ProdukHukum BankIndonesia

(1)

KAJI AN EKON OM I REGI ON AL

Pr opin si Su m a t e r a Se la t a n


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang M aha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya ” Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008” dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang M aha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

Palembang, Juli 2008

Ttd

Zainal Abidin Hasni


(3)

Daftar Isi

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

INDIKATOR EKONOM I xiii

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I PERKEM BANGAN EKONOM I M AKRO REGIONAL 9

1.1. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Tahunan (yoy) 9

SUPLEM EN 1 PERKEM BANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON 11

1.2. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Triw ulanan (qtq) 16

1.3. Perkembangan PDRB Dari Sisi Penggunaan 23

1.4. Struktur Ekonomi 24

1.5. Perkembangan Ekspor Impor 26

1.5.1. Perkembangan Ekspor 26

1.5.2. Perkembangan Impor 28

SUPLEM EN 2 OPTIM ISM E KEYAKINAN KONSUM EN PALEM BANG SEM AKIN

M ENURUN 30

BAB II PERKEM BANGAN INFLASI PALEM BANG 39

2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 39

2.2. Inflasi Bulanan (mtm) 43

2.3. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang 46

SUPLEM EN 3 RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOM ODITAS-KOM ODITAS

PENYUM BANG INFLASI PALEM BANG DAN PROSES PEM BENTUKAN


(5)

Daftar Isi

BAB III PERKEM BANGAN PERBANKAN DAERAH 57

3.1. Kondisi Umum 57

3.2. Kelembagaan 58

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 59

3.3.1. Penghimpunan DPK 59

3.3.2. Penghimpunan DPK M enurut Kabupaten/Kota 60

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 61

3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 61

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan M enurut Penggunaan 63

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan M enurut Kabupaten 64

3.4.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha M ikro Kecil M enengah 65

3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan 66

3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 66

3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 66

3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 67

3.7. Kelonggaran Tarik 68

3.8. Resiko Likuiditas 68

3.9. Perkembangan Perbankan Syariah 69

Suplemen 4 KREDIT/PEM BIAYAAN PERBANKAN SUM SEL TRIWULAN II 2008 LEBIH

EKSPANSIF 71

BAB IV PERKEM BANGAN KEUANGAN DAERAH 79

4.1. Realisasi APBD 2007 79

4.2. Dana Bagi Hasil Pajak 81

4.3. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 82

BAB V PERKEM BANGAN SISTEM PEM BAYARAN 85

5.1. Perkembangan Kliring 85

5.2. Perkembangan Perkasan 86


(6)

BAB VI PERKEM BANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 91

6.1. Ketenagakerjaan 91

6.2. Pengangguran 93

6.3. Pendapatan per Kapita 95

6.4. Jumlah Penduduk M iskin Sumsel 96

6.5. Nilai Tukar Petani (NTP) 97

6.3. Indeks Pembangunan M anusia (IPM ) 99

BAB VII PERKIRAAN EKONOM I DAN INFLASI DAERAH 101

7.1. Pertumbuhan Ekonomi 101

7.2. Inflasi 102

7.3. Perbankan 103


(7)

Daftar Isi

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 (persen) 10

Tabel 1.2 Kenaikan Biaya Input Sektor Properti 15

Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Triw ulan (qtq) PDRB Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 (persen) 19

Tabel 1.4 Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera

Selatan (dalam Ha) 19

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 23

Tabel 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Triw ulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007-2008 (persen) 24

Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun

2007-2008 25

Tabel 1.8 Struktur Ekonomi Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan Tahun

2007-2008 26

Tabel 1.9 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Propinsi Sumatera

Selatan (USD) 26

Tabel 2.1 Komoditas Penyumbang Inflasi Bulanan (mtm) Tertinggi di Kota

Palembang Triw ulan II 2008 45

Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan Propinsi Sumatera Selatan (dalam Rp

Juta) 60

Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan (Rp Triliun) 61

Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Propinsi

Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 64

Tabel 3.4 Perkembangan Bank Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 70

Tabel 4.1 Perbandingan Realisasi APBD Sumsel TA. 2006 dan TA. 2007

(Rp M iliar) 79

Tabel 4.2 Realisasi APBD Propinsi Sumatera Selatan 2007 80

Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Propinsi Sumatera

Selatan 86

Tabel 5.2 Kegiatan Perkasan di Sumsel (Rp M iliar) 87

Tabel 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp M iliar) 88

Tabel 6.1 Banyaknya Pekerja per Sektor Ekonomi Triw ulan II 2007–Triw ulan II


(9)

Daftar Tabel

Tabel 6.2 Tingkat Pengangguran di Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 (persen) 93

Tabel 6.3 Pendapatan Per Kapita Propinsi Sumsel Tahun 2007-2008 Atas Dasar

Harga Berlaku dan Konstan Tahun 2000 (Rupiah) 95

Tabel 6.4 Jumlah Penduduk M iskin Sumsel M enurut Kabupaten/Kota Tahun

2004-2007 97

Tabel 6.5 Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Jan-M ei

2008 serta Persentase Perubahannya 98

Tabel 6.6 Indeks Biaya Produksi dan Penambahan M odal Petani 99

Tabel 6.7 IPM 2005 Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan 100

Tabel 7.1 Leading Economic Indicator Pertumbuhan Ekonomi Sumsel Pada Tw III


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK

2000 Dengan M igas 9

Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel 16

Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triw ulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK

2000 Dengan M igas 16

Grafik 1.4 Perkembangan Curah Hujan di Sumsel 17

Grafik 1.5 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 17

Grafik 1.6 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 17

Grafik 1.7 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 17

Grafik 1.8 Perkembangan Harga M inyak di Pasar Internasional 17

Grafik 1.9 Pertumbuhan Triw ulanan (qtq) Kinerja Sub Sektor Pertanian Triw ulan II

2008 (persen) 18

Grafik 1.10 Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumsel (juta KWH) 20

Grafik 1.11 Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel 21

Grafik 1.12 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Propinsi Sumsel (Jiw a) 22

Grafik 1.13 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan

Triw ulan II 2008 22

Grafik 1.14 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan 24

Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 27

Grafik 1.16 Perkembangan Volume Ekspor Propinsi Sumatera Selatan 27

Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara

Tujuan 27

Grafik 1.18 Pangsa Ekspor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan

Tw II 2008 27

Grafik 1.19 Perkembangan Nilai Impor Propinsi Sumatera Selatan 28

Grafik 1.20 Perkembangan Volume Impor Propinsi Sumatera Selatan 28

Grafik 1.21 Perkembangan Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara

Asal 29

Grafik 1.22 Pangsa Impor Propinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan

Tw II 2008 29


(11)

Daftar Grafik

Grafik 2.2 Inflasi Tahunan (yoy) Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran

Triw ulan II 2008 40

Grafik 2.3 Perkembangan Harga Terigu di Pasar Internasional 41

Grafik 2.4 Perkembangan Harga Beras di Pasar Internasional 41

Grafik 2.5 Perkembangan Harga Kedelai di Pasar Internasional 41

Grafik 2.6 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 41

Grafik 2.7 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di

Palembang 42

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang 43

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) per Kelompok Barang dan Jasa di

Palembang 44

Grafik 2.10 Event Analysis Inflasi Kota Palembang 2007-2008 45

Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan (mtm) Palembang dan Nasional Tahun

2007-2008 (persen) 46

Grafik 2.12 Perkembangan Harga M inyak Goreng Berdasarkan SPH di Palembang

(Rp/Kg) 46

Grafik 2.13 Perkembangan Harga Beras Berdasarkan SPH di Palembang (Rp/Kg) 47

Grafik 2.14 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/Kg) 48

Grafik 2.15 Pergerakan Harga M inyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang

(Rupiah/Kg) 48

Grafik 2.16 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang

(Rupiah/Kg) 49

Grafik 2.17 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang (Rupiah/gram) 49

Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota

Palembang (Juni 2007-Juni 2008) 50

Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Propinsi Sumatera

Selatan 57

Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Propinsi Sumatera Selatan 58

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Propinsi Sumatera Selatan 59

Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Tw II 2008 di Propinsi Sumatera Selatan 59

Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tw II

2008 62

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit M enurut Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan 63

Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan M enurut Penggunaan Propinsi


(12)

Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Tw

II 2008 Berdasarkan Wilayah 64

Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UM KM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan

M enurut Penggunaan 65

Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UM KM M enurut Plafond Kredit 65

Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Sumsel 66

Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perbankan Sumsel 67

Grafik 3.13 Perkembangan NPL Perbankan Propinsi Sumatera Selatan 67

Grafik 3.14 Persentase NPL Perbankan Sumsel Tw II 2008 Berdasarkan Sektor

Ekonomi 67

Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 68

Grafik 3.16 Perkembangan Resiko Likuiditas Perbankan Sumsel 68

Grafik 3.17 Perkembangan Perbankan Syariah di Sumsel (Rp M iliar) 69

Grafik 4.1 Perbandingan Anggaran & Realisasi APBD Tahun 2007 Propinsi

Sumatera Selatan 81

Grafik 4.2 Rasio Realisasi Sumber Pembiayaan APBD Tahun 2007 Propinsi

Sumatera Selatan 81

Grafik 4.3 Pangsa DBH Pajak Prop. Sumatera Selatan 82

Grafik 4.4 Pangsa DBH Pajak Berdasarkan Wilayah 82

Grafik 4.5 Pangsa DBH SDA Propinsi Sumatera Selatan 83

Grafik 4.6 Pembagian DBH SDA Berdasarkan Wilayah 83

Grafik 5.1 Perkembangan Perputaran Kliring Sumsel 85

Grafik 5.2 Perkembangan Kegiatan Perkasan Sumsel 2007-2008 87

Grafik 5.3 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Secara Bulanan Tahun

