pajak tahunan maupun masa.

2.2.5 Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi

2.2.5.1 Pengertian Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut Robbins (2003 : 123), persepsi didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna pada lingkungan mereka. (Rakhmat 1998 : 51) mendefinisikan persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang di peroleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.


(37)

22

Menurut Gerson (2004 : 24), setiap orang memiliki sifat individual, dan setiap orang akan memandang sesuatu secara berbeda dari orang lain, meskipun dalam situasi yang sama. Dengan kata lain, persepsi dari masing-masing orang itu bisa berbeda pada suatu hal tergantung pada pemahaman dan cara pandangnya.

Persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak adalah proses penginderaan kenyataan yang kemudian menghasilkan pemahaman dan cara pandang manusia terhadap petugas pajak, baik dalam hal pelayanan petugas pajak dan setelah adanya kasus perpajakan terkait dengan pelanggaran etika yang melibatkan petugas pajak.

2.2.6 Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

Menurut Badudu dan zain (1994)dalam kamus Bahasa Indonesia, Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Kepatuhan merupakan variabel yang sulit dicari media pengukurannya. Adanya kepatuhan adalah karena ada peraturan atau prosedur yang harus dilaksanakan dengan baik. Keberhasilan penerimaan pajak adalah rasio tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh Wajib Pajak. Semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak, semakin tinggi pula tingkat keberhasilan penerimaan pajak, dan akan mengakibatkan semakin tinggi keberhasilan perpajakan.

Agar kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan tersebut dapat berjalan dengan sempurna, harus ada kerjasama antara fiskus sebagai


(38)

pemungut pajak dan wajib pajak sebagai pembayar pajak, yang dimanifestasikan dalam pengisian SPT dan formulir-formulir pajak yang lainnya, yang digunakan oleh pembayaran pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang.

2.2.7 Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib

pajak Orang pribadi

Wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak yang membayar pajak dalam nominal besar melainkan wajib pajak yang memahami, mengerti, sadar, dan mematuhi hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan. Pemahaman perpajakan sangat di perlukan oleh setiap wajib pajak karena dari pemahaman wajib pajak dapat merubah waib pajak menjadi sadar dan patuh untuk melaporkan pajaknya.

Pemahaman berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud dan memahami situasi atau peristiwa baru yang dalam hal ini adalah pajak yang selama ini di anggap menunggu mereka.

2.2.8 Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Orang Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak Orang Pribadi

Kesadaran adalah rasa sadar/ ingin yang dimiliki oleh waib pajak secara ikhlas,sukarela tanpa paksaan dan dari dalam hati sendiri untuk melaporkan pajaknya baik pajak tahunan maupun masa. Pajak dilakukan berdasarkan undang-undang yang berarti bahwa pemungutan pajak sudah


(39)

24

sudah sewajarnya kalau masyarakat sadar akan kewajiban di bidang perpajakan (Pranesti 2009:21)

Wajib pajak patuh bukan berarti wajib pajak yang membayar pajak dalam nominal besar melainkan wajib pajak yang memahami,mengerti, sadar, dan mematuhi hak dan kewajibannya dalam bidang perpajakan.

Kesadaran wajib pajak terhadap pelaporan SPT diharapkan dapat menigkatkan kepatuhan wajib pajak di dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan sekaligus pertisipasi masyarakat untuk pembangunan nasional.

2.2.9 Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib pajak Orang Pribadi

Menurut Zain, Mohammad (2005 :36), Petugas pajak yang berhubungan dengan masyarakat pembayar pajak, haruslah berkaliber tinggi, terlatih baik, bergaji baik dan bermoral tinggi. Sedangkan menurut Gibson et al (1997:144), Persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya dan menerjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teraturitu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sedangkan yang dimaksud dengan sikap adalah perasaan positif atau negative atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus kepada respon seseorang terhadap orang , obyek dan keadaan.


(40)

Dengan kata lain perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh persepsi orang tersebut (Gibson, 1997:133). Oleh karena persepsi selalu diawali dengan pemahaman terhadap objek persepsi, maka konteks persepsi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai aktualisasi sikap wajib pajak yag dicerminkan dari pelayanan petugas pajak dan setelah adanya kasus-kasus pajak yang terjadi belakangan ini.

Hubungan antara perepsi wajib pajak mengenai petugas pajak dengan tingkat kepatuhan wajib pajak yakni pelayanan yang baik dari petugas pajak akan membuat wajib pajak bereaksi baik pula dalam melakukan kewajiban perpajakannya, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk melaporkan pajaknya.

2.3 Kerangka Pikir

Pemahaman,kesadaran dan persepsi wajib pajak orang pribadi merupakan hal yang berpengaruh dalam tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi, karena untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang pribadi, wajib pajak harus paham dan sadar tetang perpajakan.

