Pelayanan Sosial Anak Jalanan Di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok

(1)

DI YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Rahma Afiani Hafsyah

108054100013

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PELAYANAN SOSIAL ANAK JALANAN

DI YAYASAN BINA INSAN MANDIRI DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar sarjana sosial islam (S.Sos)

Oleh

RAHMA AFIANI HAFSYAH NIM: 108054100013

Pembimbing

Lisma Dyawati Fuaida, M.Si NIP. 19800527 200710 2001

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 7 Januari 2014


(4)

Skripsi berjudul PELAYANAN SOSIAL ANAK JALANAN DI YAYASAN BINA INSAN MANDIRI-DEPOK telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 7 Januari 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Starata Satu (S-1) Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

Jakarta, 7 Januari 2014

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Jumroni. M.Si Ahmad Zaky, M. Si

NIP: 19630515 199203 1006 NIP: 19771127 200717 1001 Anggota,

Penguji I Penguji II,

Ismet Firdaus, M. Si Nurhayati Nurbus, SE, M.Si NIP: 19751227 200710 1001 NIP. 19740809 199803 2 002

Pembimbing,

Lisma Dyawati Fuaida, M.Si NIP. 19800527 200710 2 001


(5)

i Rahma Afiani

Pelayanan Sosial Anak Jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) – Depok

Anak jalanan adalah anak-anak yang memiliki julukkan tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau kadang disebut juga secara eufemistis sebagai anak mandiri yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Di berbagai sudut kota yang sering terjadi, anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-cara sosial yang kurang atau bahkan tidak dapat diterima oleh masyarakat umum, sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan dalam diri mereka, mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan, hanya untuk membantu keluarganya. Oleh karena itu, Yayasan Bina Insan Mandiri Depok menggunakaan dua pendekatan yang dilakukan, yaitu: 1)Street Based, 2) Centre Based.

Metode yang digunakaan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif (qualitative research). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian observasi, wawancara dan studi dokumentasi, dan prosedur pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, adapun informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang, yaitu 1 ketua yayasan, 1 pekerja sosial, dan 4 anak jalanan. Penelitian ini mengulas konsep pelayanan sosial, jenis-jenis pelayanan, teknis pelayanan sosial rumah singgah sebagai kerangka teori dalam melakukan penelitian. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa, jenis-jenis pelayanan sosial yang ada di YABIM, adalah : Perawatan anak (child care), Perawatan anak diberikan terhadap anak-anak dan keluarganya, terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, seperti anak yang mengalamai cacat fisik dan mental yang tidak bisa menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa pertolongan pihak lain. Dan peradilan kriminal (criminal justice), Pekerja sosial memiliki peranan penting dalam sistem peradilan kriminal. Mereka biasanya disebut dengan pekerja sosial koreksional (correctional social work). YABIM tidak memiliki Perawatan masyarakat (community care). Pelayanan yang di gunakan YABIM adalah terapi psikososial dan konseling saja.

Tahapan Pelayanan yang sudah YABIM lakukan kepada anak jalanan, yaitu tahapan penjangkauan, tahapan masuk YABIM, tahapan persiapan menerima kegiatan, tahapan penerimaan kegiatan, dan tahapan pengakhiran pelayanan. Administrasi Pelayanan sosial yang dimiliki oleh YABIM, adalah catatan kasus yang berupa catatan tentang kasus, masalah atau kesulitan masing-masing anak jalanan yang disampaikan kepada pekerja sosial yang di tuliskan kedalam catatan kasus, dokumentasi perkembangan penanganan kasus anak jalanan, yang di tuliskan ke dalam file perkembangan.

Dari sisi anak jalanan, terungkap adanya permasalahan ekonomi yang tidak stabil, dan permasalahan keluarga yang dimiliki oleh anak-anak jalanan.


(6)

ii Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah Segala puja dan puji senantiasa penulis panjatkan atas segala karunia allah SWT, yang telah menciptakan alam semesta ini atas segala anugrah, nikmat, dan petunjuk yang di karuniakan – Nya sehingga penulis bisa memikirkan, dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarga yang suci, para sahabatnya yang mulia serta para umatnya yang Insya Allah hingga kini terus mencintainya.

Suatu kenikmatan yang luar biasa, yang tidak bisa diungkapkan dengan ungkapan kata, yaitu terselesainya skripsi ini. Harus diakui, dengan serba keterbatasaan yang sangat berat menyelesaikaan skripsi ini, akan tetapi motivasi dalam diri penulis mendongkrak semangat dan memecahkan segala hambatan – hambatan yang ada. Skripsi dengan judul “Pelayanan Sosial Anak Jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok”. Merupakan salah satu wujud upaya penulis dalam memberikan sedikit pengetahuan tentang pelayanan sosial anak jalanan khususnya yang ada di kota Depok.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang penulis miliki. oleh karena itu segala kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan suatu masukan yang sangat berharga dan membantu penulis dalam membuat skripsi ini. Karenanya, sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Bapak. Drs Wahidin Saputra, MA selaku Pudek I, Bapak.


(7)

iii

2. Ibu. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku pembimbing yang telah memberi waktu luangnya, mengarahkan serta memberi semangat kepada penulis mulai dari penyusunan hingga penyelesaiaan skripsi ini.

3. Siti Napsiyah MSW, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial, dan Bapak. Ahmad Zaky, MSi selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan membimbing penulis selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Nurrohim, A.md dan Bapak Mustami’in S.Psi yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Yayasan Bina Insan Mandiri – Depok.

6. Saudari Siti Habibah, S.Sos.I selaku pekerja sosial dan Septi selaku anak jalanan, yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. 7. Orang tua tercinta yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya serta

dukungan selama ini, dan saudara-saudara penulis yang sudah memberikan dukungan moril dan memberikan semangat.

8. Yudi Darmanto Amd, yang sudah banyak membantu, sebagai motivasi dan memberikan inspirasi yang besar dalam diri penulis serta semangat dalam penyusunan skripsi ini.

9. Mirza Aprilyanto, selaku kakak juga sahabat saya yang sudah memberikan perhatian, dan kepeduliaannya terhadap penulis.

10.Isma Wirda, SPd.i dan teman – teman SMA saya yang juga sudah memberikan semangat yang hilang dan memberikan pencerahaan dalam penyusunan skripsi ini.

11.Teman-teman tercinta Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2008, terutama (Gozali, Julia Salam, Fery dan Insan) karena atas inspirasi kalian semualah perjalanan menuju


(8)

iv berarti.

Penulis tidak mempu memberikan balasan apa – apa atas segala jasa yang diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya

dengan iringan do’a. Semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.

Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat, baik bagi penulis, mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainya. Ridha dan keikhlasan dari para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi selalu penulis harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk pengabdian di masyarakat.

Jakarta, 23 Desember 2013 Penulis


(9)

v

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

1. Pembatasan Masalah ... 8

2. Perumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 8

1. Tujuan Penelitian ……….... 8

2. Manfaat Penelitian ………..………... 8

D.Metode Penelitian ... 9

1. Pendekatan Penelitian ... 9

2. Teknik Pengumpulan Data ... 9

3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 11

4. Sumber Data ... 11

5. Teknik Pemilihan Subyek dan Informan ... 11

6. Instrumen dan alat bantu ... 12

E. Analisis Data ... 12

F. Keabsahan Data ……….…….…….. 13

G. Teknik Penulisan ………...………... 14

H. Tinjauan Pustaka ………...………...………... 14

I. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pelayanan Sosial ... 17


(10)

vi

D. Administrasi Pelayanan Sosial ... 23

BAB III GAMBARANUMUMLEMBAGA A. Profil YABIM ... 25

1. Sejarah Singkat Lembaga ... 25

2. Visi dan Misi ... 25

3. Tujuan Pelayanan YABIM ... 26

4. Sasaran Penerimaan Pelayanan ... 26

5. Program Kerja ... 26

a. Program Akademis ... 26

b. Pelatihan Wirausaha ... 28

c. Kursus ... 28

d. Sanggar Seni ... 28

e. Program Tambahan ... 29

f. Rumah Singgah ... 29

g. Pelayanan Sosial ... 29

6. Sarana dan Prasarana ... 29

7. Struktur Kepengurusan ... 30

8. Mitra Kerja ... 32

9. Data Relawan dan Tutor Yayasan Bina Insan Mandiri ... 32

B. Profil Anak Jalanan YABIM ... 37

1. Usia Anak Jalanan ... 37

2. Jenis Kelamin ... 37

3. Pendidikan Anak Jalanan ... 37

4. Aktivitas di Jalanan ... 38

5. Lokasi Aktifitas Anak ... 38

6. Keberadaan Orang Tua ... 38

7. Pekerjaan Orang tua Anak Jalanan ... 39

8. Alamat Orang Tua ... 40


(11)

vii BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Profil Informan ... 42

1. Ketua Yayasan... 42

2. Pekerja Sosial ... 42

3. Anak Jalanan ... 43

B. Pelayanan Sosial Anak Jalanan ... 45

C. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial ... 46

1. Jenis Perawatan Anak (Child Care) ... 46

2. Perawatan Masyarakat (Community Care) ... 47

3. Perawatan Kriminal (Criminal Justice) ... 49

D. Tahapan Pelayanan ... 51

1. Tahap Penjangkauan ... 51

2. Tahapan Masuk YABIM ... 53

3. Tahapan Persiapan Menerima Kegiatan YABIM …... 55

4. Tahap Penerimaan Kegiatan ... 56

5. Tahap Pengakhiran Pelayanan ... 57

E. Administrasi Pelayanan Sosial... 59

1. Catatan kasus ... 59

2. File perkembangan ... 60

3. Pembahasan kasus ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 62

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

viii


(13)

ix

Tabel 1.1 Penarikan Sampel ... 12

Tabel 3.1 Data Relawan dan Tutor ... 35

Tabel 3.2 Data Anak Jalanan YABIM Berdasarkan Usia ... 37

Tabel 3.3 Data Anak Jalanan YABIM Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

