Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Apakah Net Trade Cycle NTC berpengaruh signifikan terhadap Dividend
Payout Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah pertumbuhan perusahaanGrowth berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah ukuran perusahaan Size berpengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. ApakahNet Trade Cycle NTC, pertumbuhan perusahaan Growth dan ukuran perusahaan Size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhNet Trade Cycle
NTC terhadap Dividend Payout Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan Growth terhadap kebijakan dividenDividend Payout
Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan Size terhadap Dividend Payout Ratio DPR pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruhNet Trade Cycle
NTC, pengaruh pertumbuhan perusahaan Growth, dan pengaruh ukuran perusahaan Size secara simultan terhadap
Dividend Payout Ratio DPR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan peneliti dalam memahami faktor-
Universitas Sumatera Utara
faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen khususnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menetapkan
kebijakan dividen. 3. Bagi Investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi sehingga dapat tercapai tujuan investor untuk memperoleh
dividen atas saham yang diinvestasikan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya, hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan kebijakan dividen.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Manajemen Modal Kerja
Menurut Soeprihanto 1997 : 27 “modal kerja adalah nilai aktivaharta yang dapat segera dijadikan uang kas yaitu dipakai perusahaan
industrijasa untuk keperluan sehari-hari, misalnya membayar gaji pegawai, membeli bahan bakubarang, membayar ongkos angkutan, membayar hutang
dan sebagainya”. Menurut Syahyunan 2013 : 46, pengertian modal kerja dijelaskan
lebih lanjut melalui tiga konsep modal kerja, yaitu: 1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aset lancar,
sekali berputar akan kembali ke dalam bentuk semula dalam waktu yang tidak terlalu lama. Modal kerja dalam pengertian ini
sering disebut modal kerja bruto gross working capital.
2. Konsep Kualitatif Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aset
lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu
merupakan kelebihan aset lancar di atas utang lancarnya. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto net
working capital.
3. Konsep Fungsional Modal kerja menurut konsep fungsional berdasarkan pada
fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam periode akuntansi tertentu yang seluruhnya
langsung menghasilkan pendapatan pada periode tersebut dan ada sebagian dana lainnya yang digunakan selama periode tersebut
namun tidak seluruhnya digunakan dalam menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sebagian dana tersebut
digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada periode
Universitas Sumatera Utara
berikutnya. Dalam konsep ini dikenal modal kerja potensial, yaitu modal kerja yang menghasilkan pendapatan di luar kegiatan
utama dari perusahaan yang bersangkutan.
Modal kerja merupakan komponen keuangan yang diperlukan untuk kegiatan operasional perusahaan. Pengelolaan terhadap modal kerja
merupakan komponen yang penting dari manajemen keuangan perusahaan karena langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba. Menurut Syahyunan 2013 : 272 “jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat membagikan dividen yang relatif besar tanpa takut
harus menurunkan dividen”. Modal kerja terdiri dari uang kas atau yang ada di bank, surat-surat
berharga yang cepat dapat dijadikan uang kas, piutang, dan persediaan. Kas adalah aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja
yang paling likuid. Kas sangat berperan untuk menetukan kelancaran kegiatan perusahaan sehingga harus direncanakan dan diawasi dengan baik
penerimaan, perjalanan dan pengeluarannya. Perjalanan kas dapat disebut dengan Net Trade Cycle NTC atau yang lebih dikenal dengan siklus
konversi kas. Dalam penelitian ini manajemen modal kerja diukur dengan menggunakan Net Trade Cycle NTC.
2.1.1.1. Net Trade Cycle NTC
Net Trade Cycle atau yang lebih dikenal dengan siklus konversi kas menurut Brigham dan Houston 2001 : 201 adalah
“lamanya waktu antara dilakukannya pengeluaran tunai untuk sumber daya produksi bahan dan pekerja hingga penerimaan kasnya dari
Universitas Sumatera Utara
penjualan produk. Dengan kata lain, lamanya waktu antara pembayaran untuk upah karyawan dan pembelian bahan dengan
penagihan piutang usaha”. Semakin lama siklus konversi kas, maka semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk pembiayaan eksternal.