Sumber kerangka pemikiran adalah bahasa landasan teori yang dihubungkan dengan variabel penelitian dalam upaya untuk memecahkan masalah, sehingga untuk diagram kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut :


(41)

26

Gambar 1 : Bagan Kerangka Pikir

Uji Regresi Linier Berganda

2.4 Hipotesis

Berdasarkan dengan latar belakang, perumusan masalah, dan landasan teori yang digunakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

H1 :Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

H2 :Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)

Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2)

Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai

Petugas Pajak (X3)

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Y)


(42)

H3 :Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai petugas pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.


(43)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Deskripsi Obyek Penelitian

3.1.1. Gambaran Umum Kecamatan Gayungan Surabaya

Kecamatan Gayungan beralamat di Jl. Masjid Agung Timur No. 2 Surabaya dengan Luas wilayah 6,07 Km2. Dengan jumlah penduduk sebanyak 39.837 jiwa.

Wilayah Kerja Kantor Kecamatan Gayungan secara geografis dapat dirinci sesuai dengan dengan pembagian wilayah administratif pemerintah tingkat kelurahan sebagai berikut :

1. Kelurahan Ketintang 2. Kelurahan Gayungan 3. Kelurahan Menanggal

4. Kelurahan Dukuh Menanggal

3.1.2 Responden

Wajib Pajak sering disingkat dengan sebutan WP adalah orang pribadi atau badan (subjek pajak) yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Wajib pajak bisa berupa wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan.


(44)

atas pendapatan tidak kena pajak. Di Indonesia, setiap orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam undang-undang. Sesuai dengan sistem self assessment, Wajib Pajak mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri, melakukan sendiri penghitungan pembayaran dan pelaporan pajak terutangnya.

Untuk memperoleh NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi kedudukan wajib pajak dengan mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi. Selain mendatangi Kantor Pelayanan Pajak, Wajib Pajak Orang Pribadi dapat pula mendaftarkan diri secara online melalui e-registration di website Direktorat Jenderal Pajak

www.pajak.go.id.

3.2. Definisi Operasional dan Pegukuran variabel

3.2.1. Definisi Operasional

Dalam definisi operasional ini akan dijelaskan variabel-variabel yang akan diamati yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian yang berkaitan dengan kesimpulan yang dikehendaki dan dimaksudkan untuk memberikan batasan dan menghindari perbedaan persepsi terhadap makna variabel penelitian.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (Y) yaitu kepatuhan Wajib Pajak, dan variabel bebas (X) yang terdiri dari : Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1), Kesadaran Wajib pajak Orang Pribadi (X2), Persepsi


(45)

30

Adapun definisi operasional dari masing – masing variabel adalah sebagai berikut :

A. Variabel Terikat

Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Pribadi (Y) yaitu Kepatuhan Waji Pajak Orang Pribadi merupakan suatu ketaatan untuk melaksanakan ketentuan – ketentuan dan aturan-aturan perpajakan yang diwajibkan atau dilaksanakan wajib pajak orang pribadi.

B. Variabel Bebas

1. Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)

Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi merupakan pengetahuan atau wawasan yang dimiliki oleh wajib pajak mengenai perpajakan. Wajib pajak dikatakan paham terhadap pajak apabila setiap orang mengetahui segala permasalahan yang berhubungan dengan pajak, baik mengenai asas-asasnya, macam-macam pajak yang berlaku, cara perhitungan dan tata cara pembayarannya, serta hak dan kewajibannya sebagai wajib pajak.

2. Kesadaran Wajib pajak Orang Pribadi (X2)

Kesadaran wajib pajak Orang Pribadi adalah rasa kesadaran dan keinginan yang dimiliki oleh Wajib pajak secara ikhlas, sukarela tanpa paksaan dan dari dalam hati sendiri untuk melaporkan pajaknya baik pajak tahunan maupun masa.


(46)

Persepsi Wajib Pajak mengenai petugas pajak dan persepsi setelah adanya kasus pajak terkait pelanggaran etika yang melibatkan petugas pajak.

3.2.2 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran untuk variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi, pemahaman wajib pajak orang pribadi, kesadaran wajib pajak orang pribadi, persepsi wajib pajak mengenai petugas pajak yang digunakan adalah skala interval dengan klasifikasi angka atau bilangan merupakan lambang untuk membedakan dan mengurut peringkat berdasarkan kualitas yang ditentukan (Sumarsono,2004:54). Teknik pengukurannya menggunakan skala likert (Likert Style). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau fenomena social (sugiyono,2010:132)

Variabel yang akan diukur di jabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau penyataan (Sugiyono, 2010:133)

Sangat Setuju (SS) dengan skor : 5

Setuju (S) dengan skor : 4

Ragu-Ragu (RG) dengan skor : 3

Tidak Setuju (TS) dengan skor : 2


(47)

32

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini skala likert yang dibuat dalam bentuk checklist.