Tabel 3.4 Data Pendidikan Anak Jalanan YABIM ... 37

Tabel 3.5 Data Anak Jalanan YABIM Berdasarkan Aktivitas ... 38

Tabel 3.6 Data Anak Jalanan YABIM Berdasarkan Lokasi Aktivitas Anak ... 38

Tabel 3.7 Data keberadaan orang tua anak jalanan YABIM ... 39

Tabel 3.8 Data Pekerjaan orang tua anak jalanan YABIM ... 39


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak jalanan ini memiliki julukkan tekyan, arek kere, anak gelandangan, atau kadang disebut juga secara eufemistis sebagai anak mandiri yang tersisih, marginal, dan teralienasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif dini sudah harus berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, dan bahkan sangat tidak bersahabat. Di berbagai sudut kota sering terjadi, anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-cara, sosial yang kurang atau bahkan tidak dapat diterima oleh masyarakat umum, sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan dalam diri mereka, hanya untuk membantu keluarganya. Anak jalanan ini sering kali, dicap sebagai pengganggu ketertiban dan membuat kota menjadi kotor, sehingga yang namanya razia atau penggarukan bukan lagi hal yang mengagetkan untuk mereka.1

Rano Karno (Duta Besar UNICEF) memaparkan marginal, rentan, dan ekploitatif adalah istilah-istilah yang sangat tepat untuk menggambarkan kondisi dan kehidupan anak jalanan. Marginal karena mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas jenjang kariernya, kurang dihargai dan umumnya juga tidak menjanjikan, prospek apapun di masa depan. Rentan karena resiko yang harus dilangsung akibat jam kerja yang sangat panjang, benar-benar dari segi kesehatan maupun sosial sangat rawan. Adapun disebut eksploitatif karena mereka biasanya memiliki posisi tawar-menawar (bargaining position) yang sangat lemah, tersub-ordinasi, dan cenderung menjadi objek perlakuan yang sewenang-wenang dari ulah preman atau oknum aparat yang tidak bertanggung jawab.2

1

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, (Jakarta: Kencana, 2010),Ed. 1 Cet. 1, h. 185-202. 2 Bagong Suyanto,2010. h. 185-202.


(15)

Sebagai bagian dari pekerja anak (child labour), anak jalanan sendiri sebenarnya bukanlah kelompok yang homogen. Mereka cukup beragam, dan dapat dibedakan atas dasar pekerjaannya, hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa terdekat, waktu dan jenis kegiatannya di jalanan, serta jenis kelaminnya.3

Faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan, ketidakharmonisan rumah tangga orang tua, dan masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua. Kombinasi dari faktor ini seringkali memaksa anak-anak mengambil inisiatif mencari nafkah atau hidup mandiri di jalanan. Kadang kala pengaruh teman atau kerabat juga ikut menentukan keputusan untuk hidup di jalanan.4

Lembaga-lembaga yang menangani permasalahan anak jalanan dari berbagai upaya. lembaga-lembaga yang terkait, adalah LSM, Pemerintah, Organisasi Profesi, sosial dan orang per-orang untuk membantu anak jalanan keluar atau tidak sedikit mengurangi penderitaan mereka, secara kontemporer, segmenter, dan terpisah yang kurang maksimal.5

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin, melindungi anak, dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusian, serta mendaptkan perlindungan dari tindak kekerasan dan diskriminasi.6

Dalam rangka menghasilkan model praktik manajemen kasus kesejahteraan anak, definisi tentang dasar pengetahuan dan keterampilan terkait diberikan oleh sejumlah teori (Mather & Lager, 2000; Sallee & LeVine, 1999). Bidang-bidang yang dipandang relevan, sebagai berikut:

1.) Perkembangan manusia. Pengetahuan tentang anak, orang dewasa, keluarga, lembaga dan panti. Kemampuan untuk memahami dan menerapkan

3

Bagong Suyanto,2010. h. 185-202. 4

Bagong Suyanto,2010. h. 185-202. 5

Bagong Suyanto,2010. h. 185-202. 6

Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Pelayanan Sosial Anak. Pedoman penyelenggaraan rumah perlindungan sosial anak. (Jakarta, april 2007), h. 12.


(16)

keterampilan wawancara, pengumpulan data, assesmen, perencanaan, intervensi, merujuk, evaluasi, terminasi, dan pencatatan. Pengetahuan dan kompetensi untuk bekerja dengan anak dan keluarga dari berbagai latar belakang berbeda melalui nilai yang terbuka dan reflektif, 2.) Praktik Kesejahteraan Anak. Pengetahuan tentang misi, kebijakan dan praktik pelayanan kesejahteraan anak, pemahaman tentang hasil data yang berkaitan dengan penerapan kebijakan tentang keluarga dan anak oleh lembaga dan pemerintah, 3.) Operasionalisasi Lembaga. Pengetahuan tentang isu-isu administratif dan struktural yang memengaruhi operasionalisasi lembaga kesejahteraan anak dan staf yang bekerja dalam lembaga tersebut. Pemahaman mengenai bagaimana pelaksanaan pelayanan lembaga memengaruhi keluarga dan anak serta infrastruktur yang dibutuhkan untuk menciptakaan perubahan. 4.) Pemahaman interdisiplin dan kerja sama dengan tenaga profesional bidang lain. Pengetahuan tentang cara mengakses pelayanan dari disiplin lain untuk memastikan hasil positif setiap kasus. Pengetahuan tentang isu-isu medis dan kesehatan jiwa, aspek-aspek pendidikan, aturan-aturan dan hukum terkait. Pemahaman cara mengintegrasikan disiplin lain dalam proses manajemen kasus bagi anak dan keluarga, 5.) Persepektif praktik holistik, mengakui bahwa pelayanan bagi klien harus diberikan melalui pandangan holistik dan keluarga. Perspektif ini memperhitungkan aspek-aspek kesehatan, kesehatan jiwa, pendidikan, dan spiritual klien dalam klien. kebanyakaan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam manajemen kasus menjadi bagian dari dasar pendidikan pekerjaan sosial. Termasuk disini adalah peran, tujuan, nilai, dan etika pekerjaan sosial.7

Berdasarkan landasan hukum perlindungan anak Pada UU No.4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak disebutkan: (1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan

7

Albert R. Roberts & Gilbert J. Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial jilid 1, Social Workers’Desk Reference, (Jakarta, Gunung Mulia, 2008), cet -1, h. 303.


(17)

berkembang dengan wajar, (2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa untuk menjadi warganegara yang baik dan berguna, (3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan, (4) Anak berhak atas perlindungan-perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar. Pada UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak lebih terinci lagi diatur tentang hak anak, yaitu pada Bab III mulai dari pasal 4 hingga 18. Pasal 16 sekedar diketahui berbunyi: (1) Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi, (2) Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum, (3) Penangkapan, penahanan, atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesui dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. UU No.23 Tahun 2002 di atas, dirinci 4 (empat) pasal mengenai hal tersebut, yaitu pasal 48 sampai 54 bagian ketiga, tentang pendidikan. Undang-undang No. 11 Tahun 2009 mengenai tentang rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.8

Hasil temuan survei dan pemetaan sosial anak jalanan Pada tahun 2006 terdapat 78,96 juta anak di bawah usia 18 tahun, 35,5% dari total seluruh penduduk Indonesia. Sebanyak 40% atau 33,16 juta diantaranya tinggal di perkotaan dan 45,8 juta sisanya tinggal di perdesaan. Sebagian besar anak-anak ini berasal dari keluarga miskin dan tertinggal, yang tidak mempunyai kemampuan untuk memberdayakan dirinya, sehingga rentan terhadap kekerasan, eksploitasi, ketimpangan gender, perdagangan anak dan lain-lain.9

8

Departemen Sosial RI, Undang-undang Republik Indonesia no.23 tahun 2002, tentang perlindungan anak

(Jakarta, mei 2003), h. 6-25. 9

http://austinsfoundation.wordpress.com/2013/02/24/data-jumlah-anak-jalanan-di-indonesia/diakses pada tanggal 16 januari 2014.


