EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

(1)

commit to user

i

EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI

PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Oleh : IWAN SASONO

H0404048

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN AKSELERASI

PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (PRIMA TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh: Iwan Sasono

NIM: H 0404048

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji Pada tanggal:

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua Anggota I Anggota II

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian

Dekan

Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003 Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003 Agung Wibowo, SP, MSi NIP.197602262005011003 Emi Widiyanti, SP, MSi

NIP.197803252001122001 Dra. Suminah, MSi


(3)

commit to user

iii

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. NIP. 19551217982031003

KATA PENGANTAR

Puji syukur, Alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Evaluasi Program Rintisan Dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo” dengan baik.

Penelitian ini disusun sebagai syarat untuk mendapat gelar sarjana pertanian di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr.Ir.H. Suntoro, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Kusnandar, MSi, Selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dra. Suminah, MSi, selaku pembimbing utama dalam penelitian ini dan selaku

pembimbing akademik.

4. Emi Widiyanti, SP, MSi selaku pembimbing pendamping dalam penelitian ini.

5. Agung Wibowo, SP, Msi selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan

masukan dan saran dalam perbaikan skripsi ini

6. Administrasi Jurusan Penyuluhan dan komunikasi Pertanian Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dalam mengurus izin penelitian.

7. Kepala BAPPEDA Sukoharjo yang telah memberikan izin dalam penelitian ini

8. Kepala Desa Palur yang telah memberikan izin dalam penelitian ini

9. Ayah dan Bunda untuk dukungan doa, perhatian dan kasih sayang yang selalu

untuk peneliti.

10. Sahabat-sahabat dan saudara-saudara peneliti atas segala hal yang telah

diberikan, bantuan, perhatian dan dukungan doa untuk peneliti.


(4)

commit to user

iv

12. Semua pihak yang telah membantu jalannya penyusunan skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini kurang sempurna, baik dalam penulisan maupun dalam penyajian. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin.

Surakarta, Januari 2011


(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

RINGKASAN ... x

SUMMARY ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

II. LANDASAN TEORI A. Penyuluhan Pertanian ... 5

B. Adopsi Inovasi ... 7

C. Difusi Inovasi ... 9

D. Prima Tani ... 10

E. Prima Tani Sukoharjo ... 13

F. Evaluasi ... 17

G. Kerangka Berpikir ... 26

H. Dimensi Penelitian ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Bentuk Strategi Penelitian ... 30

B. Lokasi Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 31

D. Teknik Sampling ... 31


(6)

commit to user

vi

F. Pengembangan Validitas ... 33

G. Metode Analisis Data ... 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Evaluasi Program Prima Tani 1. Evaluasi Context ... 36

2. Evaluasi Input ... 60

3. Evaluasi Process ... 67

4. Evaluasi Product ... 73

B. Temuan Pokok... 82

1. Context ... 91

2. Input ... 93

3. Process ... 95

4. Product ... 96

C. Pembahasan ... 97

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA


(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 4.1 Evaluasi Program Prima Tani Berdasarkan Context Kondisi

Geografis Dan Fisik Daerah ... 37

Tabel 4.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 38

Tabel 4.3 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Masyarakat

Berdasarkan Mata Pencaharian ... 39

Tabel 4.4 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

Tabel 4.5 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Masyarakat

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41 Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Desa

Palur Tahun 2009 ... 42 Tabel 4.7 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Masyarakat

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel 4.8 Sarana Perekonomian di Desa Palur Tahun 2009 ... 44

Tabel 4.9 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Sarana Dan

Prasarana Pertanian Di Desa Palur ... 48 Tabel 4.10 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Sosial dan

Budaya Masyarakat Di Desa Palur ... 51

Tabel 4.11 Luas Tanam dan Produktivitas Menurut Komoditas di Desa Palur 52

Tabel 4.12 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Pertanian Di Desa Palur ... 56

Tabel 4.13 Jumlah Ternak Menurut Jenisnya di Desa Palur... 57

Tabel 4.14 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Peternakan Di Desa Palur ... 58 Tabel 4.15 Evaluasi Program Prima Tani Context Kondisi Peternakan Di Desa

Palur ... 59 Tabel 4.16 Evaluasi Input Program Prima Tani Berdasarkan Inovasi Teknologi 63 Tabel 4.17 Evaluasi Input Program Prima Tani Berdasarkan Fasilitas dan Dana 67 Tabel 4.18 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Penguatan

Kapasitas Individu ... 69 Tabel 4.19 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Penguatan

Kapasitas Kelompok ... 70 Tabel 4.20 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Penguatan


(8)

commit to user

viii

Tabel 4.21 Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Dan Usaha Ternak Sapi

Sebelum Dan Sesudah Program Prima Tani ... 84

Tabel 4.22 Evaluasi Proses Program Prima Tani Berdasarkan Output... 84

Tabel 4.23 Jumlah pengunjung klinik agribisnis pada tahun 2008 ... 88

Tabel 4.24 Jumlah Populasi Sapi di Desa Palur Periode 2006-2009 ... 90

Tabel 4.25 Evaluasi Produk Program Prima Tani Berdasarkan Produk Yang Dihasilkan Dan Outcome ... 91


(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.Skema kerangka berpikir evaluasi progam Prima Tani model

CIPP (contex, input, procces dan product) di Desa Palur

Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. ... 28

Gambar 2. Bagan Triangulasi Data Sumber ... 33

Gambar 3. Bagan Triangulasi Metode ... 34


(10)

commit to user

x

RINGKASAN

IWAN SASONO. H0404048. ”EVALUASI PROGRAM RINTISAN DAN

AKSELERASI PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI

PERTANIAN (PRIMA TANI) DI KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO”. Di bawah bimbingan Dra. Suminah, MSi dan Emi Widiyanti, SP, MSi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kepentingan masyarakat terutama petani yaitu untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani adalah dengan memberikan inovasi-inovasi baru. Namun dalam perkembangannya permasalahan yaitu lambatnya proses difusi hasil inovasi. Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Pertanian menyelenggarakan Program yaitu Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian atau lebih populer disebut Prima Tani. Untuk mengetahui keberhasilan program tersebut maka perlu dilakukan evaluasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian dilihat dari

komponen context, Input , process dan produk. Strategi penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah studi kasus. Lokasi dalam penelitian ini adalah Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, sedangkan pengambilan

informan dilakukan dengan cara sengaja (purposive). Untuk menjaga kualitas data

yang diperoleh, maka dilakukan beberapa teknik triangulasi. Dalam penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan dua teknik triangulasi yaitu sumber dan metode.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dilihat dari context pemilihan lokasi

pelaksanaan Program Prima tani didasarkan pada kondisi wilayah serta keadaan pertanian dan peternakan. Kondisi wilayah lokasi Program prima tani telah sesuai dengan kriteria dari Program Prima Tani yaitu lahan sawah intensif dan sistem irigasi teknis. Sedangkan teknologi yang diterapkan dalam usaha tani padi dan ternak masih sangat rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka diberikan

masukan (input) berupa teknologi penerapan sistem Pertanian Padi-Ternak Bebas

Limbah (SIPTBL) dengan mengintroduksikan budidaya padi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan usaha ternak dengan sistem kandang komunal, pembentukan klinik agribisnis, bantuan sapi, benih padi Varietas Unggul Baru (VUB) dan pompa air. Untuk menyampaikan inovasi yang akan diterapkan maka dilakukan kegiatan yang meliputi pertemuan rutin kelompok, pelatihan dan studi banding. Hasil implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan di lokasi Prima Tani adalah terbentuknya sistem usaha tani integrasi padi–ternak sapi bebas limbah (SIPT-BL), terbentuknya unit usaha penggemukan sapi dengan sistem kandang komunal dan terbentuknya Klinik Agribisnis, usaha penggemukan sapi, pengolahan jerami fermentasi dan pembuatan pupuk organik padat dengan baik dan menggunakan jerami fermentasi untuk pakan sapi dan pupuk organik untuk pemupukan lahan sawah


(11)

commit to user

xi

SUMMARY

IWAN SASONO. H0404048. "EVALUATION PROGRAM STUB AND ACCELERATION TECHNOLOGY INNOVATION PRISON FARM (PRIMA TANI) IN SUB DISTRICT MOJOLABAN REGENCY SUKOHARJO” Under the guidance Dra. Suminah, MSi and Emi Widiyanti SP, MSi. Agriculture faculty of Sebelas Maret University Faculty.

Agricultural development in Indonesia currently has a very important role for the interests of society, especially farmers is to always improve the quality of life and welfare of farmers. Work done to improve the quality of life and welfare of farmers is by providing new innovations. But in its development problems that may slow the diffusion of the innovation process. To overcome these problems the Ministry of Agriculture organized the Program Acceleration Program Stubs and Corrections Technology Innovation of Agriculture, or more popularly called the Prima Tani. To determine the success of this program will need to be evaluated.