Pengukuran yang digunakan oleh masing-masing variable adalah sebagai berikut :

a. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan dalam bentuk 5 pertanyaan.

b. Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan dalam bentuk 4 pertanyaan.

c. Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2)

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan dalam bentuk 5 pertanyaan.

d. Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Petugas pajak (X3)

Variabel ini diukur menggunakan kuesioner yang dikembangkan dalam bentuk 6 pertanyaan.

3.3. Teknik Penentuan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2010:61). Populasi yang


(48)

Kecamatan Gayungan Surabaya dan berjumah sebesar 16.438 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono,2010:62). Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan metode Simple Random Sampling yaitu sistem pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (sugiyono,2007:74).

Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menentukan sampel dlam rumus Slovin (Noor,2011:158) :

n =

+� � 2

Dimana :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Presentase kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau diinginkan.

Untuk sampel ditentukan dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian 10% maka dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh sampel sebagai berikut :

� = 6. 8

+ 6. 8 , n = 99,4= 100


(49)

34

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini data primer. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti dengan cara mendatangi langsung tempat lokasi Wajib Pajak berada dan memberikan kuisoner penelitian.

3.4.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pertanyaan – pertanyaan dari pernyataan – pernyataan kuisoner yang diberikan kepada responden (Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di wilayah kecamatan Gayungan Surabaya).

3.4.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik penyebaran kuesioner dilakukan dengan mengunjungi Rumah-Rumah Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di kawasan Kecamatan Gayungan Surabaya yang dijadikan sampel oleh peneliti. Peneliti akan menyebarkan kuesioner untuk para Wajib Pajak secara langsung dengan terlebih dahulu memastikan bahwa Wajib Pajak yang bersangkutan memiliki NPWP (Nomer Pokok Wajib Pajak) Kemudian peneliti memberi penjelasan ringkas mengenai cara pengisian kuesioner dan kemudian peneliti menunggu pengisian kuesioner itu, sehingga tingkat pengembalian kuesioner diharapkan bisa lebih tinggi.

3.5 Uji Kualitas Data 3.5.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu


(50)

alat ukur tersebut dapat diuji dengan mengkorelasikan antara skor butir pertanyaan dengan skor total variable (Ghozali,2009:49)

Untuk menentukan validitas menggunakan corrected item-total correlation, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor total yang diperoleh pada masing – masing butir pertanyaan. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa :

a. Jika r hitung positif, serta r hitung > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid.

b. Jika r hitung tidak positif, serta r hitung < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2009:45). Kriteria Pengujian sebagai berikut :

1. Jika nilai Alpha > 0,60 berarti pernyataan reliable. 2. Jika nilai Alpha ≤ 0,60 berarti pernyataan tidak reliable.

3.5.3. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki residual normal.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran


(51)

36

normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorof Smirnov (Sumarsono, 2004:40-43).

Pedoman suatu data berdistribusi normal adalah :

 Jika Nilai signifikan (nilai Probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal.

 Jika Nilai signifikan (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusi normal.

3.5.4. Uji Asumsi Klasik

Mendukung keakuratan hasil model hasil regresi, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap asumsi klasik mengikuti asumsi multikolinieritas, heteroskedastisitas dan auto korelasi.

Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :

3.5.4.1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan dalam suatu regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya (Ghozali, 2009:99).

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data times series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross sectional) (Gujarati, 1995:201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi.


(52)

yang digunakan bukan data time series tetapi data cross section atau sering disebut data satu waktu yang merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja (Umar, 2004 :43)

3.5.4.2. Uji Multikolonieritas

Uiji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/ independen (Ghozali, 2009:45). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi, korelasi diantara variabel bebas. Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya, Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dia tolerir (Ghozali, 2001 : 51).

3.5.4.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat Heteroskedastisitas (Ghozali, 2009 :125).

Identifikasi secara statistic ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi Rank Spearman (Gujarati, 1995 : 188).


(53)

38

Diperoleh tingkat signifikan koefisien korelasi untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari taraf signifikasi 0,05 yang berarti dalam hal ini model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

3.5.5 Teknik Analisis

Berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian diatas, maka teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda karena meliputi lebih dari satu variabel bebas atau independen (Umar, 2003:149) dengan persamaan sebagai berikut :

Y = β0+ βIx1 + β2X2+ β3X3 + U1 Keterangan :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak

X1= Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi

X2= Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi

X3= Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi mengenai Petugas Pajak β0= Konstanta

β1= Koefisien Regresi Variabel X1 β2= Koefisien Regresi Variabel X2 β3= Koefisien Regresi Variabel X3 U1= Faktor Kesalahan Baku


(54)

3.5.6. Uji Hipotesis

Langkah – langkah pengujian yang dilakukan untuk masing – masing uji hipotesis antara laein sebagai berikut :

3.5.6.1. Uji F (Uji Kesesuaian Model)

a. Uji F dipergunakan untuk menguji sesuai atau tidaknya model regresi linier berganda yang dihasilkan guna mengetahui pengaruh X1, X2, X3 terhadap Y.

