Jenis Pengujian
Nilai Priode I
Priode II Priode III
Jumlah Sampel
TPC BMCM
5 7
8 20
BMCM 2
10 7
19 48.72
Coliform BMCM
7 15
12 34
BMCM 2
3 5
12.82 E. Coli
BMCM 7
9 6
22 BMCM
8 9
17 43.59
Staph. Aureus BMCM
6 16
13 35
BMCM 1
1 2
4 10.26
Salmonella sp +
- 7
17 15
39 100.00
Residu Antibiotika
+ -
7 17
15 39
100.00
Tabel. 5.46. Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba dan Antibiotika pada sampel Susu di Farm Kota Padang Panjang
Jenis Pengujian Nilai
Priode I Priode II
Priode III Jumlah
Sampel TPC
BMCM 10
55 31
96 BMCM
3 7
15 25
20.66 Coliform
BMCM 13
57 31
101 BMCM
5 15
20 16.53
E. Coli BMCM
11 47
22 80
BMCM 2
15 24
41 33.88
Staph. Aureus BMCM
11 61
46 118
BMCM 2
1 3
2.48 Salmonella sp
+ -
13 62
46 121
100.00 Residu
Antibiotika +
- 13
62 46
121 100.00
III. Pengawasan Peredaran Produk Pangan Asal Hewan
Pengawasan merupakan suatu hal yang penting, pada saat pemasaran sebelum sampai kepada tangan terakhir yaitu para konsumen.
Pengawasan Prosedur pemasukan produk pangan hewani bertujuan agar aparat pemerintah maupun masyarakat memperhatikan persyaratan teknis
kesehatan masyarakat veteriner sesuai peraturan perundangan yang berlaku,
99
khususnya persyaratan keamanan serta ketentraman bathin masyarakat. Tindakan tersebut meliputi :
1. Mencegah kemungkinan masuk dan menyebarnya Penyakit Hewan Menular Utama PHMU yang dapat ditularkan melalui produk yang
diimpor. 2. Mencegah penyakit zoonosa yang dapat menulari konsumen melalui
produk yang tercemar. 3. Menjaga ketentraman batin konsumen dari ancaman residu dan cemaran
mikroba dan produk pangan hewani yang tidak halal.
Hasil Pengawasan Peredaran Pangan Asal Hewan Ke KabKota A. Hasil Pengawasan Peredaran daging produksi lokal
1. Pengawasan peredaran daging asal lokal yang dilakukan di Pasar Tradisional. Kondisi yang ditemui di Pasar tradisional masih
banyak pedagang daging yang menjual daging di pasar belum memenuhi standar kesehatan :
Pasar Padang Panjang :
1 Los Tempat penjualan daging di Kota Padang Panjang terpisah dengan penjualan bahan keperluan lainnya seperti
pedagang sayur-sayuran. 2 Tempat penjualan daging tersendiri dan mempunyai empat
pintu yang berfungsi untuk jalan keluar masuk ruangan yang telah rusak sehingga tidak bisa ditutup bila pasar telah usai.
3 Meja terbuat dari bahan kayu yang tidak beralas. 4 Daging yang dijual masih segar ada yang digantung dan ada
yang diletakkan diatas meja. 5 Alat penggantung terbuat dari logam yang tidak terawat
kebersihannyaberkarat. 6 Meja untuk penjualan daging dan jeroan masih menyatu.
