Pengertian Pelayanan Sosial LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial merupakan aksi atau tindakan untuk mengatasi masalah sosial. Pelayanan sosial dapat diartikan sebagai seperangkat program yang ditunjukan untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika keadaan individu atau kelompok tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan masalah sosial, seperti kemiskinan, ketelantaran, dan bahkan kriminalitas. Kategorisasi pelayanan sosial biasanya dikelompokkan berdasarkan sasaran pelayanannya misalnya: pelayanan sosial di sekolah, tempat kerja, penjara, rumah sakit atau berdasarkan jenis sektor misalnya pelayanan konseling, kesehatan mental, pendidikan khusus dan vokasional, jaminan sosial, perumahan. 30 Pelayanan sosial anak jalanan adalah suatu proses pemberian pelayanan, perlindungan, pemulihan, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi anak jalanan, agar memperoleh hak-hak dasarnya, yaitu kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan, maupun partisipasi. 31 Studi yang dilakukan UNICEF pada anak-anak yang dikategorikan children of the street, menunjukkan bahwa motivasi mereka hidup di jalanan, bukanlah sekedar karena desakan kebutuhan ekonomi rumah tangga, melainkan juga karena terjadinya kekerasan dan keretakan kehidupan rumah tangga orang tuanya. Berdasarkan hasil kajian di lapangan oleh surbakti, dkk. anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok. 1. Children on the street, adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalanan 30 Edi suharto, pekerjaan sosial didunia industri, Bandung: Alfabeta, 2007, cet-1, h. 154. 31 Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak. Petunjuk teknis pelayanan sosial anak jalanan, Jakarta, Juni 2005, h. 6 pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung, tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya. 2. Children of the street, adalah anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di antara mereka adalah anak-anak yang karena adanya sebab perlakuan-perlakuan tindak kekerasaan, anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik maupun seksual. 3. Children from families of the street, adalah anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan. 32 Pendekatan dalam penangan anak jalanan yang peneliti ambil di dalam buku Bagong Suyanto, adalah: 1. Street Based, yaitu model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau tinggal, kemudian street educator datang kepada mereka: berdialog, mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta menempatkan diri sebagai teman. Dalam beberapa jam, anak-anak diberikan materi pendidikan dan keterampilan, di samping itu anak jalanan juga memperoleh kehangatan hubungan dan perhatian yang bisa pencapaian tujuan intervensi. Di sini prinsip pendekatan yang dipakai biasanya adalah: “asih, asah dan asuh”. 32 Bagong Suyanto. 2010. h. 185-202. 2. Centre Based, yaitu pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga dan panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti, seperti pada malam hari diberikan makanan dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat dari pekerja sosial. Pada panti yang permanen, bahkan disediakan pelayanan pendidikan, keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian, dan pekerjaan bagi anak jalanan. 33 Dan sedangkan pengertian pelayanan sosial menurut para ahli, yaitu: 1. Menurut kutipan Krogsrud Miley, pelayanan sosial sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian sosialan atau untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu, maupun lembaga, 2. Menurut kutipan Alfred J Kahn pelayanan sosial sebagai pelayanan yang diberikan oleh lembaga kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial terbagi dua golongan, yaitu pertama: pelayanan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit ditentukan identitasnya. kedua: pelayanan sosial yang jelas ruang lingkup dan batas-batas kewenangannya walaupun selalu mengalami perubahan. Melihat pelayanan sosial pada butir dua sebagai pelayanan umum yang berisikan program-program yang ditunjukan untuk membantu melindungi dan memulihkan kehidupan keluarga, membantu perorangan untuk mengatasi masalah yang diakibatkan proses perkembangan serta mengembangkan kemampuan orang untuk memahami, menjangkau, dan menggunakan pelayanan-pelayanan sosial yang tersedia. 34 Berdasarkan ketiga definisi diatas unsur penting didalam konsep pelayanan sosial adalah: 1. Pelayanan sosial bertujuan untuk membantu orang mengatasi masalah, meningkatkan kualitas hidupnya, 2. Sasaran pelayanan sosial adalah perseorangan maupun arti kolektif keluarga, kelompok, atau 33 Bagong Suyanto, 2010. h. 185-202. 34 Dr. Pepen Nazaruddin. Msi, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial, konsep dan strategi, Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial, 2004, h. 201. komunitasmasyarakat, 3. Membantu tidak berarti membuat orang yang dibantu menjadi tergantung, melainkan membuat orang memiliki kemampuan memperbaiki kualitas hidupnya 35 . Menurut fungsinya pelayanan sosial dapat dibedakan menjadi lima: Soetarso, 1980, yaitu: 1. Pencegahan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk mencegah meluasnya dampak masalah bagi individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, 2. Rehabilitasi, yaitu serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dan memulihkan kehidupan masyarakat, pembangunan rumah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, ekonomi dan fasilitas publik, 3. Pengembangan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pemberdayaan, 4. Perlindungan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memberikan jaminan rasa aman dan ketenangan. 