This study aims to determine the implementation of Program Stubs and Corrections Technology Innovation Accelerated Agricultural seen from the component context, input, process and product. The research strategy used in this study is a case study. The location of this research is the Palur Village District Mojolaban Regency Sukoharjo, while the informant was done by taking deliberate (purposeful). To maintain the quality of the data obtained, then do some triangulation techniques. In research to be carried out using two techniques namely the source and method triangulation.

The results of this study showed that visits from the context implementation Prima tANI site selection is based on the condition of the peasantry and the state of agriculture and animal husbandry. The condition of the location of Prima Tani program in accordance with the criteria of Prima Tani Program is an intensive paddy fields and irrigation systems technical. While the technology is applied in the paddy and livestock are still very low. To solve the problem, given the input (input) in the form of technology application systems Rice-Livestock Farming Waste Free (SIPTBL) with the introduction of rice cultivation with the approach of Integrated Crop Management (PTT) and the cattle business with communal cage system, the establishment of agribusiness clinics, relief cattle, New superior variety of rice seeds (VUB) and water pumps. To deliver innovations that will be applied then, activities include regular meetings of the group, training and study tours. The result of the implementation of technological and institutional innovation in the location of Prima Tani is the formation of rice farming systems integration-free cattle waste (SIPT-BL), the formation of beef fattening units with communal cage system and the formation of Agribusiness Clinic, fattening cattle, hay processing and fermentation solid organic fertilizer production well and using a straw to feed cattle and fermentation of organic fertilizer for the fertilization of wetland


(12)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pembangunan pertanian di Indonesia saat ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kepentingan masyarakat terutama untuk usaha pertanian yang meliputi pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan serta perikanan. Dalam hal ini pembangunan pertanian bertujuan untuk selalu memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani baik perorangan maupun masyarakat pada umumnya.

Visi Departemen Pertanian (Deptan) dalam pembangunan pertanian jangka panjang (2005-2025) adalah berupaya terwujudnya sistem pertanian industrial berkelanjutan yang berdaya saing dan mampu menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Berdasarkan visi tersebut, kegiatan pembangunan pertanian tahun 2005-2009 dirumuskan dalam 3 program

utama, yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Program

Pengembangan Agribisnis, dan Program Peningkatan Kesejahteraan Petani (Deptan, 2005).

Untuk mencapai kesejahteraan petani telah difokuskan beberapa aktifitas yang lebih spesifik misalnya upaya untuk memfasilitasi peningkatan pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap sumberdaya usaha pertanian, pengembangan kelembagaan, dan perlindungan terhadap petani. Untuk mencapai tujuan tersebut dijabarkan lebih lanjut beberapa subprogram di antaranya adalah pemberdayaan petani, pe- ngembangan kelembagaan, peningkatan akses petani terhadap sumberdaya produktif, pengembangan diversifikasi usaha, pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian, serta penanggulangan kemiskinan.

Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraan petani adalah dengan memberikan inovasi-inovasi baru. Namun dalam perkembangannya permasalahan yaitu lambatnya proses difusi hasil inovasi. Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian membuat salah satu program yaitu


(13)

commit to user

Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian atau lebih populer disebut Prima Tani. Prima Tani adalah suatu model atau konsep baru diseminasi teknologi yang dipandang dapat mempercepat penyampaian dan bahan dasar inovasi baru yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian.

Berbeda dengan Bimas tujuan utama Prima Tani adalah meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki sistem pertanian, dan melestarikan lingkungan, bukan meningkatkan produksi komoditas pertanian tertentu setinggi mungkin. Komoditas uggulan dapat dipilih lebih dari satu, dalam pola tumpang sari atau tanaman-ternak, dan sebagainya. Boleh saja produktivitas komoditas pertanian pada tingkatan sedang-sedang saja asal usaha tani dilaksanakan secara efisien dan mampu meningkatkan pendapatan petani.(Anonim, 2009). Selain itu Prima Tani akan digunakan sebagai wahana pengkajian partisipatif, sebagai implementasi dari paradigma baru Badan

Litbang Pertanian yaitu penelitian untuk pembangunan (research for

development) menggantikan paradigma lama penelitian dan pengembangan

(research and development).

Fokus Badan Penelitian dan Pengembangan (litbang) pertanian ke depan bukan lagi sekedar menemukan atau menciptakan teknologi yang didiseminasikan melalui publikasi karya ilmiah sebanyak-banyaknya dan kurang memperhatikan preferensi pengguna. Litbang ke depan adalah menghasilkan teknologi inovatif untuk diterapkan sebagai mesin penggerak pembangunan pertanian yang berorientasi pada pengguna serta menjamin tepat guna spesifik lokasi dan pemakai. Melalui Prima Tani diharapkan tersedia informasi, konsultasi dan sekolah lapang untuk pemecahan masalah dengan menerapkan inovasi pertanian oleh praktisi agribisnis. Prima Tani juga bertujuan untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan secara mandiri.

Mulai tahun 2007 Prima Tani akan dilaksanakan di 201 desa, yang tersebar di 200 kabupaten di seluruh propinsi. Dari kegiatan Prima Tani ini


(14)

commit to user

diharapkan diperoleh model pengembangan bagi pembangunan pertanian dan pedesaan yang berlandaskan pada inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi. Desa Palur merupakan salah satu desa di Kabupaten Sukoharjo yang ditunjuk oleh BPTP Jawa Tengah untuk melaksanakan program Prima Tani. Tahun 2009 merupakan tahun ketiga pelaksanaan kegiatan Prima Tani Kabupaten Sukoharjo dari tiga tahun yang direncanakan, untuk itu perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program yang telah dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah

Pembangunan pertanian ditunjukkan untuk meningkatkan taraf hidup petani. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan produksi pertanian dengan jalan inovasi baru yang dikembangkan oleh Litbang Petanian. Program primatani merupakan salah satu yang dikembangkan oleh Litbang pertanian dengan Prima Tani diharapkan dapat mempercepat desiminasi teknologi ke pengguna (petani) untuk mewujudkan pertanian industrial di pedesaan melalui komoditas terpilih yang dapat mendongkrak pendapatan petani.

Program Prima Tani dikatakan berhasil apabila tujuan dari program tersebut dapat dicapai. Untuk mengevaluasi keberhasilan program tersebut maka dilakukan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penilaian dan perubahan yang terjadi pada petani setelah melaksanakan program Prima tani.

Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan karena dengan masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan (Arikunto, S dan Cepi Safrudin A.J, 2004).


(15)

commit to user

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen

context (kontek)?

b. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen input

(masukan)?

c. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen

process (proses)?

d. Bagaimana pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen

product (hasil)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen context

(konteks).

b. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen input

(masukan).

c. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen process

(proses).

d. Mengetahui pelaksanaan program Prima Tani dari komponen product

(hasil).

D. KegunaanPenelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam

memutusakan kebijakan selanjutnya.

c. bagi penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam


(16)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penyuluhan Pertanian

Menurut Tjondronegoro dalam Sastraatmaja (1993), penyuluhan adalah

usaha pendidikan non formal yang merupakan perpaduan dari kegiatan menggugah minat atau keinginan, menimbulkan swadaya masyarakat, menyebarkan pengetahuan atau ketrampilan dan kecakapan, sehingga diharapkan terjadinya perubahan perilaku (sikap, tindakan, dan pengetahuan).

Menurut Mardikanto (1996), penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan di luar sekolah yang tidak sekedar memberikan penerangan atau menjelaskan, tetapi biasanya untuk mengubah perilaku sasarannya agar memiliki pengetahuan yang luas. Disamping itu juga memiliki sifat progressif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap sesuatu (inovasi baru) serta terampil melaksanakan berbagai kegiatan yang bermanfaat bagi peningkatan produktifitas, pendapatan atau keuntungan, maupun kesejahteraan keluarga dan masyarakat.

Penyuluhan pertanian dilaksanakan untuk menambah kesanggupan para petani dalam usahanya memperoleh hasil-hasil yang dapat memenuhi keinginan mereka tadi. Jadi penyuluhan pertanian tujuannya adalah perubahan perilaku (bertambahnya kesanggupan) keluarga-keluarga tani sasaran, sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanamnya, lebih beruntung usahataninya dan lebih layak hidupnya, atau yang sering dikatakan keluarga tani maju itu. Bila keluarga tani itu maju, maka kaum taninya juga akan dinamis, yaitu tinggi reseptivitasnya dan penuh responsif terhadap hal-hal yang baru. Bila kum tani dinamis (dan kaum lainnya juga demikian), maka masyarakat luas akan besar kesadarannya untuk masalah-masalah sosial (Wiriaatmadja, 1973).

Kegiatan penyuluhan pertanian melibatkan dua kelompok yang aktif. Di satu pihak adalah kelompok penyuluh dan yang kedua adalah kelompok yang disuluh. Penyuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu membawa sasaran penyuluhan pertanian kepada cita-cita yang telah digariskan. Sedangkan yang


(17)

commit to user

disuluh adalah kelompok yang diharapkan mampu menerima paket penyuluhan pertanian (Sastratmadja, 1993).