(18)

Berdasarkan data dari Dinas Sosial DKI Jakarta, jumlah anak jalanan pada tahun 2009 sebanyak 3.724 orang, tahun 2010 meningkat menjadi 5.650 orang, dan pada tahun 2011 ini juga meningkat menjadi 7.315 orang, Pada umumnya mereka bekerja sebagai pengemis, pengamen, pengelap kaca mobil, pedagang asongan, joki 3 in 1, dan parkir liar.10 data Kementerian Sosial Indonesia tahun 2012 yang lalu menyatakan bahwa jumlah anak-anak yang hidup di jalanan telah mencapai angka 4,5 juta anak yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Di medan saja, sangat gampang kita jumpai anak jalanan, Simpang Pos, Simpang Titi Kuning, Simpang Juanda, Simpang Sei Sikambing, Terminal Amplas, Terminal Pinang Baris, Medan Plaza, Simpang Siti Hajar, Simpang Gadjah Mada, Pringgan, Café Harapan, Bundaran SIB, dan Aksara serta tempat-tempat keramaian lainna, menjadi tempat bagi anak-anak jalanan mengais rezeki dengan berbagai modus, seperti, meminta-minta, mengamen, menjual Koran, rokok, punk, bahkan ada yang berpura-pura lumpuh, dan berbagai modus lainnya.11

Dan menurut hasil wawancara langsung dengan Bapak Wanto (Pembina Anak Jalanan), pada tanggal 27 September 2012 adalahhasil survei selama ini, anak jalanan yang ingin menetap di Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok, hanya 30 orang dan anak jalanan yang tidak ingin menetap di Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok, diperkirakkan 75 anak laki-laki dan 16 anak perempuan. Umur Anak jalanan sekitar 7-19 tahun.12

Psikologi anak (child psychology) ini secara khusus mempelajari bagian perkembangan pada anak yang dimulai dari perkembangan masa konsepsi, pranatal serta kelahiran seorang bayi sampai usia 12 tahun. Secara khusus, Psikologi Anak dapat pula dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 1.) psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama (psikologi atitama), 2.) psikologi perkembangan anak lima tahun pertama (psikologi alitama) dan, 3.)

10

http://megapolitan.kompas.com/read/2011/08/24/1641249/Jumlah.Anak.Jalanan.Meningkat.Signifikan/diak ses pada tanggal 16 Januari 2014.

11

http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/23/pendidikan-untuk-anak-jalanan-berikan-mereka-keterampilan-dan-life-skill-545187.html/diakses pada tanggal 16 Januari 2014.


(19)

psikologi perkembangan anak (psikologi anak usia sekolah 6-12 tahun). Ciri khusus perkembangan anak ialah perkembangan aspek-aspek psikis yang bersifat progresif, cepat dan mudah diamati secara kuantitatif maupun kualitatif.13

Psikologi remaja (adolescence psichology) ialah bagian dari psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajari kehidupan remaja. Batasan seorang remaja dimulai dari usia 13-21 tahun. Periodisasi remaja terbagi tiga bagian yakni remaja awal (early adolescence; 13-15 tahun), remaja tengah (middle adolescence; 16-18 tahun), dan remaja akhir (late adolescence; 19-21 tahun). Pembahasan psikologi remaja mencakup tiga aspek perkembangan yaitu 1.) aspek fisik, 2) aspek kognisi, 3) aspek psikososial.14

Pengertian pekerja anak menurut BPS adalah penduduk berusia 10-14 tahun yang melakukan atau membantu kegiatan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan minimal satu jam dalam seminggu. Selain itu, pengertian pekerja anak dapat didefinisikan sebagai anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, yang melakukan pekerjaan secara rutin untuk orangtuanya, untuk orang lain atau untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah waktu, dengan menerima imbalan atau tidak.15

Pada masa 6-12 tahun, diberikan motivator, arahan, dan dorongan, untuk memiliki cita-cita. Pada masa 12-17 tahun, masa remaja, masa mencari jati diri, sekaligus menjadi masa idealis. Usia yang mencari patorn lewat lingkungan, tokoh, artis, dan sahabat-sahabatnya. Mereka lebih dekat, lebih terbuka dan mengutamakan sahabat.16

Pada usia 7-12 tahun, operasional konkret. Mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian. Pada Usia 12 tahun keatas, operasional formal.

13

Drs.Agoes Dariyo, Psi. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama (Psikologi ATITAMA), (Bandung : PT. Refika Aditama, 2007) h. 8.

14

Drs.Agoes Dariyo, Psi. 2007, h. 8. 15

Dr. H.A. Hasyim Nawawi, SH, M.Si & Nurcholis, M.Pd, Kekerasan Terhadap Pekerja Anak, Perspektif Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Teras, 2010), Cet 1. hal. 24.

16

Ir. Jarot Wijanarko, Meningkatkan Kecerdasan Emosi Dan Spiritual Anak.Mendidik Anak dengan Hati, (Banten, Serpong: PT. Happy Holy Kids), hal. 12-14.


(20)

Mampu berpikir logis mengenai soal abstrak serta menguji hipotesis secara sistematis, menaruh perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan, dan masalah ideologis.17

Perkembangan agama pada para remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah: a.) pertumbuhan pikiran dan mental adalah sifat kritis yang diterima oleh remaja terhadap agama mulai timbul, selain itu masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial, ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya, b.) perkembangan perasaan adalah perkembangan pada perasaan sosial, etis, dan estetis mendorong remaja untuk menghayati perikehidupan yang terbiasa dalam lingkungannya, c.) perkembangan sosia adalah perkembangan dalam hal kepentingan sosial, seperti keuangan, kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri, masalah sosial, masalah kesenangan pribadi, dan masalah akhirat dan keagamaan, d.) perkembangan moral para remaja, adalah taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan pribadi (self-directive), mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik (adaptive), merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama (submissive), belum menyakini akan kebenaran ajaran moral dan agama (unadjusted), menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat (deviant), e.) sikap dan minat para remaja adalah sikap dan minat dalam masalah keagamaan yang masih sangat kecil.18

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui permasalahan anak jalanan dengan pelayanan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri. Maka dari itu penulis memilih judul skripsi “Pelayanan Sosial Anak Jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok”.

17

Rita L. Atkinson & Richard C. Atkinson, Pengantar Psikologi I, (Jakarta: PT. Erlangga) Ed 8, hal. 97. 18 Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Ed. 1 Cet. 2, hal.72-74.


(21)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam uraian diatas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berfokus pada pelayanan sosial anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok.

2. Perumusan Masalah

Rujukan dari latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah pada pelayanan sosial anak Jalanan. Dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

“Bagaimana pelayanan sosial bagianak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri (Sekolah Master) Depok ?”

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelayanan sosial yang diberikan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri Depok terhadap anak jalanan. Dengan demikian penulis akan menjelaskan manfaat dari penelitian ini diantaranya, yaitu:

Mengetahui “cara pelayanan sosial bagi anak jalanan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok”.

2. Manfaat Penelitian

Mengingat pentingnya pelayanan sosial ini bagi kehidupan anak jalanan dalam lingkungan institusi, maka hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat secara:

a. Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan pengetahuan bagi dunia pekerja sosial, khususnya yang berfokus di bidang masalah sosial anak dan pelayanan sosial.

b. Praktis

Sebagai bahan masukan dan kebijakan bagi Yayasan Bina Insan Mandiri dalam melakukan pelayanan sosial terhadap anak jalanan.


(22)

D. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif (qualitative research)

Metode dalam pelaksanaan penelitian kualitatif (qualitative research) adalah penelitian yang ditunjukaan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran orang secara individu maupun secara kelompok. Penelitian kualitatif dapat didesain untuk memberikan sumbangannya terhadap teori, praktis, kebijakan, masalah-masalah sosial, dan tindakan. Penelitian kualitatif bersifat interpretatif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode dalam menelaah masalah penelitiannya. Penggunaan berbagai metode ini, sering disebut triangulasi. dimaksudkan agar peneliti memperoleh pemahaman yang komprehensif (holistik) mengenai fenomena yang diteliti.19 2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat diperlukan untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan, yaitu studi setting alamiah (natural setting), adalah studi yang dilakukan peneliti mendatangi Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, dengan tujuan untuk mendapatkan sumber data. Dalam studi lapangan ini, peneliti menggunakan menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi pustaka.20

a. Observasi (Pengamatan)

Sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan, mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, waktu, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, peristiwa, tujuan, dan perasaan. Metode observasi merupakan cara yang sangat baik untuk

19

M. Djunaidi Ghony & Fauzan Al-Manshur, Metode penelitian kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 25.


(23)

mengawasi perilaku subjek penelitian, seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu. Tetapi tidak semua perlu diamati oleh peneliti, hanya hal-hal yang terkait atau yang sangat relevan dengan data yang dibutuhkan.21 Dalam penelitian ini penulis menerapkan sistem observasi terus terang, dimana penulis memberitahukan kepada informan tentang kegiatan penelitian tersebut sehingga masyarakat mengetahui aktifitas penelitian.22

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan terorganisasi atau terstruktur (structured interview) yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara (interviewer) dengan sejumlah orang sebagai responden atau yang diwawancara (interviewe) untuk mendapatkan sejumlah informasi tentang masalah yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil percakapan tersebut dicatat atau direkam oleh pewawancara. Wawancara dapat dilakukan dengan individu tertentu untuk mendapatkan data atau informasi tentang masalah yang berhubungan dengan satu subjek tertentu atau orang lain.23 c. Studi kepustakaan

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Penulis dapat menggunakan dokumentasi sebagai sumber pengumpulan data melalui dokumentasi berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah, cerita, biografi, peraturan, kebijakan dan lain-lain. Dokumen yang berentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya seni, film, dan lain-lain.24

21

M. Djunaidi Ghony & Fauzan Al-Manshur. 2012. h. 165. 22

Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 64. 23

Dr.Ulber Silalahi, MA. Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2009) h. 312. 24 Prof. Dr. Sugiyono,2009.h. 82.


