BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Yang melatarbelakangi pemilihan judul tesis “Wikipedia dan Informasi: Analisis Ekuivalensi” adalah adanya tuntutan kebutuhan akan informasi. Informasi memegang
peranan penting demi menunjang keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi pengusaha, informasi mengenai adanya tender merupakan peluang bisnis; bagi pencari
kerja, informasi lowongan kerja merupakan kesempatan mendapat kerja; bagi jurnalis, informasi merupakan sumber pendapatan; bagi pelajar dan masyarakat umumnya,
informasi merupakan sumber pengetahuan; bagi pengajar dan mahasiswa selain merupakan sumber pengetahuan informasi juga menjadi inspirasi dan sumber data
penelitian. Orang yang bijaksana akan berusaha untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dengan jalan praktis dan mudah. Pada era globalisasi, cara yang
termudah untuk mendapatkan informasi mengenai semua topik, berita, ilmu, keadaan di segala penjuru dunia adalah melalui jaringan internet yang dapat diakses dengan mudah
oleh siapa saja, di mana saja, kapan saja, asal ada jaringan internet yang tersambung. Yang menjadi pertanyaan adalah sumber informasi mana yang mudah diakses,
lengkap, praktis, terbuka untuk umum, dapat diandalkan? Berikut adalah pengalaman penulis ketika disuguhkan pertanyaan oleh Prof. Roger T. Bell, salah seorang dosen
yang mengajar di semester 1, “Apakah yang dimaksud dengan Petronius 66?” Tidak ada yang dapat memberi jawaban yang benar. Setelah berusaha keras dengan bertanya dan
mencari di berbagai sumber informasi yang tersedia, termasuk perpustakaan, masih tidak dapat jawabannya, akhirnya terjawab juga berkat Wikipedia, ensiklopedia gratis
yang tersambung melalui jaringan internet. Ternyata ‘Petronius’ itu merupakan nama
Universitas Sumatera Utara
seorang penulis di Roma, Gaius Petronius Arbiter, yang sangat terkenal, salah satu karangannya yang berjudul ‘Satyricon’ menceritakan tentang cinta segitiga sangat
diminati pada zaman itu. Beliau meninggal tahun 1966, disingkat ‘66’ karena mengakhiri hidupnya sendiri. Semua informasi yang berkaitan dengan penulis itu dapat
diakses melalui Wikipedia, ensiklopedia gratis secara on line. Sejak itu Wikipediapun menjadi dekat dengan penulis karena dibutuhkan sebagai sumber informasi yang
memenuhi keperluan seorang mahasiswi. Penulis percaya masih banyak mahasiswa-mahasiswi yang belum mengetahui
adanya Wikipedia ini sehingga belum mendapatkan manfaat dari fasilitas yang disediakannya. Inilah yang mendorong penulis untuk mengemukakan dan
memunculkannya dalam tesis dengan judul “Wikipedia dan informasi” sedangkan mengenai mengapa “penganalisaan equivalensi” dimunculkan? Ini dikarenakan adanya
keiinginan untuk memberi masukan kepada pengguna jasa Wikipedia bahwa bila teks informasi yang dibaca berbahasa Inggris dan ia menggunakan terjemahan yang
disediakan Wikipedia maka ia perlu mengetahui apakah terjemahan yang disajikan itu sudah menyampaikan informasi dari teks sumbernya sehingga bisa diandalkan sama
seperti teks sumbernya. Berikut ini adalah pengalaman penulis di tahun 2009 ketika muncul wabah flu babi
yang lebih dikenal dengan istilah swine flu H1N1 yang banyak mengambil korban. Penulis yang kebetulan menggunakan jasa penerbangan waktu itu sempat merasa
terkejut melihat antisipasi pemerintah untuk mencegah penyebaran flu yang disebabkan oleh virus H1N1 itu oleh pemerintah Indonesia, Cina, dan Singapore. Bayangkan di
Indonesia penumpang disteril dengan melalui pintu yang dilengkapi dengan penyemprotan asap disinfektan. Di Cina, setiap penumpang pesawat yang walaupun
Universitas Sumatera Utara
sudah dicek suhu badannya untuk memastikan tidak terserang flu sebelum memasuki pesawat, tidak diizinkan turun dari pesawat ketika tiba di bandaranya dan harus
menunggu sampai “team” dengan pakaian seperti astronot itu mengambil suhu badan penumpang satu per satu. Di Singapore, penumpang diharuskan mengisi formulir
