Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang

Perkembangan Inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 46 Dibandingkan dengan pola inflasi nasional secara bulanan, pola inflasi bulanan kota Palembang memiliki tendensi pergerakan yang hampir sama dengan tingkat inflasi kota Palembang yang selalu lebih tinggi kecuali pada bulan Januari dan Februari. Kenaikan harga kedelai yang terjadi sekitar bulan Januari-Februari sangat berpengaruh dalam menyumbang inflasi secara nasional sehingga menyebabkan inflasi nasional lebih tinggi dari inflasi kota Palembang. Grafik 2.11 Perbandingan Inflasi Bulanan mtm Palembang dan Nasional Tahun 2007-2008 persen 1 2 3 4 J u n J u l A g s S e p O k t N o v D e s J a n F e b M a r A p r M e i J u n 2 0 0 7 2 0 0 8 P a l e m b a n g N a s i o n a l Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan Tahun Dasar 2007 = 100

2.3. Pemantauan Harga oleh Bank Indonesia Palembang

Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga SPH yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang secara mingguan pada beberapa pasar di Kota Palembang terdapat tendensi kenaikan harga yang secara rata-rata meningkat sebesar 20,85 persen. Harga minyak goreng yang pada triw ulan I 2008 sempat menunjukkan gejala penurunan, ternyata pada akhir triw ulan II 2008 ini bulan Juni 2008 kembali menunjukkan peningkatan dan mencapai kisaran harga Rp13.000kg. Grafik 2.12 Perkembangan Harga M inyak Goreng Berdasarkan SPH di Palembang Rp Kg - 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 Ju n Ju l A g u st S e p t O k t N o v D e s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n 2007 2008 Rp Kg Sumber : SPH KBI Palembang Perkembangan inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 47 M eningkatnya kembali harga minyak goreng tersebut terkait dengan kenaikan harga CPO di pasar internasional. Berdasarkan data dari Bloomberg, pada bulan Juni 2008 rata-rata harga CPO dunia mencapai USD1.103,98metrik ton atau meningkat 43,65 persen dibandingkan bulan Juni 2007 yang tercatat sebesar USD768,51metrik ton. Secara umum, pergerakan rata-rata harga beras di Palembang menunjukkan trend sedikit meningkat dibandingkan triw ulan sebelumnya. Hal tersebut terkait dengan masa panen yang terjadi pada beberapa sentra beras pada Tw -I, meskipun selama Tw -II sendiri terjadi panen gadu panen ke-2 di beberapa w ilayah sentra beras Sumsel namun hal tersebut tidak sebanyak ketika panen raya. Rata-rata harga beras pada bulan Juni 2008 meningkat sebesar 7,79 persen dibandingkan bulan M aret 2008. Berdasarkan jenis beras, beras Rojolele mengalami peningkatan harga paling tinggi yakni sebesar 9,03 persen dibandingkan rata-rata harga pada bulan M aret 2008. Sementara itu, harga beras IR 64 II meningkat sebesar 4,09 persen, beras Cianjur Kepala meningkat sebesar 3,80 persen, dan harga beras IR 64 I meningkat sebesar 1,55 persen. Grafik 2.13 Perkembangan Harga Beras Berdasarkan SPH di Palembang Rp Kg - 1 ,0 0 0 2 ,0 0 0 3 ,0 0 0 4 ,0 0 0 5 ,0 0 0 6 ,0 0 0 7 ,0 0 0 8 ,0 0 0 9 ,0 0 0 1 0 ,0 0 0 Ju n Ju l A g u st S e p t O k t N o v D e s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n 2 0 0 7 2 0 0 8 Rp K g Ra ta - ra ta IR 64 I IR 64 II Ro jole le Cian ju r K e p ala Sumber : SPH KBI Palembang Perkembangan Inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 48 Grafik 2.14 Pergerakan Harga Beras di Pasar Cinde dan Lemabang Rupiah Kg Harga beberapa komoditas lainnya, seperti harga daging sapi dan emas memperlihatkan tendensi penurunan. Hal tersebut cenderung dipengaruhi oleh kondisi pasokan yang dinilai mencukupi. Selain itu melemahnya permintaan dari konsumen memaksa beberapa pedagang emas untuk sedikit menurunkan harga jualnya. Hal yang bertolak belakang terjadi pada