Biaya ini kemudian dapat mengurangi laba yang dapat diperoleh perusahaan. Perusahaan harus berupaya sedapat mungkin
memperpendek siklus konversi kasnya untuk meningkatkan laba. Laba ini kemudian mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen. Menurut Sundjaja dan Barlian 2002 : 209 strategi siklus
konversi kas yang dapat digunakan perusahaan adalah sebagai berikut: a Melaksanakan perputaran persediaan secepat mungkin
tetapi menghindari kehabisan persediaan yang dapat mengakibatkan kerugian penjualan.
b Menagih piutang secepat mungkin tanpa merugikan penjualan dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh
penagihan yang dipercepat. Contoh: melaksanakan potongan tunai, jika secara ekonomis dapat mempercepat
penagihan piutang.
c Membayar hutang dagang selambat mungkin tanpa merusak rating kredit perusahaan, tetapi tetap menerima keuntungan
dari potongan tunai.
2.1.2. Pertumbuhan Perusahaan
“Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya” Kallapur Trombley, 2001. Pertumbuhan
perusahaan berkaitan erat dengan pertumbuhan laba perusahaan. “Laba yang mampu dihasilkan selanjutnya akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
mendanai aktivitas usahanya” Sartono, 2001 : 7. Laba ini digunakan antara
Universitas Sumatera Utara
lain untuk membiayai aktivitas operasi perusahaan, memperluas perusahaan, membeli persediaan, menambah lini bisnis, membayar kewajiban kepada
kreditur, maupun untuk membayarkan dividen kepada pemegang saham. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan positif akan membutuhkan
dana yang besar untuk melakukan ekspansi. Bagi perusahaan yang sedang bertumbuh, laba ditahan merupakan sumber pendanaan yang lebih baik
dibandingkan dengan utang maupun ekuitas. Semakin besar dana yang dibutuhkan maka semakin besar pula laba yang harus ditahan oleh
perusahaan, sehingga akan lebih sedikit dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.
2.1.3. Ukuran Perusahaan
Menurut Sunarto dan Budi 2009 “ukuran perusahaan merupakan ukuran atas besarnya aset yang dimiliki perusahaan sehingga perusahaan
besar umumnya memiliki total aktiva yang besar pula”. Perusahaan yang besar membutuhkan dana yang besar pula untuk membiayai kegiatan
perusahaan dan bagi perusahaan besar utang dan ekuitas melalui penjualan saham merupakan sumber pendanaan yang sering digunakan. “Perusahaan
yang memiliki asset yang besar jumlahnya cenderung lebih mudah untuk masuk ke pasar modal” Sartono, 2001 : 293. Kemudahan untuk masuk ke
pasar modal ini berarti perusahaan memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan aliran dana eksternal dalam jumlah yang lebih besar
dalam waktu yang lebih cepat. Semakin besar ukuran perusahaan maka akan meningkatkan minat investor dalam berinvestasi sehingga perusahaan dengan
Universitas Sumatera Utara
ukuran yang lebih besar diperkirakan akan memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba yang lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan yang sudah
mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan kecil.
2.1.4. Kebijakan Dividen
Menurut Warsono 2003 : 271 “dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa earning available for common
stockholders yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk tunai”. Dividen dibagikan melalui persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham RUPS terlebih dahulu. Untuk dapat menerima dividen, seorang investor harus tercatat sebagai pemegang saham dalam waktu tertentu
dalam sebuah perusahaan yaitu pada saat perusahaan menutup buku pengalihan saham dan mengkompilasi daftar pemengang saham yang harus
dibayar. Pembayaran dividen kepada pemegang saham terdiri dari dua bentuk, yakni dividen kas tunai yang diterima berupa uang tunai dalam
jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham yang dimiliki, dan dividen saham yang dibayarkan dalam bentuk saham tambahan sehingga saham yang
dimiliki oleh investor semakin bertambah. Perusahaan yang mampu membayar dividen yang stabil dari waktu ke
waktu kemungkinan akan dinilai lebih baik daripada perusahaan yang membayar dividen secara berfluktuasi. Hal tersebut karena perusahaan yang
membayar dividen yang stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
tersebut juga bersifat stabil. Sebaliknya, perusahaan dengan dividen yang tidak stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik.
Hal inilah yang membuat perusahaan mengambil jalan aman, yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen. Perusahaan yang tumbuh dan berkembang
akan memperoleh laba atau keuntungan. Laba ini terditi atas laba yang ditahan yakni laba yang digunakan untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian akan dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Apabila perusahaan
memutuskan untuk membagi laba sebagai dividen, maka hal ini akan mengurangi jumlah laba yang ditahan. Sebaliknya, jika perusahaan tidak
membagikan labanya kepada pemegang saham hal ini akan bisa menambah sumber dana internal perusahaan untuk mengembangkan perusahaan. Oleh
karena itu, manajemen harus dapat membuat kebijakan dividen secara tepat. Syahyunan 2013 : 267 menjelaskan bahwa “secara definisi,
kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen
atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.”
