Aspek Semantik dalam Terjemahan

4 Textual equivalence yaitu suatu pendekatan yang berusaha untuk mendapatkan ekuivalensi tekstual melalui kajian dari peran susunan kata dalam menyampaikan pesan–pesan di tingkat teks. 5 Pragmatic equivalence yaitu suatu pendekatan yang berusaha untuk mendapatkan ekuivalensi melalui kajian yang memperhatikan bagaimana teks- teks itu digunakan dalam situasi komunikasi yang melibatkan penulis, pembaca, dan konteks budaya. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya keseragaman dalam pengunaan istilah ekuivalensi dalam terjemahan tetapi criteria ekuivalensi itu sangat tergantung kepada fokus dari kajian yang ditargetkan. Bell 1991: 6 mengatakan bahwa untuk mendapatkan ekuivalensi ideal yang murni itu merupakan impian belaka. Terdapat perbedaan antar bahasa dalam bentuk kode-kode unit, bentuk aturan dalam menyusun struktur gramatika ungkapan-ungkapan bahasa dan bentuk-bentuk ini memiliki arti yang berbeda.

2.4 Aspek Semantik dalam Terjemahan

Semantik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu tentang makna kata dan kalimat. Menurut Kambartel dan George yang dikutip dari Pateda 2001:7, semantik mengasumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman manusia, sedangkan Verhaar 1983: 124 mengatakan semantik berarti teori makna atau teori arti. Secara alamiah, seseorang yang melihatmembaca suatu ‘teks‘, akan secara otomatis berusaha untuk memahaminya dan mencari arti dari teks itu sehingga dapat menyampaikan kembali apa sebenarnya ‘teks‘ yang dilihatdibacanya itu dan Universitas Sumatera Utara dapat menerjemahkannya. “Arti“ inilah yang dilibatkan baik penerjemah maupun pembaca terjemahan dalam memaknai dan menilai suatu terjemahan. Berikut adalah 4 tipe arti yang dikemukakan oleh Cruise ibid, Baker 1992:13 1 Propositional meaning yaitu arti yang muncul dari hubungan antara kataujaran dan rujukannya dalam dunia nyata atau khayal. contoh: kemeja memiliki arti ‘pakaian yang dikenakan pada bagian atas tubuh’, kaus kaki memiliki arti ‘pakaian yang dikenakan pada bagian bawah tubuh ; kedua kata ini tidak sama dalam arti proposisional sehingga kata ‘kaus kaki‘ tidak tepat digunakan untuk merujuk ke kata ‘kemeja‘ dalam situasi biasa, tetapi ‘baju kaus‘ dapat digunakan untuk merujuk ke kata ‘kemeja‘ karena kedua kata ini merupakan pakaian yang dikenakan pada bagian atas tubuh. 2 Expressive meaning yaitu arti yang dihubungkan dengan perasaan atau sikap pembicara dari pada dengan kata apa atau ucapan apa rujukannya. contoh: ‘Jangan emosi’ dan ‘Jangan marah’ artinya tidak terdapat pada arti proposisionalnya perasaan tidak senang tapi pada ungkapan ‘ marah’ yang menyatakan adanya tindakan pembicaranya. 3 Presupposed meaning yaitu arti yang muncul dari batasan-batasan yang ada. contoh: ‘rajin’ menyatakan akan rujukan pada manusia , ‘rusak’ menyatakan akan rujukan pada benda . 4 Evoked meaning yaitu arti yang muncul dari variasi dialek dan variasi bahasa yang dianggap sesuai untuk situasi tertentu. Contoh: ‘lift’ digunakan masyarakat Amerika, ‘elevator’ digunakan masyarakat Inggris. Di antara semua tipe arti yang dijelaskan di atas, hanya arti proposisional yang selalu ditantang oleh pembaca, pendengar atau penerjemah dalam menilai suatu Universitas Sumatera Utara ucapan atau teks karena hanya arti proposisional inilah yang dapat dikaitkan dengan benar atau salahnya suatu ucapan atau teks. Sedangkan yang lainnya memberikan kontribusi yang begitu tepatnya pada suatu ucapan ataupun teks dan biasanya sulit untuk dianalisis. Baker 1992:17. Bell dalam bukunya “Translation and Translating: Theory and Practice” menyatakan bahwa proposisi adalah “the unit of meaning which constitutes the subject matter of a sentence ” Bell 1991:107; yang di-indonesiakan sebagai suatu unit dari arti yang merupakan pokok subject matter dari kalimat yang terkandung dalam suatu kalimat. Bell juga mengatakan bahwa arti dari suatu ujaran yang disampaikan dalam bentuk pernyataan pasti ada proposisi yang dimasukkan pembicara dalam menjelaskan suatu kejadian.

2.5 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan