Sistem Kepercayaan Kebudayaan Masyarakat Suku Sunda di Kota Medan

2.3 Kebudayaan Masyarakat Suku Sunda di Kota Medan

2.3.1 Sistem Kepercayaan

Hampir semua orang Sunda beragama Islam.Hanya sebagian kecil yang tidak beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Medan Tetapi juga ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha.Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta. Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi gotong royong. Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung 17 , salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal Guriang Tunggal yang menitiskan sebagian kecil diri-Nya ke dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia titisan Allah ini disebut Dewata ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka. Pada umumnya masyarakat Sunda baik di Jawa Barat maupun yang bermigrasi ke Sumatera, merupakan pemeluk Islam yang baik. Ajaran-ajaran Islam dilaksanakan sesuai dengan hukum-hukum Islam yang memiliki konsep-konsep ketauhidan dan hukum-hukum fiqih menjadi landasan yang mendasari seluruh kegiatan kehidupan masyarakat Sunda. 17 Lutung Kasarung adalah sebuah cerita pantun yang sangat terkenal dalam masyarakat Sunda di Jawa Barat, Indonesia. Yang menceritakan Sanghyang Guruminda dari kahyangan ke bumi dalam wujud seekor lutung yaitu kera hitam berekor panjang. Lalu ia tersesat dan bertemu dengan seorang putri dan menikahi putri tersebut yang bernama Purbasari. Samsuni, pimpred www.ceritarakyatnusantara.com Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, Yogyakarta. Meskipun begitu, pengaruh Hindu yang telah berakar selama lebih dari seribu lima ratus tahun menyebabkan praktik-praktik ke-Hindu-an dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sunda tetap dilakukan. Contohnya adalah peringatan kematian tiluna tiga hari, tujuhna tujuh hari, matangpuluh 40 hari, mendak taun setahun, newu seribu hari dan haul peringatan tahunan yang tidak diajarkan oleh agama Islam tetap saja dilaksanakan dengan konsep dan bentuk yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam. Masyarakat Sunda sebagai pendukung upacara mapag penganten, pada dasarnya melandaskan upacara mapag penganten yang notabene merupakan rituall peninggalan Kejaraan Pajajaran pada ajaran Islam.Rajah24 do‟a-do‟a pada upacara tersebut ditujukan pada Allah SWT sebagai permohonan perlindungan atas penyelenggaraan upacara. Juga dalam ritual buka pintu yang menggunakan kalimat syahadatain dua kalimat Syahadat dan ucapan salam merupakan salah satu contoh “penyesuaian” upacara adat dengan ajaran agama Islam.

2.3.2 Sistem Mata Pencaharian