2007-2008 89

Grafik 6.1 Persentase Tenaga Kerja M enurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi

Sumsel Triw ulan II 2008 92

Grafik 6.2 Persentase Pengangguran Terselubung (Setengah Pengangguran)

M enurut Lapangan Pekerjaan di Propinsi Sumsel Triw ulan II 2008 94

Grafik 6.3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 95

Grafik 6.4 Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu 96

Grafik 6.5 Indeks Harga yang Diterima, Indeks Harga yang Dibayar dan Nilai

Tukar Petani 98

Grafik 7.1 Perbandingan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Persentase

Responden Yang M emperkirakan Peningkatan Harga 3 Bulan Yang


(13)

Daftar Grafik

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionallay blank


(14)

INDIKATOR EKONOM I

A. INFLASI DAN PDRB

TW II TW III TW IV TW I TW II

159.64 164.83 170.24 175.54 112.66*

6.82 9.24 8.20 10.87 13.96*

13,676 14,474 14,115 14,059 14,356

2,786 3,229 2,697 2,693 2,880

3,363 3,351 3,411 3,368 3,385

2,401 2,499 2,530 2,504 2,514

65 68 69 69 70

1,021 1,062 1,083 1,068 1,083

1,864 1,982 1,958 1,949 1,998

612 650 682 682 690

546 557 562 585 589

1,017 1,078 1,122 1,141 1,147

5.67 5.46 7.01 8.17 4.97

5.22 5.83 (2.48) (0.40) 2.12

632.90 648.58 727.18 772.80 464.65

28.30 72.32 25.61 47.22 36.83

Volume ekspor nonmigas (ribu ton) 1,072.70 943.00 860.03 884.28 437.59

63.01 105.53 82.69 98.62 72.22

* ) Tahun dasar 2007

2007 M AKRO

Indeks Harga Konsumen Laju Inflasi

- Tahunan (yoy)

INDIKATOR

- Bangunan

- Perdagangan, hotel dan rest oran

PDRB - harga konstan (miliar Rp)

- Pertanian

- Pertambangan & penggalian

Volume impor nonmigas (ribu ton) Pertumbuhan PDRB

- Tahunan (yoy) % - Triw ulanan (qtq) %

2008

Nilai Impor nonmigas (USD Juta) Nilai ekspor nonmigas (USD Juta)

- Pengangkutan dan komunikasi - Keuangan, persew aan dan jasa - Jasa

- Industri pengolahan - Listrik, gas dan air bersih


(15)

Indikator Ekonomi

B. PERBANKAN

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*

Total Perbankan

Total Aset (Triliun Rp) 27.86 30.04 32.89 31.04 32.48

DPK (Triliun Rp) 20.89 22.03 24.14 23.20 23.29

- Tabungan 7.86 8.64 10.18 10.17 10.43

- Giro 4.98 5.27 4.76 4.49 4.60

- Deposito 8.06 8.13 9.20 8.54 8.27

Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 15.38 15.75 16.58 17.22 18.87

- M odal Kerja 6.96 7.45 8.05 7.72 8.53

- Investasi 3.65 3.22 3.27 3.64 4.05

- Konsumsi 4.77 5.08 5.26 5.86 6.29

Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Sektor ekonomi 15.38 15.75 16.58 17.22 18.87

Pertanian 1.89 2.16 2.04 2.13 2.33

Pertambangan 0.32 0.02 0.03 0.04 0.08

Perindustrian 2.52 1.98 2.48 2.36 2.94

Perdagangan 3.20 3.43 3.69 3.77 4.17

List rik, Gas dan Air 0.37 0.44 0.42 0.39 0.39

Konst ruksi 0.98 1.24 1.19 1.18 1.23

Pengangkut an 0.24 0.23 0.25 0.25 0.26

Jasa Dunia Usaha 0.84 0.96 0.99 1.01 0.93

Jasa Sosial M asyarakat 0.26 0.21 0.22 0.23 0.24

Lain-lain 4.77 5.08 5.26 5.86 6.29

Kredit UM KM (Juta Rp) 9.41 10.24 10.61 11.33 12.12

- M odal Kerja 3.60 4.06 4.24 4.31 4.59

- Investasi 1.07 1.14 1.16 1.20 1.29

- Konsumsi 4.73 5.05 5.21 5.82 6.24

LDR 73.59% 71.49% 68.67% 74.23% 81.03%

NPL Gross 2.55% 1.84% 1.73% 1.94% 1.97%

NPL Nett 0.74% 0.25% 0.42% 0.48% 1.05%

NPL Kredit UM KM 2.59% 2.16% 2.14% 2.29% 2.38%

% Kelongaran Tarik 12.76% 2.98% 14.59% 14.21% 13.96%

INDIKATOR 2007 2008


(16)

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*

Total Aset (Triliun Rp) 0.29 0.32 0.34 0.39 0.37

DPK (Triliun Rp) 0.22 0.24 0.26 0.31 0.29

- Tabungan 0.07 0.08 0.09 0.11 0.10

- Deposito 0.15 0.17 0.17 0.20 0.19

Kredit (Triliun Rp) - Berdasarkan Penggunaan 0.17 0.19 0.21 0.22 0.24

- M odal Kerja 0.10 0.11 0.11 0.12 0.13

- Investasi 0.01 0.01 0.02 0.02 0.02

- Konsumsi 0.06 0.07 0.08 0.08 0.10

LDR 76.82% 79.76% 79.24% 71.66% 83.13%

Nominal NPL (Triliun Rp) 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

NPL 12.70% 8.79% 8.06% 7.41% 7.33%

Total Aset (Triliun Rp) 0.64 0.72 0.80 0.84 0.87

DPK (Triliun Rp) 0.34 0.40 0.52 0.54 0.54

- Tabungan 0.17 0.19 0.27 0.28 0.31

- Giro 0.03 0.04 0.04 0.05 0.04

- Deposito 0.14 0.17 0.21 0.21 0.18

Pembiayaan (Triliun Rp) 0.48 0.57 0.64 0.74 0.81

FDR 141.66% 142.34% 123.44% 137.42% 150.41%

Jaringan Kantor (Unit) 6 6 6

INDIKATOR 2007

* ) Data LBU M ei 2008

2008 BPR/ BPRS

Perbankan Syariah

C. SISTEM PEM BAYARAN

2007 2007 2007 2008 2008

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

1. Perputaran Kliring:

a. Nominal (Rp juta) 4,753,038 5,344,283 5,674,793 6,043,615 6,820,688 b. Warkat (lembar) 148,396 168,762 178,616 184,740 193,385

2. Perputaran perhari

a. Nominal (Rp juta) 237,652 83,504 94,580 100,727 108,265 b. Warkat (lembar) 7,420 2,637 2,977 3,079 3,070

3. Penolakan cek/ BG

a. Nominal (Rp juta) 18,328 45,072 50,898 49,211 63,882 b. Warkat (lembar) 935 1,225 1,705 1,589 1,731 Jumlah hari 62 64 60 60 63

4. Penolakan cek/ BG

> Nominal (% ) 0.39% 0.84% 0.90% 0.81% 0.94%

> Warkat (% ) 0.63% 0.73% 0.95% 0.86% 0.90%

5. M utasi kas (juta rupiah)

a. Aliran uang masuk/inflow 332,170 687,220 1,776,091 1,092,299 986,835 b. Aliran uang keluar/outflow 2,283,922 2,848,4771,194,424 1,414,098 2,693,779

Net Flow : Inflow (Outflow ) (507,204)(1,951,752) (321,799)(1,072,387) (1,706,945)


(17)

Indikator Ekonomi

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank


(18)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada triw ulan II 2008 diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49 persen tanpa migas. Pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 8,17 persen (dengan migas) atau 10,39 persen (tanpa migas).

Secara triw ulanan (qtq), ekonomi Sumsel diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau sebesar 2,58 persen (tanpa migas). M eskipun perekonomian mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) masih didominasi oleh konsumsi dan peningkatan ekspor. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61 persen (yoy). Secara triw ulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan. Komponen yang mengalami petumbuhan paling tinggi adalah ekspor yang tercatat meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor ini tidak terlepas dari peningkatan kinerja di sektor pertanian (terutama sub sektor perkebunan saw it dan karet).

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOM I REGIONAL

PROPINSI SUM ATERA SELATAN

TRIWULAN II 2008

Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) Sumatera Selatan pada tw -II diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49 perse (tanpa migas).

Dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada Tw -II masih didominasi oleh konsumsi dan peningkatan ekspor.


(19)

Ringkasan Eksekutif

Berdasarkan kelompok sektor, PDRB triw ulan II Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64 persen. Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 25,54 persen dari sebesar 25,89 persen pada triw ulan sebelumnya. Sedangkan pangsa sektor tersier menurun dari sebesar 30,99 persen pada triw ulan sebelumnya menjadi 30,82 persen.

Ekspor Sumsel pada Tw -II 2008 (data hingga M ei 2008) tercatat sebesar USD 464,65 juta atau menurun sebesar 26,58 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Sementara dibanding triw ulan sebelumnya (qtq), ekspor pada Tw -II menurun

sebesar 39,87 persen. Berdasarkan komoditasnya, pangsa nilai ekspor

terbesar dicapai oleh karet yakni sebesar 82,73 persen kemudian diikuti oleh komoditas saw it sebesar 13,44 persen. Berdasarkan volume, ekspor pada tercatat sebesar 437.592 ton atau menurun sebesar 59,21 persen dibanding triw ulan yang sama tahun sebelumnya (yoy) atau menurun sebesar 50,51 persen dibanding triw ulan sebelumnya (qtq).