36 Langkah-langkah pelayanan sosial pada klien, adalah 37 : 1. penjangkauan, 2. assemen biopsikososial klien, 3. penyusunan rencana pelayanan, 4. pelaksanaan rencana pelayanan, 5. koordinasi dan pemantauan penyampaian pelayanan, 6. advokasi atas nama keluarga dan anak. Proses pelayanan sosial Kesejahteraan Sosial mencakup perbaikan, rehabilitasi dan pengembangan sasaran program penyandang masalah kesejahteraan sosial, dan pengembangan sasaran pelayanan potensi dan sumber kesejahteraan sosial, yaitu perbaikan, rehabilitasi, dan pengembangan sasaran program penyandang masalah sosial. dan dalam proses pelayanan sosial kesejahteraan sosial harus melalui tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Proses Penerimaan, yaitu suatu proses untuk menentukan apakah seseorang dapat memenuhi persyaratan diterima sebagai klien, 2. Proses 35 Departemen Sosial RI, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keaejahteraan Sosial, Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial. Jakarta, Agustus 2009, h. 24. 36 Departemen Sosial RI, 2009. h. 25. 37 Albert R. Roberts Gilbert J. Greene, 2008. h. 307. Assesmen, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial bersama klien untuk mengungkap dan memahami masalahnya, 3. Penanganan masalah, 4. Pembinaan lanjut, yaitu memberikan dukungan terhadap perubahan yang telah dicapai klien dan supervisi klien, 5. Terminasi, yaitu berakhirnya relasi bantuan. 38 Sasaran program penyandang masalah kesejahteraan sosial PMKS, meliputi: anak terlantar, lanjut usia terlantar, wanita rawan sosial ekonomi, keluarga yang kondisi perumahan dan lingkungannya tidak layak huni, masyarakat asing, anak nakal, anak jalanan, korban penyalahgunaan narkotika, penyandang cacat, penyandang cacat bekas penyandang penyakit kronis, gelandangan, pengemis, tuna susila seseorang wanita, bekas narapidana, penderita HIVAIDS, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, korban bencana, fakir miskinkeluarga miskin, anak umur dibawah lima tahun BALITA, keluarga yang mengalami masalah sosial psikologis, anak, wanita, dan usia lanjut yang terancam dan menjadi korban tindak kekerasaan atau perlakuan salah. 39 Indikator ketahanan sosial dalam konteks pembangunan kesejahteraan sosial, yaitu: melindungi kelompok rentan anak, wanita, cacat, lansia agar tidak terpuruk menjadi penyandang masalah sosial melalui peningakatan aksesibilitas pelayanan sosial dasar. Indikatornya adalah aksebilitas kelompok rentan terhadap pelayanan sosial dasar, BPS nya adalah tingkat dukungan yang dinikmati, oleh individu, keluarga, dan kelompok yang kurang mampu fakirkeluarga miskin, orangtua ceraidudajanda, anak terlantar, anak jalanan, warga usia lanjut bersedia orang cacat terlantar. 40 Pelayanan perlindungan anak diberikan melalui satu lembaga tersendiri, terutama untuk intervensi awal, yang dilengkapi aneka ragam 38 Departemen Sosial RI, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia no. 24HUK1996, tentang Sistem Kesejahteraan Sosial, Jakarta, April 1996, h. 83. 39 Departemen Sosial RI, 1996, h. 16-18. 40 Departemen Sosial RI, Pusat pengembangan ketahanan sosial masyarakat badan pelatihan dan pengembangan sosial, Sosialisasi program pengembangan ketahanan sosial masyarakat, Jakarta, desember 2002, cet 1, h. 60. pelayanan, termasuk pelayanan penempatan anak secara sementara untuk tujuan perlindungan dan observasi, serta tenaga-tenaga profesional yang dilatih secara khusus dan memiliki perilaku khusus. Di berbagai negara maju, lembaga intervensi awal ini merupakan lembaga pemerintah, karena kebutuhan akan penggunaan kewenangan, penerapan hukum, perlindungan pelapor, konfidensialitas dan rujukan 41 . B. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial Pelayanan sosial personal Personal social service merupakan salah satu bidang pelayanan pekerja sosial populer sejak tahun 1960-an. Pelayanan ini menunjuk pada berbagai bentuk perawatan sosial social care di luar pelayanan kesehatan, pendidikan dan jaminan sosial. Dalam garis besar, YABIM melakukan pelayanan ini mencakup dua jenis: 42 a. Perawatan anak child care. Perawatan anak diberikan terhadap anak- anak dan keluarganya, terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, seperti anak yang mengalamai cacat fisik dan mental yang tidak bisa menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa pertolongan pihak lain. Pelayanan ini bisa pula mencakup perlindungan anak child protection dan pengasuhan anak, misalnya terhadap anak-anak yang ibunya bekerja, khususnya jika pelayanan pendukung tidak tersedia. b. Peradilan kriminal criminal justice. Pekerja sosial memiliki peranan penting dalam sistem peradilan kriminal. Mereka biasanya disebut dengan pekerja sosial koreksional correctional social work. Di negara-negara maju maupun berkembang, termasuk indonesia, para pekerja sosial telah lama terlibat dalam penanganan masalah kriminal, termasuk terhadap pelanggar hukum anak-anak. Biasanya mereka memberikan pelayanan konseling atau terapi psikososial terhadap narapidana yang masih berada 41 Departemen Sosial RI, Direktorat jenderal pelayanan dan rehabilitasi sosial, Direktorat bina pelayanan sosial anak, Masalah dan penanganan anak yang membutuhkan perlindungan khusus, Jakarta, mei 2002, hal. 22. 42 Edi Suharto. 2007. h. 165. dipenjara, maupun terhadap eksekusi narapidana yang telah kembali ke masyarakat.

C. Tahapan Pelayanan