1. Hipotesis Statistik

Ho : β1, β2, β3 = 0, model regresi linier berganda yang dihasilkan tidak sesuai.

Ha : β1, β2, β3 ≠ 0, model regresi linier berganda yang dihasilkan sesuai. 2. Level of Signifikan

Level os Signifikan yang dipergunakan 5% 3. Kriteria Kesimpulan

Jika nilai probabilitas ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.

Berarti bahwa model regresi yang dihasilkan tidak cocok guna melihat pengaruh dari tingkat Pemahaman,Kesadaran dan Persepsi Mengenani Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

Jika nilai probabiitas < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima.

Berarti bahwa model regresi cocok guna melihat pengaruh dari tingkat Pemahaman, Kesadaran, dan Persepsi mengenai Petugas Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.


(55)

40

3.5.6.2. Uji t (Uji Parsial)

a. Uji Parsial (uji “t” ) n dipergunakan untuk menguji nyata atau tidaknya pengaruh secara parsial X1, X2, X3, terhadap Y.

1. Kriteria Hipotesis

Ho : β1, β2, β3 = 0, X1, X2, atau X3 tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap Y.

Ha : β1, β2, β3 ≠ 0, X1, X2, atau X3 mempunyai pengaruh nyata terhadap Y.

2. Level of Signifikan

Level of Signifikan yang dipergunakan dalam enelitian ini adalah 5% 3. Kriteria Pengujian

Jika nilai probabilitas > 0,05 maka Ho diterima Jika nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.


(56)

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tanggapan responden terhadap masing – masing variabel penelitian. Sesuai dengan penjelasan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa variabel bebas (X) yang digunakan adalah Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi, Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi, dan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Petugas Pajak, sedangkan variabel terikat (Y) yang digunakan adalah Kepatuhan Wajib Pajak. Adapun hasil analisa terhadap data penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Deskripsi Variabel Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)

Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi dapat disajikan sebagaimana pada tabel 4.1 berikut :

Item Indikator 1 2 3 4 5 Total

X1.1

Penting bagi saya untuk memahami dan mengerti pengertian pajak.

0 3 11 61 25 100

Prosentase (%) 0% 3% 11% 61% 25% 100 %

X1..2

Saya mengetahui bahwa pajak dipungut berdasarkan undang-undang

2 4 12 55 27 100

Prosentase (%) 2% 4% 12% 55% 27% 100 %

X1..3

Penyuluhan yang dilakukan KPP setempat mengenai perpajakan kepada semua wajib pajak penting untuk dilaksanakan

1 2 10 53 34 100


(57)

42

X1.4

Dirjen Pajak harus

mensosialisasikan informasi mengenai perubahan peraturan perpajakan.

1 2 7 44 46 100

Prosentase (%) 1% 2% 7% 44% 46% 100 %

Sumber : Lampiran 4 dan 5

Berdasarkan tabel 4.1 diatas diketahui bahwa :

1). Untuk indikator ” Penting bagi saya untuk memahami dan mengerti pengertian pajak” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 61 responden atau sebesar 61 %.

2). Untuk indikator ” Saya mengetahui bahwa pajak dipungut berdasarkan undang-undang” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 55 responden atau sebesar 55 %.

3). Untuk indikator ” Penyuluhan yang dilakukan KPP setempat mengenai perpajakan kepada semua wajib pajak penting untuk dilaksanakan” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 53 responden atau sebesar 53 %.

4). Untuk indikator ”Dirjen Pajak harus mensosialisasikan informasi mengenai perubahan peraturan perpajakan” sebagaian besar responden menjawab sangat setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 46 responden atau sebesar 46 %.


(58)

b. Deskripsi Variabel Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2)

Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi dapat disajikan sebagaimana pada tabel 4.2 berikut :

Item Indikator 1 2 3 4 5 Total

X2.1

Informasi yang saya dapatkan bisa membuat saya sadar dan mengerti dalam melaksanakan kewajiban perpajakan

0 0 15 62 23 100

Prosentase (%) 0 0 15 % 62 % 23 % 100 %

X2.2

Pajak yang disetorkan digunakan untuk

membiayai pembangunan nasional dan kepentingan umum yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat

1 3 26 38 32 100

Prosentase (%) 1 % 3 % 26 % 38 % 32 % 100 %

X2..3

Saya menyadari bahwa pembayaran pajak dapat meningkatkan

kesejahteraan warga Negara

0 2 30 54 14 100

Prosentase (%) 0 2 % 30 % 54 % 14 % 100 %

X2.4

Dengan tidak membayar pajak saya akan sangat merugikan negara.