7 Daging berasal dari Rumah Pemotongan Hewan Kota Padang Panjang.
100
8 Daging dibawa ke pasar dengan mobil RPH dengan menggunakan karung.
9 Tidak tersedianya kran khusustempat pencucian tangan dan peralatan di los daging.
10 Daging yang dibeli pembeli dibungkus dengan kertas pembungkus dan dimasukkan kedalam kantong plastik.
11 Pisau untuk daging dan jeroan masih bercampur. 12 Tidak tersedia air bersih dan tempat pencucian tangan.
Pasar Bukitinggi :
1 Los Tempat penjualan daging di Kota Bukitinggi masih bercampur dengan penjualan bahan keperluan lainnya dan
tidak mempinyai dinding pembatas 2 Meja terbuat dari bahan kayu yang sebahagian beralaskan
tikar plastik 3 Daging yang dijual masih segar ada yang digantung dan ada
yang diletakkan diatas meja 4 Alat penggantung tidak khususdibuat sendiri dari dari logam
yang tidak terawat kebersihannyaberkarat 5 Meja untuk penjualan daging dan jeroan masih menyatu
6 Daging berasal dari Rumah Pemotongan Hewan Kota Bukitinggi
7 Daging dibawa ke pasar dengan mobil sendiribecak dengan menggunakan karung
8 Tidak tersedianya kran khusustempat pencucian tangan dan peralatan di los daging
9 Daging yang dibeli pembeli dibungkus dengan daun dan dimasukkan kedalam kantong plastik
10 Pisau untuk daging dan jeroan masih bercampur 11 Tidak tersedia air bersih dan tempat pencucian tangan
101
Pasar Pariaman :
1 Los Tempat penjualan daging di Kota Pariaman masih
bergabung dengan penjualan bahan keperluan lainnya seperti pedagang sayur-sayuran.
2 Tempat penjualan daging telah dibatasi dengan kawat kasa
dan mempunyai pintu yang berfungsi untuk jalan keluar masuk ruangan yang selalu ditutup bila pasar telah usai
3 Meja terbuat dari bahan kedap air keramik
4 Daging yang dijual masih segar ada yang digantung dan
ada yang diletakkan diatas meja 5
Alat penggantung terbuat dari logam yang tidak terawat kebersihannyaberkarat
6 Meja untuk penjualan daging dan jeroan masih menyatu
7 Daging berasal dari Rumah Pemotongan Hewan Kota
Padang Pariaman 8
Daging dibawa ke pasar dengan mobil pribadibecak dengan menggunakan karung
9 Tidak tersedianya kran khusustempat pencucian tangan
dan peralatan di los daging 10
Daging yang dibeli pembeli langsung dimasukkan kedalam kantong plastik
11 Pisau untuk daging dan jeroan masih bercampur
12 Tidak tersedia air bersih dan tempat pencucian tangan
Pasar Payakumbuh :
1 Los Tempat penjualan daging di Kota Payakumbuh sudah tersendiri dan tidak bergabung dengan penjualan bahan
keperluan lainnya seperti pedagang sayur-sayuran. 2 Tempat penjualan daging telah dibatasi dengan kawat kasa dan
mempunyai pintu yang berfungsi untuk jalan keluar masuk ruangan yang selalu ditutup bila pasar telah usai
3 Meja terbuat dari bahan kedap air keramik dan Mika
102
4 Daging yang dijual masih segar diletakkan diatas meja tidak digantung
5 Alat penggantung daging tidak ada 6 Meja untuk penjualan daging dan jeroan masih menyatu
7 Daging berasal dari Rumah Pemotongan Hewan Kota Payakumbuh
8 Daging dibawa ke pasar dengan mobil pribadibecak dengan menggunakan karung
9 Tidak tersedianya kran khusustempat pencucian tangan dan peralatan di los daging
10 Daging yang dibeli pembeli dibungkus dengan daun dimasukkan kedalam kantong plastik
11 Pisau untuk daging dan jeroan masih bercampur 12 Tidak tersedia air bersih dan tempat pencucian tangan
Pasar Solok :
1 Los Tempat penjualan daging di Kota Solok sudah terpisah dengan penjualan bahan keperluan lainnya seperti pedagang
sayur-sayuran. 2 Tempat penjualan daging telah dibatasi dengan kawat kasa dan
mempunyai pintu yang berfungsi untuk jalan keluar masuk ruangan yang selalu ditutup bila pasar telah usai
3 Meja terbuat dari bahan kedap air keramik 4 Daging yang dijual masih segar ada yang digantung dan ada
yang diletakkan diatas meja 5 Alat penggantung terbuat dari logam yang kurang terawat
kebersihannyaberkarat 6 Meja untuk penjualan daging dan jeroan masih menyatu
7 Daging berasal dari Rumah Pemotongan Hewan Kota Solok. 8 Daging dibawa ke pasar dengan mobil pribadibecak dengan
menggunakan karung.