Realisasi impor pada Tw -II tercatat sebesar USD36,83 juta, meningkat sebesar 30,15 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), namun tercatat menurun sebesar 21,99 persen dibanding triw ulan sebelumnya (qtq).

Perkembangan Inflasi

Sejak 1 Juli 2008 penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia menggunakan tahun dasar 2007 (sebelumnya tahun dasar 2002) yang didasarkan pada hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007. Inflasi tahunan kota Palembang pada Triw ulan II 2008 mencapai 13,96 persen (yoy), meningkat apabila dibandingkan dengan inflasi pada triw ulan sebelumnya yang mencapai 10,87 persen. Adapun secara bulanan (mtm), pada bulan Juni 2008 Kota Palembang tercatat mengalami inflasi sebesar 3,41 persen.

Ekspor Sumsel pada Tw -II (data hingga M ei 2008 ) tercatat sebesar USD 464,65 juta.

Inflasi tahunan kota Palembang mencapai 13,96 persen (yoy) dan secara bulanan mencapai 3,41 persen (mtm). Struktur ekonomi Propinsi Sumsel pada triw ulan II 2008 masih tetap didominasi oleh sektor primer dengan pangsa sebesar 43,64 persen.

Realisasi impor pada Tw -II tercatat sebesar USD 36,83 juta.


(20)

Berdasarkan kelompok barang, inflasi tahunan tertinggi terjadi pada bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen, diikuti oleh kelompok sandang sebesar 17,43 persen, kelompok makanan jadi sebesar 12,73 persen, dan kelompok perumahan sebesar 11,19 persen. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mencatat laju inflasi sebesar 10,37 persen, kelompok kesehatan sebesar 9,49 persen, sedangkan kelompok transportasi tercatat sebesar 6,69 persen.

Hasil pemantauan harga yang dilakukan KBI Palembang secara independen melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) Kota Palembang menunjukkan perkembangan harga yang tidak jauh berbeda dengan hasil survei inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini menunjukkan bahw a hasil SPH Kota Palembang dapat dijadikan salah satu barometer dalam melihat perkembangan inflasi di kota Palembang

Perkembangan Perbankan Daerah

Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada triw ulan II 2008 (M ei 2008) dilihat dari beberapa variabel menunjukkan perkembangan positif. Jumlah aset perbankan Sumsel meningkat sebesar 16,58 persen dari triw ulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp28,86 triliun menjadi Rp32,48 triliun. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 11,49 persen dari Rp20,89 triliun pada triw ulan yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp23,29 triliun atau meningkat sebesar Rp2,40 triliun. Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan dari Rp15,38 triliun pada triw ulan yang sama pada tahun sebelumnya menjadi Rp18,87 triliun atau meningkat sebesar 22,76 persen.

Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di w ilayah Sumsel pada

triw ulan II 2008 tercatat sebesar 81,03 persen, meningkat relatif tinggi dari LDR pada triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 74,23 persen. NPL gross (belum memperhitungkan PPAP) pada triw ulan II 2008 (M ei

2008) tercatat sebesar 1,97 persen dari total kredit yang disalurkan.

Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok bahan makanan yakni sebesar 24,76 persen.

Kondisi perbankan di Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada triw ulan II 2008 (M ei 2008) menunjukkan perkembangan positif.

Tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR)

pada triw ulan II 2008 tercatat sebesar 81,03 persen.


(21)

Ringkasan Eksekutif

Perkembangan Keuangan Daerah

Realisasi penerimaan pemerintah pada tahun 2007 mencapai 94,46 persen, kondisi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 586,79 persen. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 94,52 persen atau sebesar Rp2,14 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar 175,96 persen. Secara nominal, realisasi belanja Pemprop Sumsel tahun 2007 berada diatas rata-rata realisasi penerimaan. Realisasi belanja Pemprop Sumsel tercatat sebesar 91,03 persen atau sebesar Rp2,33 triliun dengan realisasi belanja terbesar pada belanja hibah dan belanja bantuan keuangan yang mencapai 100 persen.

Sumber pembiayaan untuk kegiatan operasional Pemerintah Propinsi Sumsel sebagian besar bersumber dari dana perimbangan yang mencapai 55,02 persen dari total belanja yang dikeluarkan. PAD Propinsi Sumsel yang mencapai Rp847,97 miliar tercatat menyumbang

36,42 persen pembiayaan belanja daerah.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perputaran kliring di Sumsel pada Tw -II menunjukkan peningkatan dari segi jumlah w arkat maupun nominalnya baik secara tahunan maupun triw ulanan. Pada Tw -II jumlah w arkat yang dikliringkan tercatat sebanyak 193.385 lembar dengan nominal sebesar Rp6,82 triliun.

Kegiatan perkasan di Sumsel pada Tw -II mencatat inflow sebesar Rp0,99 triliun, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan triw ulan II 2007 (yoy) yang tercatat sebesar Rp0,33 triliun. Outflow tercatat sebesar Rp2,69 triliun atau meningkat sebesar 17,95 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang sebesar Rp2,28 triliun. Dengan melihat angka inflow dan outflow ,

net-outflow pada triw ulan II 2008 tercatat sebesar Rp1,70 triliun,

sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat

mengalami net-outflow sebesar Rp1,95 triliun.

Perputaran kliring di pada triw ulan II 2008 tercatat sebanyak 192,385 lembar dengan nilai nominal Rp6,82 triliun. Realisasi penerimaan daerah pada tahun 2007 tercatat sebesar Rp2,14 triliun dan realisasi belanja sebesar Rp2,33triliun.

Sumber pembiayaan sebagian besar bersumber dari dana

perimbangan yang mencapai 55,02 persen.

Pada triw ulan ini terjadi net-outflow sebesar Rp1,70 triliun


(22)

Pe r k e m b a n g a n Ke t e n a g a k e r j a a n D a e r a h d a n Ke se j a h t e r a a n

Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Sumsel pada Tw -II 2008 masih tetap belum banyak menunjukkan perubahan yang berarti. Lambannya transformasi tenaga kerja dari sektor primer ke sektor sekunder, produktivitas tenaga kerja yang masih relatif rendah, serta pertumbuhan angkatan kerja yang lebih besar dari pertumbuhan lapangan kerja, menyebabkan pengangguran masih menjadi persoalan yang dilematis di Sumsel.

Jumlah angkatan kerja tercatat sebanyak 3.205.147 orang atau meningkat sebesar 1,36 persen dibandingkan t riw ulan sebelum nya yang sebanyak 3.162.257 orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja

tersebut diiringi oleh sedikit peningkat an Tingkat Part isipasi

Angkat an Kerja (TPAK) dari 69,81 persen pada Tw -I 2008 m enjadi 69,99 persen pada Tw -II 2008.

Dari tahun 2007 hingga saat ini tingkat pengangguran terbuka (TPT) mengalami fluktuasi. Tingkat pengangguran terbuka pada Tw -II 2008 tercatat sebesar 8,05 persen, mengalami penurunan dari Tw -I yang sebesar 8,45 persen. Sepert i halnya TPT, t ingkat set engah pengangguran juga m engalam i sedikit penurunan. Tingkat pengangguran pada Tw -I 2008 yang sebesar 37,65 persen m enjadi sebesar 37,19 persen pada Tw -II 2008.

Pad a Tw - II p e n d ap at an regional per kapita Sumsel atas dasar harga berlaku (dengan migas) tercatat sebesar Rp4.050.657 atau meningkat sebesar 10,78 persen dibandingkan triw ulan sebelumnya yang sebesar Rp3.656.596. Walaupun Propinsi Sumatera Selatan termasuk salah satu propinsi yang kaya di Indonesia, tetapi jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan termasuk tinggi. Jumlah penduduk miskin tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten M usi Banyuasin, yaitu sebanyak 165.600 orang, sedangkan jumlah penduduk miskin terendah terdapat di Kota Prabumulih yaitu sebanyak 10.000 orang.

Kondisi ketenagakerja an di Propinsi Sumsel pada Tw -II 2008 masih tetap belum banyak menunjukkan perubahan yang berarti.

Tingkat pengangguran terbuka pada Tw-II 2008 tercatat sebesar 8,05 persen.

Jumlah penduduk miskin tertinggi di Propinsi Sumatera Selatan terdapat di Kabupaten M usi Banyuasin yaitu sebanyak 165.600 orang.


(23)

Ringkasan Eksekutif

Perkembangan nilai tukar petani selama Juni 2007 sampai M ei 2008 cukup fluktuatif. Nilai tukar petani pada Tw -II 2008 (M ei 2008) mengalami penurunan dari Tw -I yaitu dari sebesar 105,17 menjadi sebesar 102,39. Penurunan nilai tukar terjadi karena kenaikkan indeks harga yang dibayar petani melebihi kenaikan indeks harga yang diterima petani. Indeks yang diterima petani mengalami penurunan dari 113,32 pada Tw -I menjadi 110,37 pada Tw -II, sedangkan Indeks yang Dibayar Petani mengalami kenaikan dari 105,85 pada Tw -I menjadi 107,80 pada Tw -II.