(24)

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Bina Insan Mandiri yang beralamat di Jl.Margonda Raya No 58 Terminal Depok. Waktu penelitian dilakukan 27 September 2012-21 November 2013.

4. Sumber Data

Data yang akan didapatkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua: a. Data primer, adalah data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Informan data primer ini dilakukan secara langsung oleh pengurus, dan anak jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri.

b. Data sekunder, adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat dokumen. Peneliti memperolehnya melalui sumber-sumber informasi berupa catatan-catatan dan dokumen yang ada di Yayasan Bina Insan Mandiri, termasuk data yang dari studi kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian ini.25

5. Teknik Pemilihan Subyek dan Informan

Subyek penelitian adalah tempat memperoleh keterangan, dalam hal ini subyek penelitian bisa berupa lembaga, yaitu Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok yang diwawancarai. Sedangkan obyek penelitiannya, meliputi bagaimana pelatihan dan kegiatan anak jalanan dalam Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok. Sedangkan pada pemilihan informan penelitian ini adalah bagaimana proses pemilihan informan dengan berkumpul dengan anak-anak jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri-depok untuk dimintai informasi mengenai mereka di Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok.

Ada beberapa teknik pengambilan sempel, akan tetapi peneliti akan lebih menggunakan teknik purposive sampling, dimana teknik pengambilan sampel ini merupakan teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa, sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.26

25

Prof. Dr. Sugiyono,2009.h. 62. 26 Prof. Dr. Sugiyono,2009.h. 54


(25)

TABEL 1.1 Penarikan Sampel

NO SAMPEL JUMLAH

1. KETUA 1

2. PEKERJA SOSIAL 1

3. ANAK JALANAN 4

TOTAL 6

6. Instrumen dan alat bantu

Pada penelitian kualitatif, peneliti membuat catatan di lapangan yang berupa hasil pengamatan lapangan dan menganalisis hasil kegiatan, pencatatan data yang lebih banyak bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrumen penelitian, peneliti dapat senantiasa mendapatkan penilaian keadaan dan mengambil keputusan. Namun demikian penulis memerlukan alat bantu antara lain: pedoman wawancara, perekam suara pada aplikasi di dalam ponsel, dan catatan lapangan.

Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam pedoman wawancara terekam dengan menggunakan perekam suara pada aplikasi di dalam ponsel. Penggunaan perekam suara pada aplikasi di dalam ponsel untuk merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan dari subjek penelitian yang diwawacarai. Sedangkan catatan lapangan merupakan alat bantu yang penting dalam penelitian kualitatif.

E. Analisis Data

Analisis data dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-kategori/struktur klarifikasi.27 Ada beberapa cara dalam menganalisis data, secara garis besar peneliti ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(26)

a. Reduksi Data (Data Reduction):

Data yang merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak.

b. Penyajian Data (Data Display):

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penelitian kualitatif tersebut disusun dan disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, bagan, tabel, dan lain sebagainya. c. Penyimpulan Data (Conclusion Drawing/verification):

Pengambilan kesimpulan data dengan menghubungkan tema penelitian, sehingga mempermudah untuk menarik kesimpulan.28

F. Keabsahan Data

a. Kreadibilitas (derajat kepercayaan) dengan teknis triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Hal itu dapat dicapai dengan jalan membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, dalam hal ini penulis membandingkan jawaban yang diberikan oleh pihak Yayasan, baik ketua Yayasan dengan jawaban yang diberikan oleh pekerja sosial, yaitu anak-anak jalanan tersebut mengenai pelayanan sosial di dalam YABIM (Yayasan Bina Insan Mandiri). Selanjutnya, penulis membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

b. Ketekunan dan keajegan pengamatan:

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan/isu yang sedang dicari, kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Maksudnya, penulis hanya memusatkan dan mencari jawaban sesuai dengan perumusan masalah saja.29

28

Prof. Dr. Sugiyono, 2009.h. 92. 29

Burhan Bungin, S.Sos., M.Si, Penelitian Kualitatif. Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2009), Ed. 1, Cet. 3. hal 256.


(27)

G. Teknik Penulisan

Adapun penulisan dan transliterasi yang digunakan berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang di susun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, cet ke-2.

H. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang diteliti agar terhindar dari kesamaan judul, dan lain-lain dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai referensi penelitian yang berhubungan dengan pelayanan sosial anak jalanan rumah singgah. Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan beberapa skripsi yang berhubungan tentang pelayanan sosial, tetapi peneliti akan memaparkan dari sudut yang berbeda, yaitu:

Skripsi pertama: “Pelayanan Sosial Bagi Gelandangan dan Pengemis Di Panti Sosial Bina Karya“Pangudi Luhur Bekasi”, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, oleh Muhammad Akmal (105054102078), Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, tahun 2009 M/1430 H.

Perbedaan skripsi Muhammad Akmal dengan skripsi peneliti ini adalah penelitian ini lebih mengarah kepada pelayanan sosial rumah singgah anak jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok. Selain itu subyek dan obyek penelitian yang berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas, sedangkan skripsi Muhammad Akmal adalah lebih menjurus kepada pendidikan pada gelandangan dan pengemis di panti sosial bina karya

“pangudi luhur” bekasi.

Skripsi kedua: “Pelatihan Keterampilan Menjahit Bagi Anak Jalanan Di pusat Pengembangan Pelayanan Sosial Anak Jalanan Social Development Center For Street Children (SDC), Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, oleh Muhammad Hafidzudin (104054102118), Konsentrasi Kesejahteraan Sosial-Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, tahun 2009 M/1430 H.


(28)

Perbedaan skripsi Muhammad Hafidzudin ini dengan skripsi peneliti ini adalah penelitian ini lebih mengarah kepada pelayanan sosial rumah singgah anak jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok. Selain itu subyek dan obyek penelitian yang berbeda dengan judul penelitian yang tertera di atas, sedangkan skripsi Muhammad Hafidzudin adalah lebih mengarah kepada pelatihan & pengembangan keterampilan anak-anak jalanan.

Skripsi Ketiga: “Pelayanan Sosial Anak Jalanan Berbasis Panti Sebagai Wujud Perlindungan Hak Anak (Studi Kasus di Social Development Center for Street Children, Bambu Apus Cipayung, Jakarta Timur), Mahasiswa Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, oleh Ipul Suharma (104054102115), Program Studi Kesejahteraan Sosial-Fakultas Dakwah dan Komunikasi, tahun 2009 M/1430 H.

Perbedaan skripsi Ipul Suharma ini dengan skripsi penelitian ini, sebenarnya tidak beda jauh dengan yang akan dibahas. karena sama-sama membahas pelayanan sosial anak jalanan, membahas seputar panti, kegiatan panti, dan tahapan pelayanan. Akan tetapi perbedaannya, bahwa skripsi saya ini mengambil kasus dirumah singgah yang ada di Sekolah Master-Depok, sedangkan skripsi Ipul Suharma, berbasis panti sebagai wujud perlindungan hak anak.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan ini, penulis menyusun pembahasan dalam lima bab.

Bab I Pendahuluan

Memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, waktu dan tempat penelitian, sumber data, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teoritis

Membahas tentang pengertian pelayanan sosial (Social Service), Jenis-jenis pelayanan sosial dan teknis pelayanan sosial rumah singgah anak jalanan.


(29)

Bab III Profil Yayasan

Membahas tentang profil Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok dan profil anak jalanan Yayasan Bina Insan Mandiri-Depok.

Bab IV Hasil Penelitian & Analisis Data

Membahas tentang temuan-temuan fakta dan data dilapangan dan profil informan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini dikemukakan kesimpulan dan saran-saran dari uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya.