103
9 Tidak tersedianya kran khusustempat pencucian tangan dan peralatan di los daging
10 Daging yang dibeli pembeli langsung dimasukkan kedalam kantong plastik
11 Pisau untuk daging dan jeroan masih bercampur
Pasar Batusangkar :
1 Los Tempat penjualan daging di Pasar Batusangkar sudah tersendiri dan tidak bergabung dengan penjualan bahan
keperluan lainnya seperti pedagang sayur-sayuran. 2 Tempat penjualan daging telah dibatasi dengan kawat kasa dan
mempunyai pintu yang berfungsi untuk jalan keluar masuk ruangan yang selalu ditutup bila pasar telah usai.
3 Meja terbuat dari bahan kedap air keramik dan Mika 4 Daging yang dijual masih segar diletakkan diatas meja dan
sebagian digantung 5 Alat penggantung daging ada terbuat dari besi
6 Meja untuk penjualan daging dan jeroan masih menyatu 7 Daging berasal dari Tempat Pemotongan Hewan Dobok
8 Daging dibawa ke pasar dengan mobil Rumah Potong sebelum dimasukkan ke Mobil daging terlebih dulu dimasukkan
kedalam karung 9 Tidak tersedianya kran khusustempat pencucian tangan dan
peralatan di los daging 10 Daging yang dibeli pembeli dibungkus dengan daun
dimasukkan kedalam kantong plastik. 11 Pisau untuk daging dan jeroan masih bercampur.
12 Tempat pembuangan sampah pasar terlalu dekat dengan penjualan daging.
13 Tidak tersedia air bersih dan tempat pencucian tangan
104
2. Pengawasan Peredaran daging di Pasar swalayan Ramayana di
Kota Padang: 1 Bahan asal hewan daging, jeroan ditempatkan di dalam alat
pendingin 2 Alat pendingin pada tempat pamer display diatur pada suhu –
18 oC 3 Dilengkapi dengan alat insenerator dan lampu yang
pantulannya tidak merubah warna. 4 Produk hewan daging sapi dan ayam berasal dari Kota
Padang, sedangkan hati dan bakso berasal dar Jakarta yang telah dilengkapi dengan Surat Kesehatan Bahan Asal Hewan
dan Hasil Bahan Asal Hewan.
3. Pengawasan peredaran daging ayam di Fast Food KFC, TEXAS dan CFC
Mengingat pentingnya standar aman, sehat utuh dan halal sehingga memberikan jaminan dan perlindungan konsumen akan keamanan
dan kelayakan produk pangan hewani yang beredar di Fast Food maka dilakukan monitoring dan pengawasan peredaran,
pengambilan sampel serta pengujian daging ayam beku.
Dari hasil pemeriksaan sampel terhadap Fast Food daging ayam ditemukan beberapa hal :
1 Tidak adanya residu bahan terlarang seperti formalin 2 Hasil Cemaran Mikroba mikroba menunjuk kuman yang
ditemukan masih dibawah Batas Maksimun Cemaran Mikroba. Namun demikian sebagai fast food seharusnya cemaran
mikroba yang berasal dari kontaminasi manusia selama dalam pengolahan harus dihindari.
