Kirab Helaran Karya Sastra Seni Tari

2.4. Kesenian

Ada beberapa bentuk kesenian yang menjadi pembahasan terkait dalam kebudayaan masyarakat Sunda yaitu:

2.4.1. Kirab Helaran

Kirab Helaran atau yang disebut sisingaan adalah suatu jenis kesenian tradisional atau seni pertunjukan rakyat yang dilakukan dengan arak-arakan dalam bentuk helaran. Pertunjukannya biasa ditampilkan pada acara khitanan atau acara-acara khusus seperti : menyambut tamu, hiburan peresmian, kegiatan HUT Kemerdekaan RI dan kegiatan hari-hari besar lainnya.

2.4.2. Karya Sastra

Ada beberapa bentuk karya sastra dalam bahasa jawa yang berasal dari kebudayaan masyarakat Sunda seperti berikut : 1. Babad Cerbon 2. Cariosan Prabu Siliwangi 3. Carita Ratu Galuh 4. Carita Purwaka Caruban Nagari 5. Carita Waruga Guru 6. Kitab Waruga Jaga 7. Layang Syekh Gawaran 8. Pustaka Raja Purwa 9. Sajarah Banten 10. Suluk Wuyung Aya 11. Wahosan Tumpawarang 12. Wawacan Angling Darma 13. Wawacan Syekh Baginda Mardan 14. Kitab Pramayogajipta Sara

2.4.3. Seni Tari

Ada beberapa seni tari yang terkenal dalam kebudayaan masyarakat Sunda yaitu : 1. Tari Jaipongan Tanah Sunda Priangan dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik. Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan atau tari jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu. Tari jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb . Degung bisa diibaratkan „Orkestra‟ dalam musik EropaAmerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan. 2. Tari Merak Tari merak merupakan tarian kreasi baru yang diciptakan oleh seorang koreografer bernama Raden Tjetje Somantri pada tahun 1950an, dan tahun 1965 dibuat koreografi barunya oleh Dra. Irawati Durban Arjon dan direvisi kembali pada tahun 1985 dan diajarkan kepada Romanita Santoso pada tahun 1993. 24 Tari merak sebenarnya menggambarkan tentang tingkah laku burung merak jantan yang memiliki keindahan bulu ekor sehingga banyak orang yang salah memperkirakan bahwa tarian ini tentang tingkah laku merak betina. Seperti burung- burung lainnya, burung merak jantan akan berlomba-lomba menampilkan keindahan ekornya untuk menarik hati merak betina. Merak jantan yang pesolek akan melenggang dengan bangga mempertontonkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna- warni untuk mencari pasangannya, dengan gayanya yang anggun dan memesona. Tingkah laku burung merak inilah yang divisualisasikan menjadi tarian merak yang menggambarkan keceriaan dan keanggunan gerak. Pesona bulu ekornya yang berwarna-warni diimplementasikan dalam kostum yang indah dengan sayap yang seluruhnya dihiasi payet, dan hiasan kepala mahkota yang disebut “siger” dengan hiasan berbentuk kepala burung merak yang akan 24 Dalam Seni Budaya Sunda Sanggar Mekar Asih Rebo, 27 Februari 2013 15:05 . bergoyang mengikuti gerakan kepala sang penari. Selanjutnya tarian inilah yang menjadi fokus penelitian penulis dalam tulisan ini yang akan dibahas lebih rinci pada Bab setelahnya. 3. Tari Topeng Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang berkembang di wilayah parahyangan. Menurut cerita rakyat yang berkembang Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian. Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang. Selain sebagai media hiburan, tarian ini juga pernah dijadikan sebagai media komunikasi dakwah Islam pada zaman dulu.

2.4.4. Seni Musik dan Suara