(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial merupakan aksi atau tindakan untuk mengatasi masalah sosial. Pelayanan sosial dapat diartikan sebagai seperangkat program yang ditunjukan untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika keadaan individu atau kelompok tersebut dibiarkan, maka akan menimbulkan masalah sosial, seperti kemiskinan, ketelantaran, dan bahkan kriminalitas. Kategorisasi pelayanan sosial biasanya dikelompokkan berdasarkan sasaran pelayanannya (misalnya: pelayanan sosial di sekolah, tempat kerja, penjara, rumah sakit) atau berdasarkan jenis sektor (misalnya pelayanan konseling, kesehatan mental, pendidikan khusus dan vokasional, jaminan sosial, perumahan).30

Pelayanan sosial anak jalanan adalah suatu proses pemberian pelayanan, perlindungan, pemulihan, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial bagi anak jalanan, agar memperoleh hak-hak dasarnya, yaitu kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan, maupun partisipasi.31

Studi yang dilakukan UNICEF pada anak-anak yang dikategorikan children of the street, menunjukkan bahwa motivasi mereka hidup di jalanan, bukanlah sekedar karena desakan kebutuhan ekonomi rumah tangga, melainkan juga karena terjadinya kekerasan dan keretakan kehidupan rumah tangga orang tuanya. Berdasarkan hasil kajian di lapangan oleh surbakti, dkk. anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok.

1. Children on the street, adalah anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalanan

30

Edi suharto, pekerjaan sosial didunia industri, (Bandung: Alfabeta, 2007), cet-1, h. 154. 31

Departemen Sosial RI, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Direktorat Bina Pelayanan Sosial Anak. Petunjuk teknis pelayanan sosial anak jalanan, (Jakarta, Juni 2005), h. 6


(31)

pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung, tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.

2. Children of the street, adalah anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu. Banyak di antara mereka adalah anak-anak yang karena adanya sebab perlakuan-perlakuan tindak kekerasaan, anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial-emosional, fisik maupun seksual. 3. Children from families of the street, adalah anak-anak yang berasal

dari keluarga yang hidup di jalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan sejak masih dalam kandungan.32

Pendekatan dalam penangan anak jalanan yang peneliti ambil di dalam buku Bagong Suyanto, adalah:

1. Street Based, yaitu model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau tinggal, kemudian street educator datang kepada mereka: berdialog, mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta menempatkan diri sebagai teman. Dalam beberapa jam, anak-anak diberikan materi pendidikan dan keterampilan, di samping itu anak jalanan juga memperoleh kehangatan hubungan dan perhatian yang bisa pencapaian tujuan intervensi. Di sini prinsip pendekatan yang dipakai biasanya adalah:

asih, asah dan asuh”.


(32)

2. Centre Based, yaitu pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga dan panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti, seperti pada malam hari diberikan makanan dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat dari pekerja sosial. Pada panti yang permanen, bahkan disediakan pelayanan pendidikan, keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian, dan pekerjaan bagi anak jalanan.33

Dan sedangkan pengertian pelayanan sosial menurut para ahli, yaitu: 1. Menurut kutipan Krogsrud Miley, pelayanan sosial sebagai suatu

dukungan untuk meningkatkan keberfungsian sosialan atau untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu, maupun lembaga, 2. Menurut kutipan Alfred J Kahn pelayanan sosial sebagai pelayanan

yang diberikan oleh lembaga kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial terbagi dua golongan, yaitu pertama: pelayanan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit ditentukan identitasnya. kedua: pelayanan sosial yang jelas ruang lingkup dan batas-batas kewenangannya walaupun selalu mengalami perubahan. Melihat pelayanan sosial pada butir dua sebagai pelayanan umum yang berisikan program-program yang ditunjukan untuk membantu melindungi dan memulihkan kehidupan keluarga, membantu perorangan untuk mengatasi masalah yang diakibatkan proses perkembangan serta mengembangkan kemampuan orang untuk memahami, menjangkau, dan menggunakan pelayanan-pelayanan sosial yang tersedia.34

Berdasarkan ketiga definisi diatas unsur penting didalam konsep pelayanan sosial adalah: 1. Pelayanan sosial bertujuan untuk membantu orang mengatasi masalah, meningkatkan kualitas hidupnya, 2. Sasaran pelayanan sosial adalah perseorangan maupun arti kolektif (keluarga, kelompok, atau

33

Bagong Suyanto,2010. h. 185-202. 34

Dr. Pepen Nazaruddin. Msi, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial, konsep dan strategi, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial, 2004), h. 201.


(33)

komunitas/masyarakat), 3. Membantu tidak berarti membuat orang yang dibantu menjadi tergantung, melainkan membuat orang memiliki kemampuan memperbaiki kualitas hidupnya35.

Menurut fungsinya pelayanan sosial dapat dibedakan menjadi lima: (Soetarso, 1980, yaitu): 1. Pencegahan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk mencegah meluasnya dampak masalah bagi individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, 2. Rehabilitasi, yaitu serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dan memulihkan kehidupan masyarakat, pembangunan rumah, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, ekonomi dan fasilitas publik, 3. Pengembangan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pemberdayaan, 4. Perlindungan, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memberikan jaminan rasa aman dan ketenangan.36

Langkah-langkah pelayanan sosial pada klien, adalah37: 1. penjangkauan, 2. assemen biopsikososial klien, 3. penyusunan rencana pelayanan, 4. pelaksanaan rencana pelayanan, 5. koordinasi dan pemantauan penyampaian pelayanan, 6. advokasi atas nama keluarga dan anak.

Proses pelayanan sosial Kesejahteraan Sosial mencakup perbaikan, rehabilitasi dan pengembangan sasaran program penyandang masalah kesejahteraan sosial, dan pengembangan sasaran pelayanan potensi dan sumber kesejahteraan sosial, yaitu perbaikan, rehabilitasi, dan pengembangan sasaran program penyandang masalah sosial. dan dalam proses pelayanan sosial kesejahteraan sosial harus melalui tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Proses Penerimaan, yaitu suatu proses untuk menentukan apakah seseorang dapat memenuhi persyaratan diterima sebagai klien, 2. Proses

35

Departemen Sosial RI, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keaejahteraan Sosial, Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial. Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial. (Jakarta, Agustus 2009), h. 24.

36

Departemen Sosial RI, 2009. h. 25. 37


(34)

Assesmen, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial bersama klien untuk mengungkap dan memahami masalahnya, 3. Penanganan masalah, 4. Pembinaan lanjut, yaitu memberikan dukungan terhadap perubahan yang telah dicapai klien dan supervisi klien, 5. Terminasi, yaitu berakhirnya relasi bantuan.38

Sasaran program penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), meliputi: anak terlantar, lanjut usia terlantar, wanita rawan sosial ekonomi, keluarga yang kondisi perumahan dan lingkungannya tidak layak huni, masyarakat asing, anak nakal, anak jalanan, korban penyalahgunaan narkotika, penyandang cacat, penyandang cacat bekas penyandang penyakit kronis, gelandangan, pengemis, tuna susila seseorang wanita, bekas narapidana, penderita HIV/AIDS, masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, korban bencana, fakir miskin/keluarga miskin, anak umur dibawah lima tahun (BALITA), keluarga yang mengalami masalah sosial psikologis, anak, wanita, dan usia lanjut yang terancam dan menjadi korban tindak kekerasaan atau perlakuan salah.39

Indikator ketahanan sosial dalam konteks pembangunan kesejahteraan sosial, yaitu: melindungi kelompok rentan (anak, wanita, cacat, lansia) agar tidak terpuruk menjadi penyandang masalah sosial melalui peningakatan aksesibilitas pelayanan sosial dasar.

Indikatornya adalah aksebilitas kelompok rentan terhadap pelayanan sosial dasar, BPS nya adalah tingkat dukungan yang dinikmati, oleh individu, keluarga, dan kelompok yang kurang mampu (fakir/keluarga miskin, orangtua cerai/duda/janda, anak terlantar, anak jalanan, warga usia lanjut bersedia orang cacat terlantar).40

Pelayanan perlindungan anak diberikan melalui satu lembaga tersendiri, terutama untuk intervensi awal, yang dilengkapi aneka ragam

38

Departemen Sosial RI, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia no. 24/HUK/1996, tentang Sistem Kesejahteraan Sosial, (Jakarta, April 1996), h. 83.

39

Departemen Sosial RI, 1996, h. 16-18. 40

Departemen Sosial RI, Pusat pengembangan ketahanan sosial masyarakat badan pelatihan dan pengembangan sosial, Sosialisasi program pengembangan ketahanan sosial masyarakat, (Jakarta, desember 2002), cet 1, h. 60.


(35)

pelayanan, termasuk pelayanan penempatan anak secara sementara untuk tujuan perlindungan dan observasi, serta tenaga-tenaga profesional yang dilatih secara khusus dan memiliki perilaku khusus. Di berbagai negara maju, lembaga intervensi awal ini merupakan lembaga pemerintah, karena kebutuhan akan penggunaan kewenangan, penerapan hukum, perlindungan pelapor, konfidensialitas dan rujukan41.

B. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial personal (Personal social service) merupakan salah satu bidang pelayanan pekerja sosial populer sejak tahun 1960-an. Pelayanan ini menunjuk pada berbagai bentuk perawatan sosial (social care) di luar pelayanan kesehatan, pendidikan dan jaminan sosial. Dalam garis besar, YABIM melakukan pelayanan ini mencakup dua jenis:42

a. Perawatan anak (child care). Perawatan anak diberikan terhadap anak-anak dan keluarganya, terutama anak-anak-anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, seperti anak yang mengalamai cacat fisik dan mental yang tidak bisa menjalankan kehidupan sehari-hari tanpa pertolongan pihak lain. Pelayanan ini bisa pula mencakup perlindungan anak (child protection) dan pengasuhan anak, misalnya terhadap anak-anak yang ibunya bekerja, khususnya jika pelayanan pendukung tidak tersedia.

b. Peradilan kriminal (criminal justice). Pekerja sosial memiliki peranan penting dalam sistem peradilan kriminal. Mereka biasanya disebut dengan pekerja sosial koreksional (correctional social work). Di negara-negara maju maupun berkembang, termasuk indonesia, para pekerja sosial telah lama terlibat dalam penanganan masalah kriminal, termasuk terhadap pelanggar hukum anak-anak. Biasanya mereka memberikan pelayanan konseling atau terapi psikososial terhadap narapidana yang masih berada

41

Departemen Sosial RI, Direktorat jenderal pelayanan dan rehabilitasi sosial, Direktorat bina pelayanan sosial anak, Masalah dan penanganan anak yang membutuhkan perlindungan khusus, (Jakarta, mei 2002), hal. 22.


(36)

dipenjara, maupun terhadap eksekusi narapidana yang telah kembali ke masyarakat.

C. Tahapan Pelayanan

Tahapan pelayanan itu ada lima tahapan, yaitu:

1. Tahapan penjangkauan adalah tahapan yang dilakukan penjangkauan terhadap anak-anak jalanan yang akan diberikan pelayanan, di dalam YABIM. 43

2. Tahapan masuk YABIM adalah tahapan yang dimana anak-anak masuk ke dalam YABIM.44

3. Tahapan persiapan menerima kegiatan adalah tahapan dimana anak-anak melakukan persiapan untuk menerima kegiatan apapun di dalam YABIM.45

4. Tahapan penerimaan kegiatan adalah tahapan dimana anak-anak menerima kegiatan di YABIM, seperti konseling.46

5. Tahapan pengakhiran pelayanan adalah bagian tahapan untuk mengakhiri pelayanan yang ada di YABIM.47

D. Administrasi Pelayanan Sosial 1. Catatan Kasus.

Ada tiga besaran yang perlu dicatat dalam file catatan kasus:

1. Catatan kasus merupakan catatan tentang kasus, masalah atau kesulitan masing-masing anak jalanan yang disampaikan kepada pekerja sosial. Secara ringkas pekerja sosial menuliskan:

a. Kasus/masalah yang disampaikan anak.

b. Layanan yang diberikan, misalnya konseling, bimbingan, rujukan, mengajak anak diskusi, dan lain-lain.

43

Departemen Sosial RI, 2005. h. 15-16. 44

Departemen Sosial RI, 2005.h.16-17. 45

Departemen Sosial RI, 2005. h. 17. 46

Departemen Sosial RI, 2005.h.17-18. 47 Departemen Sosial RI, 2005.h.18.


(37)

c. Perubahan yang terjadi pada anak, yaitu kondisi terjadi setelah pemberian layanan dan bagaimana perbandingannya dengan keadaan, ketika masalah muncul.

2. Layanan adalah bentuk bantuan yang diperlukan oleh pekerja sosial. Contohnya: nasehat bimbingan, rujukan, menghubungi polisi, menemani anak bekerja dan bermain, mengajak anak berdiskusi, dan lain-lain.

3. Perubahan yang terjadi adalah kondisi yang terjadi akibat pemberian layanan dan bagaimana perbandingannya dengan keadaan ketika kasus muncul.

2. File perkembangan

File perkembangan anak adalah dokumentasi perkembangan penanganan kasus anak jalanan. Format tulisan bebas, namun mengacu pada hasil monitoring tersebut. Tulisan hendaknya jelas, padat, dan singkat, serta menggambarkan perubahan apa yang terjadi diri anak.

3. Pembahasan Kasus

Proses pemahaman kasus secara mendalam dan membahas rencana penanganan. Proses ini melibatkan Pekerja Sosial dan profesi lain yang sesuai dengan kasusnya. Pekerja Sosial menyiapkan ringkasan kasus yang mencakup:

a. Identitas klien (disamarkan). b. Riwayat kasus.

c. Pelayanan yang dilakukan. d. Rencana intervensi.48


(38)

BAB III

GAMBARAN

UMUM

LEMBAGA

A. Profil YABIM

1. Sejarah Singkat Lembaga

Berawal dari keprihatinan terhadap nasib anak bangsa yang mengalami kemiskinan dan kebodohan generasi bangsa tersebut berada dalam persimpangan jalan. Kondisi ekonomi yang terpuruk menambah deretan permasalahan yang mereka hadapi. kemiskinan, kebodohan yang bermuara pada kriminalitas dan penyakit sosial lainnya. Wujud dari keprihatinan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), yaitu dengan menyelenggarakan Pendidikan Gratis, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ), SD persamaan, SMP, dan SMU bagi masyarakat kurang mampu.

Selain menggarap bidang pendidikan YABIM juga memberikan pelayanan sosial (da’wah sosial), kesehatan dan pemberdayaan ekonomi sehingga konsep Islam yang syamil dapat terealisasaikan dalam kehidupan. Pembinaan kaum dhuafa yang terdiri dari pengamen, pengasong, anak jalanan, dan pemulung di terminal depok kami berharap pada komponen masyarakat yang peduli terhadap anak bangsa mewujudkan kerjasama untuk memberikan solusi terhadap permasalahan umat.49

2. Visi dan Misi

Visi dan Misi YABIM adalah sebagai berikut : a. Visi

Meningkatkan sumber daya muslim untuk menyiapkan kebangkitan umat menuju umat yang sejahtera dibawah naungan Al-Qur’an dan sunah. b. Misi

a. Menyiapkan masyarakat yang mandiri, handal melalui keterampilan tepat dan berhasil guna berdasarkan Al-Qur’an dan sunah.


(39)

b. Menyelenggarakan pendidikan yang murah dan berkualitas sehingga meningkatkan kualitas sumber daya muslim.

c. Memberikan pelayanan di bidang kesehatan, sosial dan ekonomi yang berorientasi pada peningkatan taraf hidup masyrakat muslim yang

dhua’fa.50

3. Tujuan Pelayanan YABIM a. Tujuan Umum

Meningkatkan kecerdasan bangsa menuju masyarakat yang mandiri dan berbudi pekerti.

b. Tujuan Khusus

1. Menyiapkan masyarakat yang mandiri.

2. Menyiapkan insan yang handal melalui keterampilan tepat dan berhasil guna.51

4. Sasaran Penerimaan Pelayanan

1. Para pemuda potensial yang memiliki keinginan untuk belajar

2. Masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah yang belum tersentuh dan sadar akan pentingnya pendidikan baik formal maupun non formal

3. Kaum dhuafa yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, kegiatan ekonomi yang memadai serta kebutuhan sosial yang menyangkut hajat hidup umat Islam52

5. Program Kerja

a. Program Akademis

Program ini merupakan program pendidikan layaknya sekolah formal dimana siswa didik kami dapat belajar walaupun dengan keterbatasan. Program ini merupakan pendidikan kesetaraan yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Program Akademis ini bertujuan

50

Disarikan dari profil YABIM (Terlampir). 51

Disarikan dari profil YABIM (Terlampir). 52 Disarikan dari profil YABIM (Terlampir).


(40)

untuk mempersiapkan siswa didik kami agar dapat melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Program Akademis diantaranya sebagai berikut:53

1) PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini )

Pendidikan Anak Usia Dinimerupakan wadah yang strategis dalam pembinaan anak yang berumur 0 sampai 5 th. teori psikologi perkembangan menerangkan bahwa pendidikan yang ditanamkan pada usia dini akan mempengaruhi kepribadian anak pada usia selanjutnya, Kesalahan mendidik anak pada usia dini menyebabkan timbulnya benih kepribadian yang negatif.

Kehadiran PAUD di terminal Depok yang bertujuan untuk membantu para orang tua murid yang memiliki keterbatasan ekonomi dan pengetahuan cara mendidik anak sehingga kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah dapat terealisasikan dengan baik. Anak akan tumbuh dan berkembang sebagaimana dicita-citakan oleh orang tuanya. Sampai saat ini jumlah seluruh PAUD ada 120 santri.

2) Sekolah Dasar Persamaan Paket A

Kondisi perekonomian yang belum membaik menyebabkan masih banyaknya orang tua yang mengalami kesulitan untuk menyekolahkan tidak terkecuali untuk menyekolahkan anaknya ke Sekolah Dasar (SD). Banyaknya anak–anak jalanan yang berusia Sekolah Dasar berada disekitar trotoar dan lampu merah adalah salah satu akibat dari mahalnya biaya sekolah. Program tersebut mendapatkan respon yang positif dari masyarakat dan saat ini memiliki siswa berjumlah 138 siswa.