Dari 30 propinsi yang diukur IPM -nya, Propinsi Sumsel menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2 pada tahun 2005. Nilai tersebut sebagai akumulasi dari angka harapan hidup yang mencapai 68,3 tahun dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan sebesar Rp 610.300. Berdasarkan penilaian per w ilayah kabupaten/kota, kota Palembang sebagai ibu kota Propinsi tercatat memiliki peringkat IPM paling tinggi di Sumsel atau secara nasional menempati ranking IPM ke-59 dengan indeks sebesar 73,6. Sedangkan w ilayah yang memiliki IPM terendah di Sumsel yaitu kabupaten M usi Raw as yang menempatin peringkat ke-367 dengan indeks sebesar 65,00.

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan masih tetap tergantung dari sektor primer terutama sektor pertanian yang sangat dipengaruhi oleh faktor musiman. Pada triw ulan III diperkirakan kinerja sektor pertanian akan mengalami peningkatan dibanding dengan Tw -II terkait dengan peningkatan kinerja sub sektor tanaman perkebunan.

Berdasarkan proyeksi dan mempertimbangkan kondisi ekonomi terkini, pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triw ulan III 2008

diperkirakan berada pada kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara

triw ulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ± 0,5 persen.

Propinsi Sumsel menempati peringkat IPM nomor 13 dengan nilai IPM sebesar 70,2 pada tahun 2005.

Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triw ulan III 2008

diperkirakan berada pada kisaran 3,52 ± 0,5 persen atau secara triw ulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37 ± 0,5 persen. Nilai tukar petani pada Tw -II 2008 (M ei 2008) mengalami penurunan dari Tw -I yaitu dari sebesar 105,17 menjadi sebesar 102,39.


(24)

M empertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga barang dan jasa, perkembangan inflasi pada triw ulan mendatang diperkirakan akan berada pada level yang moderat dan meningkat dibanding Tw -II terkait dengan masih terasanya dampak kenaikan BBM dan menjelang bulan Ramadhan. Tekanan inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, serta kelompok sandang. Kelompok bahan makanan diperkirakan masih tetap menjadi pemicu inflasi terkait dengan kenaikan harga beberapa komoditas pangan seperti beras, kedelai, tepung terigu, serta minyak goreng meskipun kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan pada Tw -II.

Inflasi tahunan pada triw ulan III 2008 diperkirakan masih berada pada level double digit. Hal yang masih perlu diw aspadai hingga saat ini adalah ketersediaan pasokan barang dan jasa, faktor distribusi, dan lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu. Berdasarkan hasil proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka tekanan inflasi

triw ulanan (qtq) pada triw ulan III 2008 diperkirakan mencapai 4,90 ±

0,5 persen.

Tekanan inflasi triw ulanan (qtq) pada Tw III 2008 diperkirakan mencapai 4,90 ± 0,5 persen.


(25)

Ringkasan Eksekutif

Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank


(26)

9 1.1. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Tahunan (yoy)

Pada triw ulan II 2008 (Tw -II) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Sumatera Selatan atas dasar harga konstan (ADHK) 2000 diperkirakan sebesar Rp14,36 triliun (dengan migas) atau Rp11,04 triliun (tanpa migas). Sementara itu PDRB atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp33,92 triliun (dengan migas) atau Rp21,91 triliun (tanpa migas).

Grafik 1.1

PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan M igas

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Tumbuhnya perekonomian Sumsel di triw ulan II 2008 dikonfirmasi oleh hasil liaison ke beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahw a kendati telah terjadi kenaikan harga BBM , perekonomian Sumsel masih mampu tumbuh karena ditopang oleh sektor primer dan sektor lainnya yang tidak terpengaruh dampak langsung dari kenaikan BBM . Hal tersebut

PERKEM BANGAN EKONOM I

M AKRO REGIONAL

1

13.68

14.47

14.12

14.06

14.36

4.97 8.17

7.01

5.46 5.67

13.20 13.40 13.60 13.80 14.00 14.20 14.40 14.60

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

2007 2008

R

p

Tr

iliun

-1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

Pe

rs

e

n

Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)

Pertumbuhan ekonomi

tahunan (yoy) Sumatera Selatan

diperkirakan sebesar 4,97 persen (dengan migas) atau 6,49 persen

(tanpa migas). Pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,17 persen (dengan migas) atau 10,39 persen (tanpa migas). Secara tahunan, semua sektor ekonomi mencatat pertumbuhan dengan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,64 persen.


(27)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan, perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik. Cukup baiknya kondisi usaha contact liaison lebih banyak tertolong oleh terus membaiknya harga komoditas-komoditas primer di pasar internasional, misalnya crude palm oil (CPO),

crumb rubber, dan batu bara. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi

internal dalam negeri belum sepenuhnya kondusif bagi perkembangan usaha. Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha, antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii) kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk (NPK dan phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.

Pada Tw -II 2008 sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan ekonomi tahunan tertinggi adalah sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 12,80 persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa 12,76 persen, serta sektor keuangan, persew aan, dan jasa perusahaan sebesar 7,90 persen.

Pertumbuhan pada sektor

pengangkutan dan komunikasi

terutama disumbang oleh pertumbuhan sub sektor komunikasi yang tumbuh sebesar 26,58 persen. Pertumbuhan sektor ini ditandai dengan semakin beragamnya produk dan jasa telekomunikasi yang sekarang ini memasuki pasar Sumsel. Saat ini di Sumsel tercatat sedikitnya 3 operator layanan telepon berbasis GSM (Global

System for M obile) dan 4 operator

layanan telepon berbasis CDM A (Code Division M ultiple Access). Tabel 1.1

Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)

PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen)

2007 2008

Lapangan

Usaha Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw .II

Pertanian 7.17 3.33 10.26 12.18 3.37

Pertambangan

dan Penggalian 0.11 0.01 1.55 2.49 0.64 Industri

Pengolahan 6.03 6.26 2.95 5.55 4.68

Listrik, Gas & Air

Bersih 6.66 8.08 7.95 7.22 6.83

Bangunan 8.33 7.27 8.16 7.59 6.10

Perdagangan, Hotel & Restoran

8.48 10.08 10.50 10.52 7.21

Pengangkutan

& Komunikasi 13.50 16.43 14.77 15.55 12.80 Keu., Persew aan

& Jasa Perusahaan

8.45 10.02 10.05 9.94 7.90

Jasa-jasa 6.68 9.84 13.96 14.64 12.76


(28)

11

PERKEM BANGAN USAHA PADA CONTACT LIAISON*

Perkembangan usaha pada contact liaison di triw ulan II-2008 menunjukkan arah yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa variabel seperti permintaan pasar domestik dan ekspor yang menunjukkan perbaikan terutama di sektor industri pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis sumber daya alam (SDA). Sektor-sektor ekonomi lainnya (perbankan, perhotelan, transportasi, dan bangunan) juga menunjukkan kinerja usaha yang cukup baik. Di sisi lain, pada umumnya conctact liaison menilai kondisi internal dalam negeri belum sepenuhnya kondusif bagi perkembangan usaha. Kondisi tersebut, salah satunya, yang menyebabkan beroperasinya usaha di baw ah kapasitas terpasang (tidak lebih dari 80 persen). Permasalahan-permasalahan yang dianggap tidak kondusif oleh kalangan dunia usaha, antara lain: (i) kendala perizinan, khususnya yang terkait dengan ekspansi usaha, (ii) kenaikan biaya energi, khususnya solar, (iii) naiknya harga pupuk jenis majemuk

(NPK dan phospat), (iv) pengenaan peraturan daerah yang tidak kondusif bagi dunia usaha.

Permintaan pasar terhadap produk contact liaison saat ini cukup besar. Hal ini terbukti dari permintaan pasar domestik beberapa produk di sektor bangunan dan industri otomotif selama Tw -II 2008 menunjukkan peningkatan. Produk-produk yang mengalami peningkatan antara lain minyak goreng, batu bara, juga pada beberapa contact liaison di industri perbankan, perhotelan, bangunan, dan transportasi. M eningkatnya pertumbuhan permintaan sektor perumahan antara lain didukung oleh tingkat suku bunga kredit pemilikan rumah yang masih menarik. Namun, dengan kecenderungan meningkatnya laju inflasi, benchmark BI rate juga mengalami koreksi naik yang sampai akhir Juni mencapai 8,50% atau naik 50 basis point dan dikhaw atirkan berimbas pada kenaikan suku bunga kredit secara umum.

Contact Liaison di industri

perhotelan mengatakan bahw a

occupancy rate ditunjang oleh tamu-tamu

yang datang untuk kegiatan bisnis, bukan karena program Visit M usi 2008. Pada sektor industri transportasi kota, yakni jasa taksi, kendati telah terjadi kenaikan harga BBM (Tabel 1) namun permintaan jasa angkutan taksi tetap besar dikarenakan masih banyak pangsa pasar yang belum tergarap. Sektor perbankan juga cenderung baik, terbukti dari pertumbuhan penyaluran kredit yang berkisar sekitar 30% .

