Ketentuan-Ketentuan Dasar dan Asas-Asas Hukum yang Berlaku bagi Kapal

adanya perubahan kedalaman Alur Pelayaran di perairan Pandu, serta penempatan Sero penangkap ikan atau penghalang alur lainnya, perubahan posisi, cahaya dan atau periode rambupelampung suar, kemungkinan adanya pembuangan sampah dan atau minyak dari kapal yang dapat mengakibatkan pengotoran dan pencemaran di lingkungan Alur Pelayaran, menemukan adanya jangkar, rantai dan tali kapal di alur pelayaran yang dapat membahayakan kapal lainnya serta Asisten Menejer Pemanduan meneruskan laporan pandu tersebut kepada Syahbandar selaku penanggung jawab keselamatan cq Instansi-instansi terkait di pelabuhan yang berwenang untuk itu.

C. Ketentuan-Ketentuan Dasar dan Asas-Asas Hukum yang Berlaku bagi Kapal

Pelayaran di laut banyak mengandung resiko dan menyangkut hubungan internasional. Untuk mewujdkan ketertiban lalu lintas pelayaran internasional, maka setiap kapal yang berlayar di laut harus memperhatikan beberapa hal, seperti: 1. Memiliki indentitasnyang jelas aspek status hukum 2. Memenuhi syarat untuk dilayarkan aspek keselamatan 3. Dijalankan oleh orang yang memiliki kompetensi untuk melayarkan kapal aspek pengawakan Sesuai dengan Konvensi Hukum Laut pada Tahun 1982 pengaturan lebih lanjut mengenai pendaftaran kapal menjadi wewenang masing-masing Universitas Sumatera Utara negara bendera yang didasarkan kepada sistem atau aliran pendaftaran kapal yang dianut didunia maritim yaitu: 1. The National School Aliran ini menaganut peraturan registrasi yang keras rigid, contohnya Portugal. Kapal yang dapat di negara ini adalah : a. Kapal yang dibuat di negara pendaftar, b. Dimiliki oleh warga dari negara tersebut, c. Nahkoda dan Anak Buah Kapal harus warga negara dari negara pendaftar. Aliran ini dapat disebut sistem pendaftaran tertutup yang kaku rigrid closed registry 2. The School of The Relaxed Law Aliran ini dianut oleh Panama, Liberia, Honduras, Costarica dan sebagainya yang sering dihubungkan dengan “Fllag of Convenience” karena mereka mengizinkan registrasi atas kapal-kapal yang dimiliki oleh pihak asing tanpa syarat apapun dan seringkali atas dasar perlakuan yang sama seperti kepada kapal-kapal dari warga negaranya sendiri Open Registry . Aliran ini mengaburkan prinsip “Genuine Link ” yang di atur dalam Konvensi Hukum Laut tahun 1982 3. The Balanced School Aliran ini mendasarkan terutama kepada pemilikan kapal untuk menerbitkan adanya hubungan yang sungguh-sungguh Genune Link antara negara bendera dan kapal yang mengibarkan benderanya sebagai bendera kebangsaan.Sebagai contoh adalah Inggris dan India. Universitas Sumatera Utara Penganut aliran ini mensyaratkan pendaftaran kapal keapda kepemilikan oleh warga negaranya atau badan hukum negara dan berkedudukan di wilayah negara pendaftar serta seluruh atau sebagian pengurus dan kepemilikan sahamnya oleh warga negara pendaftar.Aliran ini disebut sistem pendaftaran tertutup Closed registry yang luwes. 7 Indonesia telah memiliki Undang-Undang dari berbagai peraturan pelaksanaannya di bidang administratif, teknis dan sosial, yang terbaru adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran. Dalam Pasal 117 ayat 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran mengatur bahwa setiap kapal sesuai dengan daerah pelayarannya harus memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal yang salah satu unsurnya adalah status hukum kapal. Menurut Pasal 154 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran status hukum kapal dapat ditetukan setelah melalui beberapa proses, yaitu : 1. Pengukuran Kapal Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran juga telah di atur tentang pengukuran dan pendaftaran serta kebangsaan kapal. Sebaelum suatu kapak di daftarkan, maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran kapal, Pasal 155 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran juga menyebutkan : a. Setiap kapal sebelum dioperasikan wajib dilakukan pengukuran oleh pejabat pemerintah yang diberi wewenang oleh Menteri. 