harga minyak goreng yang cenderung meningkat. Permintaan yang tinggi terhadap minyak goreng disinyalir dimanfaatkan oleh beberapa pedagang untuk mengambil untung dengan cara menaikkan harga jualnya. Grafik 2.15 Pergerakan Harga M inyak Goreng di Pasar Cinde dan Lemabang Rupiah Kg Pasar Cinde - 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 Ju n Ju l A g u st S e p t O k t N o v D e s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n 2007 2008 Sumber : SPH KBI Palembang Pasar Lemabang - 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 Ju n Ju l A g u st S e p t O k t N o v D e s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n 2007 2008 Sumber : SPH KBI Palembang Pasar Cinde - 2 , 0 0 0 4 , 0 0 0 6 , 0 0 0 8 , 0 0 0 1 0 , 0 0 0 1 2 , 0 0 0 1 4 , 0 0 0 Ju n Ju l A g u st S e p t O k t N o v D e s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n 2 0 0 7 2 0 0 8 Sumber : SPH KBI Palembang Pasar Lemabang - 2 , 0 0 0 4 , 0 0 0 6 , 0 0 0 8 , 0 0 0 1 0 , 0 0 0 1 2 , 0 0 0 1 4 , 0 0 0 1 6 , 0 0 0 Ju n Ju l A g u st S e p t O k t N o v D e s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n 2 0 0 7 2 0 0 8 Sumber : SPH KBI Palembang Perkembangan inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 49 Grafik 2.16 Pergerakan Harga Daging Sapi di Pasar Cinde dan Lemabang Rupiah kg Grafik 2.17 Pergerakan Harga Emas di Pasar Cinde dan Lemabang Rupiah gram Hasil pemantauan harga yang dilakukan oleh KBI Palembang secara independen melalui Survei Pemantauan Harga SPH Kota Palembang menunjukkan perkembangan harga yang tidak jauh berbeda dengan hasil survei inflasi yang dilakukan secara bulanan oleh BPS. Hal ini menunjukkan bahw a hasil SPH Kota Palembang dapat dijadikan salah satu barometer dalam melihat perkembangan inflasi di kota Palembang. Pasar Cinde 43,000 44,000 45,000 46,000 47,000 48,000 49,000 50,000 51,000 Ju n Ju l Ag u s t Se p t Ok t No v De s Ja n Feb Ma r Ap r Me i Ju n 2007 2008 Sumber : SPH KBI Palembang Pasar Lemabang - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 Ju n Ju l A gus t S ept Ok t No v De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n 2007 2008 Sumber : SPH KBI Palembang Pasar Lemabang - 5 0 , 0 0 0 1 0 0 , 0 0 0 1 5 0 , 0 0 0 2 0 0 , 0 0 0 2 5 0 , 0 0 0 Ju n Ju l A g u st S e p t O k t N o v D e s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n 2 0 0 7 2 0 0 8 Sumber : SPH KBI Palembang Pasar Cinde - 50,0 00 100,0 00 150,0 00 200,0 00 250,0 00 Ju n Ju l A g u st S e p t O k t N o v D e s Ja n F e b M a r A p r M e i Ju n 2007 2 008 Sumber : SPH KBI Palembang Perkembangan Inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 50 Grafik 2.18 Pergerakan Inflasi Bulanan dan Tingkat Harga Sesuai SPH di Kota Palembang Juni 2007 – Juni 2008 1 2 3 4 Ju n Ju l A gus t Se p t Ok t No v De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n 2007 2008 Pe rs e n 25 20 15 10 5 - 5 10 15 20 Pe rs e n Inflasi BPS, Bulanan Axis Kiri Inflasi SPH, Bulanan Axis Kanan Keterangan : Data dan informasi diolah dari BPS Propinsi Sumsel dan SPH Bank Indonesia Palembang Tahun Dasar 2007 = 100 Perkembangan inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 51 RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOM ODITAS-KOM ODITAS PENYUM BANG INFLASI PALEM BANG DAN PROSES PEM BENTUKAN HARGANYA Bank Indonesia Palembang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Selatan melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang M empengaruhi Inflasi Kota Palembang. Penelitian tersebut bertujuan untuk : i mengetahui komoditas-komoditas penyumbang inflasi kota Palembang, dan ii mengetahui pola pembentukan harga-harga komoditas penyumbang inflasi. Penelitian melibatkan 57 responden yang meliputi produsen, pedagang besar, dan pedagang eceran di Kota Palembang dan daerah sentra produksi beras. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahw a terdapat 20 besar komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pembentukan inflasi kota Palembang sebagaimana pada Tabel 1. Perhitungan sumbangan masing- masing komoditas terhadap inflasi didasarkan pada nilai konsumsi per bulan masing-masing komoditas, kemudian dari tabel tersebut dilakukan judgement untuk menentukan tiga komoditas yang perlu didalami proses pembentukan harganya. Penentuan tiga komoditas tersebut juga mempertimbangkan karakteristik komoditas bagi Palembang. Hasil judgement menghasilkan tiga barang yakni beras, minyak goreng, dan tepung terigu. Kenapa beras atau minyak goreng dan tepung terigu? Selain berdasarkan bobot sumbangannya, dimasukkannya beras sebagai komoditas yang akan didalami proses pembentukan harganya adalah didasarkan pada sifat beras sebagai bahan makanan pokok yang tidak mempunyai substitusi. Pemilihan minyak goreng didasarkan pada pertimbangan bahw a komoditas tersebut juga merupakan kebutuhan pokok dan tidak ada barang Tabel 1 Komoditas Penyumbang Inflasi Palembang Periode 2007 Perubahan Harga Sumbangan Inflasi 1 M in y ak Go ren g 51.10 2.37 1.21 2 Dag in g A y am Ras 46.44 1.98 0.92 3 M ie 30.36 1.78 0.54 4 Em as Perh i asan 39.39 1.27 0.50 5 Ro t i M an is 60.71 0.69 0.42 6 Em p ek -Em p ek 24.44 1.62 0.40 7 Tari f SLTA 55.03 0.64 0.35 8 Telu r A y am Ras 31.67 0.98 0.31 9 Baw an g M erah 44.06 0.68 0.30 10 Beras 5.19 5.53 0.29 11 Ro k o k Kret ek Filt er 11.29 2.45 0.28 12 Tah u M en t ah 28.57 0.95 0.27 13 Bay am 97.03 0.27 0.26 14 Sem en 34.04 0.73 0.25 15 Ik an Gab u s 34.87 0.63 0.22 16 Tari p A ir M in u m 21.08 1.04 0.22 17 Tep u n g Terig u 44.81 0.38 0.17 18 Tem p e 15.63 0.95 0.15 19 Jer u k 38.62 0.37 0.14 20 Ro k o k Kret ek 9.17 1.46 0.13 No. Komoditi Bobot Komoditas Suplemen 3 Perkembangan Inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 52 substitusi yang lebih murah. Pertimbangan serupa juga dilakukan pada tepung terigu. Selain tentunya sebagai barang kebutuhan pokok dan tidak ada barang substitusi, tepung terigu juga merupakan bahan baku dari berbagai makanan khas Palembang, antara lain, empek-empek, tekw an, model, serta bahan baku panganan lain, misalnya roti, mie instan, dan mie basah. Secara empiris, setidaknya dalam setahun terakhir, khususnya harga minyak goreng dan tepung terigu, mengalami peningkatan yang persisten dari w aktu ke w aktu. Sebagaimana dideskripsikan pada Grafik 1 terlihat bahw a pada aw al tahun 2007, harga minyak goreng curah sebesar Rp6.490 per kg, kemudian terus mengalami peningkatan dan pada akhir tahun telah mencapai Rp8.650 per kg. Hal yang sama juga terjadi pada harga tepung terigu merk Segitiga Biru lihat Grafik 2. Pemilihan tepung terigu Segitiga Biru dengan pertimbangan bahw a merk tersebut merupakan merk tepung terigu yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat kota Palembang. Pada aw al tahun 2007 harga tepung terigu sebesar Rp4.500 per Kg, sedangkan di akhir tahun sudah mencapai Rp5.910 per Kg. Kenaikan harga tepung terigu juga tidak lepas dari perkembangan harga tepung terigu di pasar internasional yang sempat mengalami eskalasi pada tahun lalu. Sementara itu, fluktuasi dari harga beras di Palembang sangat dipengaruhi oleh faktor musiman atau siklus produksi beras. Grafik 2 Perkembangan Harga Tepung Terigu Tahun 2007 4.500 4.5004.500 4.500 4.500 4.500 4.525 4.775 5.206 5.438 5.500 5.910 4.000 4.200 4.400 4.600 4.800 5.000 5.200 5.400 5.600 5.800 6.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Rp . Grafik 3 Perkembangan Harga Beras Tahun 2007 5.356 5.332 5.629 4.9094.9154.9184.896 4.953 5.169 5.219 5.185 5.471 4.000 4.200 4.400 4.600 4.800 5.000 5.200 5.400 5.600 5.800 6.