Menurut Kartasapoetra (1991), efektivitas penyuluhan yang dapat mencapai efisiensi dalam mewujudkan perubahan perilaku, tingkat kehidupan para petani di pedesaan, harus dilakukan sebagai berikut :

a. Penarikan minat

Isi penyuluhan pertanian hendaknya bersifat menarik, yang berhubungan langsung dengan kegiatan usahatani dan menarik minat agar dapat dimanfaatkan oleh petani.

b. Mudah dan dapat dipercaya

Apa yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian (obyek atau materi) mudah dimengerti, nyata kegunaannya dan menarik kepercayaan para petani bahwa benar segala yang telah diperlihatkan, diperdengarkan (diajarkan) dapat dilakukan para petani dan benar-benar dapat meningkatkan hasil dan kesejahteraannya.

c. Peragaan disertai sarananya

Penyuluhan harus disertai dengan peragaan yang didukung dengan sarana atau alat-alat peraga yang mudah didapat, murah dan mudah

dikerjakan oleh para petani apabila mereka terangsang

mempraktekkannya.

d. Saat dan tempatnya harus tepat

Kegiatan penyuluhan kepada para petani tidak dapat dilakukan sembarang waktu terutama pada tingkat permulaan, pada tingkat-tingkat sebelum mereka terangsang, timbul kesadarannya. Para penyuluh harus pandai memperhitungkan kapan mereka itu bersantai atau ada dirumah, kapan biasanya mereka itu berkumpul dan dimana kebiasaan itu dilakukannya.

Dalam tujuan penyuluhan pertanian dibedakan antara tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan penyuluhan pertanian jangka pendek yaitu untuk menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam kegiatan usaha tani petani di pedesaan. Perubahan-perubahan yang


(18)

commit to user

dimaksud adalah dalam bentuk pengetahuan, kecakapan, sikap, dan motif tindakan petani. Tujuan penyuluhan pertanian jangka panjang yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tani, atau agar kesejahteraan hidup petani lebih terjamin (Samsudin, 1982).

Menurut Asngari dalam Ikbal Bahua (2009), penyuluhan dalam arti

umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Pambudi, menyatakan bahwa penyuluhan pertanian sangat penting dalam perannya sebagai jembatan bagi golongan ekonomi lemah. Penyuluhan diharapkan dapat menghasilkan sumberdaya produksi, modal kerja, prasarana pokok disamping layanan umum lain yang dibutuhkan golongan penduduk miskin agar dapat turut serta dalam kegiatan ekonomi

B. Adopsi Inovasi

Adopsi adalah proses sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai orang tersebut mengadopsi hal baru tersebut. Inovasi dapat berupa sesuatu yang benar-benar baru atau sudah lama tetapi masih dianggap baru oleh petani. Keputusan menerima inovasi ini merupakan proses mental, yang terjadi sejak petani sasaran tersebut mengetahui suatu inovasi sampai

menerima atau menolaknya dan kemudian mengukuhkannya (Ibrahim, et all,

2003).

Adopsi dapat diartikan sebagai penerapan atau penggunaan suatu ide, alat-alat, atau teknologi “baru” yang disampaikan berupa pesan komunikasi (lewat penyuluhan). Manifestasi dari bentuk adopsi inovasi ini dapat dilihat atau diamati berupa tingkah laku, metode, maupun peralatan dan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan komunikannya (Susanto, 1977).

Komunikasi untuk inovasi harus dianggap sebagai intervensi yaitu pelayanan yang biasanya disediakan atau diberikan oleh pelaksana-pelaksana tertentu (pemerintah atau organisasi non pemerintah) untuk mendapatkan hasil. Bahkan apabila hasil tidak selalu dapat dirinci secara detail, tujuannya


(19)

commit to user

tetap ada berupa tingkat yang lebih abstrak (contohnya untuk memperlancar inovasi). Selanjutnya lingkungan yang telah berorientasi pada komunikasi dalam inovasi dapat dianggap sebagai bentuk komunikasi yang lebih persuasif dan partisipatif (Cees Leuwis, 2004).

Masyarakat akan berpartisipasi dalam suatu inovasi apabila mereka merasa aktivitas tersebut penting. Cara agar hal ini dapat diterima secara efektif adalah masyarakat sendiri dapat menentukan suatu kegiatan dan menentukan seberapa penting hal tersebut bagi mereka dari pada orang luar mengatakan apa yang harus mereka lakukan. Salah satu kunci dalm suksesnya mengatur suatu komunitas adalah pemilihan suatu inovasi (Jim Ife, 1995).

Salah satu faktor yang menetukan keberhasilan adopsi inovasi adalah ketersediaan inovasi teknologi spesifik lokasi yang bermutu pada setiap

subsistem agribisnis. Said et al. (2001) mengatakan teknologi perannya sangat

strategis dalam mentransformasi input menjadi output pada subsistem

on-farm, off-farm hulu maupun pada off-farm hilir.

Penelitian terbaru yang dilakukan pada petani Amerika Latin memusatkan pada hipotesis orang-orang yang mengadopsi inovasi sangat lamban karena sikap mereka yang tradisioanal. Dikemukakan bahwa tidak masuk akal bagi petani untuk mengadopsi gagasan karena mereka tidak memiliki sumber daya yang memadai sehingga pihak lain mendapatkan

keuntungan dari inovasi ini dan bukan petaninya sendiri

(Van den Ban dan Hawkins, 1999).

Adopsi merupakan suatu proses perubahan perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Penerimaan mengandung pengertian tidak sekedar tahu tetapi sampai benar-benar dapat menerapkannya dengan tepat dalam kehidupan dan usaha taninya, biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain (Mardikanto, 1993).

Inovasi secara tersendiri menurut Rogers (1995) dapat didefinisikan sebagai inovasi merupakan sebuah gagasan, perbuatan, atau kebiasaan yang dianggap sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang.


(20)

commit to user

C. Difusi Inovasi

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut

sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by

which an innovation is communicated through certain channels over time

among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi

adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah

Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its

source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

a. Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

b. Saluran komunikasi; alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari

sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan: (i) tujuan diadakannya komunikasi; dan (ii) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.

c. Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui

sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam; (i) proses pengambilan keputusan


(21)

commit to user

inovasi; (ii) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima inovasi; dan (iii) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

d. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat

dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama

D. Prima Tani

Prima Tani merupakan Program Rintisan dan Akselerasi

Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian, yang dilaksanakan secara

partisipatif oleh semua pemangku kepentingan ( stakeholder) pembangunan

pertanian, dalam bentuk laboratorium agribisnis (Deptan, 2006) Prima Tani dilaksanakan dengan empat strategi, yaitu:

a. Menerapkan teknologi inovatif tepat guna secara partisipatif berdasarkan

paradigma penelitian untuk pembangunan.

b. Membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis

teknologi inovatif yang mengintegrasikan sistem inovasi dan kelembagaan dengan sistem agribisnis.

c. Mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi

inovatif melalui ekspose dan demonstrasi lapang, diseminasi informasi, advokasi serta fasilitasi.

d. Mengembangkan agroindustri pedesaan berdasarkan karakteristik wilayah

agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.

Tujuan utama Prima Tani adalah untuk mempercepat diseminasi dan adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian, serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi. Umpan balik ini merupakan informasi esensial dalam rangka mewujudkan dan memperbaiki penelitian dan pengembangan berorientasi kebutuhan pengguna (Deptan, 2006).


(22)

commit to user

Sebagai modus diseminasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan, Prima Tani bertujuan untuk:

a. Merancang serta memfasilitasi penumbuhan dan pembinaan percontohan

sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi inovatif.

b. Membangun pengadaan sistem teknologi dasar (antara lain benih dasar,

prototipe alat/mesin pertanian, model usaha pascapanen skala komersial) secara luas dan desentralistis.

c. Menyediakan informasi, konsultasi, dan sekolah lapang untuk pemecahan

masalah melalui penerapan inovasi pertanian bagi para praktisi agribisnis.

d. Memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan masyarakat dan pemerintah

setempat untuk melanjutkan pengembangan dan pembinaan percontohan sistem dan usaha agribisnis berbasis pengetahuan dan teknologi mutakhir secara mandiri.

(Deptan, 2006)

Keluaran akhir Prima Tani adalah terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID), yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan pengembangan agribisnis lengkap dan padu padan antarsubsistem, yang berbasis agroekosistem, dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan (Deptan, 2006)

Keragaan yang dapat dilihat di lokasi AIP di antaranya adalah:

a. Sebagian besar produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan mutu

termasuk konsistensinya dan dalam jumlah cukup.

b. Sebagian besar petani mengadopsi teknologi yang diimplementasikan.

c. Munculnya beberapa petani progresif sebagai agen pembaharuan

pertanian.

d. Sebagian besar petani menikmati nilai tambah secara proporsional.

e. Sebagian besar petani berkembang usahanya yang dapat dilihat dari

kemampuan memupuk modal untuk pembiayaan operasional, tabungan, dan investasi.


(23)

commit to user

f. Sebagian besar petani mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah

fluktuasi harga hasil usahataninya.

g. Hasil pertanian mempunyai daya saing tinggi di pasar lokal maupun

internasional (Deptan, 2006)

Prima Tani sebagai instrumen program pembangunan pertanian akan memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Meningkatnya muatan inovasi baru dalam sistem dan usaha agribisnis.

b. Meningkatnya efisiensi sistem produksi, perdagangan, dan konsumsi

komoditas pertanian Indonesia.

c. Meningkatnya akuntabilitas Departemen Pertanian dalam pembangunan

pertanian melalui percepatan pemasyarakatan inovasi teknologi serta kelembagaan pertanian.

(Deptan, 2006)

Pengembangan agribisnis diarahkan untuk melakukan proses

transformasi struktur agribisnis dari pola dispersal menjadi pola industrial. Dalam agribisnis pola industrial, setiap perusahaan agribisnis tidak lagi berdiri sendiri atau bergabung dalam asosiasi horizontal. Setiap perusahaan memadukan diri dengan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak dalam seluruh bidang usaha yang ada pada satu alur produk vertikal (dari hulu hingga hilir) dalam satu kelompok usaha yang selanjutnya disebut sebagai unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) (Deptan, 2006).

AIP merupakan model inovasi agribisnis yang digunakan dalam Prima Tani, dengan karakteristik utama sebagai berikut:

a. Lengkap secara fungsional. Seluruh fungsi yang diperlukan dalam

menghasilkan, mengolah, dan memasarkan produk pertanian hingga ke konsumen akhir (alur produk vertikal) dapat dipenuhi.

b. Satu kesatuan tindak. Seluruh komponen atau anggota melaksanakan


(24)

commit to user

c. Ikatan langsung secara institusional. Hubungan di antara seluruh

komponen atau anggota terjalin langsung melalui ikatan institusional (nonpasar).

Prima Tani diimplementasikan secara partisipatif dalam suatu desa atau laboratorium agribisnis, dengan menggunakan lima pendekatan, yaitu agroekosistem, agribisnis, wilayah, kelembagaan, dan pemberdayaan masyarakat. Penggunaan pendekatan agroekosistem berarti Prima Tani diimplementasikan dengan memperhatikan kesesuaian dengan kondisi bio-fisik lokasi yang meliputi aspek sumber daya lahan, air, wilayah komoditas, dan komoditas dominan. Pendekatan agribisnis berarti dalam implementasi Prima Tani diperhatikan struktur dan keterkaitan subsistem penyediaan input, usahatani, pasca panen, pemasaran, dan penunjang dalam satu sistem. Pendekatan wilayah berarti optimasi penggunaan lahan untuk pertanian dalam satu kawasan (desa atau kecamatan). Salah satu komoditas pertanian dapat menjadi perhatian utama sedangkan beberapa komoditas lainnya sebagai pendukung, terutama dalam kaitannya dengan upaya untuk mengatasi risiko ekonomi akibat fluktuasi harga. Pendekatan kelembagaan berarti pelaksanaan Prima Tani tidak hanya memperhatikan keberadaan dan fungsi suatu organisasi ekonomi atau individu yang berkaitan dengan input dan output, tetapi juga mencakup modal sosial, norma, dan aturan yang berlaku di lokasi Prima Tani. Pendekatan pemberdayaan masyarakat menekankan perlunya penumbuhan kemandirian petani dalam memanfaatkan potensi sumber daya pedesaan (Deptan, 2006).

Resultan dari kelima pendekatan di atas adalah terciptanya suatu model pengembangan pertanian dan pedesaan dalam bentuk unit Agribisnis Industrial Pedesaan dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi di lokasi Prima Tani yang berkelangsungan (Deptan, 2006).

E. Prima Tani Sukoharjo

Tahun 2007 merupakan tahun pertama pelaksanaan kegiatan Prima Tani Kabupaten Sukoharjo dari tiga tahun yang direncanakan. Prima Tani


(25)

commit to user

Kabupaten Sukoharjo dilaksanakan pada lahan sawah intensif di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban. Implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan dilakukan secara partisipatif. (anonim, 2009)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2007 meliputi:

a. pengembangan sumberdaya manusia pelaku agribisnis melalui pelatihan,

dan studi banding,

b. revitalisasi kelembagaan dan pembinaan usaha/kelompok usaha agribisnis,

c. inisiasi pembentukan Klinik Agribisnis

d. introduksi usahatani integrasi padi ternak penggemukan sapi potong sistem

kandang komunal,

e. introduksi pengelolaan limbah peternakan: pembuatan pupuk organik dari

kotoran dan urin ternak, dan

f. pembuatan unit percontohan kandang sapi komunal, tempat pengelolaan

jerami dan penyimpanan jerami fermentasi, tempat pengelolaan kotoran dan urine sapi dan penyimpanan pupuk organik.

(anonim, 2009)

Hasil implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan di lokasi Prima Tani Lahan Sawah Intensif Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo (Prima Tani Kabupaten Sukoharjo) pada tahun 2007 sebagai berikut:

a. Terbentuknya kelompok/unit usahatani padi terpadu pada kelompok tani

Marsudi Kromo Boga, beranggotakan 20 orang. Unit usahatani ini dipimpin oleh ketua yang dibantu oleh seorang sekretaris dan seorang bendahara, serta 6 ketua seksi :

1) seksi usahatani perbenihan,

2) seksi usahatani padi,

3) seksi usaha penyediaan air irigasi,

4) seksi usahatani penggemukan sapi,

5) seksi pengolahan limbah, dan

6) seksi usaha pemasaran hasil pertanian.


(26)

commit to user

1) sumber informasi/perpustakaan sederhana,

2) tempat pertemuan kelompok tani,

3) tempat penyebarluasan inovasi teknologi,

4) tempat diskusi para pengunjung/tamu, dan

5) tempat layanan teknologi dan konsultasi. Klinik tersebut dilengkapi

peragaan inovasi pertanian berupa informasi inovasi teknologi pengelolaan sumberdaya lahan, budidaya komoditas unggulan Prima Tani, pasca panen dan pengolahan limbah dalam bentuk leaflet, warta, brosur, poster, komik, VCD dan realia seperti benih padi VUB, dan

dekomposer orgadec.

c. Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan ketrampilan petani

tentang inovasi teknologi dan kelembagan yang diimplementasikan telah dilaksanakan pelatihan PTT, studi banding tentang

1) penggemukan sapi ke Soropadan Agro Expo III di Kabupaten

Temanggung, Prima Tani Kabupaten Magelang, dan kelompok tani Kabupaten Sragen,

2) pengelolaan limbah pertanian dan peternakan ke Soropadan Agro Expo

III di Kabupaten Temanggung, Prima Tani Kabupaten Magelang, dan kelompok tani Kabupaten Sragen, dan

3) budidaya tanaman hias ke Prima Tani Kabupaten Magelang, Kopeng

dan Ungaran Kabupaten Semarang.

d. Terbentuk unit percontohan usahatani integrasi padi ternak sapi dengan

pendekatan system Zero Waste pada kelompok tani Marsudi Kromo Boga

terdiri dari unit usahatani:

1) Budidaya tanaman padi dengan pendekatan PTT untuk menghasilkan

gabah untuk konsumsi dan benih padi varietas unggul baru dalam suatu kawasan/hamparan dengan pengelolaan dilakukan oleh masing-masing petani pemilik,

2) Penggemukan sapi potong sistem kandang komunal dengan

pengelolaan dilakukan oleh masing-masing petani pemilik sapi sebanyak 20 ekor, dan


(27)

commit to user

3) Pengelolaan limbah pertanian dan peternakan dengan pengelolaan

dilakukan secara kelompok, masing-masing satu unit.

e. Penggunaan inovasi teknologi padi varietas unggul baru (Mekongga,

Cigeulis, Cibogo, Sunggal dan Pepe bersama penerapan pendekatan PTT dapat meningkatkan produktivitas 13,12 persen dari produktivitas IR64 yang biasa digunakan petani.

f. Unit percontohan perbenihan padi telah dihasikan benih padi kelas SS

varietas Cigeulis 1,600 ton, Sunggal 2,750 ton dan Mekongga 11,000 ton (anonim, 2009)

Hambatan/kendala yang dihadapi dalam implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan pada tahun 2007 antara lain:

a. Pemberdayaan petani merupakan proses yang memerlukan waktu yang

cukup lama karena memerlukan perubahan pola pikir dan perilaku serta rasa percaya diri dan kemandirian petani, sehingga proses difusi dan adopsi inovasi relatif lama.

b. Keadaan dilapangan sering tidak dapat dikompromikan dengan sistem

siklus anggaran dan pencairan dana baik APBN (BPTP Jawa Tengah), APBD Provinsi dan APBD Kabupaten terlambat dan tidak sesuai dengan yang direncanakan sehingga menggangu suatu proses kegiatan yang sedang berjalan.

c. Adanya serangan hama dan penyakit padi terutama keong mas,

penggerek batang, dan tikus

d. Pada musim kemarau (MT III), air irigasi tidak mencukupi sehingga

terjadi kekurangan air mengakibatkan produktivitas padi rendah. Rencana tindak lanjut kegiatan Prima Tani Kabupaten Sukoharjo tahun 2008 mengacu pada Road Map dan Rancang Bangun Laboratorium Agribisnis, yaitu memantapkan dan mengembangkan inovasi teknologi dan kelembagaan yang telah diimplementasikan pada tahun 2007 serta mengintroduksikan inovasi teknologi dan kelembagaan yang belum diimplementasikan pada tahun 2007 (anonim, 2009).


(28)

commit to user

F. Evaluasi

Menurut pengertian istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan (Thoha, 1991).

Kata “evaluasi”, menurut Hornby dan Parnwell (totok

Mardikanto,1993), dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai istilah dari penilaian, yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu objek keadaan, peristiwa tertentu yang sedang diamati. Andre Steinmetz (Madaus dkk,1986) menyatakan bahwa kata evaluasi digunakan untuk berbagi perbedaan kegiatan dan tujuan. Selanjutnya, Frutchey (dalam Totok Mardikanto,1993) mengemukakan bahwa kegiatan evaluasi mancakup kegiatan: observasi (pengamatan), membanding-bandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman-pedoman yang ada, dan pengambilan keputusan atau penilaian atas objek yang diamati.

Stufflebeam,dkk (1971) Mendefinisikan evaluais sebagai “the process

of deliating, obtaining, and providing useful information for judging decision

alternatives, artinya “evaluasi merupakan proses menggambarkan,

memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan”.

Evaluasi adalah alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan sistematis dan seobjektif mungkin. Data ini digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti dalam perencanaan program, pengambilan keputusan dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijaksanaan penyuluh yang efektif (Van De Ban, 1999).

Evaluasi pembangunan adalah suatu kegiatan untuk menilai tingkat pencapaian tujuan program pembangunan, dengan memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja pembangunan; memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari


(29)

commit to user

pemilihan tujuan dan target; memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi (Teguh, 2008).

Menurut Wulan dalam Arikunto (1999), Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat keberhasilan program

Menurut Worthen dan Sanders (1979) dalam Djunaidi (2008). Evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

Feurstein (Isbandi Rukminto Adi,2001) menyatakan adanya 10 alasan mengapa suatu evaluasi perlu dikatakan. Meskipun demikian, tidak semua alasan selalu muncul pada setiap kasus pengevaluasian. Akan tetapi, kesepuluh alasan inilah yang paling sering mucul dan menjadi alasan mengapa suatu evaluasi dilakukan. Kesepuluh alasan tersebut yaitu: (a) untuk melihat apa yang sudah dicapai; (b) melihat kemajuan dikaitkan dengan tujuan program; (c) meningkatkan pemantauan agar tercapai manajemen yang lebih baik; (d) melihat apakah suatu usaha sudah dilakukan secara efektif; (f)melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal; (g) mengumpulkan informasi untuk merencanakan dan mengelola kegiatan program secara lebih baik; (h) berbagi pengalaman; (i) meningkatkan keefektifan; dan (j) memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih baik karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan komunitas lokal.

Selaras dengan itu Stufflebeam (Mardikanto, 1993) berpendapat bahwa pada dasarnya tujuan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang telah sesuai menyimpang dari pedoman yang ditetapkan, atau


(30)

commit to user

untuk mengetahui tingkat kesenjangan antara keadaan yang telah dicapai dengan keadaan yang dikehendaki (seharusnya dapat dicapai). Sehingga akan dapat diketahui tingkat efektifitas dan efisiensi kegiatan yang telah dilaksanakan, untuk selanjutnya dapat segera diambil langkah-langkah guna meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi kegiatan seperti yang dikehendaki.

Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, evaluasi ini dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (progam, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu progam, perbaikan progam, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat ( Farida, 2000).

Menurut Mardikanto (2005), Pokok-pokok yang terkandung dalam pengertian evaluasi adalah:

a. Kegiatan pengamatan dan analisis terhadap suatu keadaan, peristiwa,

gejala alam atau sesuatu obyek

b. Membandingkan segala sesuatu yang kita amati dengan pengalaman atau

pengtahuan yang kita miliki atau ketahui

c. Melakukan penilaian atas segala sesuatu yang diamati berdasarkan hasil

perbandingan atau pengukuran yang kita lakukan

Menurut Stufflebeam (1967) dalam Tayibnapis (2000) evaluasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :

a. Context evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini

membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh progam dan merumuskan tujuan progam.

b. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur

keputusan, menentukkan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa yang direncanakan dan strategi untuk mencapai kebutuhan.

c. Procces evaluation, to serve implementing decision.Evaluasi proses untuk


(31)

commit to user

telah diterapkan? apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol dan diperbaiki.

d. Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk

menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang dilakukan setelah progam berjalan?

Menurut Fuddin (2009). Model CIPP merupakan model yang berorientasi kepada pemegang keputusan. Model ini membagi evaluasi dalam empat macam, yaitu :

a. Evaluasi konteks melayani keputusan perencanaan yaitu membantu

merencanakan pilihan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai dan merumuskan tujuan program.

b. Evaluasi masukan untuk keputusan strukturisasi yaitu menolong mengatur

keputusan menentukan sumber-sumber yang tersedia, alternatif-alternatif yang diambil, rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, serta prosedur kerja untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

c. Evaluasi proses melayani keputusan implementasi yaitu membantu

keputusan sampai sejauh mana program telah dilaksanakan.

d. Evaluasi produk untuk melayani daur ulang keputusan. Keunggulan model

CIPP merupakan system kerja yang dinamis.

Ada banyak model yang bisa digunakan dalam melakukan evaluasi program khususnya program pendidikan. Meskipun terdapat beberapa perbedaan antara model-model tersebut, tetapi secara umum model-model tersebut memiliki persamaan yaitu mengumpulkan data atau informasi obyek yang dievaluasi sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan.

Worthen & Sanders mengistilahkan dengan pendekatan evaluasi

(evaluation approach). Menurutnya, ada enam pendekatan evaluasi, yaitu:

objectives oriented, management oriented, consumer oriented, expertise

oriented, adversary oriented, dan naturalistic and participant oriented.

Menurut Djunaidi (2009), Model-model dalam evaluasi ini dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam), yaitu :


(32)

commit to user

a. Goal oriented Evaluation

Dalam model ini, seorang evaluator secara terus menerus melakukan pantauan terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian yang terus-menerus ini menilai kemajuan-kemajuan yang dicapai peserta program serta efektifitas temuan-temuan yang dicapai oleh sebuah program. Salah satu model yang bisa mewakili model ini adalah discrepancy model yang dikembangkan oleh Provus. Model ini melihat lebih jauh tentang adanya

kesenjangan (Discrepancy) yang ada dalam setiap komponen yakni apa

yang seharusnya dan apa yang secara riil telah dicapai.

b. Decision Oriented Evaluation

Dalam model ini, evaluasi harus dapat memberikan landasan berupa informasi-informasi yang akurat dan obyektif bagi pengambil kebijakan untuk memutuskan sesuatu yang berhubungan dengan program. Evaluasi CIPP yang dikembangkan oleh stufflebeam merupakan salah satu contoh model evaluasi ini. Model CIPP merupakan salah satu model yang paling sering dipakai oleh evaluator. Model ini terdiri dari 4 komponen evaluasi sesuai dengan nama model itu sendiri yang merupakan singkatan dari Context, Input, Process dan Product. Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan (Baline R. Worthern & James R Sanders : 1979) Karenanya upaya yang dilakukan evaluator dalam evaluasi konteks ini adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap

lingkungan, kebutuhan serta tujuan (goal). Evaluasi input (input

evaluation) merupakan evaluasi yang bertujuan menyediakan informasi

untuk menentukan bagaimana menggunakan sumberdaya yang tersedia

dalam mencapai tujuan program. Evaluasi proses (process evaluation)

diarahkan pada sejauh mana kegiatan yang direncanakan tersebut sudah dilaksanakan. Ketika sebuah program telah disetujui dan dimulai, maka

dibutuhkanlah evaluasi proses dalam menyediakan umpan balik (feedback)

bagi orang yang bertanggungjawab dalam melaksanakan program tersebut.


(33)

commit to user

model CIPP. Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada input. Dalam proses ini, evaluasi produk menyediakan informasi apakah program itu akan dilanjutkan, dimodifikasi kembali atau bahkanakandihentikan.

c. Transactional Evaluation

Dalam model ini, evaluasi berusaha melukiskan proses sebuah program dan pandangan tentang nilai dari orang-orang yang terlibat dalam program tersebut.

d. Evaluation Research

Sebagaimana disebutkan diatas, penelitian evaluasi memfokuskan kegiatannya pada penjelasan dampak-dampak pendidikan serta mencari solusi-solusi terkait dengan strategi instruksional.

e. Goal Free Evaluation

Model yang dikembangkan oleh Michael Scriven ini yakni Goal Free

Evaluation Model justru tidak memperhatikan apa yang menjadi tujuan

program sebagaimana model goal oriented evaluation. Yang harus

diperhatikan justru adalah bagaimana proses pelaksanaan program, dengan

jalan mengidentifikasi kejadian-kejadian yang terjadi selama

pelaksanaannya, baik hal-hal yang positif maupun hal-hal yang negative

f. Adversary Evaluation

Model ini didasarkan pada prosedur yang digunakan oleh lembaga hukum. Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. demikian juga dengan evaluasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen (Djunaidi, 2009).

