Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam keberlangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Pendidikan adalah suatu upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral serta keimanan dan ketakwaan manusia Udin, 2009:6. Menurut W.J.S. Poewardaminta, pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan Tatang, 2012:13. Pendidikan bertujuan menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Dalam dunia pendidikan terdapat lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan untuk tercapainya tujuan pendidikan. Ada dua macam lembaga pendidikan, yakni lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan non- formal. Lembaga pendidikan formal adalah sekolah, sedangkan lembaga pendidikan non-formal adalah keluarga dan masyarakat. Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Dalam pembelajaran peran guru adalah membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Sedangkan peran siswa adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar, mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai dampak pengiring. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar Damyati dan Mudjiono, 2010:5. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Menurut Gagn, setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai Damyati dan Mudjiono, 2010:7. Dalam pembelajaran terdapat masalah-masalah dalam belajar, yakni masalah intern belajar dan masalah ekstern belajar Damyati dan Mudjiono, 2010:235. Salah satu masalah intern dalam belajar adalah sikap siswa terhadap belajar. Sikap adalah kemampuan memberikan penilaian, penerimaan, tanggapan seseorang terhadap suatu obyek, situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses belajar maupun pengalaman di lapangan yang menyebabkan perasaan senang positifsangat positif atau tidak senang negatifsangat negatif. Misalnya sikap siswa terhadap pembelajaran fisika. Siswa yang memiliki sikap positifsangat positif merasa senang, suka, rasa ingin tahu tinggi, serta tertarik dan berminat terhadap pembelajaran fisika. Sedangkan siswa yang memiliki sikap negatifsangat negatif merasa bosan, jenuh, malas, selalu beranggapan fisika itu sulit atau pelajaran yang menakutkan, dan sebagainya terhadap pembelajaran fisika. Penilaian sikap dalam pembelajaran fisika yang merupakan bagian dari sains, penting dilaksanakan karena dalam pembelajaran fisika berkaitan dengan kemampuan, sehingga menjadi acuan siswa mampu atau tidak mampu pada pembelajaran fisika. Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evalusi hasil belajar. Dari segi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar Damyati dan Mudjiono, 2010:3. Sama halnya dengan hasil belajar fisika yang diperoleh siswa dalam pembelajaran fisika. Hasil belajar fisika yang diperoleh tertuang dalam bentuk angka, seperti nilai tugas, ulangan harian, ujian, rapor, dan ijazah. Berbicara mengenai sikap, sikap adalah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar Zainal, 2012:299. Dalam penelitian Yunita mengenai “ HUBUNGAN ANTARA SIKAP ILMIAH SISWA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS XI IPA MA NEGERI KAMPAR” memaparkan bahwa siswa yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berpikir sehingga akan termotivasi selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai keberhasilan, keunggulan. Siswa yang mempunyai kemampuan bernalar tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran fisika, sebaliknya peserta didik yang kemampuan bernalarnya rendah mungkin akan mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran fisika. Semakin positif sikap ilmiah siswa, maka hasil belajar fisika siswa semakin tinggi. Demikian pula sebaliknya, semakin negatif sikap ilmiah siswa, maka hasil belajar fisika akan semakin rendah. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “KORELASI ANTARA SIKAP SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI KELAS X-A SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA”

B. Rumusan Masalah