Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa D III

(1)

commit to user

i

DAN PERSEPSI TENTANG KEPEMIMPINAN INSTITUSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA D III KEBIDANAN STIKES

NURUL JADID PROBOLINGGO DIBANDINGKAN DENGAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh :

Retno Palupi Yonni Siwi NIM S541002026

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii


(3)

commit to user

iii


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, peneliti : Nama : Retno Palupi Yonni Siwi NIM : S541002026

Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid

Probolinggo di

-benar karya peneliti. Hal-hal yang bukan karya peneliti sendiri di dalam tesis ini telah diberi citasi dan dirujuk dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, 9 Juni 2011 Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya peneliti

Belajar, Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan

salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya tesis ini, berkat bimbingan, bantuan dan kerjasama serta dorongan berbagai pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segala hormat peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Rovik Karsidi, Ms, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Prof. Drs. Suranto, MSc, PhD selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, M.Kes, MM, PAK selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. P. Murdani K, dr, MHPEd, selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan Prodi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Prof. Dr. Bhisma Murti, dr, MPH, M.Sc, PhD, selaku pembimbing I yang selalu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyelesaian tesis ini.

6. Jarot Subandono, dr, M.Kes, selaku pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.


(6)

commit to user

vi

7. Hefniy Razaq, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nurul Jadid Probolinggo yang telah membimbing dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di STIKES Nurul Jadid Probolinggo.

8. Henik Istikhomah, SST, selaku Direktur Akade

Ulum Surakarta yang telah membimbing dan memberikan izin untuk melakukan

9. Pihak perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu menyediakan buku-buku atau sumber-sumber bagi peneliti demi terselesaikannya tesis ini.

10. Mahasiswa D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nurul Jadid

bersedia menjadi responden.

11. Ayah, ibu, adik dan nenek yang sangat saya sayangi dan saya cintai, yang selalu

12. Teman-teman yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan tesis ini.

13. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang telah membantu terselesaikannya tesis ini.

Peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tesis selanjutnya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Juni 2011


(7)

commit to user

vii ABSTRAK

Retno Palupi Yonni Siwi. S541002026. Pengaruh Persepsi tentang Lingkungan Belajar, Motivasi dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo Dibandingkan dengan Tesis. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Latar Belakang : Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain lingkungan belajar, motivasi, bakat, intelegensi, dan sikap. Selain itu, kepemimpinan institusi juga merupakan faktor penting penentu keberhasilan atau kegagalan prestasi belajar mahasiswa.

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan.

Desain Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Sampel sebesar 41 mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Surakarta yang dipilih secara exhaustive sampling. Variabel bebas pada penelitian ini adalah persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi. Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar. Data dikumpulkan dengan tiga kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitas, dengan korelasi item-total > 0,20 dan Alpha Cronbach > 0,60. Data dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi linier ganda.

Hasil : Hasil analisis menunjukkan terdapat pengaruh yang secara statistik signifikan antara persepsi tentang lingkungan belajar (b = 0.13; p = 0.009), motivasi (b = 0.01; p = 0.001), dan persepsi tentang kepemimpinan institusi (b = 0.01; p < 0.001) terhadap prestasi belajar.

Simpulan : Lingkungan belajar yang kondusif, motivasi belajar yang tinggi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi yang efektif dapat meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Disarankan kepada semua pihak untuk berperan aktif dalam pendidikan peserta didik demi meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Kata kunci : persepsi, lingkungan belajar, motivasi belajar, kepemimpinan institusi, prestasi belajar.


(8)

commit to user

viii ABSTRACT

Retno Palupi Yonni Siwi. S541002026. The Effect of Perceived Learning Environment, Motivation and Perceived Institutional Leadership on Academic Achievement among Midwifery Diploma Students at Undergraduate Health Science Program Nurul Jadid Probolinggo Compared with Midwifery Academy of Mamba'ul Ulum Surakarta. Thesis. Masters Program in Family Medicine. Post Graduate Program of Sebelas Maret University of Surakarta. 2011.

Background : The factors that affecting learning achievement are learning environments, motivation, talent, intelligence, and attitude. In addition, institutional leadership is also an important factor determining the success or failure of students' academic achievement.

Goals : This study aims to analysis the effect of perceived learning environment, motivation and perceived institutional leadership on academic achievement of Midwifery Diploma Students.

Method : This was an analytic observational study with cross sectional design. A sample of 41 of Midwifery Diploma Students at Undergraduate Health Science Program Nurul Jadid Probolinggo and 54 of Midwifery Diploma Students Academy of Mamba'ul Ulum Surakarta were selected by exhaustive sampling. The independent variables understudy were perceived learning environment, motivation and the perceived institution leadership. The dependent variable was academic achievement. The data were collected by three closed questionnaires pre-tested for its validity and reliability, with item-total correlations > 0.20 and Cronbach Alpha > 0.60. The data were analyzed using multiple linear regression analysis model.

Result : The results showed there was a statistically significant effect of perceived learning environment (b = 0.13, p = 0009), motivation (b = 0.01, p = 0.001), and perceived institutional leadership (b = 0.01, p < 0.001) on academic achievement . Conclusion : Conducive learning environment, high learning motivation and perceived institutional leadership can improve student academic achievement. It is suggested that all parties actively participate in the students education to improve students academic achievement.

Keywords: perceived, learning environment, learning motivation, institutional leadership, academic achievement.


(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 7

1. Konsep persepsi ... 7

2. Konsep lingkungan belajar ... 12


(10)

commit to user

x

Halaman

4. Konsep kepemimpinan institusi ... 45

5. Konsep belajar ... 61

6. Konsep prestasi ... 68

7. Konsep pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar ... 76

B. Penelitian yang Relevan ... 77

C. Kerangka Berpikir ... 79

D. Hipotesis Penelitian ... 79

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 80

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 80

C.Populasi, Sampel, dan Teknik Memilih Sampel ... 80

D.Variabel Penelitian ... 81

E.Definisi Operasional ... 81

F. Instrumen Penelitian ... 83

G.Metode Pengumpulan Data ... 85

H.Prosedur Pengolahan Data ... 86

I. Teknik Analisis Data ... 87

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 90


(11)

commit to user

xi

Halaman

C. Pembahasan ... 94

D. Keterbatasan Penelitian ... 98

BAB V PENUTUP A.Simpulan ... 99

B.Implikasi ... 100

C.Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN


(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 79 Gambar 4.1 Korelasi antara Persepsi tentang Lingkungan Belajar dan