7 http:maritimeindonesia-mls.blogspot.com201111status-hukum-kapal.html , diakses pada tanggal 8 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara b. Pengukuran kapal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan menurut 3 tiga metode, yakni : 1 Pengukuran dalam negri untuk kapal berukuran panjang kurang dari 24 dua puluh empat meter. 2 Pengukuran internasional untuk kapal yang berukuran panjang 24 dua puluh empat meter atau lebih. 3 Pengukuran khusus untuk kapal ang akan melalui terusan tertentu 4 Berdasarkan pengukuran sebagai mana dimaksud pada ayat 1 Diterbitkan Surat Ukur untuk kapal dengan ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya GT 7 tujuh Gross Tonnage. c. Surat Ukur sebagaimana dimaksud pada ayat 3 diterbitkan oleh Menteri dan dapat dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk. 2. Pendaftaran Kapal dan Penetapan Kebangsaan Kapal Dasar hukum dalam hal pendaftaran kapal adalah sebagai berikut : a. Pasal 314 KUHD b. Peraturan Pendaftaran Kapal Stbl. 1933 No.48 c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran d. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 Tentang Perlengkapan e. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.26 Tahun 2006 Tentang Penyederhanaan Sistem dan Prosedur Pengadaan Kapal dan PenggunaanPenggantian Bendera Kapal f. Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 UNCLOS 1982 yang diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985. Universitas Sumatera Utara Pendaftaran kapal pada dasarnya adalah pendaftaran hak milik atas kapal. Hak milik merupakan bagian hukum benda dalam kerangka hukum perdata. Karena itu dasar hukum utama dari pendaftaran kapal adalah Pasal 314 KUHD yang merupakan “lex spesialis” dari KUH Perdata dan Stbl 1933 Nomor 48 sebagai peraturan pelaksanaannya. Karena pendaftaran kapal merupakan bagian dari status hukum kapal dalam rangka ke laik lautan kapak, maka Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan juga mengatur tentang pendaftaran kapal, tetapi hanya terbatas kepada persyaratan dan tata cara pendaftaran kapal atau aspek hukum publiknya saja. Berdasarkan ruang lingkup pedaftarannya dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2002 Tentang Perkapalan maka pendaftaran kapal dapat di bagi lagi menjadi 3 tiga bagian yakni : a. Pendaftaran hak milik. b. Pembebanan hipotek c. Pencatatan hak kebendaan lainnya atas kapal, pembebanan hipotek dan hak kebendan lainnya atas sebuah kapal baru dapat dilakukan bila hak milik atas kapal yang dimaksud telah di daftarkan. Pendaftaran kapal sangatlah penting dalam hal pelayaran laut yang memiliki tujuan sebagai berikut : a. Menentukan status hukum dari kapal yang didaftarkan. b. Memenuhi persyaratan guna mendapatkan surat kebangsaan kapal. Universitas Sumatera Utara c. Kapal yang telah didaftarkan mempunyai status benda tidak tetap terdaftar dan diperlukan sebagi hak kebendaan didalam jual beli dan pengalihan haknya. d. Kapal yang didaftarkan dapat dibebani hak hipotek. 