Suplemen 1

Grafik 1

Suku Bunga Kredit;BI rate; Inflasi

-3 6 9 12 15 18 21 24

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 [BI rat e dan Kredit Konsusmsi rat e % ] [Inf lat ion rat e % ]

-2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00

BI rat e [LHS] Rat e Kredit Konsumsi [RHS] Inf las Rat ei [RHS]

Tabel 1

Kenaikan BBM Bersubsidi

Premium M. Tanah Solar Rata-Rata Kenaikan %

1 Feb 2005 1810 1800 1650

1 Mar 2005 2400 2200 2100 27.38

1 Oct 2005 4500 2000 4300 61.19

24 Mei 2008 6000 2300 5500 27.78


(29)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

Permintaan pasar luar negeri masih didominasi sektor ekonomi yang berbasis SDA seperti sub sektor perkebunan, industri pengolahan, dan pertambangan. Penjualan batu bara untuk pasar ekspor sebesar 34,7% dan selebihnya untuk penjualan domestik. Namun, usaha untuk meningkatkan volume penjualan terkendala oleh terbatasnya daya angkut kereta api dari Tanjung Enim menuju Pelabuhan Laut Tarahan di Lampung. Keterbatasan tersebut dapat ditanggulangi dengan penambahan kereta dengan gerbong yang cukup. M enurut contact liaison di industri pengolahan CPO, pengenaan pajak ekspor CPO secara progresif mengakibatkan pengusaha tidak dapat memaksimalkan keuntungan yang dikarenakan tingginya harga CPO di pasar internasional.

Rata-rata kondisi kapasitas utilisasi contact liaison selama Tw -II 2008 tidak lebih dari 80% . Penggunaan kapasitas produksi terpasang, khususnya di sektor industri pengolahan terhambat oleh sulitnya mendapatkan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) untuk diolah menjadi saw it, kesulitan perluasan lahan perkebunan, dan adanya pabrik tanpa kebun (petani plasma menjual CPO kepada inti secara ilegal) karena rendahnya law enforcement. Kekurangan bahan baku serta tingginya biaya produksi dikarenakan mahalnya biaya listrik juga mempengaruhi industri crumb rubber.

Investasi juga masih diminati oleh para contact liaison. Ini terbukti sekitar 70%

contact liaison di Tw -II berencana untuk melakukan investasi di tahun 2008 dan 2009

dalam bentuk: (i) perluasan jaringan kantor, (ii) pengadaan sarana transportasi, (iii) investasi pemanfaatan limbah sebagai alternatif bahan bakar dalam rangka efisiensi, (iv) pembelian

mesin untuk meningkatkan pelayanan kepada customer. Sebagian besar pembiayaan di Tw

-II ini menggunakan dana non-perbankan dan hanya 40% yang menggunakan dana perbankan untuk keperluan investasi dan modal kerja mereka. Suku bunga kredit rupiah dan valas dinilai oleh contact liaison masih relatif tinggi. Jumlah tenaga kerja yang digunakan relatif stabil. Rekrutmen tenaga kerja dilakukan antara lain dikarenakan: tenaga kerja yang pensiun, mengundurkan diri, dan habis masa kontrak kerjanya.

Grafik 2

Harga Dunia Beberapa Komoditas Pilihan

5 15 25 35 45 55 65 75 85 95 105 115 125 1 9 8 0 1 9 8 1 1 9 8 2 1 9 8 3 1 9 8 4 1 9 8 5 1 9 8 6 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 0 1 9 9 1 1 9 9 2 1 9 9 3 1 9 9 4 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8

USD/ bbl; UScents/ pound USD/ M ton

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

M alaysia Palm Oil, USD/M t on (LHS) Ru bb er Smo ked Sh eed, US censt /p ou nd [RHS]

Cru de Oil, USD/b bl [RHS]

Co al, USD/M To n [RHS]


(30)

13 Di sektor industri pengolahan, umumnya perputaran bahan baku sangat cepat.

M isalnya untuk industri crumb rubber hanya membutuhkan w aktu dua minggu untuk memproses bokar menjadi crumb rubber yang siap diekspor. Demikian pula dengan industri CPO, TBS yang baru dipetik petani harus segera diproses untuk menghindari terjadinya kerusakan yang akan mengurangi mutu CPO. Harga jual produk dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perkembangan harga jual komoditas di pasar internasional, meningkatnya harga BBM dan kenaikan harga-harga input. Walaupun harga jual di pasar internasional terus membaik, margin keuntungan diperkirakan tidak banyak mengalami perubahan. Hal itu antara lain disebabkan oleh: (i) kenaikan harga-harga bahan baku, kenaikan harga bahan penolong atau input lainnya, (ii) contact liaison yang tidak ingin serta merta menaikkan harga jual karena tidak ingin kehilangan pembeli atau pelanggan yang daya belinya belum mengalami peningkatan, (iii) terdapat kontrak jual untuk jangka w aktu tertentu.


(31)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

Namun demikian, dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triw ulan sebelumnya, sub sektor telekomunikasi mengalami perlambatan pertumbuhan. Demikian pula dengan sub sektor pengangkutan yang tumbuh sebesar 4,76 persen, juga mengalami perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,86 persen. Dari hasil liaison yang dilakukan KBI Palembang diperoleh informasi bahw a kondisi usaha di sub sektor pengangkutan (khususnya angkutan darat) cukup baik dengan peningkatan margin keuntungan rata-rata sebesar 10 persen.

Pertumbuhan ekonomi di sektor jasa-jasa secara umum sangat dipengaruhi oleh

peningkatan aktivitas jasa pemerintahan yang didorong oleh peningkatan belanja pegaw ai. Salah satu faktor penyebab percepatan pertumbuhan sektor ini adalah pencairan rapel kenaikan gaji PNS pada triw ulan ini.

Sektor keuangan, persew aan dan jasa perusahaan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masing-masing tercatat tumbuh sebesar 7,90

persen dan 7,21 persen. Namun demikian, dibandingkan dengan triw ulan sebelumnya pertumbuhan tahunan sektor keuangan tercatat mengalami perlambatan. M elambatnya pertumbuhan ekonomi tahunan di sektor keuangan, persew aan, dan jasa dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triw ulan sebelumnya tidak terlepas dari menurunnya kinerja sektor-sektor yang berhubungan langsung dengan dengan sektor keuangan, persew aan, dan jasa. Sub sektor hotel tercatat mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 17,21 persen.

Sekt or lain yang mengalami pert umbuhan cukup baik adalah sektor listrik, gas

dan air bersih, sektor bangunan, dan sektor industri pengolahan yang masing-masing

tumbuh sebesar 6,83 persen, 6,10 persen, dan 4,68 persen. Pertumbuhan ekonomi di sektor

industri pengolahan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian yang merupakan bahan

baku bagi mayoritas industri pengolahan di Sumsel. Seiring dengan kondisi pada sub sektor tanaman perkebunan, sektor industri pengolahan Sumsel yang mayoritas menggunakan bahan baku dari tanaman perkebunan mengalami kondisi yang cukup baik. Dari hasil liaison diperoleh informasi bahw a tingginya permintaan CPO dari pasar domestik maupun internasional menjadi pendorong pertumbuhan di sektor ini. Namun demikian terdapat beberapa kendala berupa : kenaikan harga BBM , kenaikan harga pupuk (NPK dan Phospat), perda yang tidak kondusif serta kesulitan perizinan.


(32)

15 Sektor bangunan yang pada triw ulan I tumbuh sebesar 7,59 persen masih

terkendala dengan peningkatan harga bahan bangunan maupun biaya lain terkait dengan kenaikan harga BBM pada akhir bulan M ei 2008. Hal tersebut terkonfirmasi oleh kegiatan

liaison program yang menunjukkan bahw a

selain peningkatan harga bahan bangunan yang rata-rata di atas 10 persen, juga terjadi kenaikan antara lain, upah pekerja, biaya perijinan, birokrasi serta keterbatasan lahan dan akses listrik PLN yang masih sulit. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Indonesia diperoleh informasi mengenai terjadinya kenaikan harga jual rumah rata-rata sebesar 4-5 persen sebagai imbas dari kenaikan harga bahan bangunan.

Sektor pertanian pada Tw -II 2008 tumbuh sebesar 3,37 persen. Pertumbuhan

tahunan pada triw ulan ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triw ulan sebelumnya yang disebabkan karena kontraksi pertumbuhan pada sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor kehutanan. Sub sektor tanaman bahan makanan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,95 persen yang disebabkan karena kondisi pasca panen yang terjadi di w ilayah sentra beras Sumsel, sedangkan kontraksi yang dialami sub sektor kehutanan lebih disebabkan karena semakin terbatasnya hutan areal produksi sehingga menyulitkan dalam mendapatkan bahan baku.

Sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan

tahunan yang paling rendah yakni sebesar 0,64 persen. Rendahnya pertumbuhan tahunan di sektor ini disebabkan karena ketidakoptimalan kapasitas produksi yang terjadi di sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang tumbuh sebesar 0,12 persen maupun di sub sektor pertambangan tanpa migas yang tercatat mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 2,30 persen. Rendahnya produksi di sub sektor pertambangan migas lebih disebabkan karena faktor usia sumur yang sudah tua dan tidak adanya penemuan sumur baru, sedangkan rendahya pertumbuhan di sub sektor pertambangan non migas (terutama

Tabel 1.2

Kenaikan Biaya Input Sektor Properti

No Komponen

Input

Kenaikan Harga

1 Semen 30 s.d 50 persen

2 Besi Bet on 50 s.d 75 persen

3 Kayu Balokan 10 s.d 20 persen

4 Bat u 10 s.d 15 persen

5 Bat u Bat a/Bat u Tela

10 s.d 15 persen

6 Daun Pint u 10 s.d 15 persen

7 Gent eng 10 s.d 15 persen

8 Seng 10 s.d 15 persen

9 Tukang Bukan

M andor

20 s.d 30 persen

Sumber : Survei Harga Properti Residensial KBI Palembang, diolah


(33)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

batu bara) seperti yang terkonfirmasi pada kegiatan liaison adalah adanya kendala pada pengiriman hasil produksi sehingga produksi batu bara cenderung stagnan. Saat ini pengiriman batu bara terkendala dengan keterbatasan daya tampung kereta api yang mengangkut batu bara tersebut ke pelabuhan.