105
3 Disarankan agar Fast Food melakukan pengujian cemaran mikroba dan residu bahan terlarang dan antibiotika secara
rutin. 4 Diharuskan agar setiap Fast Food sebelum mendatangkan
produk peternakanayam harus mengajukan permohonan memasukkan daging ayam beku ke Dinas Peternakan Propinsi
Sumatera Barat dengan membawa kelengkapan dokumen sebagai berikut :
a. Surat Kesehatan dari daerah asal,
b. laporan hasil pengujian lab. Kesmavet
c. Surat Karantina
4. Pengawasan Tempat Pemotongan Hewan TPH :
Kabupaten Pasaman
Kab. Pasaman mengharapkan bimbingan teknis dalam Rehabilitasi RPH dan yang sesuai standar. Sehingga memberikan jaminan dan
Perlindungan konsumen akan keamanan dan kelayakan produk pangan hewani yang beredar di Kab. Pasaman Pasar Tradisional.
Dari hasil pemantauan ke lapangan ditemukan disarankan untuk memperbaiki beberapa hal anatar lain :
1 Lantai harus diperbaiki dan terbuat dari bahan kedap
air, tidak licin, mudah dibersihkan dan didesinfeksi. 2
Dinding bagian dalam berwarna terang dan minimum setinggi 2 meter terbuat dari bahan kedap, mudah dibersihkan.
3 Pembagian ruang bangunan Utama RPH terdiri dari
daerah kotor dan daerah bersih. 4
Sistem saluran pembuangan limbah cair harus cukup besar dan didisain agar aliran mengalir dengan lancar
memperhatikan AMDAL
106
5 Tempat pemotongan harus didesain sedemikian rupa
sehingga pemotongan memenuhi persyaratan halal dan hygienik.
6 Sudut pertemuan antara dinding dan lantai harus
berbentuk lengkung dengan jari-jari sekitar 75 mm dan Sudut pertemuan antara dinding dengan dinding berbentuk lengkung
dwengan jari-jari sekitar 25 mm. 7
Langit-langit didesain sedemikian rupa agar tidak terjadi akumulasi kotoran dan kodensi dalam ruangan.
8 Masuknya serangga dan binatang lain harus dicegah
dengan melengkapi pintu, jendela, atau ventilasi dengan kawat kasa.
9 Ventilasi dalam bangunan harus baik.
10 Lampu penerangan harus cukup sebesar 450 lux dan
sumber air yang cukup . 11
Kamar Mandi dan WC harus memenuhi persyaratan . 12
Kandang penampungan dan istirahat hewan berjarak minimal 10 meter dari bangunan utama.
13 Peralatan yang langsung berhubungan dengan
dagingkarkas meja, alat penggantungpemotong, rantairel dan lain-lain harus terbuat dari bahan yang tidak mudah
korosif dan mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat.
14 Kendaraan pengangkut daging harus khusus.
15 Kantor admininstrasi dan dokter hewan harus didesain
untuk keamanan dan kenyamanan karyawan.
Kab. Pesisir Selatan
Kab. Pesisisr Selatan memiliki RPH yang belum memiliki Dokumen Amdal UPL dan UKL. Hasil Pemantauan Tim UKL
dan UPL dari BAPEDALDA bahwa limbah RPH Painan belum
107
dikelola secara baik sehingga kalau hal ini dibiarkan akan menimbulkan run off pada sungai di Belakang RPH maka
dilakukan Monitoring mengenai kondisi RPH dan daging yang dihasilkan oleh RPH.
Dari hasil pengawasan kelapangan ditemukan beberapa hal : 1 Disnak Painan diharapkan mengajukan permohonan ke pada
bagian Amdal Bapedalda untuk dibuatkan perencanaan sistim pengelolaan limbah yang baik sesuai dengan UKL dan UPL
dan baerapa dana yang diperlukan. 2 RPH Painan terletak diKec. IV Jurai yang didirikan tahun 2005
sehingga limbah padat belum bagitu banyak. Sementara menunggu anggaran 2007 turun perlu ditanggulangi
pembuangan limbah padat dg menggunakan karung sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk.
3 Pengawasan di RPH dari awal sapi masuk sampai sapi dipotong selalu dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh
Disnak Kab. Pessel dengan pemotongan sebulan sebanyak 50 ekor.