tersendiri di luar formulir imigrasi dengan data yang lebih lengkap lagi mengenai: dari mana dan kemana penumpang tersebut dalam tiga hari sebelumnya dan tempat tinggal
selama berada di negara mereka. Penulis bertanya-tanya apakah sebenarnya flu babi swine flu dan istilah H1N1 itu,
begitu berbahayakah virus itu, bagaimana penyebarannyapenularannya, dan masih banyak yang ingin diketahui berkaitan dengan flu itu. Demikian pula dengan
penumpang lainnya dan masyarakat umum yang peduli, dengan kata lain bahwa informasi tentang virus H1N1 penyebab swine flu itu perlu diketahui, baik untuk
pengetahuan ataupun sebagai upaya untuk menghindari tertularnya dan menyebarnya flu tersebut. Kenyataannya, wabah flu sepertinya tidak pernah berakhir dan berulang,
ingat flu burung yang terjadi awal tahun 2000-an? Didorong oleh kebutuhan akan informasi tentang H1N1 ini penulis mengakses
Wikipedia melalui server Google dan muncul tampilan informasi H1N1 lengkap dengan instruksi untuk mendapatkan informasi terkait topik tersebut. Setelah membaca teks
sumber dari Wikipedia berbahasa Inggris dan membaca terjemahannya dalam bahasa Indonesia ternyata terdapat kejanggalan penyampaian informasinya. Sebagai contoh
teks sumber Bahasa Inggris tertulis “see 2009 pandemic flu” diterjemahkan dalam teks target bahasa Indonesia menjadi “ melihat 2009 pandemik flu” seharusnya “lihat
flu yang pandemic tahun 2009”. Melihat fenomena ini penulis tertarik untuk mengkaji
Universitas Sumatera Utara
ekuivalensi yang dicapai teks H1N1tersebut dan mengangkatnya sebagai data kajian dalam tesis ini.
Menurut data Wikipedia yang diakses bulan Pebruari 2010, terdapat tiga jutaan artikel Wikipedia berbahasa Inggris sedangkan hanya dua ratusan yang berbahasa
Indonesia, sementara masih banyak orang Indonesia, bukan polyglot ataupun bilingual yang bahasa ibunya adalah bahasa Indonesia, membutuhkan informasi dan
mengandalkan terjemahan sebagai pemahaman informasi yang disampaikan. Hal ini membuktikan pentingnya peranan terjemahan dan pembahasannya.
Faktor lain yang mengilhami penulis dalam membahas parameter penentuan ekuivalensi dalam tesis ini adalah timbulnya pertanyaan dalam pemikiran penulis yaitu
‘bagaimana jika saya sebagai seorang pengajar ditugaskan untuk menilai hasil dari suatu terjemahan? Apa parameter untuk mengukurnya?’
Seorang pengajar tidak akan mengkomentarinya dengan tanggapan bagus atau tidak; benar atau salah terjemahan tersebut tetapi sebaiknya mengkomentarinya pada
tingkat mana terjemahan tersebut sepadan atau berekuivalensi dengan teks sumbernya. Semakin tinggi tingkat ekuivalensi yang dicapai, semakin tinggi nilai dari suatu
terjemahan. Pernyataan ini jelas disebutkan oleh M.A.K Halliday yang dikutip dari Steiner dan Yallop 2001: 17 “…value may be attached to equivalence at different
ranks,…. In rank, it is usually at higher lexicogrammatical units that equivalence is most highly valued; lower units are then exempted
....” Yang isinya mengatakan bahwa nilai terjemahan itu dikaitkan dengan tingkatan-tingkatan ekuivalen yang dicapainya
makin tinggi tingkat ekuivalensi unit-unit leksikogrammatikanya, makin dihargai dan sebaliknya. Dengan kata lain bahwa suatu terjemahan setidaknya harus dinilai
ekuivalensinya sebelum dinilai kualitas dari terjemahannya.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian jelas bahwa pemilihan judul tesis ini memiliki latar belakang seperti dijelaskan sebelumnya dan didasarkan pada keinginan untuk memberi masukan
tentang Wikipedia dan informasi yang ada padanya Wikipedia, serta masukan tentang parameter yang dapat digunakan untuk menilai suatu terjemahan yaitu ekuivalensi serta
cara untuk menentukan tingkatan ekuivalensi yang dicapai suatu terjemahan khususnya terjemahan tentang H1N1, sejenis virus flu, yang dikutip dari Wikipedia.
1.2 Pengidentifikasian Masalah