1.2. Perkembangan Ekonomi M akro Regional Secara Triw ulanan (qtq)

Secara triw ulanan (qtq), pertumbuhan ekonomi Sumsel pada Tw -II diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 2,12 persen (dengan migas) atau sebesar 2,58 persen (tanpa migas). M eskipun perekonomian mengalami pertumbuhan, namun tidak disertai dengan meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian (lihat Suplemen 2.

Optimisme Keyakinan Konsumen Palembang Semakin M enurun). Sektor pertanian

diperkirakan mengalami pertumbuhan ekonomi triw ulanan tertinggi yakni sebesar 6,95 persen yang disebabkan peningkatan pertumbuhan triw ulanan yang cukup tinggi pada sub sektor tanaman perkebunan yang tumbuh sebesar 37,04 persen.

Tingginya pertumbuhan ekonomi triw ulanan pada sub sektor tanaman perkebunan tidak terlepas dari faktor cuaca yang kondusif terutama untuk penyadapan karet maupun saw it. Selain itu, harga CPO (crude palm oil) dan harga karet mentah yang tinggi di pasar internasional tetap menjadi insentif bagi sub sektor perkebunan. Dari hasil

liaison yang dilakukan KBI Palembang

diperoleh informasi bahw a Grafik 1.3

PDRB dan Laju Pertumbuhan Triw ulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 Dengan M igas

13.68 14.47 14.12 14.06 14.36 2.12 (0.40) (2.48) 5.83 5.22 13.20 13.40 13.60 13.80 14.00 14.20 14.40 14.60

Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II

2007 2008 Rp T ril iu n (3.00) (2.00) (1.00) -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Pe rs e n

Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq)

Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 1.2

Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel

156,836

170,468

161,780 167,051 189,675

60,461 61,716 62,972

54,269 140,318 130,181 134,743 128,477 117,054 57,368 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II

2007 2008

lit

er

Premium Solar M. Tanah


(34)

17 permintaan terhadap CPO dipastikan

akan tetap tinggi terkait dengan kebutuhan CPO dunia yang sangat tinggi baik untuk diolah menjadi minyak goreng, bahan baku biodiesel, dan bahan baku komoditas-komoditas lainnya.

Grafik 1.5

Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional

337.15 313.07 303.42 298.16 286.86 270.66 256.35 248.93 240.61 229.97 226.01 230.67 241.52 0 50 100 150 200 250 300 350 400

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2007 2008 US D Ce n t / K g

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.6

Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional

750.04 730.13 768.51 768.51 1,103.98 1,098.01 826.06 883.12 887.78 984.80 1,100.41 1,148.52 1,085.42 -200 400 600 800 1,000 1,200 1,400

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2007 2008 US D / M e tr ik T o n

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.7

Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional

87.18 78.90 80.67 58.87 54.07 50.80 46.04 102.07 114.05 47.05 44.66 42.98 44.13 -20 40 60 80 100 120

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2007 2008 US D / M e tr ik T o n

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.8

Perkembangan Harga M inyak di Pasar Internasional

125.66 112.62 105.34 95.39 93.00 91.76 94.90 85.90 79.61 72.38 74.02 133.93 67.49 -20 40 60 80 100 120 140 160

Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun

2007 2008 US D/ Ba re l

Sumber: DSM Bank Indonesia

Grafik 1.4

Perkembangan Curah Hujan di Sumsel

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag s t Se p Ok t No v De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n 2007 2008 mm 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Curah Hujan Hari Hujan


(35)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

Karet dan saw it masih tetap menjadi primadona komoditas hasil perkebunan di Sumsel. Pada Tw -II, curah hujan yang mulai berkurang menyebabkan produksi karet agak meningkat. Sementara itu, untuk saw it, kondisi cuaca cukup mendukung produksi namun berdasarkan informasi dari para pelaku usaha masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi dan membatasi keuntungan yakni berupa peraturan perpajakan, yakni: (1) dasar penetapan pajak penghasilan (PPH) yang sebesar 25 ton/hektar/tahun dirasakan memberatkan. Hal tersebut dikarenakan tingkat produksi lahan pada musim kemarau biasanya hanya mencapai 20 ton/hektar/tahun, (2) dasar penetapan pajak alat berat yang dirasakan tidak fair karena alat yang lama dan yang baru dasar perhitungannya sama.

Grafik 1.9

Pertumbuhan Triw ulanan (qtq)

Kinerja Sub Sektor Pertanian Triw ulan II 2008 (persen)

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Rata-rata harga CPO dunia pada selama Tw -II tercatat sebesar USD1.103,98/metrik ton, meningkat sebesar 43,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Namun demikian apabila dibandingkan triw ulan sebelumnya tercatat mengalami penurunan sebesar 3,88 persen dari sebesar USD1.148,52/metrik ton. Sementara itu, harga karet dunia masih menunjukkan trend peningkatan, dimana pada triw ulan ini tercatat sebesar USD337,15 sen/kg atau meningkat sebesar 39,60 persen dibandingkan harga pada triw ulan II 2007 (yoy) yang sebesar USD241,52 sen/kg atau meningkat sebesar 13,08 persen dibanding harga pada triw ulan sebelumnya (qtq) yang sebesar USD298,16 sen/kg.

-25.95

-6.57

13.38 6.18

Tabama Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan


(36)

19 Sub sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan pada sektor pertanian adalah

sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Kontraksi sebesar 25,95 persen di sub sektor tabama disebabkan karena telah lew atnya masa panen raya yang terjadi pada bulan M aret 2008.

Informasi yang diperoleh dari kegiatan liaison menunjukkan terjadinya kegagalan panen akibat peredaran pupuk dan bibit palsu di sejumlah sentra beras seperti Pagar Alam dan Banyuasin. Tercatat lebih dari 2.588 Ha saw ah di kedua w ilayah tersebut mengalami puso. Penurunan produksi tanaman bahan makanan (khususnya padi) terjadi di hampir seluruh w ilayah kabupaten/kota yang berada di w ilayah Sumsel.

Tabel 1.3

Laju Pertumbuhan Triw ulan (qtq)

PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (persen)

2007 2008

Lapangan

Usaha Tw . II Tw . III Tw . IV Tw . I Tw .II

Pertanian 16.06 15.89 (16.47) (0.16) 6.95

Pertambangan

dan Penggalian 2.33 (0.38) 1.80 (1.25) 0.48 Industri

Pengolahan 1.24 4.05 1.25 (1.04) 0.40

LGA 1.78 3.97 1.92 (0.60) 1.41

Bangunan 2.83 4.02 1.99 (1.38) 1.41

PHR 5.70 6.31 (1.18) (0.48) 2.54

Pengangkutan

& Komunikasi 3.72 6.14 5.03 (0.06) 1.25 Keu., Persew aan

& Jasa Perusahaan

2.64 1.97 0.99 4.01 0.74

Jasa-jasa 2.16 5.98 4.07 1.74 0.49

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Tabel 1.4

Realisasi Luas Tanam (LT) dan Luas Panen (LP) Propinsi Sumatera Selatan (dalam Ha)

LT LP LT LP LT LP LT LP LT LP

1 P alem bang 45 47 2,583 5 1,868 38 1,371 4,2 28 86 1,3 02 2 M usi B an yuasin 4,765 22,004 3,952 17,464 4,912 28 4 5,646 8,4 21 35 ,625 5,3 64 3 B an yuasin 29,391 101,004 18,398 33,287 18,732 5,950 2,139 35,274 115,236 2,0 32 4 O gan Ilir 267 2,120 11,632 799 19,514 78 15,260 29,589 1,702 14,497 5 O gan K om ering Ilir 7,958 44,487 33,052 16,008 16,532 1,279 8,875 47,105 49 ,783 8,4 31 6 O K U T im ur 24,255 41,916 35,387 18,596 14,438 6,303 18,410 47,334 25 ,773 17,490 7 O gan K om ering U lu 1,188 5,086 908 3,064 507 16 2 171 1,3 44 8,494 162 8 O K U S e latan 4,050 5,416 5,224 2,513 1,199 1,180 2,987 6,1 02 6,195 2,8 38 9 M uara E nim 4,192 16,262 10,562 7,462 11,429 24 7 4,564 20,891 16 ,411 4,3 36 1 0 L ahat 6,050 13,932 4,527 5,860 1,919 90 1 7,904 6,1 24 19 ,508 7,5 09 1 1 M usi R aw as 11,438 20,861 5,609 12,264 3,884 78 7 14,018 9,0 18 21 ,401 13,317 1 2 P ag ar A lam 1,556 1,664 1,278 1,187 468 33 1 1,748 1,6 59 1,679 1,6 61 1 3 P rab um ulih 0 799 100 430 430 0 58 50 4 1,223 55 1 4 L ubuk L inggau 948 784 677 669 640 32 7 1,158 1,2 51 623 1,1 00 1 5 E m pat Law ang 5,789 5,763 943 3,473 1,157 1,966 3,193 1,9 95 4,113 3,0 33

Jum la h 101,892 282,145 134,832 123,080 97,629 19,830 87,502 220,83 8 307,852 83,127

Tw III Tw IV

R E A LIS AS I S AS A R A N

Tw I Tw II*

N o K abupaten / K ota Juni


(37)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

M enyikapi turunnya produksi beras pada triw ulan II ini, pemerintah daerah c.q Bulog telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar 9,30 persen dari Rp4.300/kg menjadi Rp.4.700/kg untuk dapat lebih banyak menyerap beras dari petani. Namun demikian, peningkatan HPP tersebut juga disertai dengan peningkatan kualifikasi beras yang diterima Bulog yakni dengan menurunkan kadar maksimal beras broken menjadi sebesar 15 persen, dan bulir kuning rusak menjadi 3 persen sehingga tetap menyulitkan bagi petani untuk memenuhinya. Berdasarkan hasil SKDU di beberapa sentra beras Sumsel seperti Belitang diperoleh informasi bahw a para petani lebih memilih untuk menjual beras/gabah kepada para tengkulak karena faktor administrasi yang tidak rumit dan dapat segera mendapatkan uang tunai untuk keperluan sehari-hari.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada Tw -II mencatat

pertumbuhan triw ulanan sebesar 2,54 persen. Periode bulan Juni s.d Juli merupakan

puncak dari tingkat hunian hotel di Palembang. M ulai dicairkannya APBD untuk kegiatan rutin dan banyaknya event-event bertaraf nasional maupun internasional seperti Festival Sriw ijaya telah mendorong tingkat hunian hotel hingga mencapai 80 persen. Namun demikian, kalangan perhotelan mengemukakan bahw a peningkatan tingkat hunian lebih terkait dengan menggeliatnya aktivitas bisnis, bukan karena Program Visit M usi 2008.