8 Secara umum dapat dikatakan bahwa pendaftaran kapal dimaksudkan agar kapal yang bersangkutan selalu dapat didefinisikan sepanjang umur operasinya, karena itu setiap perubahan atas nama, pemilikan, ukuran dan spesifikasinya, tanda-tanda lain dari kapal harus secara jujur dilaporkan kepada pejabat pendaftaran kapal ditempat kapal didaftarkan. Pendaftaran kapal berdampak kepada dua aspek yaitu pendaftaran publik dan pendaftaran perdata. Pendaftaran publik meliputi : a. Kapal tersebut berada dibawah yurisdiksi negara bendera kapal Flog State dalam hal mengatur administratif, yaitu perihal keselamatan, kelaik lautan, awak kapal dan hukum pidana atau demikian kejahatan yang dilakukan di atas kapal. b. Negara bendera kapal berkewajiban untuk melaksanakan kewajiban internasional atas kapal yang membawa benderanya. c. Kapal yang bersangkutan memperoleh keuntungan perlindungan dari negara bendera kapal yang diberikan ada warga negaranya. d. Registrasi atau pendaftaran dianggap sebagai bukti pemilikan Evidence of Title, walaupun diberbagai negara bukti ini tidak mutlak. 8 Anis Idham, Pranata Jaminan Kebendaan Hipotek Kapal Laut dan Masalah Eksekusi Hipotik Kapal Laut Ditinjau dari Hukum Maritim, Alumni, Bandung, 1995 halaman 171. Universitas Sumatera Utara Kesemuanya menandakan adanya Effective Control dari negara bendera kapal atas kapal tersebut. Sedangkan pendaftaran perdata adalah : a. Penetapan status hukum keperdataan kapal laut, yang selanjutnya berpengaruh pada penetapan aturan-aturan hukum keperdataan yang menguasai kapal laut tersebut. Dengan kata lain, kapal laut yang menurut sifatnya merupakan benda bergerak, dengan pembukuannya dalam buku pendaftaran akan memperoleh kedudukan sebagai benda tidak bergerak. b. Pendaftaran keperdataan menyangkut pendaftaran recondation dari seluruh hak-hak kepedataan baik pemilikan maupun jaminansecurity interest yang melekat pada kapal yang bersangkutan. 9 Dari ketentuan Pasal 154 dapat kita simpulkan bahwa pengibaran bendera kebangsaan juga menunjukan status hukum kapal. Karena dari bendera tersebut dapat ditelusuri kebangsaan kapal, hukum yang berlaku diatas kapal dan pemilik kapal. 3. Penetapan Kebangsaan Kapal Kebangsaan suatu kapal menandakan bahwa kapal itu berasal dari mana dan hubungan hukum dengan negara asalnya. Jika suatu kapal mempunyai kebangsaan, itu berarti negaranya dapat membela kapal tersebut di forum internasional dan jika sebuah kapal tidak mempunyai kebangsaan, itu berarti bahwa kapal dari negara manapun dapat menahannya. Oleh karena itu, maka di lautan terbuka setiap kapal harus 9 Purba, Hasim, Hukum Pengangkutan Laut Perspektif Teori dan Praktek, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2005, halaman 37 Universitas Sumatera Utara dapat menunjukkan kebangsaannya. Kebangsaan itu tidak cukup di perlihatkan dengan bendera karena bendera dengan mudah dapat di ganti, untuk keperluan tersebut maka nahkoda harus membawa surat kebangsaan. 10 Berdasarkan hukum internasional kebangsaan kapal mengandung hak-hak dan kewajian-kewajiban suatu negara terhadap kapalnya.Kebangsaan suatu kapal menunjuk suatu negara yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab atas kapal tersebut dan menentukan hukum nasional uang berlaku atas kapal tersebut. Prinsip dasar kebangsaan dan pendaftaran kapal dijumpai dalam Konvensi Laut Jenewa 1958 dan 1960, dan dalam United Nations Convention on the Law of the Sea UNCLOS di Mantego Bay pada tanggal 10 Desember 1982 Dengan dilaksanakannya konvensi mengenai syarat-syarat pendaftaran kapal United Nations Convention on Conditions for Registration of Ship tahun 1986, yang merupakan suatu peraturan hukum internasional yang menentukan bahwa setiap negara dapat secara bebas menetapkan syarat-syarat yang mengaatur pemberian kebangsaan. Hal ini tercantum dari dua kalimat pertama pada Pasal 5 High Sea 1958 mengenai laut lepas yang menyatakan : “Setiap negara menetapkan syarat-syarat bagi pemberian kebangsaan pada kapal, bagi pendaftaran kapal dalam wilayahnya dan bagi pemberian hak untuk mengibarkan benderanya. Kapal mempunyai kebangsaan dari negara yang benderanya berhak untuk dikibarkan”. 10 Simatupang, M, Hukum Perdata dan Hukum Dagang, Kalangan Sendiri, Medan, 1994 Halaman 238. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya Pasal 91 ayat 1 UNCLOS mengulang ketentuan ini dengan menambahkan : “There must exist a genuine link between the state and the ships” Terjemahannya: “Antara negara dan kapal harus ada suatu hubungan yang sungguh- sungguh” Menurut Pasal 3 ayat 1 beslit raja dahulu tertanggal 27 November 1933 tentang surat-surat laut dan pas-pas kapal tahun 1934 selanjutnya ditunjuk dengan singkatan Beslit. Stb. 1934-78.M.b.dengan tanggal 1 Desember 1935 ada empat jenis tanda kebangsaan bagi kapal laut yaitu : 1. Surat laut, yang dapat diberikan kepada kapal laut yang berukuran bruto lebih dari 500m 3 dan bukanlah kapal nelayan laut atau kapal pesiar; Pasal 3 ayat 1 Ordinasi tentang Surat Laut dan Pas Kapal tahun 1935 untuk selanjutnya ditunjuk dengan singkatan ordinasi. 2. Pas kapal yang dapat diberikan kepada kapal laut, yang tidak memperoleh surat laut, dan dibagi dalam dua 2 jenis yaitu : a. Pas tahunan, bagi kapal laut berukuran bruto 20m 3 atau lebih, akan tetapi kurang dari 500m 3 dan kapal laut yang bukan kapal nelayan laut atau kapal pesiar. b. Pas kecil bagi kapal-kapal laut berukuran bruto kurang dari 20m 3 , lagi pula bagi kapal nelayan laut dan kapal-kapal pesiar, Pasal 4 ayat 1 sub a, b ordonasi. Pas tahunan diberikan untuk setahun lamanya, akan tetapi juga mungkin untuk 15 bulan, sedangkan pas kecil di berikan Universitas Sumatera Utara untuk waktu yang tidak tertentu akan tetapi setiap tahun harus di tanda tangani oleh pihak yang berwenang, yakni syahbandar atau seorang pejabat yang di tunjuk. Pentingnya mempunyai surat tanda kebangsaan ialah tanpa surat itu sebuah kapal tidak dapat masukkeluar sebuah pelabuhan. c. Surat Laut sementara,ini diperlukan untuk pambelian kapal laut atas pembayaran kapal laut, hal itu dapat terjadi di wilayah Republik Indonesia atau diluarnya . bila diadalam negeri, surat tersebut harus dimiliki dari dan c.q diberikan oleh syahbandar yang berwenang dan persetujuan Menteri Perhubungan Laut. Di luar negeri harus diminta kepada dan c.q diberikan oleh konsul RI dengan persetujuan Menteri Perhubungan Laut. d. Surat izin untuk satu perjalanan atau lebih di dalam wilah RI pejabat-pejabat yang berwenang untuk memberikan suurat di dalam atau di luar negeri sama dengan yang ditetapkan untuk surat laut sementara. 11 Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran mengenai pemberian surat tanda kebangsaan kapal Indonesia diatur dalam beberapa Pasal antara lain : Pasal 163 yang menyatakan : 1. Kapal yang didaftarkan di Indonesia dan berlayar di laut dberikan Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia oleh Menteri. 11 Op-Cit, hlm 39 Universitas Sumatera Utara 2. Surat Tanda Kebangsaan Kapal Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan dalam bentuk : a. Surat Laut untuk kapal berukuran GT 175 seratus tujuh puluh lima Gross Tonnage atau lebih. b. Pas Besar untuk kapal berukuran GT 7 tujuh Gross Tonnage sampai dengan ukuran kurang dari GT 175 seratus tujuh puluh lima Gross Tonnage atau, c. Pas kecil untuk kapal berukuran kurang dari GT 7tujuh Gross Tonnage 3. Kapal yang hanya berlayar di perairan sungai dan danau diberikan pas sungai dan danau. Sejauh mana kewajiban kapal Indonesia untuk mengibarkan bendera Indonesia dan bagaimana halnya dengan kapal yang bukan kapal Indonesia. Ketentuan Pasal 165 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, disebutkan: 1. Kapal berkebangsaan Indonesia wajib mengibarkan bendera Indonesia sebagai tanda kebangsaan kapal. 