1 11 23 45 20 100

Prosentase (%) 1 % 11 % 23 % 45 % 20 % 100 %

X2..5

Saya menyadari bahwa pajak yang saya bayarkan tidak mendapatkan balas jasa langsung secara pribadi.

1 9 16 52 22 100

Prosentase (%) 1 % 9 % 16 % 52 % 22 % 100 %

Sumber : Lampiran 5 dan 6

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa :

1) Untuk indikator ” Informasi yang saya dapatkan bisa membuat saya sadar dan mengerti dalam melaksanakan kewajiban perpajakan” sebagaian besar


(59)

44

responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 62 responden atau sebesar 62 %.

2) Untuk indikator ” Pajak yang disetorkan digunakan untuk membiayai pembangunan nasional dan kepentingan umum yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 38 responden atau sebesar 38 %.

3) Untuk indikator ” Saya menyadari bahwa pembayaran pajak dapat meningkatkan kesejahteraan warga negara” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 54 responden atau sebesar 54 %.

4) Untuk indikator ” Dengan tidak membayar pajak saya akan sangat merugikan negara” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 45 responden atau sebesar 45 %.

5) Untuk indikator ” Saya menyadari bahwa pajak yang saya bayarkan tidak mendapatkan balas jasa langsung secara pribadi” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 52 responden atau sebesar 52 %.


(60)

c. Deskripsi Variabel Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Petugas Pajak (X3)

Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Petugas Pajak dapat disajikan sebagaimana pada tabel 4.3 berikut :

Item Indikator 1 2 3 4 5 Total

X3.1

Petugas pajak banyak membantu saya dalam menyelesaikan permasalahan pajak

0 1 12 57 30 100

Prosentase (%) 0 1 % 12 % 57 % 30 % 100 %

X3..2

Petugas pajak itu telah menjalankan tugasnya berdasarkan etika perpajakan

2 0 17 44 37 100

Prosentase (%) 2 % 0 17 % 44 % 37 % 100 %

X3..3

Saya merasa kewajiban pajak yang saya bayarkan sudah seimbang dengan hak yang saya dapatkan dari petugas pajak

0 4 13 47 36 100

Prosentase (%) 0 4 % 13 % 47 % 36 % 100 %

X3.4

Petugas pajak mempersulit saya dalam menyelesaikan

permasalahan pajak

29 48 9 12 2 100

Prosentase (%) 29 % 48 % 9 % 12 % 2 % 100 %

X3..5

Adanya kasus-kasus perpajakan yang belakangan ini terjadi memberi citra buruk bagi petugas pajak

36 34 12 3 5 100

Prosentase (%) 36 % 34 % 12 % 3 % 5 % 100 %

X3..6

Perbaikan citra diri perpajakan diperlukan untuk memulihkan kepercayaan wajib pajak.

0 0 11 42 47 100

Prosentase (%) 0 0 11 % 42 % 47 % 100 %

Sumber : Lampiran 6 dan 7

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa :

1) Untuk indikator ” Petugas pajak banyak membantu saya dalam menyelesaikan permasalahan pajak” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan


(61)

46

2) Untuk indikator ” Petugas pajak itu telah menjalankan tugasnya berdasarkan etika perpajakan” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 44 responden atau sebesar 44 %.

3) Untuk indikator ” Saya merasa kewajiban pajak yang saya bayarkan sudah seimbang dengan hak yang saya dapatkan dari petugas pajak” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 47 responden atau sebesar 47 %.

4) Untuk indikator ” Petugas pajak mempersulit saya dalam menyelesaikan permasalahan pajak” sebagaian besar responden menjawab tidak setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 48 responden atau sebesar 48 %. 5) Untuk indikator ” Adanya kasus-kasus perpajakan yang belakangan ini terjadi

memberi citra buruk bagi petugas pajak” sebagaian besar responden menjawab Sangat Tidak setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 36 responden atau sebesar 36 %.

6) Untuk indikator ” Perbaikan citra diri perpajakan diperlukan untuk memulihkan kepercayaan wajib pajak.” sebagaian besar responden menjawab Sangat setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 47 responden atau sebesar 47 %.