Jadi evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut


(34)

commit to user

Model evaluasi program yang lain adalah model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Asumsi dasar dari model ini, bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mengembangkan program, seperti yang diungkapkan

Stufflebeam (1981)”The CIPP approach is based on the view that the most

important purpose of evaluation is not prove but improve”. CIPP sendiri

merupakan singkatan dari Huruf awal empat buahkata yaitu context, input,

prosess dan product yang menjadi sasaran evaluasi dan tidak lain adalah

komponen dari proses yang memandang program yang dievaluasi sebagai sistem.

a. Evaluasi konteks (Context evaluation)

Orientasi evaluasi konteks adalah untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan objek, misalnya lembaga, program, popolasi sasaran atau imdividu untuk arahan perbaikan (Stufflebearn,1986). Berbagai aspek yang perlu dikaji meliputi : (1) letak geografis dan kondisi fisik daerah lokasi program; (2) Kondisi masyarakat umumnya seperti jumlah penduduk (laki-laki, perempuan, pemuda, anak-anak, balita). Umur perkawinan, tingkat pendidikan, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya; (3) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan karakteristiknya, antara lain jenis pekerjaan, tingkat pendapatan dan gambaran kondisi kehidupan yang tercermin dari kondisi rumah dan pemilikan benda lainnya; (4) Kondisi sosial budaya dan karakteristiknya misalnya agama dan kondisi ketaatannya, tradisi sosialbudaya/adat dan kepercayaan,

polakepemimpinan, pola pergaulan (interaksi sosial), hubungan

kekeluargaan, hubungan pergaulan laki-laki danperempuan, pemanfaatan waktu luang siang dan malam hari, pola pendidikan keluarga, organisasi kemasyarakatan yang ada, mekanisme kegiatan dan tingkat interaksi dengan masyarakat luar daerah; (5) Kondisi kesehatan meliputi berbagai jenis penyakit yang dijumpai di masyarakat terhadap kesehatan secara umum, pola pengobatan yang lebih banyak diyakini masyarakat (tradisi-modern), tingkat pemanfaatan fasilitas bagi masyarakat; (6) Kebutuhan masyarakat dengan penjelasan alasan pemanfaatannya (Sutopo, 2003)


(35)

commit to user

b. Evaluasi input (Input Evaluation)

Orentasi evaluasi input adalah untuk menentukan program dalam

rangka menumbuhkan kebutuhan-kebutuhan untuk berubah

(stufflebeam,1986). Kajian ini mencoba memahami lingkungan sasaran termasuk di dalammya hambatan, rintangan dan sumber daya yang tersedia yang dibutuhkan dalam proses pelaksnaan program. Dengan demikian, evaluasi input merupakan usaha yang dilakukan untuk menyajikan beragam hal baik fisik maupun non fisik yang menjadi dasar dan kelengkapan untuk terselenggaranya proses yang lancar dan mekanisme kerja program bagi tercapainnya tujuan. Beragam input yang disediakan antara lain pembentukan organisasi pendukung proses kegiatan program; jenis pelatihan/pendidikan ketramplan, sikap dan pengetahuan, serta pola dan strategi penyampaiannya, bahan latihan dan fasilitas fisik dan dana yang disediakan bagi masyarakat dan mekanismenya (Sutopo,2003)

c. Evaluasi Proses (Prosess Evaluation)

Pada dasranya, evaluasi merupakan pengecekan terus-menerus terhadap implementasi pernecanaan program. Beberapa tujuan evaluasi

proses adalah; (1) Memberikan umpan balik (Feedback) apakah

pengembangan kegiatan program sesuai dengan jadwal, apakah dilaksanakan berdasarkan rencana yang sudah dibuat dan apakah menggunakan sumber daya yang tersendia secara efektif; (2) Memberi arahan untuk melakukan modifikasi perncanaan sesuai kebutuhan, karena tidak semua aspek perncanaan dapat diterapkan dalam pengembangan program dan karena bebrapa keputusan sebelumnya ternyata tidak sesuai dengan kondisi yang ada; (3) Menilai capaian program yang diterima dan dapat dilaksanakan partisipan secara periodik; (4) Memberikan catatan yang lengkap tentang program yang benar-benar dilaksanakan dan

bagaimana bila dibandingkandengan harapan partisipan


(36)

commit to user

Evaluasi proses mengambarkan recana program dan evaluasi sebelumnya yang menjadi landasan untuk menidentifikasi aspek-aspek penting suatu program yang seharusnya dipantau. Beberapa hal yang harus diidntifikasi dalam evaluasi proses antara lain struktur organisasi dan mekanisme kerjanya; bentuk kegiatan, sasaran utama, partisipasi masyarakat, bentuk, jenis dan mekanismenya; kelancaran berbagai yang telah dilakukan; pemanfaatan berbagai fasilitas yang disediakan; dan kegiatan kerjasama antar lembaga yang ada (Sutopo,2003)

d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)

Maksud evaluas produk adalah mengukur, menginterpretasikan dan menilai capaian program dan tujuan utamanya adalah untuk memastikan apakah kegiatan program dapat memenuhi kebutuhan dan harapan kelompok sasaran. Evaluasi produk melihat dampak program secara luas termasuk dampak yang diharapkan dan tidak diharapkan dan hasil positif maupun negatif (Stufflebeam,1986) dengan demikian kita dapat mengetahui tingkat efektifitas suatu kegiatan program. Menurut (Sutopo,2003) gambaran hasil ini antara lain: (1) Output, misalnya; peningkatan jumlah warga sebagai peserta program; tingkat penurunan penyakit yang menjadi sasaran program; (2) Product, misalnya: berkembangnya kesadaran dan lingkungan fisik maupun sosial, sikap dan prilaku hubungan seksual dan pergaulan yang berubag ke arah yang lebih baik dan aman, persepsi positif atau pun negatif warga masyarakat dan sasaran sertapelaksana program pana perjalanan program selama ini; (3) Outcome, misalnya: manfaat yang bisa diperoleh dari berkembangnya persepsi positif, kesadaran dan sikap warga masyarakat, kemungkinan pengaruhnya pada masyarakat di luar program.

Selanjutnya (Sutopo,2003) juga manyampaikan bahwa semua bagian faktor yang meliputi context dengan kekhususan karakteristik baik masyarakatnya maupun kondisi fisik daerah di mana program dilaksanakan, input yang berupa fasilitas ataupun ketrampilan yang diperlukan bagi terselenggaranya program, prosess yang berkaitan dengan kualitas hasil yang merupakantujuan (termasuk output dan outcome), merupakan kesatuan yang


(37)

commit to user

sangat menentukan keberhasilan program. Bagian-bagian tersebut saling mempengaruhi, saling membentuj dan menentukan, yang terpadu menjalin kesatuan yang utuh dan membangun kualitas dengan maknanya yang menyeluruh. CIPP ini akan mampu mendeskripsikan semua unsur yang berperan dalam kegiatan program dengan kekuatan dan kelemahannya, proses kegiatan program, pencapaian tujuan, kesenjangan dan keterpaduan antar unsurnya.

G. Kerangka Berpikir

Keberaadaan kelembagaan penyuluhan pertanian yang lemah beberapa tahun terakhir ini, menyebabkan lambatnya proses difusi hasil inovasi dan teknologi dari lembaga penelitian. Atas dasar itu Badan Litbang Pertanian mengitroduksikan Pengembangan model Prima Tani (Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian) Prima Tani

merupakan suatu pengkajian model atau konsep baru diseminasi teknologi

pertanian yang diharapkan dapat mempercepat penyampaian informasi teknologi pertanian dan bahan dasar teknologi baru kepada pengguna. Prima Tani juga merupakan wahana pengkajian partisipatif dan merupakan kegiatan terencana dan dilaksanakan secara sistematis untuk mewujudkan pengkajian dan pengembangan berorientasi konsumen/pengguna, sehingga perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program yang telah dilaksanakan.

Salah satu model evaluasi yang bisa diaplikasikan dalam program ini adalah evaluasi dengan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator, oleh karena itu uraian yang diberikan relatif panjang dibandingkan dengan model-model lainnya. Model CIPP ini dikembangkan

oleh Stufflebeam dan kawan-kawan (1976) di Ohio State University. CIPP

yang merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu:

context evaluation : evaluasi terhadap konteks, input evaluation : evaluasi

terhadap masukan, process evaluation : evaluasi terhadap proses, dan


(38)

commit to user

dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, CIPP adalah model evaluasi yang memandang program yang di evaluasi sebagai sebuah sistem (Arikunto, S dan Cepi Safrudin A.J, 2004).