2. Kapal yang bukan berkebangsaan Indonesia dilarang mengibarjan bendera Indonesia sebagi tanda kebangsaannya. Untuk penegakan hukum Law Enforced di wilayah perairan Indonesia, maka dalam Pasal 166 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran disebutkan: 1. Kapal berkebangsaan Indonesia wajib megibarkan bendera Indonesia sebagai tanda kebangsaan kapal. Universitas Sumatera Utara 2. Kapal yang bukan berkebangsaan Indonesia dilarang mengibarkan bendera Indonesia sebagai tanda kebangsaannya. Selanjutnya dalam Pasal 167 Undang-Undang Nomot 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran disebutkan : “Kapal berkebangsaan Indonesia dilarang mengibarkan bendera negara lain sebagai tanda kebangsaan.” Dalam pelenyelenggaraan pelayararan terdapat Asas-asas yang dilakukan berdasarkan : a. Asas manfaat Yang dimaksud ”asas manfaat” adalah pelayaran harus dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengembangan bagi warga negara, serta upaya peningkatan pertahanan dan keamanan negara. b. Asas usaha bersama dan kekeluargaan Yang dimaksud ”asas usaha bersama dan kekeluargaan” adalah penyelenggaraan usaha di bidang pelayaran dilaksanakan untuk mencapai tujuan nasional yang dalam kegiatannya dapatdilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat dan dijiwai oleh semangat kekeluargaan c. Asas persaingan sehat Yang dimaksud dengan ”asas persaingan sehat” adalahpenyelenggaraan angkutan perairan di dalam negeri harusmampu mengembangkan usahanya secara mandiri, kompetitif dan profesional. Universitas Sumatera Utara d. Asas adil dan merata tanpa diskriminasi Yang dimaksud dengan ”asas adil dan merata tanpa diskriminasi” adalah penyelenggaraan pelayaran harus dapat memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat tanpa membedakan suku, agama, dan keturunan serta tingkat ekonomi. e. Asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan Yang dimaksud dengan “asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan” adalah pelayaran harus diselenggarakan sedemikianrupa sehingga terdapat keseimbangan, keserasian, dankeselarasan antara sarana dan prasarana, antara kepentingan pengguna dan penyedia jasa, antara kepentingan individu dan masyarakat, serta antara kepentingan nasional dan international. f. Asas kepentingan umum Yang dimaksud dengan “asas kepentingan umum” adalah penyelenggaraan pelayaran harus mengutamakan kepentingan masyarakat luas. g. Asas keterpaduan Yang dimaksud dengan “asas keterpaduan” adalah pelayaran harus merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, terpadu, saling menunjang, dan saling mengisi baik intra-maupun antarmoda transportasi. h. Asas tegaknya hukum Yang dimaksud dengan “asas tegaknya hukum” adalah Undang-Undang ini mewajibkan kepada Pemerintah untuk menegakkan dan menjamin Universitas Sumatera Utara kepastian hukum serta mewajibkan kepada setiap warga negara Indonesia untuk selalu sadar dan taat kepada hukum dalam penyelenggaraan pelayaran. i. Asas kemandirian Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah pelayaran harus bersendikan kepada kepribadian bangsa, berlandaskan pada kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, mengutamakan kepentingan nasional dalam pelayaran dan memperhatikan pangsa muatan yang wajar dalam angkutan diperairan dari dan ke luar negeri. j. Asas berwawasan lingkungan hidup Yang dimaksud dengan “asas berwawasan lingkungan hidup”adalah penyelenggaraan pelayaran harus dilakukan berwawasan lingkungan. k. Asas kedaulatan Negara. Yang dimaksud dengan “asas kedaulatan negara” adalah penyelenggaraan pelayaran harus dapat menjaga keutuhan wilayah Negara Republik Indonesia. l. Asas kebangsaan. Yang dimaksud dengan “asas kebangsaan” adalah penyelenggaraan pelayaran harus dapat mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik kebhinekaan dengan tetap menjaga prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Prosedur Perolehan Sertifikat Laik Laut