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Rp . Grafik 1 Perkembangan Harga M inyak Goreng Curah, 2007 8.650 8.565 8.500 8.592 8.808 8.107 8.598 7.883 7.324 6.350 6.490 6.400 6.000 6.500 7.000 7.500 8.000 8.500 9.000 9.500 10.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan R p . Perkembangan inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 53 Pada penelitian ini, pembentukan harga beras dibagi menjadi tiga kerangka w aktu yakni pada saat: i panen, ii normal, dan iii paceklik. Pada grafik 3 terlihat bahw a harga beras mengikuti tiga kerangka w aktu dimaksud. Harga beras yang dihitung merupakan harga beras rata-rata dari berbagai merk yakni: i selancar, ii sepat siam, iii patin, iv dew i, v topi koki, vi arjuna, dan vii arjuna. Secara empiris, harga beras tertinggi terjadi berkisar pada triw ulan I, kemudian menurun pada triw ulan II dan III. Setelah itu, harga beras kembali meningkat pada triw ulan IV sehubungan peningkatan permintaan sehubungan dengan bulan puasa dan hari besar keagamaan di samping terjadi musim kemarau. Pembentukan Harga Beras, M inyak Goreng, dan Tepung Terigu Penelitian menemukan bahw a terdapat 6 komponen pembentuk harga di komoditas beras masing-masing sebagai berikut: i modal untuk pembelian beras, ii transpor, iii tenaga kerja, iv kemasan, v biaya lain-lain, dan vi keuntungan. Selain dibedakan berdasarkan kerangka w aktu, pembentukan harga juga dikelompokkan dalam tiga golongan yakni : i produsen, ii pedagang besar, dan iii pedagang eceran. Pada tingkat produsen, sebagian besar harga dibentuk oleh pengeluaran untuk bahan baku, yakni bibit, pupuk, dan saprodi lainnya yang secara persentase jumlahnya mencapai 86.78 persen untuk setiap kilogramnya. Angka tersebut merupakan angka rata-rata persentase di tiga periode panen, normal, dan paceklik. Rata-rata margin keuntungan di tingkat produsen sebesar 9,03 persen. Sementara itu, komponen pembentuk harga lainnya transpor, tenaga kerja, kemasan, biaya lain-lain relatif rendah yakni berkisar 0,65 persen sd. 1,74 persen lihat Tabel 2. Di tingkat produsen, besaran persentase komponen harga tidak jauh berbeda, dimana rata-rata komposisi modal untuk pembelian komoditi juga merupakan yang terbesar 90,87 persen. Besarnya margin keuntungan rata-rata 5,33 persen. Di tingkat pedagang eceran pun tidak jauh berbeda, hanya komponen pembelian komoditi yang terbesar, sedangkan keuntungan hanya 6,39 persen. Komponen pembentukan harga pada w aktu paceklik, bahan baku dan modal pembelian komoditas merupakan komponen terbesar, baik di sisi produsen, Perkembangan Inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 54 pedagang besar, serta pedagang eceran. Selain itu, margin keuntungan pun terendah di saat musim paceklik bagi pedagang eceran dan pedagang besar. Pembentukan harga minyak goreng curah dikelompokkan pada tiga golongan yakni: i pedagang eceran, ii pedagang besar, dan iii produsen lihat Tabel 3. M odal pembelian komoditas dan bahan baku di masing-masing kategori pelaku usaha merupakan komponen terbesar dalam pembentukan harga. Alokasi untuk keuntungan secara rata-rata di baw ah 10 persen, 0,51 persen untuk produsen, 2,74 persen untuk pedagang besar, dan 6,32 persen untuk pedagang eceran. Sementara itu, untuk komponen-komponen lainnya relatif rendah. Pola pembentukan harga untuk komoditas tepung terigu di Kota Palembang juga tidak berbeda dengan dua komoditas lainnya. Namun pelaku usaha yang terkait hanya meliputi dua yakni: i pedagang eceran dan ii pedagang besar. Hal ini dikarenakan tidak terdapatnya produsen tepung terigu di Sumatera Selatan. M odal pembelian komoditas merupakan komponen terbesar dalam pembentukan harga terigu atau berada dalam kisaran 91,02 sd. 93,42 persen, sedangkan untuk keuntungan