Prestasi Belajar Mahasiswa ... 93 Gambar 4.2 Korelasi antara Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar

Mahasiswa ... 93 Gambar 4.3 Korelasi antara Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi


(13)

commit to user

xiii DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi tentang

Lingkungan Belajar ... 83 Tabel 3.2 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Motivasi Belajar ... 84 Tabel 3.3 Hasil Tes Reliabilitas Instrumen Persepsi tentang

Kepemimpinan Institusi ... 85 Tabel 3.4 Kategori Pemberian Skor ... 86 Tabel 3.5 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Positif

mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar,

Motivasi, dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi ... 87 Tabel 3.6 Pemberian Skor untuk Pernyataan dengan Kriteria Positif

mengenai Persepsi tentang Lingkungan Belajar,


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Rangkaian Penelitian Tahun 2011 Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 3 Surat Balasan Pemberian Ijin Penelitian Lampiran 4 Surat Keterangan telah Mengadakan Penelitian Lampiran 5 Pernyataan Kesediaan menjadi Responden Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Sebelum Uji Coba

Lampiran 7 Kuesioner Persepsi tentang Lingkungan Belajar Sebelum Uji Coba Lampiran 8 Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum Uji Coba

Lampiran 9 Kuesioner Persepsi tentang Kepemimpinan Instititusi Sebelum Uji Coba Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Setelah Uji Coba

Lampiran 11 Kuesioner Persepsi tentang Lingkungan Belajar Setelah Uji Coba Lampiran 12 Kuesioner Motivasi Belajar Setelah Uji Coba

Lampiran 13 Kuesioner Persepsi tentang Kepemimpinan Instititusi Setelah Uji Coba Lampiran 14 Hasil Uji T-Test dan Analisis Regresi Linier Ganda


(15)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu pada individu-individu guna mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan juga merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut diperlukan sebagai bekal dalam rangka menyongsong datangnya era global dan pasar bebas yang penuh dengan persaingan. Banyak faktor penyebab dari munculnya permasalahan pembelajaran. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti tingkat intelegensi dan kepribadian. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar diri siswa, seperti faktor lingkungan, metode mengajar dan sistem evaluasi (Hadikusumo, 1996).

Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Prestasi belajar juga dapat digunakan sebagai indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar.


(16)

commit to user

Lingkungan merupakan salah satu faktor ekstern yang ikut menentukan keberhasilan dan kegagalan siswa dalam belajar (Syakira, 2009).

Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan yang ada dalam dirinya. Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, baik bagi tenaga pendidik maupun peserta didik. Bagi tenaga pendidik, mengetahui motivasi belajar dari mahasiswa sangat penting guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa, motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga mahasiswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar (Uno, 2008).

Lingkungan adalah segala yang terdapat di sekitar mahkluk hidup, baik yang bersifat biotik dan abiotik yang selalu berinteraksi secara timbal balik. Di dalam lingkungan anak tumbuh dan berkembang serta memperoleh pendidikan secara bertahap hingga membentuk pribadi yang dewasa. Baik buruknya lingkungan di sekitar anak (mahasiswa) merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan jiwa dan keberhasilan prestasi belajar anak (mahasiswa). Lingkungan tersebut adalah lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Lingkungan yang kondusif, mendorong mahasiswa untuk belajar secara sungguh-sungguh sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Begitu juga sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif akan menurunkan motivasi


(17)

commit to user

mahasiswa untuk belajar sehingga dapat menurunkan prestasi belajarnya (Mudjiman, 2009).

Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara

mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan yang tidak cocok atau sesuai dengan apa yang diharapkan dan dibutuhkan mahasiswa dapat menyebabkan menurunnya prestasi mahasiswa (Uno, 2008).

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Nurul Jadid Probolinggo berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Jadid sehingga mahasiswa D-III Kebidanan juga harus berada di kawasan asrama Pondok Pesantren. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di STIKES Nurul Jadid didapatkan data dari 65 mahasiswa terdapat 30 mahasiswa (46%) dengan Indeks Prestasi Semester < 2,75. Dari 30 mahasiswa dengan Indeks Prestasi rendah, dikarenakan kondisi lingkungan di sekolah (kampus) yang kurang kondusif, fasilitas yang disediakan pada umumnya kurang memadai, di ruang perkuliahan tidak disediakan kipas angin atau AC dan kepemimpinan institusi yang kurang sesuai, sehingga membuat mahasiswa kurang nyaman dalam belajar. Hal ini menciptakan kurangnya motivasi mahasiswa untuk belajar yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar.

Dibandingkan dengan STIKES Nurul Jadid Probolinggo, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa Akademi Kebidanan (Akbid)


(18)

commit to user

mahasiswa (11%) dengan Indeks Prestasi Semester < 2,75. Fasilitas yang disediakan pada umumnya cukup memadai. Hal ini menunjukkan bahwa l Ulum Surakarta lebih kondusif dibandingkan dengan lingkungan belajar mahasiswa STIKES Nurul Jadid Probolinggo.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi mahasiswa adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mendorong motivasi mahasiswa, dan menciptakan kepemimpinan yang diharapkan atau yang cocok bagi mahasiswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam

dan Persepsi tentang Kepemimpinan Institusi terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan Akbid

B. Rumusan Masalah

Adakah pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan di STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan Akbid


(19)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan dengan Akbid

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan.

b. Mengidentifikasi pengaruh motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan.

c. Mengidentifikasi pengaruh persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan.

d. Mengidentifikasi pengaruh persepsi tentang lingkungan belajar, motivasi dan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar mahasiswa D III Kebidanan STIKES Nurul Jadid Probolinggo dibandingkan

Ulum Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam melakukan pengkajian mengenai masalah yang diteliti serta dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan karya tulis selanjutnya.


(20)

commit to user

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi institusi dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif terutama di lingkungan kampus dan asrama agar dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa serta memacu mahasiswa dalam pencapaian prestasi belajar yang baik.

b. Dapat dijadikan informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam menumbuhkan motivasi belajar yang positif dan dapat menentukan sendiri lingkungan belajar yang kondusif sehingga dapat memacu prestasi belajarnya.


(21)

commit to user

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori 1. Konsep persepsi

a. Pengertian

Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi juga diartikan sebagai suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan mereka (Halida dan Sartika, 2002). Persepsi juga merupakan kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan lain sebagainya yang selanjutnya diinterpretasikan (Sarwono, 2010).

Persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Selain itu, persepsi juga diartikan sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris (Walgito, 2004). Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya (Siagian, 2004).

Banyak ahli yang mencoba membuat definisi dari persepsi. Beberapa di antaranya adalah :


(22)

commit to user

1) Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsang, sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan di sekitarnya.

2) Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu.

3) Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diinderakan atau dirasakan individu.

4) Persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu.

5) Persepsi juga mencakup konteks kehidupan sosial, sehingga dikenal sebagai persepsi sosial. Persepsi sosial merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang lain yang dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam diri orang yang dipersepsi sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi tersebut.

6) Persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.

7) Persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga


(23)

commit to user

individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.

b. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. 2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek (Walgito, 2004).


(24)

commit to user

Selain itu, juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain :

1) Orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnya kondisi intern (kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian),

2) Stimulus yang berupa objek maupun peristiwa tertentu (benda, orang, proses dan lain-lain),

3) Faktor situasi atau stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana sedih, gembira dan lain-lain (Halida dan Sartika, 2002).

c. Proses terjadinya persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus yang mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi di dalam otak sering disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang stimulus yang diterima melalui alat indera, seperti apa yang dilihat, didengar, atau diraba (Walgito, 2004).


(25)

commit to user

d. Prinsip persepsi

Beberapa prinsip dasar tentang persepsi, antara lain : 1) Persepsi itu relatif, bukan absolut

Dalam hubungannya dengan kerelatifan persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih besar daripada rangsangan yang dating kemudian. Berdasarkan kenyataan bahwa persepsi itu relatif, seorang pendidik dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi dari peserta didiknya untuk pelajaran berikutnya karena pendidik tersebut telah mengetahui lebih dahulu persepsi yang telah dimiliki oleh peserta didik dari pelajaran sebelumnya.

2) Persepsi itu selektif

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang pada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Ini berarti juga bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan.

3) Persepsi itu mempunyai tatanan

Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.


(26)

commit to user

4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan)

Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasikan.

5) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain meskipun situasinya sama

Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individual, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan-perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi (Slameto, 2010).

2. Konsep lingkungan belajar a. Pengertian

New Collegiate Dictionary

diterangkan sebagai

influences affecting the life and development of an organism atau

diartikan sebagai kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan sua

belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan. Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan pendidikan (Hadikusumo, 1996). Sedangkan lingkungan pendidikan yang lain adalah latar tempat berlangsungnya pendidikan (Tirtarahardja dan La Sulo, 1994). Berdasarkan pengertian


(27)

commit to user

dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.

b. Macam-macam lingkungan belajar

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa lingkungan pendidikan mencakup : lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Munib, 2004). Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan yang akan mempengaruhi manusia secara bervariasi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

1) Lingkungan keluarga a) Pengertian

Pengertian lingkungan keluarga berasal dari kata lingkungan

dan k New Collegiate Dictionary

(dalam Hadikusumo, 1996) pengertian lingkungan adalah kumpulan segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan suatu organisme. Sedangkan pengertian keluarga adalah pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda (hubungan menurut garis ibu) dan sedarah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu dan anak), ataupun keluarga yang diperluas (disamping inti, ada orang lain: kakek atau nenek, adik atau ipar, pembantu, dan lain-lain) (Tirtarahardja dan La Sulo,


(28)

commit to user

1994). Oleh karena itu, pengertian lingkungan keluarga adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kehidupan dan perkembangan anggota keluarga.

b) Faktor-faktor keluarga

Slameto (2003) mengungkapkan bahwa siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. Faktor-faktor keluarga yang mempengaruhi belajar siswa antara lain :

(1) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mendidik dengan cara memanjakan adalah cara mendidik yang tidak baik, karena anak akan berbuat seenaknya saja, Begitu pula mendidik anak dengan cara memperlakukannya terlalu keras adalah cara mendidik yang juga salah.

(2) Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut


(29)

commit to user

mempengaruhi belajar anak. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.

(3) Suasana rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kajadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram.

(4) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis, buku, dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keliarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin bahkan harus bekerja untuk membantu orang tuanya, akan dapat mengganggu belajarnya. Sebaliknya

keluarga yang kaya, orang tua sering mempunyai

kecenderungan untuk memanjakan anak, anak hanya bersenang-senang akibatnya kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar.


(30)

commit to user

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. (6) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

(7) Dukungan di lingkungan rumah

Dukungan di lingkungan rumah dapat berupa sikap tidak mengganggu sewaktu pembelajar sedang melakukan kegiatan belajar, memberikan kelonggaran bagi pembelajar untuk mencari informasi atau kebutuhan belajarnya ke luar rumah, atau membantu pembelajar melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah, yang dapat dikerjakan orang lain, misalnya sesekali

menyapukan kamar belajar, mencucikan pakaian, dan

sebagainya (Mudjiman, 2009). c) Fungsi keluarga

Ahmadi (2004) mengungkapkan bahwa fungsi keluarga adalah sebagai fungsi kasih sayang, ekonomi, pendidikan,


(31)

commit to user

perlindungan atau penjagaan, rekreasi, status keluarga dan agama. Sedangkan fungsi keluarga yang lain adalah :

(1) Fungsi edukasi

Fungsi edukasi adalah fungsi keluarga yang berkaitan dengan pendidikan anak khususnya dan pendidikan serta pembinaan anggota keluarga pada umumnya. Fungsi edukasi ini tidak sekedar menyangkut pelaksanaan tetapi menyangkut pula penentuan dan pengukuhan landasan yang mendasari upaya pendidikan itu, pengarah dan perumusan tujuan pendidikan, perencanaan dan pengolahannya, penyediaan sarana dan prasarana serta pengayaan wawasannya.

(2) Fungsi sosialisasi

Tugas keluarga tidak hanya mengembangkan individu menjadi pribadi yang mantap tetapi juga upaya membantunya dan mempersiapkannya menjadi anggota masayarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi sosial, keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan nilai-nilai sosial. Fungsi sosialisasi dapat membantu anak menemukan tempatnya dalam kehidupan sosial secara mantap yang dapat diterima rekan-rekannya bahkan masyarakat. (3) Fungsi perlindungan atau proteksi

Mendidik hakekatnya bersifat melindungi yaitu


(32)

commit to user

yang menyimpang norma. Fungsi ini juga melindungi anak

dari ketidakmampuannya bergaul dengan lingkungan

bergaulnya, melindungi dari pengaruh yang tidak baik. (4) Fungsi afeksi atau fungsi perasaan

Anak berkomunikasi dengan lingkungannya juga dengan keluarganya dengan keseluruhan pribadinya. Kehangatan yang terpancar dari keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan orang tua merupakan bumbu pokok dalam pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga. Makna kasih sayang orang tua terhadap anaknya tidak tergantung dari banyaknya hadiah yang diberikan tetapi sejauh mana kasih sayang tersebut dipersepsikan atau dihayati. Yang ingin dicapai dalam fungsi ini adalah menciptakan suasana perasaan sehat dalam keluarga.