4 RPH telah mermiliki penerangan dan sumber air berasal dari PAM dan tangki air serta telah memiliki cool box untuk
penyimpan daging yang tidak habis di pasar dan telah memiliki Laboratoruim yang belum berfungsi dengan baik, belum
memiliki Ginset dan alat penggantung karkas serta timbangan karkas, WC dikantor telah ada tapi di RPH belum tersedia
5 Peralatan dan pisau serta kampak serta stempel karkas sudah disediakan di RPH.
6 Tukang jagal belum pernah mendapat pelatihan baik dari MUI maupun Kesmavet, dan akan diusulkan untuk mendapat
pelatihan tahun 2007.
108
7 Tukang jagal sudah memiliki prinsipkeyakinan untuk menghindari pemotongan betina produktifsubur atau bunting
kecuali betina tersebut telah beranak 5-6 kali dan keadaan darurat., kalau ditemukan sapi bunting maka toke sapi akan
mempertahankan. 8 Pemerintah Kab Pesisir Selatan agar lebih giat lagi melakukan
pengawasan peredaran pangan asal hewan terutama terhadap daging yang berasal dari pemotongan liar atau bukan di RPH.
9 Disarankan agar Petugas RPH menstempel dagingKarkas sebelum dibawa ke Pasar sehingga konsumen dapat
membedakan mana daging yang berasal dari RPH atau bukan yang ditandai dengan stempel RPH.
Kota Solok
RPH di Kota Solok belum memenuhi persyaratan UKL dan UPL dan tidak dilengkapi Instalasi Pengelolaan Limbah IPAL serta
sarana dan prasarana yang memadai sehingga lama-kelamaan keadaan ini akan mengakbatkan Run off menuju sungai atau
serapan air dilingkungan sekitarnya menjadi tercemar.
Dari hasil pembinaan dan pemantauan ke lapangan ditemukan beberapa hal :
1 Limbah RPH belum dikelola dengan baik dimana limbah padat dibuang dengan karunggerobak ke belakang RPH sehingga
sudah menggunung dan tidak pernah diolah sedangkan limbah cair dibuatkan bandar dan dialirkan ke belakang RPH sehingga
mengotori bandar dan menimbulkan bau di sekitar RPH. 2 Masalah limbah RPH dikonsultasikan dengan bagian UKL dan
UPL Bapedalda Kota Solok.
109
3 Disarankan kepada petugas pengawas kesmavet Kota Solok untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas di RPh untuk
menghindari peredaran pangan asal hewan yang tidak ASUH. 4 Diharapkan kepada Dinas terkait untuk menyediakan dana
rehabilitasi RPH untuk pembuatan sarana pengelolaan limbah secara bertahap.
Kota Sawahlunto
RPH di Kota Sawahlunto belum memenuhi persyaratan UKL dan UPL dan tidak dilengkapi Instalasi Pengelolaan Limbah IPAL
serta sarana dan prasarana yang memadai sehingga lama-kelamaan keadaan ini akan mengakbatkan Run off menuju sungai atau
serapan air dilingkungan sekitarnya menjadi tercemar. 1 Limbah RPH belum dikelola dengan baik dimana limbah padat
dibuang dengan karunggerobak ke belakang RPH sehingga sudah menggunung dan tidak pernah diolah sedangkan limbah
cair dibuatkan bandar dan dialirkan ke belakang RPH sehingga mengotori bandar dan menimbulkan bau di sekitar
RPH. 2 Masalah limbah RPH dikonsultasikan dengan bagian UKL dan
UPL Bapedalda Kota Sawahlunto. 3 Disarankan kepada petugas pengawas kesmavet Kota
Sawahlunto untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas di RPH untuk menghindari peredaran pangan asal hewan yang
tidak ASUH. 4 Diharapkan kepada Dinas terkait untuk menyediakan dana
untuk membangun RPH.
B. Hasil Pengawasan Peredaran Daging Dari Luar Negeri :