2.1.5. Bentuk Kebijakan Dividen
Menurut Syahyunan 2013 : 268 ada beberapa bentuk kebijakan dividen, yaitu:
1. Kebijakan pemberian dividen yang stabil Kebijakan pemberian dividen yang stabil ini artinya dividen
akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahaan berfluktuasi.
Universitas Sumatera Utara
Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian bila laba yang diperoleh meningkat dan peningkatannya
baik danstabil, maka dividen juga akan ditingkatkan untuk selanjutnya dipertahankan selama beberapa tahun. Kebijakan
pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yakni: 1 bisa meningkatkan
harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai resiko yang kecil, 2 bisa memberikan
kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, dan 3 akan
menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.
2. Kebijakan pemberian dividen yang meningkat. Dengan kebijakan ini perusahaan akan membayarkan dividen
dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil. Misalnya perusahaan akan memberikan dividen sebesar
Rp. 600,- per lembar dengan pertumbuhan 5, sehingga tahun depan pembayaran dividen sebesar 5 adalah Rp. 630,- per
lembar.
3. Kebijakan dividen dengan ratio yang konstan Pemberian dividen dengan kebijakan ini mengikuti besarnya
laba yang diperoleh perusahaan. Dasar yang digunakan sering disebut dividend payout ratio.
4. Kebijakan pemberian dividen reguler yang rendah ditambah ekstra
Melalui kebijakan ini, pemberian dividen dilakukan dengan menentukan pembayaran dividen per lembar yang dibagikan
kecil. Kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungan perusahaan mencapai jumlah tertentu.
2.1.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut Syahyunan 2013 : 267 faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah:
1 Posisi Solvabilitas Perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi solvabilitasnya kurang menguntungkan,
biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan karena laba yang diperoleh digunakan untuk memperbaiki
struktur modal perusahaan.
2 Posisi Likuiditas Perusahaan Perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang
cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang likuiditas perusahaannya
Universitas Sumatera Utara
kurang baik, biasanya dividend payout ratio-nya kecil, sebab sebagian laba yang digunakan untuk menambah likuiditas.
3 Kebutuhan untuk Melunasi Hutang Hutang-hutang harus dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-
hutang tersebut disediakan dana. Semakin banyak hutang yang harus dibayar , maka semakin besar dana yang harus disediakan
sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang harus dibayarkan kepada pemegang saham.
4 Rencana Perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan
perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan perusahaan. Konsekuensinya, semakin besar dana yang
dibutuhkan untuk itu.
5 Kesempatan Investasi Semakin terbuka kesempatan investasi, maka semakin kecil dividen yang akan
dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang
baik, maka dananya akan digunakan untunk membayar dividen.
6 Stabilitas Pendapatan Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak
untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang yang besar untuk berjaga-
jaga.
7 Pengawasan Terhadap Perusahaan Perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk
investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilikpemegang saham lama dalam mengendalikan perusahaan.
Jika dibelanjai dari hutang, risikonya cukup besar. Oleh karena itu, perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar
pengendalian tetap bisa dijalankan.
2.1.7. Teori Sinyal Signalling Theory
“Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau
informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain Sari Zuhrohtun, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Agar memberikan sinyal positif berupa laporan yang baik kepada pihak eksternal, perusahaan dapat memberikan informasi mengenai
manajemen modal kerja dan keputusan perusahaan dalam melakukan pembayaran dividen. Pemberian informasi mengenai manajemen modal kerja
dan keputusan pembayaran dividen dapat membuat pihak eksternal perusahaan menjadi lebih yakin mengenai profitabilitas perusahaan.
Pembayaran dividen merupakan sinyal bagi investor mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Perusahaan cenderung meningkatkan
dividen jika terdapat tingkat profitabilitas yang tinggi dimasa yang akan datang, dan menurunkan dividen jika manajemen yakin tidak terdapat
cashflow yang mendukung pembayaran dividen. Hal ini dapat membuat pihak eksternal yakin bahwa laba yang dimuat dalam laporan keuangan adalah
murni merupakan hasil kinerja perusahaan, bukan merupakan laba yang direkayasa perusahaan demi memberi sinyal yang positif bagi pihak eksternal.