Berbagai hal yang perlu dikaji pada evaluasi dengan model CIPP antara

lain, context meliputi beragam hal mengenai kondisi masyarakat, kondisi

sosial ekonomi masyarakat dan kondisi sosial budayanya. Input meliputi

beragam hal yaitu fasilitas dan dana yang disediakan untuk pelaksanaan

program. Process meliputi survey lokasi dan Implementasi Inovasi Teknologi,

dan product meliputi beragam hal antara lain peningkatan Percontohan sitem

Agribisnis, Pengadaan sistem teknologi dasar, Menyediakan informasi, konsultasi, dan sekolah lapang bagi petani sehingga keluaran akhir dari Prima Tani akan terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID)

Evaluasi dengan model CIPP ini akan mampu mendeskripsikan semua unsur yang berperan dalam kegiatan program dengan kekuatan dan kelemahannya, proses kegiatan program, kesenjangan dan keterpaduan antar unsurnya, sehingga mampu menghasilkan saran yang bermanfaat bagi perbaikan dan pengembangan program (Yayasan Indonesia Sejahtera , 1999).

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka berfikirnya adalah sebagai berikut:


(39)

commit to user

Gambar 1.Skema kerangka berpikir evaluasi progam Prima Tani model CIPP

(contex, input, procces dan product) di Desa Palur Kecamatan

Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Evaluasi Program

Prima Tani dengan Model CIPP

Context

1. Kondisi Geografis

2. Kondisi Masyarakat

3. Kondisi sosial dan budaya

4. Kondisi Pertanian dan

peternakan

Input 1. Fasilitas 2. Dana

3. Inovasi Teknologi

Process

1. Penguatan

kapasitas individu, kelompok dan kelembagaan

Product

a Output

b Product

c Outcome

Lambatnya Diseminasi Inovasi

Program Prima Tani

Tujuan Prima Tani

a Percontohan sitem Agribisnis

b Pengadaan sistem teknologi dasar

c Menyediakan informasi, konsultasi,

dan sekolah lapang bagi petani

Terbentuknya Unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) Dan Sistem Usahatani Intensifikasi Dan


(40)

commit to user

H. Dimensi Penelitian

1. Kontek (Context)

a. Kondisi Geografis merupakan keadaan geografis lokasi pelaksanaan

program prima tani

b. Kondisi masyarakat meliputi umur dan pendidikan formal, jumlah

penduduk, mata pencaharian, sarana dan prasarana, sarana

perekonomian dan sarana transportasi dan telekomunikasi

c. Kondisi sosial dan budaya masyarakat meliputi bentuk kelembagaan

dalam masyarakat dan adat atau kebiasaan yang masih dilakukan oleh masyarakat.

d. Kondisi Pertanian dan peternakan merupakan keadaan yang meliputi

teknologi yang digunakan dalam usaha tani sebelum adanya Program Prima Tani

2. Input

a. Fasilitas yaitu sarana yang diberikan untuk menunjang kegiatan Program Prima.

b. Dana, yaitu sejumlah biaya yang akan digunakan dalam pelaksanaan

progam Prima Tani

c. Inovasi Teknologi merupakan bentuk teknologi yang diberikan dalam

program Prima Tani

3. Proses

a. Penguatan kapasitas adalah proses peningkatan kemampuan indiividu,

kelompok, organisasi dan kelembagaan yang lain untuk memahami dan melaksanakan program.

4. Produk

a. Output Yaitu adanya keluaran (output) pelaksanaan program prima tani

berupa hasil yang dapat terukur.

b. Product Yaitu adanya hasil (Product) berupa peningkatan kemampuan

pelaku program prima tani dalam melaksanakan kegiatan program dan menunjang keberlanjutan program

c. Outcome Adanya manfaat lain yang diperoleh dari meningkatnya

kemampuan pelaku program dalam melaksanakan kegiatan dan menunjang keberlanjutan program


(41)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Bentuk Strategi Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian yang lebih menekankan pada proses dan makna dari pelaksanaan suatu program pengembangan masyarakat, maka penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif.

Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Yin (1987) menyatakan bahwa studi kasus adalah penyelidikan empiris yang menyelidiki fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata, ketika batas-batas antara fenomena dan konteks tidak jelas terlihat dan di mana berbagai sumber bukti yang digunakan.

Secara khusus, jenis studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal. Menurut Sutopo (2002), suatu penelitian disebut sebagai studi kasusu tunggal bilamana penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik. Artinya, penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi dan satu objek). Selanjutnya, studi kasus dalam penelitian ini adalah studi kasus

terpancang (embedded case study), artinya sebelum penelitian dilaksanakan

peneliti sudah memilih dan menentukan unsur-unsur yang akan menjadi fokus dalam penelitian (Sutopo,2002)

Berkaitan dengan unsur-unsur tersebut, dalam melakukan evaluasi juga terdapat pendekatan yang didasari dengan pola pikir keberkaitan sumua unsur pokok yang terlibat. Evaluasi bertujuan untuk menggali, menemukan dan memahami baik kekuatan maupun kelemahan dari semua variable pokok yang terlibat dalam suatu kegiatan, peristiwa atau pelaksanaan program. Pendekatan ini terutama mengarah pada cara pandang dan struktur proses analisis dari semua informasi mengenai beragam variabel pokok yang terlibat, sehingga bisa menemukan kekuatan dan kelemahannya , serta menghasilkan suatu simpulan yang mantap dari perspektif pandangan konsep pendekatan tersebut (Sutopo,2002). Dalam penelitian ini, pendekatan model yang digunakan

adalah CIPP (context, Input, Proses, Product)


(42)

commit to user

Menurut Sutopo (2002), pendekatan CIPP pada dasarnya

merupakanpendekatan yang digunakan dalam pengembangan program, yang

secara keseluruhan memperhitungkan keterkaitan antar faktornya (context,

input, prosess, product).

B. Lokasi Penelitian

Penetapan lokasi dalam penelitian diambil secara sengaja (purposive),

yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Lokasi yang dipilih adalah Desa Palur di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Pemilihan desa sendiri lebih dikarenakan Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) satu-satunya desa di kabupaten Sukoharjo yang ditunjuk untuk melaksanakan program tersebut.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan

melalui wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai alatnya. Dengan teknik wawancara dapat mengetahui informasi tentang masa lampau, masa sekarang, ataupun rencana di masa datang. Data

tersebut berupa hasil wawancara dari informan dan hasil

pengamatan/observasi di lapangan.

2. Data Sekunder adalah data-data yang dikumpulkan dari instansi atau

lembaga yang berkaitan dengan penelitian, dengan mencatat langsung data yang bersumber dari dokumentasi yang ada yaitu monografi daerah penelitian, Petunjuk pelaksanaan Prima Tani dan laporan terkait kegiatan Prima Tani.

D. Teknik Sampling

Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi.


(43)

commit to user

Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menggunakan cuplikan statistik

atau probability sampling sebagai teknik cuplikan, dalam penelitian kualitatif

cuplikan diambil untuk mewakili informasinya, dengan kedalaman yang tidak perlu ditentukan oleh jumlah sumber datanya. Dengan demikian cuplikan yang diambil lebih bersifat selektif karena peneliti mendasarkan pada landasan kaitan teori yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi dan sebagainya. Peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap sehingga dalam penelitian ini lebih

bersifat purposive sampling atau criterion-based selection (Sutopo,2002).

Sampel informan yang dipilih dalam penelitian ini antara lain anggota atau pengurus kelompok tani Kromo Bogo (Pelaksana Program Prima Tani), Petugas penyuluh lapangan, Perngkat desa dan Tokoh Masyarakat

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode:

1. Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan langsung dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara. Dengan teknik ini peneliti mencari informasi tentang konteks, input, proses dan produk dalam program prima tani.

2. Observasi adalah mengamati secara langsung kegiatan yang sedang

berlangsung di lapangan yang dapat berupa pristiwa, aktivitas, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman gambar (Sutopo,2006). Dalam hal ini peneliti mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program prima tani, keadaan lokasi program dan

3. Pengkajian terhadap dokumen atau arsip juga dilakukan guna

mendapatkan suatu data. Data tersebut meliputi laporan kegiatan prima tani, monografi desa dan dokumen lain yang terkait dalam program prima tani.