Sektor listrik, gas, dan air bersih serta sektor bangunan

sama-sama mencatat pertumbuhan triw ulanan sebesar 1,41 persen. Pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih selain disebabkan karena faktor siklikal juga disebabkan karena kenaikan harga komoditas gas (LPG) terkait dengan kenaikan BBM pada akhir Juni 2008 yang menyebabkan terjadinya kelangkaan komoditas tersebut.

Grafik 1.10

Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumsel (juta KW H)

0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0

T w I I

T w I I I

T w I V

T w I

T w I I *

2 0 0 7 2 0 0 8

S o s i a l R u m a h T a n g g a B i s n i s I n d u s t r i P e m e r i n t a h T o t a l

Sumber : PLN Sumbagsel * ) Prediksi


(38)

21

Kondisi sektor bangunan sampai dengan triw ulan II 2008 masih cukup baik

dengan tingkat penjualan tahunan berkisar 10-20 persen untuk RSH dan sebesar 10 persen untuk Rumah Sederhana. Namun demikian masalah kenaikan harga bahan bangunan, serta kenaikan harga BBM dan kesulitan pengadaan sambungan listrik dan PAM menjadi kendala bagi pengusaha di sektor bangunan. Selain itu, melonjaknya harga tanah sebagai akibat dari kenaikan NJOP yang signifikan turut memberikan andil dalam peningkatan biaya produksi.

Berdasarkan data dari Asosiasi Semen Indonesia,

sampai dengan bulan triw ulan II 2008 diprediksi terjadinya peningkatan penjualan semen sebesar 1,54 persen (qtq). M eningkatnya konsumsi semen ini tidak terlepas dari kebutuhan perumahan yang tetap tinggi kendati masih terdapat kendala-kendala seperti telah disampaikan sebelumnya.

Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 1,25 persen dibanding

triw ulan sebelumnya. Peningkatan di sektor ini terutama didorong oleh peningkatan sub sektor komunikasi yang tumbuh sebesar 4,35 persen. Tingkat permintaan masyarakat yang tetap tinggi terhadap jasa komunikasi serta promosi yang gencar dari operator layanan komunikasi dengan perang tarif antar operator diyakini menjadi penyebab tumbuhnya sub sektor ini. Kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan rata-rata sebesar 25 persen membuat pertumbuhan di sektor transportasi (khususnya transportasi darat) menurun, begitupun halnya dengan transportasi udara yang terpaksa menaikkan harga tiket penerbangan sehingga menyebabkan pertumbuhan di sub sektor transportasi mengalami penurunan sebesar 0,83 persen.

Grafik 1.11

Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel

226,950

275,729 271,458 263,997 268,073

(2.75)

1.54 21.49

18.59

(1.55)

-50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000

Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II*

2007 2008

To

n

(5) -5 10 15 20 25

P

er

sen

Jumlah (ton) Pertumbuhan (qtq)


(39)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

Sektor keuangan, persew aan dan jasa perusahaan,

tumbuh sebesar 0,74 persen atau

mengalami perlambatan pertumbuhan triw ulanan dibandingkan triw ulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 4,01 persen. Sekt or jasa-jasa, tumbuh sebesar 0,49 persen atau lebih rendah dibanding triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,74 persen.

Di sektor pertambangan dan penggalian, tingginya harga minyak bumi di pasar

dunia yang berada pada kisaran di atas USD120/barel (bahkan pada bulan Juni 2008 sempat menembus USD133,93/barel) merupakan satu-satunya insentif bagi sektor ini. Dari sisi produksi, tidak adanya penemuan sumur baru dan juga faktor usia sumur yang ada relatif sudah tua menjadi penyebab produksi minyak mentah tidak mengalami peningkatan yang berarti. Pada triw ulan ini sektor pertambangan dan penggalian tercatat mengalami pertumbuhan triw ulanan (qtq) sebesar 0,48 persen.

Sektor industri pengolahan

tercatat sebagai sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan terendah pada triw ulan II 2008 yakni sebesar 0,40 persen. Tingginya pertumbuhan di sub sektor tanaman perkebunan yang merupakan mayoritas bahan baku industri pengolahan di Sumsel tidak menyebabkan pertumbuhan yang signifikan pada sektor ini karena terdapatnya beberapa kendala berupa : kenaikan harga BBM , kenaikan harga pupuk (NPK dan Phospat), perda yang tidak kondusif serta kesulitan perizinan untuk ekspansi lahan.

Grafik 1.13

Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan

Triw ulan II 2008

2 0 . 0 6 %

2 3 . 5 8 % 1 7 . 5 1 %

1 3 . 9 2 %

0 . 4 9 % 7 .5 4 %

7 . 9 9 % 4 . 1 0 %

4 . 8 1 %

P e r t a n ia n P e r t a m b a n g a n

I n d u s t r i L G A

B a n g u n a n P H R

A n g k u t a n K e u . S e w a

J a s a - ja s a

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Grafik 1.12

Perkembangan Penumpang Angkutan Udara Propinsi Sumsel (Jiw a)

375.83 396.98 424.20 428.44 365.27 18.40 26.60 39.67 21.40 18.83 320 340 360 380 400 420 440

Tw II Tw III Tw IV Tw I TW II

2007 2008 Ri b u -5 10 15 20 25 30 35 40 45 Ri b u

Penumpang Domestik Penumpang Internasional Sumber : PT. Angkasa Pura II Palembang, diolah


(40)

23 1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan

Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan (yoy) pada Tw -II masih didominasi

oleh konsumsi dan peningkatan ekspor. Pertumbuhan konsumsi tercatat sebesar 7,61 persen (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi sw asta nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 7,04 persen, 8,38 persen dan 12,08 persen. M enurut pangsanya, konsumsi pemerintah tercatat mengalami pertumbuhan yang paling tinggi yang diperkirakan sebagai akibat dari mulai cairnya anggaran belanja pemerintah pada triw ulan berjalan.

Tabel 1.5

Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (persen)

II III IV I II

1. Konsumsi Rumah Tangga 7.99 7.74 6.92 7.36 7.04

2. Konsumsi Lembaga Sw asta Nirlaba 4.40 5.58 7.77 8.36 8.38

3. Konsumsi Pemerintah 5.02 7.21 9.15 9.31 12.08

4. Investasi 76.49 45.55 0.16 (0.15) (14.38)

5. Ekspor Barang dan Jasa (8.53) (8.68) 10.60 13.82 11.99

6. Impor Barang dan Jasa 14.86 6.55 8.88 9.67 8.66

TOTAL 5.67 5.46 7.01 8.17 4.97

Penggunaan 2007 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

Dari kegiatan perdagangan, ekspor tumbuh sebesar 11,99 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan pada triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13,82 persen. Sementara itu, impor mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 8,66 persen, melambat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,67 persen.

Secara triw ulanan (qtq) semua komponen tercatat mengalami peningkatan.

Komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah ekspor yang tercatat meningkat sebesar 4,69 persen. Tingginya angka ekspor ini tidak terlepas dari peningkatan kinerja sektor pertanian (terutama sub sektor perkebunan saw it dan karet).


(41)

Perkembangan Ekonomi M akro Regional

Tabel 1.6

Pertumbuhan Ekonomi Triw ulanan (qtq) Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 M enurut Penggunaan Tahun 2007 –2008 (persen)

II III IV I II

1. Konsumsi Rumah Tangga 2.52 2.61 2.67 (0.60) 2.22

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 1.76 2.69 3.76 (0.06) 1.78

3. Konsumsi Pemerintah 1.33 5.04 5.16 (2.34) 3.89

4. Investasi 8.94 11.16 (24.67) 9.47 (6.58)

5. Ekspor Barang dan Jasa 6.41 5.93 2.59 (1.57) 4.69

6. Impor Barang dan Jasa 2.56 2.57 2.06 2.15 1.61

TOTAL 5.22 5.83 (2.48) (0.40) 2.12

Penggunaan 2007 2008

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan

1.4. Struktur Ekonomi

Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni

sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 43,64 persen. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya yang tercatat sebesar 43,12 persen. Peningkatan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian dari sebesar 19,16 persen menjadi 20,06 persen.