(5) Fungsi religius

Keluarga wajib memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lainnya kepada kehidupan beragama. Tujuannya untuk mengetahui kaidah-kaidah agama juga untuk menjadi insan yang beragama sehinggga menggugah untuk mengisi dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada Tuhan.


(33)

commit to user

Fungsi ekonomis keluarga meliputi pencarian nafkah, perencanaan pembelanjaan serta pemanfaatannya. Keadaan ekonomi keluarga berpengaruh pada harapan orang tua akan masa depan dan harapan anak itu sendiri. Keluarga dengan ekonomi rendah menganggap anak sebagai beban. Sedangkan keluarga dengan ekonomi tinggi kemungkinan dapat memenuhi semua kebutuhan tetapi dalam pelaksanaannya tersebut belum menjamin pelaksanaan sebagaimana mestinya karena ekonomi keluarga tidak tergantung dari materi yang diberikan.

(7) Fungsi rekreasi

Rekreasi dirasakan orang jika ia menghayati suasana yang senang dan damai, jauh dari ketegangan batin, segar, santai, yang memberikan perasaan bebas dari ketegangan dan kesibukan sehari-hari. Makna fungsi rekreasi dalam keluarga diarahkan kepada tergugahnya kemampuan untuk dapat mempersiapkan kehidupan dalam keluarga secara wajar dan sungguh-sungguh sebagaimana digariskan dalam kaidah hidup berkeluarga.

(8) Fungsi biologis

Fungsi biologis keluarga berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis anggota keluarga. Kebutuhan akan keterlindungan fisik guna melangsungkan


(34)

commit to user

kehidupan seperti perlindungan kesehatan, rasa lapar, haus, dan lain-lain. Dalam pelaksanaan fungsi itu hendaknya tidak berat sebelah, tidak memisahkan fungsi-fungsi tersebut, tidak dilakukan oleh satu pihak saja.

Ahmadi (2004) sendiri menyebutkan bahwa fungsi keluarga adalah memelihara, merawat, dan melindungi anak

dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu

mengendalikan diri dan berjiwa sosial. 2) Lingkungan sekolah

a) Pengertian

Lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana di tempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Selain itu, lingkungan sekolah diartikan sebagai lingkungan dimana para siswa dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi yang dapat meresap ke dalam kesadaran hati

Berdasarkan 2 (dua) definisi tentang lingkungan sekolah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah lingkungan dimana kegiatan belajar mengajar berlangsung yang para siswanya dibiasakan dengan nilai-nilai tata tertib sekolah dan nilai-nilai kegiatan pembelajaran berbagai bidang studi.


(35)

commit to user

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa antara lain : (1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Guru perlu mencoba metode-metode mengajar yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

(2) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa.

(3) Relasi guru dengan siswa

Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi guru dengan siswa yang baik, maka siswa akan berusaha mempelajari mata pelajaran yang diberikannya dengan baik.


(36)

commit to user

Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan, akan diasingkan dari kelompoknya. Akibatnya anak akan menjadi malas untuk masuk sekolah karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.

(5) Disiplin sekolah

Kedisiplinan erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula, karena dapat memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.

(6) Alat pelajaran

Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan

memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Tetapi kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.

(7) Waktu sekolah

Waktu sekolah dapat terjadi pada pagi hari, siang, sore atau malam hari. Tetapi waktu yang baik untuk sekolah adalah pada pagi hari dimana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik sehingga siswa akan mudah berkonsentrasi pada pelajaran.


(37)

commit to user

(8) Standar pelajaran di atas ukuran

Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Padahal guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa.

(9) Keadaan gedung

Dengan jumlah siswa yang banyak serta bervariasi karakteristik mereka masing-masing menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas.

(10)Metode belajar

Siswa perlu belajar teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajarnya.

(11)Tugas rumah

Kegiatan anak di rumah bukan hanya untuk belajar, melainkan juga digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah (Slameto, 2003).

c) Fungsi sekolah

Fungsi sekolah adalah yang pertama membantu keluarga dalam pendidikan anak-anaknya di sekolah. Sekolah, guru dan tenaga pendidik lainnya melalui wewenang hukum yang dimilikinya berusaha melaksanakan tugas yang kedua yaitu


(38)

commit to user

memberikan pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap secara lengkap sesuai pula dengan apa yamg dibutuhkan oleh anak-anak dari keluarga yang berbeda. Sedangkan menurut Nasution (2004), fungsi sekolah antara lain sebagai berikut:

(1) Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan. (2) Sekolah memberikan keterampilan dasar.

(3) Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib. (4) Sekolah menyediakan tenaga pembangunan.

(5) Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial. (6) Sekolah mentransmisi kebudayaan.

(7) Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan 3) Lingkungan masyarakat

a) Pengertian

Lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan (Gunawan, 2004). Lingkungan masyarakat juga merupakan lingkungan ketiga dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai keberadaannya. Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan masyarakat adalah tempat orang-orang hidup bersama yang berpengaruh besar terhadap perkembangan pribadi anak-anak (siswa).


(39)

commit to user

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pengaruh-pengaruh itu antara lain sebagai berikut:

(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi siswa perlu membatasi kegiatan masyarakat yang diikutinya, kalau perlu memilih kegiatan yang mendukung belajarnya. Dukungan terhadap belajar mandiri di lingkungan masyarakat dapat berupa kebijakan penyediaan perpustakaan keliling dan acara-acara ceramah kesehatan, pendidikan, atau kebudayaan bagi warga masyarakat, yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

(2) Mass media

Mass media, yang termasuk di dalamnya adalah radio, TV, surat kabar, buku-buku, dan lain-lain, yang ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.


(40)

commit to user

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.

(4) Bentuk kehidupan masyarakat

Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang

terpelajar yang baik-baik mereka mendidik dan

menyekolahkan anaknya akan membawa pengaruh yang baik bagi siswa. Pengaruh itu akan mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi (Slameto, 2003).

c) Peranan masyarakat dalam pendidikan

Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan beraneka ragam. Meskipun demikian,


(41)

commit to user

masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelaksanaan pendidikan nasional.

Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang

dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut

menyelenggarakan pendidikan non-pemerintah (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana dan prasarana, menyediakan lapangan kerja, membantu pengembangan profesi baik secara langsung maupun tidak langsung (Ihsan, 1997).

3. Konsep motivasi a. Pengertian

Motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu, yang apabila berhasil dicapai, akan memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut (Munandar, 2001). Motivasi juga diartikan sebagai proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan (Purwanti, 2006).

Motif merupakan daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Sedangkan motivasi belajar adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam proses perkembangannya yang meliputi maksud tekad, hasrat, kemauan, kehendak, cita-cita dan sebagainya untuk mencapai tujuan (Sardiman, 2004).


(42)

commit to user

Motivasi juga merupakan perubahan energi dalam diri seseorang

yang ditandai dengan munculnya dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Selain itu, motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya (Mc. Donald dalam Sardiman, 2011).

b. Teori motivasi

Teori motivasi dibagi menjadi beberapa teori, antara lain : 1) Teori kebutuhan (teori Abraham H. Maslow)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : kebutuhan fisiologikal

(physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;

kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; kebutuhan akan kasih sayang (love needs); kebutuhan akan harga diri (esteem needs),


(43)

commit to user

yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. 2) Teori kebutuhan berprestasi (teori Mc Clelland)

Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.

3)

Teori Alderfer dikenal

-huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G

= Growth (kebutuhan akan pertumbuhan). Jika makna tiga istilah


(44)

commit to user

konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang

dikembangkan oleh Maslow dan Existence

dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori

Relatedness

mengandung makna

sama dengan menurut Maslow. Kedua, teori

Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa : makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya; kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang

telah dipuaskan; sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

4) Teori dua faktor (teori Hezberg)

hygiene

ud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar


(45)

commit to user

diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

5) Teori keadilan

Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima, artinya apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : seseorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu : harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima


(46)

commit to user

berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya; imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri; imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis; peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.

6) Teori penetapan tujuan (teori Goal Setting)

Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; tujuan-tujuan mengatur upaya; tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.

7) Teori harapan (teori Victor Vroom)

Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu.

8) Teori penguatan dan modifikasi perilaku

Perilaku ditentukan oleh persepsi seseorang terhadap kebutuhannya. Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai


(47)

commit to user

konsekuensi eksternal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlaku apa yang dikenal

cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan. Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut

9) Teori kaitan imbalan dengan prestasi

Motivasi diartikan sebagai sesuatu dorongan yang

menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu (tujuan) yang terdiri dari berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : persepsi seseorang mengenai diri sendiri; harga diri; harapan pribadi; kebutuhaan; keinginan; kepuasan kerja; prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah jenis dan sifat pekerjaan; kelompok kerja dimana seseorang bergabung; organisasi tempat bekerja; situasi lingkungan pada umumnya; sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya (Sudrajat, 2008).


(48)

commit to user

c. Jenis motivasi

Motivasi sebagai kekuatan individu memiliki dua jenis tingkat kekuatan, yaitu :

1) Motivasi primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif-motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc. Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan, contoh mencari makan, rasa ingin tahu, dan sebagainya.

2) Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan konasi, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh mahasiswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

Motivasi dibedakan berdasarkan sebab-sebab timbulnya motivasi itu sendiri ke dalam dua golongan, yaitu :

1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu.


(49)

commit to user

Contoh : seseorang belajar piano karena ia termotivasi agar mampu memainkan alat musik, tidak hanya sebagai pendengar saja.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah dorongan terhadap perilaku individu yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar. Contoh : seseorang akan mengerjakan tugas setelah diberi tahu bahwa besok tugasnya harus dikumpulkan (Suryabrata, 2002).

d. Karakteristik motivasi

1) Climber

Pada tipe ini, dimana seseorang akan terus berusaha mencapai puncak tanpa mempertimbangkan lebih jauh mengenai keuntungan atau kerugian, ketidakberuntungan atau keberuntungan. Tipe ini juga cenderung tidak pernah mempermasalahkan usia, gender, ras, ketidakmampuan fisik atau mental, atau berbagai rintangan lain untuk mencapai puncak kesuksesannya.

2) Camper

Pada tipe ini, seseorang bekerja keras tetapi hanya sebatas apa yang mampu dia lakukan. Pada dasarnya keberhasilan bisa diraih lebih baik lagi, tetapi dia cenderung untuk tidak mau mencapainya. Dia sudah cukup puas dengan apa yang sudah diraihnya.


(50)

commit to user

3) Quitter

Pada tipe ini, s

Dia lebih memilih sesuatu yang mudah, tanpa gejolak. Akan tetapi, apabila menghadapi kesukaran, dia cenderung lebih mudah terkena depresi atau frustasi, dan dia lebih memilih melarikan diri dari pekerjaannya, padahal sebetulnya dia punya potensi untuk mencapai sukses (Chandra, 2009).

e. Komponen motivasi

Komponen motivasi adalah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Ada dua komponen dalam motivasi, yaitu:

1) Komponen dalam, yaitu perubahan di dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Jadi, komponen dalam adalah kebutuhan yang hendak dipuaskan.

2) Komponen luar, yaitu apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen luar adalah tujuan yang hendak dicapai (Hamalik, 2004).

f. Indikator motivasi

Dalam diri seseorang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1) Tekun menghadapi tugas

2) Tekun menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa)


(51)

commit to user

4) Lebih senang bekerja mandiri

5) Tidak cepat bosan terhadap tugas-tugas yang rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya

7) Tidak cepat menyerah terhadap hal yang diyakini 8) Senang mencari dan memecahkan masalah

(Sardiman, 2004)

Apabila mahasiswa mempunyai ciri-ciri tersebut, berarti mahasiswa mempunyai motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik jika mahasiswa memiliki motivasi untuk belajar, tekun dalam menghadapi tugas, senang memecahkan soal-soal, dan ulet dalam mengatasi kesulitan belajar.

Berdasarkan berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator-indikator dari motivasi dalam penelitian ini adalah :

1) Tekun dalam menghadapi tugas

2) Adanya ketertarikan dengan perkuliahan 3) Senang memecahkan soal-soal dan latihan 4) Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar

g. Faktor yang mempengaruhi motivasi

Beberapa fakktor yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain : 1) Cita-cita atau aspirasi

Cita-cita atau aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai, yang akan memperkuat motivasi belajar.