(62)

e. Deskripsi Variabel Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Kepatuhan Wajib Pajak dapat disajikan sebagaimana pada tabel 4.4 berikut :

Item Indikator 1 2 3 4 5 Total

Y1.1

Saya sadar membayar

pajak itu perlu 1 0 3 39 57 100

Prosentase (%) 1 % 0 3 % 39 % 57 % 100 %

Y1.2

Untuk membayar pajak, mendaftarkan diri secara sukarela ke KPP (kantor Pelayanan Pajak)

0 1 5 48 46 100

Prosentase (%) 0 1 % 5 % 48 % 46 % 100 %

Y1..3

Saya tidak pernah

membayar pajak melebihi batas jatuh tempo

1 0 8 58 33 100

Prosentase (%) 1 % 0 8 % 58 % 33 % 100 %

Y1.4

Saya selalu mengisi SPT (Surat Pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

0 1 4 53 42 100

Prosentase (%) 0 1 % 4 % 53 % 42 100 %

Y1..5

Saya selalu menghitung pajak penghasilan yang terutang dengan benar dan apa adanya

1 0 14 64 21 100

Prosentase (%) 1 % 0 14 % 64 % 21 % 100 %

Sumber : Lampiran 3 dan 4

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa :

1) Untuk indikator ” Saya sadar membayar pajak itu perlu” sebagaian besar responden menjawab Sangat setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 57 responden atau sebesar 57 %.


(63)

48

2) Untuk indikator ” Untuk membayar pajak, mendaftarkan diri secara sukarela ke KPP (kantor Pelayanan Pajak)” sebagaian besar responden menjawab Setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 48 responden atau sebesar 48 %.

3) Untuk indikator ” Saya tidak pernah membayar pajak melebihi batas jatuh tempo” sebagaian besar responden menjawab Setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 58 responden atau sebesar 58 %.

4) Untuk indikator ” Saya selalu mengisi SPT (Surat Pemberitahuan) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 53 responden atau sebesar 53 %.

5) Untuk indikator ” Saya selalu menghitung pajak penghasilan yang terutang dengan benar dan apa adanya” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 64 responden atau sebesar 64 %.

4.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk menyakinkan bahwa data dalam penelitian ini valid dan dapat dipercaya, maka dilakukan uji reliabilitas.

4.2.1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan koefisien korelasi Product moment, penggunaan korelasi ini untuk menguji validitas yaitu secara statistik angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi. Suatu pertanyaan dianggap valid apabila koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis, sebaliknya pertanyaan dianggap tidak valid atau


(64)

dinyatakan gugur apabila koefisien korelasinya lebih kecil dari nilai kritis, seperti tabel 4.5.

Tabel 4.5

Validitas Masing – masing Item Variabel Bebas

Pertanyaan Koefisien Korelasi (r) Nilai tabel r Penilaian Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)

X1-1 X1-2 X1-3 X1-4 0,463 0,198 0,494 0,630 0,195 0,195 0,195 0,195 Valid Valid Valid Valid Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2)

X2-1 X2-2 X2-3 X2-4 X2-5 0,428 0,449 0,420 0,402 0,301 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 Valid Valid Valid Valid Valid Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Petugas Pajak (X3)

X3-1 X3-2 X3-3 X3-4 X3-5 X3-6 0,430 0,289 0,344 0,316 0,199 0,406 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 0,195 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Lampiran 8 dan 9

Beberapa indikator pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak, diperoleh hasil perhitungan pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6

Validitas Masing – masing Item Variabel Kepatuhan Wajib Pajak

Item Koefisien

Korelasi (r)

Nilai tabel r Penilaian

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) Y1-1 Y1-2 Y1-3 Y 0,498 0,664 0,419 0,619 0,195 0,195 0,195 0,195 Valid Valid Valid Valid


(65)

50

Y1-5 0,511 0,195 Valid

Sumber : Lampiran 8

Berdasarkan hasil pengujian r product moment seperti yang tampak pada tabel 4.6 menunjukan bahwa semua item pertanyaan yang merupakan indikator dari variabel bebas dan Kepatuhan Wajib Pajak dapat dinyatakan valid. Hasil ini berdasarkan koefisien korelasi yang lebih tinggi dari tabel nilai r product moment yang sebesar 0,195 dengan jumlah n = 100 dan signifikan 5 %. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa semua indikator pengukuran yang dipergunakan dalam penelitian memiliki validitas yang baik, sehinga analisis lebih lanjut dapat dilakukan.

4.2.2. Uji Reliabilitas

Tahap selanjutnya adalah mengukur reliabilitas dari indikator – indikator pengukuran tersebut. Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji ketepatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk uji reliabilitas dapat diperlihatkan pada tabel 4.7 reliabilitas dikatakan baik apabila besarnya alpha mendekati 1, sehingga item – item pertanyaan dalam penelitian ini dapat diandalkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Malhoytra (1996:305) yang menyatakan bahwa kriteria reliabilitas α (alpha) diaktakan reliable apabila koefisien α (alpha) lebih besar dari 0,6 hal ini menunjukan tidak adanya konsistensi.