2.1.8. Indikator Kebijakan Dividen
Indikator yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah dividend payout ratio DPR. Dividend Payout Ratio DPR atau rasio
pembayaran dividen menurut Sartono 2001 : 491 adalah “persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen atau rasio antara laba yang dibayarkan
dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham”. Formulanya adalah nilai dividen yang dibagikan per saham dibanding dengan
nilai laba bersih per saham. Dividend Payout Ratio DPR yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terhadap kebijakan dividen telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Terdapat beberapa hal penting dari
hasil penelitian sebelumnya yang menjadi dasar penilitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai
kebijakan dividen. Penelitian Oladipupo dan Okafor 2013 menguji pengaruh
manajemen modal kerja yang diukur dengan net trade cycle NTC, current ratio CR, debt ratio DR serta tingkat
pertumbuhan laba terhadap profitabilitas dan dividend payout ratio DPR pada 12 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Nigeria
Stock Exchange dari tahun 2002-2006. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi pearson product moment dan
Ordinary Least Square OLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen modal kerja yang diukur dengan NTC, CR dan
DRberpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap DPR, dan manajemen modal kerja
yang diukur dengan NTC berpengaruh negatif terhadap DPR. Profitabilitas, manajemen modal kerja yang diukur dengan NTC,
dan tingkat pertumbuhan laba bepengaruh tidak signifikan terhadap DPR.
Haryetti dan Ekayanti 2012 dalam penelitiannya menguji pengaruh profitabilitas, investment opportunity set,
dan
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di BEI. Analisis data
menggunakan regresi linear berganda dengan pengujian asumsi klasik. Variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan
dividen dengan DPR Dividend Payout Ratio sebagai indikator. Profitabilitas ROI, Investment Opputunity Set IOS, dan
pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas ROA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio DPR. Investment opportunity set tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPR, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR. Namun, secara simultan,
profitabilitas, opportunity set, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Handayani dan Hadinugroho 2009 dalam penelitiannya menguji pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang,
ROA, ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penelitian menggunakan data dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesiaperiode 2001-2005 dan menjadi 43 perusahaan manufaktur. Analisis data menggunakan analisis
regresi berganda. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian adalah kebijakan dividen yang diproksikan dengan
Dividend Payout Ratio DPR. Kepemilikan manajerial, kebijakan
Universitas Sumatera Utara
hutang, dan Return On Asset ROA sebagai variabel independen. Dari hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa kebijakan
hutang dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
dividen.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Tahun
Judul Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Oladipupo dan Okafor 2013
Relative contribution of
working capital management to
corporate profitability and
dividend payout ratio: Evidence
from Nigeria Net Trade Cycle
X
1
, Current Ratio X
2
, Debt Ratio X
3
, Tingkat
Pertumbuhan Laba X
4
, Profitabilitas Y
1
Dividend Payout Ratio Y
2
Manajemen modal kerja yang
diukur dengan NTC, CR dan
DRberpengaruh positif terhadap
profitabilitas. Profitabilitas
berpengaruh positif terhadap
DPR, dan manajemen
modal kerja yang diukur dengan
NTC berpengaruh
positif terhadap DPR.
Profitabilitas, manajemen
modal kerja yang diukur dengan
NTC, dan tingkat pertumbuhan
laba tidak berpengaruh
signifikan terhadap DPR.
Universitas Sumatera Utara
Haryetti dan Ekayanti
2012 Pengaruh
profitabilitas, investment
opportunity set, dan pertumbuhan
perusahaan terhadap kebijakan
dividen pada perusahaan LQ-45
yang terdaftar di BEI
ROAX
1
, investment
opportunity set X
2
,Pertumbuhan Perusahaan
X
3
, Dividend Payout Ratio
DPRY Variabel
profitabilitas ROA
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap dividend
payout ratio DPR.
Investsment opportunity set
tidak berpengaruh
signifikan terhadap DPR,
dan pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap DPR.
Secara simultan, profitabilitas,
opportunity set, dan pertumbuhan
perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap DPR
Handayani dan Hadinugroho
2009 Analisis Pengaruh
kepemilikan manajerial,
kebijakan hutang, ROA, ukuran
perusahaan terhadap kebijakan
dividen Studi kasus pada
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2001-2005
Kepemilikan manajerial X
1
, DAR X
2
, ROA X
3
, Ukuran Perusahaan X
4
, Dividend Payout
Ratio Y Kebijakan hutang
dan ROA berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap kebijakan
dividen, ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Sedangkan kepemilikan
manajerialtidak berpengaruh
signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Kerangka Konseptual