(52)

commit to user

Dalam belajar dibutuhkan kemampuan, yang meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri seseorang, misalnya penghematan, perhatian, ingatan, daya pikir, dan fantasi.

3) Kondisi fisik dan psikologis

Mahasiswa adalah makhluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi fisik dan psikologis sangat mempengaruhi motivasi belajar. Seseorang yang kondisi jasmani dan rohani yang terganggu, akan mengganggu perhhatian belajarnya, begitu juga sebaliknya.

4) Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar individu. Kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu ditingkatkan mutunya dengan lingkungan yang aman, nyaman, tentram, tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar akan mudah diperkuat.

5) Unsur dinamis dalam belajar

Unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar mengajar tidak stabil, terkadang kuat, terkadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya keadaan emosi, gairah belajar, situasi dalam keluarga, dan lain-lain. 6) Upaya pendidik dalam pembelajaran peserta didik

Upaya yang dimaksud adalah bagaimana guru atau dosen mempersiapkan diri dalam membelajarkan mahasiswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian


(53)

commit to user

mahasiswa, mengevaluasi hasil belajar, dan lain-lain. Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan mahasiswa, maka diharapkan dapat menimbulkan motivasi belajar mahasiswa (Darsono, 2000).

h. Fungsi motivasi

Motivasi mempunyai fungsi yang penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) Menuntun arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah, dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2011).

Selain itu, ada juga fungsi lain dari motivasi dalam proses belajar mengajar adalah :

1) Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya belajar. 2) Menguatkan semangat belajar siswa.


(54)

commit to user

4) Mengikat perhatian siswa agar mau dan menemukan serta memilih jalan atau tingkah laku yang sesuai untuk mencapai tujuan belajar maupun tujuan hidup jangka panjang (Prayitno dalam Sardiman, 2004).

Fungsi motivasi lainnya adalah pertama, mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar; kedua, sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan; ketiga, sebagai pengerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan seseorang. Aspek motivasi dalam keseluruhan proses belajar mengajar sangat penting, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Motivasi dapat memberikan semangat kepada siswa dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atas perbuatan yang dilakukannya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka harus dilakukan suatu upaya agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Dengan demikian siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang optimal (Hamalik, 2004).

i. Peranan motivasi dalam belajar

Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan. Perbuatan belajar pada siswa terjadi karena adanya motivasi untuk melakukan perbuatan belajar. Motivasi dipandang


(55)

commit to user

berperan dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut :

1) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil. 2) Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.

3) Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa-siswa pada akhirnya memiliki (self motivation) yang baik.

4) Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.

5) Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran yang berasaskan motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar dan mengajar (Uno, 2008).


(56)

commit to user

Peserta didik dalam belajar hendaknya merasakan adanya kebutuhan psikologis yang normatif. Peserta didik yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Peserta didik yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Disimpulkan bahwa motivasi menentukan tingkat berrhasil tidaknya kegiatan belajar peserta didik. Motivasi menjadi salah satu faktor yang menentukan belajar yang efektif (Sofa, 2008).

j.Upaya meningkatkan motivasi belajar

Mengingat demikian pentingnya peranan motivasi bagi peserta didik dalam belajar, maka guru atau dosen diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didiknya. Agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang optimal, maka peserta didik harus memiliki motivasi belajar yang tinggi, namun pada kenyataannya tidak semua peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam belajar. Untuk membantu peserta didik yang memiliki motivasi belajar rendah perlu dilakukan suatu upaya dari guru atau dosen agar peserta didik yang bersangkutan untuk dapat meningkatkan motivasi belajarnya.


(57)

commit to user

Dalam rangka mengupayakan agar motivasi belajar peserta didik tinggi, seorang guru atau dosen hendaknya selalu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Seorang guru atau dosen hendaknya mampu mengoptimalisasikan penerapan prinsip belajar. Guru atau dosen pada prinsipnya harus memandang bahwa dengan kehadiran peserta didik di kelas merupakan suatu motivasi belajar yang datang dari peserta didik, sehingga ia akan menganggap peserta didik sebagai seorang yang harus dihormati dan dihargai. Dengan perlakuan semacam itu, peserta didik tentunya akan mampu memberi makna terhadap pelajaran yang dihadapinya;

2) Guru atau dosen hendaknya mampu mengoptimalisasikan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran. Dalam proses belajar, seorang peserta didik terkadang dapat terhambat oleh adanya berbagai permasalahan. Hal ini dapat disebabkan oleh karena kelelahan jasmani ataupun mental peserta didik. Untuk itu, upaya yang dapat dilakukan seorang guru atau dosen adalah dengan cara :

a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan

hambatan belajar yang dialaminya.

b) Meminta kesempatan kepada orang tua peserta didik agar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk beraktualisasi diri dalam belajar.


(58)

commit to user

d) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar. Pada tingkat ini guru memperlakukan upaya belajar merupakan aktualisasi diri peserta didik.

e) Merangsang peserta didik dengan penguat memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil. 3) Guru atau dosen mengoptimalisasikan pemanfataan pengalaman dan

kemampuan peserta didik. Perilaku belajar yang ditunjukkan peserta didik merupakan suatu rangkaian perilaku yang ditunjukkan pada kesehariannya. Untuk itu, maka pengalaman yang diberikan oleh guru atau dosen terhadap peserta didik dalam meningkatkan motivasi belajar adalah dengan cara :

a) Peserta didik diberi tugas membaca bahan belajar sebelumnya, tiap membaca hal-hal penting dari bahan tersebut dicatat.

b) Guru memecahkan hal yang sukar bagi siswa dengan cara memecahkannya.

c) Guru mengajarkan cara memecahkan dan mendidik keberanian kepada siswa dalam mengatasi kesukaran.

d) Guru mengajak serta siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.

e) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mampu

memecahkan masalah dan mungkin akan membantu rekannya yang mengalami kesulitan.


(59)

commit to user

f) Guru memberi penguatan kepada siswa yang berhasil mengatasi kesulitan belajarnya sendiri.

g) Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri.

Dengan adanya perlakuan semacam itu dari guru diharapkan siswa mampu membangkitkan motivasi belajarnya dan tentunya harapan yang paling utama adalah siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya. Tentunya untuk mencapai prestasi belajar tersebut tidak akan terlepas dari upaya yang dilakukan oleh guru dalam memberikan motivasi atau dorongan kepada siswa agar dapat meningkatkan motivasi belajarnya (Winkel, 1996 ).

4. Konsep kepemimpinan institusi a. Pengertian

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk pencapaian tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi.

Kepemimpinan juga merupakan suatu kenyataan kehidupan

organisasional bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kepemimpinan yang efektif adalah

kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara dan

mengembangkan usaha dan iklim yang kondusif di dalam kehidupan organisasional (Revida, 2004).


(60)

commit to user

Kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pembahasan tentang kepemimpinan menyangkut tugas dan gaya kepemimpinan, cara mempengaruhi kelompok, yang mempengaruhi kepemimpinan seseorang. Kreiner menyatakan bahwa leadership adalah proses mempengaruhi orang lain yang mana seorang pemimpin mengajak anak buahnya secara sekarela berpartisipasi guna mencapai tujuan organisasi (Robinson dalam Uno, 2008).

Kepemimpinan merupakan unsur kunci dalam menentukan efektivitas maupun tingkat produktifitas suatu organisasi. Banyak definisi kepemimpinan yang dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Ordway Tead dalam Kartono, 1994 mengungkapkan bahwa

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 2) George R. Terry dalam Kartono, 1994 mengungkapkan bahwa

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka suka berusaha mencapai tujuan-tujuan kelompok.

3) K. Hemphill dalam Thoha, 1996 mengungkapkan bahwa

kepemimpinan adalah suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.


(61)

commit to user

4) Kimball Young dalam Kartono, 1994 mengungkapkan bahwa

kepemimpinan adalah bentuk dominasi didasari kemauan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu, berdasarkan akseptasi atau penerimaan oleh kelompoknya dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi khusus.

5) Moeldjono (2009) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain, untuk memahami dan setuju kepada apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.

6) Yukl (2009) menyiratkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses seorang pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk hal-hal berikut : mengintepretasikan keadaan (lingkungan organisasi), pemilihan tujuan organisasi, pengorganisasian kerja dan memotivasi pengikut untuk mencapai tujuan organisasi, mempertahankan kerjasama dan tim kerja dan mengorganisasi dukungan dan kerjasama orang dari luar organisasi.

b. Unsur dalam kepemimpinan

1) Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin. 2) Adanya orang lain yang dipimpin

3) Adanya kegiatan menggerakkan orang lain, yang dilakukan dengan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya.


(62)

commit to user

4) Adanya tujuan yang hendak dicapai, baik yang dirumuskan secara sistematis maupun bersifat sukarela.

5) Berlangsung berupa proses di dalamnya kelompok atau organisasi, baik besar maupun kecil, dengan banyak maupun sedikit orang yang dipimpin.

c. Teori kepemimpinan

1) Teori kepemimpinan sifat (traith theory)

Studi mengenai sifat atau ciri mula-mula mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik fisik, ciri kepribadian, dan kemampuan orang yang dipercaya sebagai pemimpin alami. Ratusan studi tentang sifat atau ciri telah dilakukan, namun sifat atau ciri tersebut tidak memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan keberhasilan kepemimpinan seseorang. Penelitian mengenai sifat atau ciri tidak memperhatikan pertanyaan tentang bagaimana sifat atau ciri itu berinteraksi sebagai suatu integrator dari kepribadian dan perilaku atau bagaimana situasi menentukan relevansi dari berbagai sifat atau ciri dan kemampuan bagi keberhasilan seorang pemimpin (Junaidi, 2010).

Teori sifat berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik khas (fisik, mental, dan kepribadian) yang dikaitkan dengan keberhasilan kepemimpinan. Teori ini menekankan atribut pribadi pemimpin. Keberhasilan manajerial disebabkan oleh karena pemimpin memiliki kemampuan yang luar biasa, antara lain intelegensia dan kepribadian.


(63)

commit to user

Teori ini menekankan pada upaya untuk mencari korelasi yang signifikan tentang atribut pemimpin dan kriteria keberhasilan seorang pemimpin.Pemimpin dapat melaksanakan kepemimpinan dengan baik harus memiliki sifat-sifat tertentu yang akan menunjang bagi tindakan dan pemikiran ke arah mana proses kepemimpinannya itu diarahkan (Yukl, 2009).

2) Teori kepemimpinan perilaku (behavioral theory)

Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk melihat bagaimana perilaku

tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang efektivitas

kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Menurut teori ini, perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi.

3) Teori kepemimpinan situasional (situational theory)

Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu


(64)

commit to user

dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu adalah:

a) Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas; b) Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan; c) Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan; d) Norma yang dianut kelompok;

e) Rentang kendali;

f) Ancaman dari luar organisasi; g) Tingkat stress;

h) Iklim yang terdapat dalam organisasi (Sofa, 2009).

Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh

situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan situasi tertentu. Oleh karena itu, dalam kepemimpinan situasional penting bagi setiap pemimpin untuk mengadakan diagnosa dengan baik tentang situasi. Sehingga pemimpin yang baik menurut teori ini, harus mampu:

a) Mengubah-ubah perilakunya sesuai dengan situasinya,

b) Mampu memperlakukan bawahan sesuai dengan kebutuhan dan motif yang berbeda-beda.


(65)

commit to user

Jadi, berdasarkan teori kepemimpinan situasional semua variabel situasi (waktu, tuntutan tugas, iklim organisasi, harapan dan kemampuan atasan, teman sejawat, bawahan) adalah sangat penting yaitu tingkah laku pemimpin dalam hubungannya dengan para bawahan (Wahjosumidjo, 1987).