(66)

Untuk hasil uji reliabilitas pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak, dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel R Alpha Hasil

Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1) 0,717 Realiable Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2) 0,695 Realiable Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai

Petugas Pajak (X3)

0,635 Realiable

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 0, 755 Realiable

Sumber : Lampiran 8 dan 9

Hasil penilaian terhadap reliabilitas dari semua variabel bebas menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,6, sehingga dapat disimpulkan seluruh variabel bebas dalam penelitian ini reliable. Sementara faktor terikat (Y) yaitu Kepatuhan Wajib Pajak juga menunjukan nilai lebih besar dari 0,6 sehingga dapat dikatakan reliable.

4.3. Analisis dan Pembahasan 4.3.1. Uji Asumsi Klasik

Beberapa uji asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah multikolinieritas, heteroskedastisitas dan normalitas :

a. Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas pada penelitian ini digunakan untuk mendeteksi adanya gejala Multikolinieritas dalam pengujian keeratan hubungan antar


(67)

52

variabel bebas, tercermin dari Coefficient. Hal ini tampak pada nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) untuk setiap variabel bebas. Jila nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai kurang dari 10, artinya menunjukan tidak terdapat korelasi antar satu variabel bebas .

Tabel 4.8

Nilai VIF ( Variance Inflation Factor )

Variabel Bebas Tolerance VIF

Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1) 0,967 1,034 Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2) 0,935 1,070 Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi

Mengenai Petugas Pajak (X3)

0,965 1,036

Sumber : Lampiran 12

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai Variance Inflation factor (VIF) dari semua variabel bebas yang meliputi : Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1), Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi (X2), dan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Petugas Pajak (X3) memperlihatkan nilai yang kurang dari 10. Ini berarti persoalan Multikolinieritas di antara semua variabel bebas dapat ditolerir atau tidak terdapat adanya gejala Multikolinieritas.

b. Heterokedastisitas

Heterokedatisitas di identifikasikan dengan koefisien korelasi Rank Spearman Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh tingkat signifikansi koefisien korelasi Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap residual lebih besar dari 0,10 (10 %).


(68)

Tabel 4.9 : Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Variabel Taraf Signifikasi

Dari Korelasi Rank Spearman

>/< Taraf Uji

Kesimpulan

Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi (X1)

0,478 > 0,05 Homoskedastisitas Kesadaran Wajib Pajak Orang

Pribadi (X2)

0,441 > 0,05 Homoskedastisitas Persepsi Wajib Pajak Orang

Pribadi Mengenai Petugas Pajak (X3)

0,927 > 0,05 Homoskedastisitas

Sumber : Lampiran 11

Dari hasil pengujian heterokedastisitas diperoleh tingkat signifikansi dari korelasi Rank Spearman lebih besar dari taraf level of signifikan yaitu 5% (0,05).

c. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1995:201). Untuk mengujji variabel-variabel yang diteliti apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang dihitung dengan nilai Durbin Watson (dL dan du) dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 (nol) sampai 4 (empat).

Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Jika d lebih kecil daripada dL atau lebih besar daripada (4-dL), maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.


(1)

65

Wajib Pajak (Y) maka hipotesis variabel Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi tidak dapat di terima.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang, sebagai berikut :

1. Pihak Departemen Pajak hendaknya melakukan kegiatan sosialisasi agar dapat menumbuhkan kesadaran wajib pajak dalam mematuhi kewajiban perpajakannya memberikan pengetahuan bagi wajib pajak tentang pelaksanaan pajak.

2. Peneliti selanjutnya disarankan dapat menambah jumlah sampel dengan cara memperluas wilayah penelitian sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Penambahan variabel-variabel lain yang dianggap dapat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak juga diharapkan pada penelitian selanjutnya.


(2)

66

5.3. Keterbatasan Penelitian dan Implikasi 5.3.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan secara optimal, namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih adanya beberapa keterbatasan antara lain :

1. Adanya perbedaan persepsi diantara masing-masing responden (wajib pajak) di dalam memahami konteks pertanyaan yang disajikan dalam kuisioner.

2. Jawaban responden di dalam kuisioner belum tentu mencerminkan keadaan yang sebenarnya

3. Populasi yang diambil hanya berasal dari satu tempat saja, yang juga akan mempengaruhi pengambilan sampel, sehingga jumlahnya sedikit.

5.3.2. Implikasi Penelitian

Penelitian ini memberikan implikasi untuk masyarakat pada Kecamatan Gayungan, agar dapat meningkatkan pemahaman, kesadaran dan persepsi mengenai petugas pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Faktor pemahaman lebih diutamakan karena Pemahaman Wajib Pajak sangat dibutuhkan agar wajib pajak dapat memahami dan mengetahui tentang perpajakan untuk mendukung pelaksanaan pemungutan pajak karena pemungutan pajak akan sulit jika Wajib Pajak tidak memahami dan


(3)

67

mengetahui bagaimana pajak itu dan pentingnya pajak. Begitu juga dengan kesadaran, kesadaran juga merupakan faktor yang mendukung dalam meningkatkan kepatuhan Wajib pajak. Kesadaran Wajib pajak merupakan rasa sadar yang dimiliki oleh Wajib Pajak secara ikhlas, sukarela tanpa paksaan dan dari dalam hati sendiri. Jika rasa sadar dimiliki oleh Wajib Pajak maka Wajib Pajak akan patuh untuk melakukan kewajibannya sebagai warga negara yang baik untuk melaporkan pajaknya. Petugas pajak merupakan aparat yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melayani kebutuhan wajib pajak dan memastikan akan hak wajib pajak yang bersangkutan terpenuhi. Jika persepsi masyarakat terhadap petugas pajak baik maka Wajib Pajak akan secara suka rela melaporkan kewajiban perpajakannya.

Apabila kepatuhan Wajib Pajak ingin meningkat,sebaiknya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) lebih meningkatkan sosialisasi untuk Wajib Pajak, masyarakat bahkan anak-anak sudah mulai diperkenalkan mengenai perpajakan dengan kata lain pajak sudah diperkenalkan sejak usia dini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Anonim, 2013, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “veteran’ Jawa Timur. Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak,

Penyuluhan Pelayanan dan Humas, KUP Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Gerson, Richard F, 2004, Mengukur Kepuasan Pelanggan, PPM, Jakarta.

Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi AnalisisMultivariate dengan Proses SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gujarati, Damador, 1995, Basic Econometrics, Edisi ketiga, MC- Graw Hill, Inc, New York

Mardiasmo, 2009, Perpajakan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta

Noor, Juliansyah, 2011, Metodologi Penelitian : Skipsi, Tesis, Disertas, dan Karya Ilmia, Edisi Pertama, Prenada Media, Jakarta.

Resmi, Siti, 2009, Perpajakan : Teori dan Kasus, Edisi kelima, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-15oktober, Best seller, CV. Alfabeta, Bandung.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi : Beserta Contah Interpretasi hasil Pengolahan Data, Edisi Revisi, UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Umar, Husein, 1999, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Waluyo, dan Wirawan B. Ilyas, 2002, Perpajakan Indonesia, Edisi Pertama, Buku I, Salemba Empat, Jakarta.

Fisher dan Yates, "Statistical tables for biological agricultural and medical research", dikutip dari R.P. Kolstoe, Introduction to Statistic for the Behavioral Sciences, Homewood, Illinois, Dorsey Press, 1973.


(5)

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, 1995, PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.

Jurnal :

Arahman, Muis, 2012, “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak dan Persepsi mengenai Petugas PajakTerhadap Kepatuhan Wjib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo” Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Aziza, Sayyida, 2011, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Pasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Wonocolo)” Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Hidayati, Nur dan Supriyati, 2008, Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap kepatuhan Wajib pajak, STIE Perbanas, Surabaya.

Musyarofah, Siti dan Adi Purnomo, 2008, “Pengaruh Kesadaran dan Persepsi Tentang Sanksi, dan Hasrat Membayar pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak” Jurnal akuntansi

Prastiwi, Ayu Ajeng, 2011, “Pemeriksaan Pajak Sebagai Tindakan Pengawasan atas Pelaksanaan Sisten Self Assessment Dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak” Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Pranesti, Dian, 2009, “pengaruh Pemahaman Wajib Pajak tentang PPH, Kepatuhan Wajib Pajak, dan Sistem Pemungutan PPh terhadap Penerimaan PPh (studi kasus pada KPP Pratama Pare-Kediri)” Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Puteri, Ayusalam, 2012, “Implikasi Kasus Gayus Tambunan Dalam Kesadaran Wajib Pajak” Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Prayogo, Satrio, 2013, “Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Surabaya Sawahan” Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.


(6)

Widodo, Puspita Rahayu, 2012, “Pengaruh Persepsi Wajib Pajak, Kepercayaan Wajib Pajak dan Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib pajak” Skripsi Jurusan Akuntansi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Website :

(http://www.ortax.org)

http:www.pajak.go.id//membangun-kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-pajak.htm


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi

2 10 8

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, SANKSI WAJIB PAJAK, PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, Dan Sikap Rasional Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Stu

0 8 16

Pengaruh Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.

1 5 22

PENGARUH PEMAHAMAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UKM.

0 1 94

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA WONOCOLO.

0 0 140

PENGARUH PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK, KEPERCAYAAN WAJIB PAJAK DAN KEPUASAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada KPP Pratama Surabaya Simokerto).

0 2 93

PENGARUH PENGETAHUAN PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN, KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA WONOCOLO

0 0 20

PENGARUH PEMAHAMAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UKM SKRIPSI

0 0 28

PENGARUH PEMAHAMAN, KESADARAN DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI PETUGAS PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KECAMATAN GAYUNGAN-SURABAYA

0 0 22

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, DAN SIKAP WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM DI KECAMATAN SAWAHAN SURABAYA

0 0 15