3) Kejar Paket B Setara SMP & SLTP Terbuka

Program ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari jenjang dasar yang bertujuan memberikan bekal pengetehuan serta keterampilan bagi siswa. Sehingga pola pikir siswa menjadi positif dan siap menyongsong masa depan dengan bekal keterampilan yang ia


(41)

miliki. jumlah seluruh siswa yang mengikuti program sebanyak 348 siswa.

4) Kejar Paket C Setara SMU

Program inimerupakan suatu program yang dirancang untuk meningkatkan pola pikir dan kualitas bagi para siswa yang kebingungan ketika harus memilih antara dunia usaha ditengah keterbatasan yang ada. Program ini juga mempersiapkan para siswa didik untuk menempuh jenjang perguruan tinggi sesuai minat dan kemampuan mereka khusus dalam segi akademis. jumlah seluruh siswa sampai saat ini mencapai 289 siswa.

b. Pelatihan Wirausaha

Program kelas kewiraswastaan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi jiwa berwirausaha pada siswa didik yang memang tidak minat dalam bidang akademis. Program ini akan memberikan motivasi-motivasi berwirausaha serta pelatihan-pelatihan bisnis sehingga dapat mengembangkan potensi dan memunculkan jiwa pengusaha yang mampu menciptakan lapangan kerja, melihat, menggali dan mengembangkan potensi daerahnya.

c. Kursus

Kursus komputer diselenggarakan untuk memberikan skill kepada binaan sehingga menjadi bekal di kemudian hari. pelatihan yang diberikan adalaah windows bagi dunia kerja, seperti word, excel, power point dan desain grafis. Kursus menjahit pengoperasian mesin jahit, mendesain/merancang tata busana sebagai bekal bagi para warga belajar agar dapat mandiri di kemudian hari.

d. Sanggar Seni

Program khusus bidang seni ini merupakan sarana bagi siswa didik yang pada dasarnya memiliki bakat dalam bidang kesenian. Baik itu berupa seni musik, seni pahat, dan berbagai keterampilan artistik yang dapat dikembangkan.


(42)

e. Program Tambahan

Lab Skill, Program dimaksudkan agar para binaan memiliki semangat (spirit) dalam menjalani kehidupan, memiliki jiwa kreatif, sikap positif, jujur dan inovatif. Pelatihan Komputer, pelatihan tehnisi HP pelatihan automotif, pelatihan menjahit dan sablon adalah beberapa pelatihan yang bertujuan membekali para warga belajar untuk terjun dalam dunia usaha atau kerja.

f. Rumah Singgah

Rumah Singgah, sebagai wadah dan wahana ekspresi jiwa yang labil dan gejolak kepribadian yang rapuh sangat efektif sehingga anak terlantar tersebut mendapatkan kenyamanan dan ketentraman. Mereka secara langsung maupun tidak langsung mendapatkan pembinaan mental maupun spiritual sebagai bekal hidup mereka di masa depan.

g. Pelayanan Sosial

Anak terlantar dan anak jalanan memilki tingkat kerawananan yang cukup tinggi terhadap penyakit, hanya sekedar mendapatkan makan mereka berjuang di jalanan dengan kehidupan yang keras dan dapat terjerumus dalam kriminalitas.

Dengan pelayanan sosial seperti pemberian makan, minum serta penjaminan keamanan dan pemeriksaan kesehatan adalah bentuk kompensasi mereka untuk kembali belajar untuk meraih cita-cita mereka yang hampir hilang.

6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana belajar yang ada dalam pelaksanaan program pendidikan kepada siswa didik kami adalah:54

1. Ruang Kelas 6. Ruang Bekam 2. Ruang Tutor PKBM 7. Ruang Koperasi 3. Ruang Administrasi PKBM 8. Ruang Klinik

4. Ruang Komputer PKBM 9. Ruangan Bengkel dan Steam YABIM 5. Ruang Kamar Mandi . 10. Toko Sembako/Mini Market YABIM.


(43)

7. Struktur Kepengurusan

Organisasi adalah sekumpulan orang yang secara bersama melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Dengan adanya tujuan tersebut maka segala sesuatu yang dilaksanakaan akan menjadi tanggung jawab bagi setiap personil, dengan adanya struktur organisasi segala kegiatan akan tersusun rapi, serta akan mempermudah dalam mencapai tujuan. Adapun struktur organisasi yang ada di YABIM adalah sebagai berikut:

Penyelenggara PKBM Bina Insan Mandiri

Pelindung : Yayasan Bina Insan Mandiri

Pembina Teknis : Dinas Pendidikan/Penilik PLS Diknas Penasehat : Drs. Poerwandriyono

Ketua : Nurrohim, amd

Sekretaris : Tony zulhendra

Bendahara : Ahmad Khaeruddin Jufri Koordinator:

 Koordinator PAUD : Ma’rifah

 Koordinator SD : Jessy Sofyan

 Koordinator SMP : Tommy Ade Yuli al-qadiri

 Koordinator SMU : Ekwanto TP

 Koord. Kelas Bisnis : Abdul Basit Koordinator Kelompok Belajar:

 Usaha (KBU) : Bathiar

 Koord. Kelas Musik : Sigit Wahyudi Ariyanto

 Koord. Kelas Design Grafis : Irfan

 Koord. Kelas Batik : Ucup Wahyudi.55


(44)

Gambar 3.1 Struktur PKBM56

56

Tata Usaha Yayasan Insan Mandiri.

Sekretaris Tony Zulhendra

Bendahara Roqib Bayni

Program Sugeng. R

Litbang Anshori

Ketua Nurrohim

Pembinaan Ekwanto

Kemitraan Ardian

Paket A/SD Lianty

Paket B/SMP Muh. Natsir

Paket C/SMA

TBM Fakrurozi

Lab. Skill Syamsul


(45)

8. Mitra Kerja

Untuk memudahkan pelaksanaan pemberdayaan dan pelayanan, Yayasan Bina Insan Mandiri Depok bekerja sama dengan beberapa instansi-instansi pemerintah dan insttitusi-institusi swasta, seperti: Kementrian Sosial Republik Indonesia, Dinas Pendidikan Kota Depok, Pemda Kota Depok, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Indonesia, yang bergerak di bidang ekonomi dan sosial, LSM Semai Benih Bangsa, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Trianandra, Sekolah Cikeas SAC, yang masing-masing mempunyai spesifikasi dalam pola kemitraan, antara lain di bidang pelatihan/Tutor dan pendidik.57

9. Data Relawan & Tutor Yayasan Bina Insan Mandiri

Jumlah Tutor dan relawan yang memberikan pengajaran, serta pembinaan di Yayasan Bina Insan Mandiri berjumlah 50 orang, kebanyakan masih berstatus mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan ada juga beberapa orang yang sudah sarjana. Dengan mengusung visi dan misi yayasan, bagi pekerja sosial di YABIM status akademis, tidak menjadi sekat bersinergi dalam tim kerja yang solid, dedikasi yang tinggi telah menyokong kualitas kinerja para relawan sosial di YABIM.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pihak lembaga yang penulis lakukan, di ketahui bahwa YABIM saat ini memiliki 60 orang staf pengajar. Terdapat empat kategori staf pengajar di YABIM Depok, yakni:58

a.) Guru Karir

Guru karir merupakan guru yang direkrut oleh YABIM untuk mengajar di YABIM. Pada umumnya guru karir ini adalah lulusan gelar S.Pd. (Sarjana Pendidikan). Terdapat sekitar lima guru karir yang direkrut untuk mengajar. Mereka tidak dibayar, tetapi YABIM

57

Disarikan dari profil YABIM (Terlampir). 58 Disarikan dari profil YABIM (Terlampir).


(46)

memberikan kompensasi sebagai uang transport mereka menuju YABIM. Pemberian uang jajan ini diberikan setelah mereka selesai mengajar. Jika pada hari tersebut, terdapat lebih dari satu kali pertemuan, maka mereka akan di bayar sesuai kelipatan pertemuan mereka.

b.) Alumni

Banyak dari alumnus YABIM yang menjadi staf pengajar, setelah mereka mendapatkan ijazah kelulusan mereka. Pengabdian ini di dasarkan pada keinginan balas budi kepada YABIM yang selama ini telah membesarkannya. Bahkan ada alumnus dari YABIM yang masuk Universitas Indonesia (UI) dan menjadi relawan untuk mengajar di sana setelah mereka selesai kuliah.

c.) Guru Tamu

Guru Tamu merupakan staf pengajar yang berasal dari kerjasama program magang, antara YABIM dengan berbagai Universitas di Jabodetabek. Jumlahnya sangat banyak dan selalu berganti setiap bulannya. Banyak dari mereka yang mencari data untuk skripsi ataupun praktek mengajar, bagi mereka yang akan datang ingin berkarir sebagai seorang guru.

YABIM Kota Depok sangat membuka kesempatan bagi mereka yang ingin mengabdikan dirinya, sebagai seorang pengajar yang rela tanpa dibayar, ataupun bagi mereka yang ingin melakukan penelitian guna menyelesaikan tugas akhir (skripsi atau tesis). Untuk menjadi seorang guru di YABIM sangat mudah, tanpa harus melewati birokrasi yang panjang. Cukup mendatangi dan mengisi lembar guru, dan bisa langsung mengajar sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan mereka dalam mengajar.