Di dalam pendekatan situasional atau kontingensi, terdapat empat model kepemimpinan sebagai berikut :

a) Model kepemimpinan situasional dari Hersey dan Banchard yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif bervariasi dengan kesiapan bawahan.

b) Kepemimpinan dan situasi kerja (model Fiedler) yang

mengemukakan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang cocok untuk setiap situasi. Untuk itu, diperlukan kemampuan dalam mengubah situasi lingkungan agar cocok dengan pemimpin. c) Pendekatan jalur sasaran, didasarkan pada motivasi model,

harapan, yang menyatakan motivasi seseorang didasarkan pada harapan akan imbalan dan daya tarik imbalan itu untuk diperoleh karyawan.

d) Merumuskan penyertaan bawahan (Uno, 2008).

d. Ciri-ciri kepemimpinan

Efetivitas kepemimpinan dianggap ditentukan oleh kepribadian pemimpin. Pemimpin mempunyai kualitas yang lebih baik dari para pengikutnya. Ia mempunyai ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh


(1)

commit to user

prestasi belajar (b = 0.01; p = 0.001). Motivasi merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar, dengan adanya motivasi yang tinggi diharapkan dapat memperoleh hasil yang memuaskan dalam setiap kegiatan. Belajar tanpa adanya motivasi akan sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilan, sehingga dalam kegiatan belajar, motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahmudah (2009) yang berjudul Pengaruh Motivasi dan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Semester III Akbid Mitra Husada Karanganyar, bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan motivasi terhadap prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2010) yang berjudul Pengaruh Gaya Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Akademi Kebidanan Bhakti Nusantara Salatiga, menyatakan bahwa motivasi belajar mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, sehingga apabila mahasiswa mampu meningkatkan motivasi belajarnya, maka prestasi belajar akan lebih baik.


(2)

commit to user

3. Persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi

Hasil analisis regresi linier ganda menunjukkan terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p < 0.001). Faktor penting terkait dengan keberhasilan kepemimpinan institusi dalam mengembangkan prestasi belajar peserta didik antara lain menciptakan misi yang terfokus pada upaya peningkatan prestasi belajar peserta didik melalui praktik kurikulum dan pembelajaran yang memungkinkan terciptanya peningkatan prestasi belajar peserta didik, menghargai dan mendorong implementasi praktik pembelajaran yang baik sehingga dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik, menjaga agar setiap orang dapat memfokuskan pada prestasi belajar peserta didik, menjadikan para orang tua sebagai mitra dan membangun kolaborasi untuk kepentingan pendidikan peserta didik, serta belajar secara terus menerus dan bekerja sama dengan rekan sejawat untuk mengembangkan riset baru dan berbagai praktik pendidikan yang telah terbukti (Subagio, 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto (2006) yang berjudul Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Kerja, dan Sarana Prasarana terhadap Prestasi Siswa SMA di Kota Surakarta, menyebutkan bahwa kepemimpinan juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap prestasi peserta didik. Oleh sebab itu, perlunya seorang kepala institusi yang selalu mempertimbangkan pendapat dari bawahan, terutama peserta didik,


(3)

commit to user

menciptakan situasi yang kondusif, bersikap jujur dan terbuka, dan mampu menjalin kerjasama dengan institusi lain.

D.Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini variabel yang diteliti dibatasi pada lingkungan belajar, motivasi dan kepemimpinan institusi. Padahal secara teori masih banyak variabel lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa (peserta didik). Pembahasan pada variabel kepemimpinan institusi mengalami kesulitan dikarenakan minimnya bahan mengenai pengaruh kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar sehingga peneliti kesulitan membahasnya. Selain itu, pengambilan data dilakukan melalui angket tertutup yang kemungkinan besar bisa menyebabkan bias, misalnya responden yang tidak jujur, asal menjawab, dan sebagainya.


(4)

commit to user

99

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

1. Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar (b = 0.13; p = 0.009). Secara substantif tidak signifikan persepsi tentang lingkungan belajar terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya kecil. Semakin kondusif lingkungan belajar mahasiswa, maka semakin baik prestasi belajarnya. 2. Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan motivasi terhadap

indeks prestasi belajar (b = 0.01; p = 0.001). Secara substantif tidak signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya kecil. Semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa, maka semakin tinggi prestasi belajarnya.

3. Terdapat pengaruh positif dan secara statistik signifikan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap indeks prestasi belajar (b = 0.01; p < 0.001). Secara substantif tidak signifikan persepsi tentang kepemimpinan institusi terhadap prestasi belajar dikarenakan perbedaannya kecil. Semakin baik (efektif) kepemimpinan institusi, maka semakin baik prestasi belajar mahasiswa.


(5)

commit to user

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Berdasarkan teori, lingkungan belajar, motivasi dan kepemimpinan institusi merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi belajar mahasiswa.

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan kesimpulan di atas, perlu adanya kerjasama yang baik antara lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, motivasi belajar baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik, serta kepemimpinan institusi yang efektif demi tercapainya prestasi belajar mahasiswa yang baik dan optimal, terutama mahasiswa D III Kebidanan.

C. Saran

1. Bagi institusi

Institusi pendidikan diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif terutama di lingkungan sekolah (kampus) dan memotivasi mahasiswa agar belajar lebih giat serta kepemimpinan institusi yang efektif sesuai dengan situasional demi tercapainya prestasi belajar mahasiswa yang baik.

2. Bagi mahasiswa

Mahasiswa diharapkan lebih pandai memilih atau menentukan sendiri lingkungan belajar yang kondusif dan meningkatkan motivasi belajarnya terutama motivasi intrinsik sehingga dapat mencapai prestasi yang baik dan optimal.


(6)

commit to user

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa terutama mahasiswa kebidanan dan pengumpulan datanya dengan menggunakan wawancara.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 7 85

PENGARUH MINAT BELAJAR MAHASISWA DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN TERHADAP MOTIVASI Pengaruh Minat Belajar Mahasiswa Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Keterampilan Mengajar Dosen Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Kuliah Teori Aku

0 4 14

PENGARUH MINAT BELAJAR MAHASISWA DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN TERHADAP MOTIVASI Pengaruh Minat Belajar Mahasiswa Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Keterampilan Mengajar Dosen Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Kuliah Teori Aku

0 3 17

PRESTASI BELAJAR TEORI AKUNTANSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN Prestasi Belajar Teori Akuntansi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Keterampilan Mengajar Dosen Pada Mahasiswa Pendidik

0 1 18

PRESTASI BELAJAR TEORI AKUNTANSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN Prestasi Belajar Teori Akuntansi Ditinjau Dari Motivasi Belajar Dan Persepsi Mahasiswa Tentang Keterampilan Mengajar Dosen Pada Mahasiswa Pendidik

0 1 12

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Ketrampilan Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Kewirausahaan Semester 6 Tahun Ajaran 2011 Pada M

0 0 17

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pada Mahasiswa FKIP-UMS Progdi Pendidika

0 0 16

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Dosen Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pada Mahasiswa FKIP-UMS Progdi Pendidika

0 0 19

Pengaruh persepsi mahasiswa tentang pengelolaan kelas dan persepsi tentang fasilitas belajar terhadap prestasi belajar WIDI DEPAN

0 0 14

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR, DISIPLIN BELAJAR, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 186