Sektor sekunder mengalami

penurunan pangsa menjadi 25,54 persen dari triw ulan sebelumnya yang sebesar 25,89 persen. Penurunan pangsa sektor sekunder tersebut disebabkan penurunan pangsa pada sub sektor industri pengolahan dan sektor bangunan. Sektor industri pengolahan mengalami penurunan dari triw ulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 17,81 persen menjadi 17,51 persen. Sektor bangunan mengalami penurunan pangsa menjadi sebesar 7,54 persen dari sebesar 7,60 persen pada triw ulan sebelumnya. Sedangkan sektor LGA tercatat tidak mengalami perubahan pangsa yakni tetap sebesar 0,49 persen.

Grafik 1.14

Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan

0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 4 5 5 0

T w . I 2 0 0 7 T w . I I 2 0 0 7 T w . I I I 2 0 0 7

T w . I V 2 0 0 7

T w . I 2 0 0 8

pers

e

n

P r i m e r S e k u n d e r T e r s i e r


(1)

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008

102

Namun demikian, kondisi iklim pada masa sekarang yang sulit diprediksi sebagai

dampak dari pemanasan global harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak.

Dengan asumsi bahw a kondisi iklim pada triw ulan III 2008 tidak terlalu jauh berbeda

dengan kondisi tahun sebelumnya serta sesuai dengan karakteristik siklikal pertumbuhan

ekonomi Sumsel, pertumbuhan ekonomi Sumsel pada Tw -III diperkirakan akan tumbuh

positif.

Berdasarkan proyeksi dan mempertimbangkan kondisi ekonomi terkini,

diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triw ulan III 2008 akan berada pada

kisaran 3,52

±

0,5 persen atau secara triw ulanan (qtq) diperkirakan tumbuh sebesar 4,37

±

0,5 persen. Angka proyeksi pertumbuhan triw ulanan didasarkan pada beberapa asumsi

yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang semakin besar, meningkatnya pendapatan

masyarakat terkait rapel gaji PNS di bulan Juli w alaupun masih dipengaruhi oleh tingginya

harga barang dan jasa domestik menjelang Idul Fitri.

7.2. Inflasi

M empertimbangkan kondisi perekonomian terkini dan pergerakan harga barang dan jasa,

perkembangan inflasi pada triw ulan mendatang diperkirakan akan berada pada level yang

moderat dan meningkat terkait dengan masih terasanya dampak kenaikan BBM dan

menjelang bulan Ramadhan. Tekanan inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok

bahan makanan, kelompok makanan jadi, serta kelompok sandang. Kelompok bahan

makanan diperkirakan masih tetap menjadi pemicu inflasi terkait dengan kenaikan harga

beberapa komoditas pangan seperti beras, kedelai, tepung terigu, serta minyak goreng

meskipun kenaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan pada Tw -II.

Inflasi tahunan pada triw ulan III 2008 diproyeksikan masih berada pada level double

digit

. Hal yang masih perlu diw aspadai hingga saat ini adalah ketersediaan pasokan barang

dan jasa, faktor distribusi, dan lonjakan permintaan terhadap komoditas tertentu.

Berdasarkan proyeksi dan dengan mempertimbangkan perkembangan harga serta

determinan utama inflasi di Sumatera Selatan, maka tekanan inflasi triw ulanan (qtq)

diperkirakan akan mencapai 4,90

±

0,5 persen.


(2)

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 103

Grafik 7.1

Perbandingan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Persentase

Responden Yang M emperkirakan Peningkatan Harga 3 Bulan Yang Akan Datang

0 20 40 60 80 100 120 140

Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni

2007 2008

Inde

k

s

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pe

rs

e

n

IEK % responden yg memperkirakan peningkatan harga di 3 bulan mendatang

7.3. Perbankan

Berdasarkan rencana bisnis perbankan, kinerja perbankan pada Tw -III diperkirakan akan

mengalami peningkatan baik dari penghimpunan dana pihak ketiga maupun penyaluran

kredit.

Hasil Survei Kredit Perbankan yang dilakukan di Sumatera Selatan mengkonfirmasi

hal tersebut. Permintaan kredit pada triw ulan mendatang diperkirakan akan meningkat

meskipun masih dalam kisaran yang tidak terlalu tinggi (1-10 persen). Berdasarkan jenis

penggunaannya, mayoritas kredit/pembiayaan terutama masih ditujukan untuk modal kerja,

diikuti dengan konsumsi dan investasi. Peluang penyaluran kredit masih terbuka, dan

diperkirakan akan terus meningkat terkait dengan peningkatan permintaan masyarakat.

Selain penyaluran kredit, penghimpunan dana pihak ketiga melalui giro, deposito

dan tabungan juga diperkirakan akan meningkat pada kisaran 1–10 persen. M eningkatnya

BI Rate

sebagai acuan penetapan suku bunga perbankan diperkirakan sebagai salah satu

faktor penyebabnya. Dana pihak ketiga diperkirakan akan didominasi tabungan, diikuti

deposito dan giro. Selain pelayanan yang ditaw arkan dalam penghimpunan dana dan

penyaluran kredit, fasilitas jasa perbankan yang ditaw arkan, inovasi produk dan layanan

berbasis teknologi diharapkan akan meningkatkan kinerja penghimpunan dana oleh

perbankan ditengah persaingan dengan produk sekuritas dan alternatif investasi lain. Selain

itu, tingkat suku bunga yang semakin rendah dan promosi dan layanan yang diberikan

diharapkan akan meningkatkan penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan.


(3)

Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008

104

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank


(4)

DAFTAR ISTILAH

M tm M onth to mont h. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya

Qtq Quarter to quart er perbandingan antara data satu triw ulan dengan triw ulan sebelumnya

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya Share Of Grow t h Kontribusi suat u sektor ekonomi terhadap total pert umbuhan PDRB

Investasi Kegiatan meningkat kan nilai t ambah suat u kegiat an suatu kegiat an produksi melalui peningkatan

modal Sektor ekonomi

dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembent ukan PDRB secara keseluruhan

M igas M inyak dan Gas. M erupakan kelompok sektor indust ri yang mencakup industri minyak dan gas

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Share effect Kontribusi pangsa sektor atau subsekt or terhadap total PDRB Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode t ert entu

Indeks Kondisi Ekonomi Salah sat u pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah sat u pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapat an yang diperoleh dari akt ifitas ekonomi suat u daerah seperti hasil pajak daerah, ret ribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

Dana Perimbangan Sumber pendapat an daerah yang berasal dari APBN unt uk mendukung pelaksanaan kew enangan

pemerint ah daerah dalam mencapai t ujuan pemberian ot onomi daerah. Indeks Pembangunan

M anusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualit as hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan t ahunan pemerintah daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan diset ujui bersama oleh pemerint ah daerah dan DPR, dan ditet apkan dengan perat uran daerah

Andil inf lasi Sumbangan perkembangan harga suat u komodit as/kelompok barang/kota terhadap tingkat inf lasi secara keseluruhan

Bobot inf lasi Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap t ingkat inf lasi secara keseluruhan, yang diperhit ungkan dengan melihat t ingkat konsumsi masyarakat terhadap komodit as tersebut

Ekspor Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu w ilayah/daerah baik yang bersif at komersil mau

Impor Seluruh barang yang masuk suatu w ilayah/daerah baik yang bersif at komersil maupun bukan


(5)

PDRB at as dasar harga berlaku

Penjumlahan nilai t ambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yait u gaji, bunga, sew a t anah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian

PDRB at as dasar harga konstan

M erupakan perhit ungan PDRB yang didasarkan at as produk yang dihasilkan menggunakan harga t ahun tertentu sebagai dasar perhitungannya

Bank Pemerintah Bank-bank yang sebelum program rekapit alisasi merupakan bank milik pemerintah (persero)

yait u t erdiri dari bank M andiri, BNI, BTN dan BRI Dana Pihak Ketiga

(DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, t abungan, dan deposito

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Rasio ant ara kredit yang diberikan oleh perbankan t erhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun

Cash inflow s Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam

periode tertentu

Cash Outflow s Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode t ert entu

Net Cashflow s Selisih bersih ant ara jumlah cash inf low s dan cash out flow s pada periode yang sama terdiri dari Net cash Out flow s bila terjadi cash outf low s lebih tinggi dibandingkan cash inflow s, dan Net cash inf low s bila terjadi sebaliknya

Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan

penghasilan/pendapat an bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tert imbang M enurut Resiko (ATM R)

Pembobotan t erhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. M isalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan

Kualit as Kredit Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debit ur dan kelancaran pembayaran

bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yait u lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan M acet

Capit al Adequacy Ratio (CAR)

Rasio ant ara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Akt iva Tertimbang M enurut Resiko (ATM R)

Financing to Deposit Rat io (FDR)

Rasio ant ara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional

Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan t erus menerus (persistent)

Kliring Pert ukaran w arkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) ant ar peserta kliring baik atas nama peserta maupun at as nama nasabah peserta yang perhit ungannya diselesaikan pada w akt u tertent u

Kliring Debet Kegiatan kliring unt uk t ransfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian f isik

w arkat debet seperti cek, bilyet giro, not a debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai

penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sist em Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) unt uk diperhitungkan secara nasional


(6)

Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)

Kredit at au pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Suat u pencadangan unt uk mengantisipasi kerugia yang mungkin t imbul dari tidak t ertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit . Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP unt uk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (set elah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit M acet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari tot sl kredit macet (set elah dikurangi agunan)

Rasio Non Perf orming Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap t otal kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.

Rasio Non Perf orming Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang t ergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Akt iva Produkt if (PPAP), terhadap total kredit

Sist em Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perint ah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sist em Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.