(1)

commit to user

4. Product

Hasil implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan di lokasi Prima Tani Lahan Sawah Intensif Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo (Prima Tani Kabupaten Sukoharjo) sampai dengan tahun 2009 adalah terbentuknya sistem usaha tani integrasi padi ternak sapi bebas limbah (SIPT-BL), Terbentuknya unit usaha penggemukan sapi dengan sistem kandang komunal dan Terbentuknya Klinik Agribisnis.

a. Pada saat ini kelompok SIPT-BL sudah mampu melaksanakan kegiatan

budidaya padi dengan pendekatan PTT, budidaya penggemukan sapi, pengolahan jerami fermentasi dan pembuatan pupuk organik padat dengan baik dan menggunakan jerami fermentasi untuk pakan sapi dan pupuk organik untuk pemupukan lahan sawah. Namun untuk penerapan PTT, tidak semua menerapkan sesuai dengan anjuran, adapun penerapan yang tidak sesuai dengan anjuran adalah penggunaan benih yang berlebihan, pola tanam masih menggunakan sistem tegel, pengendalian hama hama dan penyakit tidak dengan PHT (pengendalian Hama Terpadu).

b. Kendala pengairan yang dihadapi oleh petani pada musim kemarau

diatasi dengan pemberian bantuan berupa pompa air yang digunakan untuk memompa air dari sungi bengawan solo.

c. Keberadaan klinik Agribisnis masih belum dimanfaatkan oleh petani

sebagai saran konsultasi tentang masalah usaha tani. kurangnya sosialisai menjadikan petani kurang tahu tentang keberadaan Klinik Agribisnis. Yang seharusnya petani dapat mencari informasi tentang inovasi yang berkembang saat ini dan dapat berkonsultasi terkait masalah usaha tani mereka.

d. Pelaksanaan Program Prima Tani ternyata memberikan dampak pada

kesejahteraan petani yaitu dengan meningkatnya pendapatan usaha tani.

e. Melihat sistem penggemukan sapi yang diterapkan dalam Program

Prima Tani mengakibatkan jumlah ternak sapi yang ada di Desa Palur menjadi meningkat.


(2)

f. Dalam upaya penyediaan benih padi telah terbentuknya usaha perbenihan padi yang dilakukan oleh pihak swasta yang berkerja sama dengan petani. Usaha ini sudah mendapatkan izin untuk memproduksi benih secara mandiri. Model usaha perbenihan yang diterapkan adalah model penangkar (petani) – produsen (swasta)

g. Implikasi Kebijakan Pemeliharaan sapi dengan model SIPT-BL yang

dikaitkan dengan penerapan PTT padi sawah mampu meningkatkan produktivitas padi, daging sapi, kualitas lingkungan dan tanah sawah, dan pendapatan petani, sehingga model tersebut dapat menjadi salah satu alternatif dalam pencapaian swasembada beras dan daging sapi maupun untuk mendukung upaya menuju pertanian ramah lingkungan.

C. Pembahasan

Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) adalah suatu pengkajian model atau konsep baru diseminasi teknologi pertanian dan bahan dasar teknologi baru kepada pengguna serta membangun kelembagaan pedesaan secara partisipatif. Dalam menentukan lokasi pelaksanaan program Prima Tani, Desa Palur sangat mendukung untuk dilaksanakannya program Prima Tani dengan melihat potensi yang ada di desa palur tersebut yang meliputi kondisi tekstur tanah, sarana dan prasarana, keadaan penduduk, teknologi yang diterapkan petani dalam usaha tani mereka serta permasalahan pertanian yang ada di desa palur.

Dalam menentukan inovasi yang akan diintroduksikan oleh petani di Desa Palur didasarkan pada permasalahan pertanian dan peternakan yang meliputi usahatani padi sawah belum optimal: produktivitas masih rendah, belum mengenal padi varietas unggul baru, kesuburan lahan rendah, pemanfaatan pupuk kandang (kompos) masih kurang dan sebagian lahan kekurangan air pada musim kemarau dan usahatani penggemukan sapi belum optimal: perkandangan kurang sehat, kurang informasi tentang manfaat limbah pertanian dan peternakan dan kurang informasi inovasi teknologi pengolahan limbah pertanian dan peternakan. Sehingga dengan mengetahui


(3)

commit to user

permasalahan tersebut maka diberikan muatan inovasi berupa penerapana

Sistem Integrasi Padi Sapi Bebas Limbah (SIPTBL) dengan

mengitroduksikan budidaya padi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah lahan irigasi, budidaya penggemukan sapi potong sistem kandang komunal, dan pengolahan limbah pertanian dan peternakan. Dan pembentukan kelembagaan yang meliputi Kelembagaan Usaha Tani Terpadu dan Klinik Agribisnis.

Untuk melaksanakan program Prima Tani dilakukan dengan penguatan kapasitas yaitu proses peningkatan kemampuan melalui kegiatan penguatan kapasitas individu, kelompok atau kelembagaan. Semua kegiatan yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana, namun dalam penerapannya masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Petani masih belum bisa melaksanakan sesuai dengan fungsi secara efektif. Petani masih melakukan kegiatan usaha tani mereka masih melakukannya secara individu. Hal ini dibutuhakan kesadaran bagi petani pentingnya melakukan kegiatan secara kelompok.

Hasil implementasi inovasi teknologi dan kelembagaan di lokasi Prima Tani Lahan Sawah Intensif Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo (Prima Tani Kabupaten Sukoharjo) sampai dengan tahun 2009 adalah terbentuknya sistem usaha tani integrasi padi ternak sapi bebas limbah (SIPT-BL), Terbentuknya unit usaha penggemukan sapi dengan sistem kandang komunal dan Terbentuknya Klinik Agribisnis, kelompok SIPT-BL sudah mampu melaksanakan kegiatan budidaya padi dengan pendekatan PTT, dan peningkatan pendapatan petani.


(4)

commit to user

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Evaluasi Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten sukoharjo yang telah tersaji di atas dapat disimpulkan sesuai rumusan masalah yang ada yaitu sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program Prima Tani dilihat dari komponen context

(konteks) adalah

a. Keadaan wilayah Desa Palur sesuai dengan kriteria sebagai

pelaksana program.

b. Banyak penduduk yang telah menempuh pendidikan formal

memudahkan dalam pemberian dan penerapan inovasi teknologi

c. Terjadi kendala pengairan pada musim kemarau dan belum

dimanfaatkannya air sungai Bengawan Solo sebagai sumber pengairan pada musim kemarau

d. Sarana dan prasarana yang ada di desa Palur sangat mendukung

pelaksanaan kegiatan program Prima Tani.

e. Adanya kelembagaan pertanian yaitu BPP (Balai Penyuluh

Pertanian) dan Laboroatorium Pengamat Hama dan penyakit Tanaman padat membantu mendukung kegiatan Program Prima Tani

f. Penerapan inovasi teknologi dalam usaha tani dan usaha ternak

masih sangat sederhana sehingga dengan Prima Tani petani dapat meningkatkan sistem budidaya dalam usaha tani.

2. Pelaksanaan program Prima Tani dari komponen input (masukan) adalah

a. Perumusan kebutuhan inovasi teknologi berdasarkan pada potensi

sumber daya lahan, air, manusia, dan infrastruktur. Dengan meliha kondisi tersebut maka diberikan muatan inovasi berupa sistem

Pertanian Padi-Ternak Bebas Limbah (SIPTBL) dengan

mengintroduksikan budidaya padi denagn pendekatan Pengelolaan


(5)

commit to user

Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah lahan irigasi, penggemukan sapi potong dengan sistem kandang komunal dan pengolahan limbah pertanian dan peternakan yang berupa pembuatan pakan jerami fermentasi dan pembuatan pupuk organk.

b. Fasilitas fisik dan bantuan yang diberikan untuk pelaksana program

Prima Tani berupa kandang komunal, sapi dan pompa air.

3. Pelaksanaan program Prima Tani dari komponen process (proses)

melalui kegiatan penguatan kapasitas yang meliputi:

a. Penguatan kapasitas individu yaitu dengan melakukan kegiatan

penyuluhan dan pelatihan pengolahan limbah peternakan dan pertanian

b. Penguatan kapasitas Kelompok yaitu dengan melakukan studi

banding ke bebrapa kelompok tani lain di luar daerah.

c. Penguatan kapasitas kelembagaan yaitu dengan pembentukan unit

usaha tani terpadu, revutalisasi gabungan kelompok tani dan pembentukan klinik agribisnis.

4. Pelaksanaan program Prima Tani dari komponen product (hasil) adalah

a. Terbentuknya unit usaha penggemukan sapi dengan sistem kandang

komunal dan Terbentuknya Klinik Agribisnis

b. Terbentuknya kelompok SIPT-BL dan sudah mampu melaksanakan

kegiatan budidaya padi dengan pendekatan PTT, budidaya penggemukan sapi, pengolahan jerami fermentasi dan pembuatan pupuk organik padat dengan baik dan menggunakan jerami fermentasi untuk pakan sapi dan pupuk organik untuk pemupukan lahan sawah

c. terbentuknya usaha perbenihan padi yang dilakukan oleh pihak

swasta yang berkerja sama dengan petani

d. Kendala pengairan dapat diatasi dengan bantuan pompa air

e. Keberadaan klinik Agribisnis masih belum dimanfaatkan oleh petani


(6)

f. Dengan adanya Program Prima Tani terjadi peningkatan pendapatan dari petani baik dari usaha pertanian dan peternakan.

g. Terjadi peningkatan jumlah ternak sapi setelah adanya program

prima tani.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disajikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Diperlukan pendampingan dan bimbingan secara berkala dan

terus-menerus yang dilakukan oleh penyuluh Di desa Palur setelah Program Prima Tani Selesai

2. Pertemuan kelompok tani harus dilakukan secara rutin. Dengan

mengadakan petemuan rutin dapat diketahui permasaahan yang sedang dihadapi oleh petani dan dapat saling tukar informasi tentang usaha tani merek

3. Diperlukan sosialisai tentang klinik agribisnis karena masih banyak