masing-masing mencapai 3,86 persen untuk pedagang besar dan 6,61 Tabel 2 Pola Pembentukan Harga Beras Pada Tingkat Produsen di Propinsi Sumatera Selatan dalam per Kg Periode M usim Variabel Pembentuk Harga Panen Normal Paceklik Rata- Rata 1 2 3 4 5 Bahan Baku 84,81 88,14 87,39 86,78 Transport 0,88 0,80 0,69 0,79 Tenaga Kerja 1,47 1,82 1,92 1,74 Kemasan 0,68 0,66 0,62 0,65 Biaya lain-lain 1,13 1,08 0,81 1,01 Keuntungan 11,03 7,50 8,57 9,03 JUM LAH 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008 Tabel 3 Pola Pembentukan Harga M inyak Goreng Curah di Kota Palembang dalam per Kg Kategori Variabel Pembentuk Harga Pedagang Eceran Pedagang Besar Produsen 1 2 3 4 M odal Pembelian Komoditi 92,17 93,65 91,25 Transport 0,03 1,98 2,24 Tenaga Kerja 0,69 0,20 0,49 Kemasan 0,56 0,04 Biaya lain-lain 0,25 1,41 5,52 Keuntungan 6,32 2,74 0,51 JUM LAH 100,00 100,00 100,00 Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008 M odal Pembelian Komoditi = Bahan Baku untuk tingkat Produsen termasuk dalam biaya lain-lain Perkembangan inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 55 persen pedagang eceran. Komponen-komponen pembentuk harga lainnya berada di baw ah 2 persen. Untuk ketiga komoditas, biaya-biaya lain antara lain meliputi sew a gudang, jasa keamanan, retribusi, dan termasuk pungutan- pengutan tidak resmi lainnya. Implikasi dan Rekomendasi Kebijakan Hasil penelitian tersebut setidaknya telah menjadi langkah untuk kita membedah proses pembentukan harga komoditas yang mempunyai sumbangan strategis terhadap inflasi kota Palembang. Stabilisasi harga beras pada level yang w ajar, sebagai contoh, perlu dilakukan melalui upaya peningkatan produksi dan mekanisme tata niaga yang efektif. Saat ini biaya produksi petani masih cukup tinggi, hal tersebut dapat menjadi obyek kajian bagaimana petani-petani di Sumsel mendapatkan bibit, pupuk, BBM , dan saprodi lainnya. Berdasarkan survei-survei terpisah, para petani padi di Sumsel saat ini tengah menghadapi masalah kenaikan harga pupuk, BBM untuk traktor, kenaikan biaya tenaga kerja, kenaikan harga saprodi. Selain itu, di beberapa sentra produksi terdapat pula permasalahan serangan hama tikus dan tungro, demikian pula kasus pupuk oplosan dan bibit palsu. Saat ini mekanisme tata niaga belum sepenuhnya berjalan optimal, berdasarkan informasi dari para petani di sentra produksi, sebagian besar petani sudah terjerat oleh ijon dan hasil panen petani sebagian besar di jual kepada pedagang beras dari luar Sumsel. Hal tersebut menyebabkan pasokan beras untuk Sumsel berkurang. Kekurangan pasokan tentunya berpotensi meningkatkan harga. Dalam hal ini kebijakan stok pangan di Sumsel dalam memenuhi kebutuhan perlu ditinjau kembali. Untuk komoditas tepung terigu dan minyak goreng, kebijakan yang dapat diambil adalah pengkajian kembali kebijakan operasi pasar. Hal lain yang perlu dilakukan adalah pemberantasan pungutan liar di sepanjang titik distribusi. Selanjutnya, sebagai tahapan pendalaman, tentunya diperlukan penelitian lanjutan ke depan yang bertujuan untuk mengetahui interregional inflation untuk melihat lebih detail sumber tekanan inflasi. Tabel 4 Pola Pembentukan Harga Tepung Segitiga Biru di Kota Palembang dalam Kategori Variabel Pembentuk Harga Pedagang Eceran Pedagang Besar 1 2 3 M odal Pembelian Komoditi 91,02 93,42 Transport 0,04 0,95 Tenaga Kerja 0,24 1,55 Kemasan 1,45 0,00 Biaya lain-lain 0,66 0,23 Keuntungan 6,61 3,86 JUM LAH 100,00 100,00 Sumber : Penelitian BI Palembang dan BPS Prop. Sumsel, 2008 Perkembangan Inflasi Palembang Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 56 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Perkembangan Perbankan Daerah Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triw ulan II 2008 57

3.1. Kondisi Umum