10. Keadaan Pendamping

Pendamping atau pekerja sosial adalah faktor pendukung demi tercapainya tujuan pelayanan sosial yang ada di YABIM, yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak jalanan khusunya.

Di Dalam YABIM, pendamping anak jalanan berfungsi sebagai pendamping anak jalanan, baik ketika anak jalanan maupun ketika anak di


(47)

Yayasan dan dapat membantu anak jalanan dalam berbagai macam masalah. Ketika anak bermasalah dengan anak yang memalak, baik ketika anak terkena razia, maka pendamping ikut bertanggung jawab dalam membantu mereka. Selain itu pendamping atau pekerja sosial, mempunyai tugas-tugas yang lain, yaitu:

a. Redata

YABIM ini merupakan proyek dari Dinas Sosial dimana jumlah anak binaan sesuai dengan permintaan dari Dinas Sosial, kalau ada perubahan ditambah dan dikurangi. Pekerja sosial dalam hal ini yang mengatur jumlah anak tersebut. Kalau ada penambahan pekerja sosial mencari lagi anak binaan dan kalau ada jumlahnya berkurang pekerja sosial yang mengurangi.

b. Identifikasi

Identifikasi merupakan lanjutan dari redata. Kalau dalam redata tersebut ada penambahan jumlah anak binaan, dan setelah didapat anaknya, maka pekerja sosial mengidentifikasi, yaitu mengetahui identitas dari anak tersebut.

c. Mengetahui permasalahan anak jalanan

Setelah di identifikasi kemudian dicari permasalahan anak tersebut, kenapa bisa hidup di jalanan. Pekerja sosial yang mendampingi anak jalanan di YABIM sejak berdirinya sampai sekarang, telah banyak mengalami pergantian dan perkembangan, hal ini karena adanya tuntutan kebutuhan tenaga pekerja sosial yang lebih profesional untuk meningkatkan mutu pendampingan anak jalanan, sehingga tujuan di YABIM dalam membantu anak jalanan bisa tercapai.


(48)

Tabel 3.1 Data Relawan & Tutor59

No NAMA TUTOR L/P Tempat dan Tanggal

Lahir Pendidikan Jurusan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. Agus Salim Ahmad Syraifudin Ais Rahim

Angga Roman W D. Syofiansyah Dede Hermawan Diana Nur Farida Dicky Nugraha Drs. Poewwandriyono Eka

Ekawanto TP. Emi Maya

Firman Rizaki Hidayat Fitriah Hendra Pujianto Ilhamsyah DS.Ked, Ismail Komarudin Lianti M. Anshori

M. Ayatullah Komeni

Ma’rifah

Masfufah Muh. Natsir M. Ramdani

Mustami’in.S.Psi

Nova Dwi N. Nur Laela Nur Rohmah Nurrohim.Amd Nyimas

Reza Nia Umami Rizky Bandruzzaman

Syamsul Ma’arif

Sartika

Sigit Wahyudi A Siti Khoriyah Siti Nurhasanah Syekhur Rozi Tommy Ade Y.A.Q

L L L L L L P L L L L P L P L L L L P L L P P L L L P P P L P P L L P L P P L L Tegal, 09-01-1985 Jakarta, 25-06-1989 Gorontalo, 22-12-1988 Jember, 15-08-1974 Jakarta, 31-12-1979 Bandung, 30-01-1984 Depok, 06-09-1990 Jakarta, 22-02-1980 Jakarta, 24-07-1987 Depok, 29-11-1988 Depok, 07-10-1984 Bojonegoro, 05-02-1984 Jakarta, 04-09-1990 Depok, 26-06-1989 Jakarta, 11-09-1986 Jakarta, 03-04-1972 Jakarta, 14-03-1986 Sukabumi, 11-04-1986 Bogor, 29-10-1985 Depok, 18-02-1988 Bengkulu, 16-06-1989 Depok, 11-03-1977 Depok, 30-01-1983 Dompu, 16-07-1987 Purwakarta, 02-11-1971 Depok, 19-10-1980 Jakarta, 30-11-1983 Jakarta, 08-09-1988 Jakarta, 04-10-1984 Jakarta, 24-07-1973 Jakarta, 26-02-1985 Bogor, 11-09-1984 Jakarta, 18-01-1986 Pemalang, 18-05-1982 Jakarta, 12-10-1988 Jakarta, 13-04 Depok, 03-05-1983 Jakarta, 25-06-1977 Pemalang,13-11-1987 Depok, 23-05-1979 UNINDRA SMU UI S1 Interlive Al-Qudwah S1 IISIP PTJ SMU IKIP Jakarta SMA S1 UNINDRA STIAMI SMA UIN Jakarta TRIANANRA S1 UI Al-Qudwah Al-Qudwah Al-Qudwah UI UI

Univ. Mutiara Islam MA

SMA D3 STIM S1 UIN Jakarta UNJ

Al-Qudwah UIN Jakarta

Ma’had Zaitun Jakarta

PNJ UNJ TRIANANDRA MA SMK UNJ

Univ. Mutiara Islam SLTA TRIANANDRA Pon-Pes Lirboyo T. Informatika IPS Sastra Jawa Sastra Inggris Tarbiyah Bahasa Inggris Inggris Bisnis IPS Teknik IPA Pend. IPS Administrasi IPS Dakwah Ekonomi Kedokteran Tarbiyah Tarbiyah Tarbiyah Hukum Sastra Jawa PGTK IPS IPS Akuntansi Psikologi PAUD Tarbiyah Tarbiyah Pendidikan Akuntansi PAUD Ekonomi IPS Sekretaris PLS PGTKIT IPS Ekonomi Ilmu Al-Qur’an


(49)

41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. Tony Zulhendra Tri Ucup Ismail Ucup Wahyudi Umi Astuti Wahyu Hidayat Wiguna Satria A.W Winda Agus W Wira Yuli L L L L P L L P L P Binjay, 15-05-1983 Jakarta, 15-02-1987 Bandung, 30-09-1986 Bandung, 09-02-1984 Jakarta, 08-10-1980 Jakarta, 13-04-1983 Bandung, 30-05-1990 Depok, 16-08-1987 Depok, 28-04 Jakarta, 16-01-1987 SMA SMA TRIANANDRA SMA SMEA PNJ SMA SMEA SMA SMA IPS IPS Manajemen IPS Sekretaris IPS Sekretaris IPA IPS -


(50)

B. Profil Anak Jalanan YABIM

Data Dampingan Anak Jalanan PKSA Berdasarkan Turun Ke Jalan, tahun 2012-2013.60

1. Usia Anak Jalanan

Dari 200 anak jalanan, mayoritas adalah berusia 13-15, ini bisa dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Data Anak Jalanan YABIM Berdasarkan Usia

No Rentang Usia (th) Jumlah

1. 7-9 10 anak

2. 10-12 61 anak

3. 13-15 94 anak

4. 16-19 35 anak

TOTAL 200 anak

2. Jenis Kelamin

Mayoritas anak jalanan setara sama besar, sebagaimana data tabel berikut:

Tabel 3.3 Data Anak Jalanan YABIM Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-Laki 100 anak

2. Perempuan 100 anak

Total 200 anak

3. Pendidikan Anak Jalanan

Kebanyakaan anak jalanan adalah siswa SMP beberapa diantaranya adalah siswa SD, SMA, dan DO SMP. sebagaimana data di bawah berikut:

Tabel 3.4 Data Pendidikan Anak Jalanan YABIM

No. Pendidikan Anak Jalanan Jumlah

1. SD kelas I-III 10 anak

2. SD kelas IV-VI 64 anak

3. SMP kelas I-III 90 anak

4. SMA kelas I-III 35 anak

5. DO SMP 1 anak

Total 200 anak

60

Disarikan dari Data DampinganAnak Jalanan PKSA Berdasarkan Turun Ke Jalan, tahun 2012-2013 YABIM (Terlampir).


(51)

4. Aktivitas di Jalanan

Anak jalanan mempunyai aktivitas yang beragam. Dan Aktivitas paling banyak adalah Mengamen, dan paling sedikit ada enam aktivitas. Berikut ini adalah data aktivitas anak di jalan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Data Anak Jalanan YABIM Berdasarkan Aktivitas

5. Lokasi Aktifitas Anak

Lokasi aktifitas anak-anak jalanan, selain di YABIM adalah bekerja mencari uang, dengan berbagai pekerjaan dan lokasinya di sekitar JABODETABEK, sebagaimana tabel di bawah berikut:

Tabel 3.6 Data Anak Jalanan YABIM Berdasarkan Lokasi Aktivitas Anak

6. Keberadaan Orang Tua

Hampir semua anak memiliki orang tua lengkap, sebagaimana data berikut:

No. Aktivitas Jumlah

1. Mengamen 111 anak

2. Mengamen+Ojek Payung 26 anak

3. Ojek payung 49 anak

4. Pemulung 7 anak

5. Peminta-minta 1 anak

6. Pedagang 5 anak

7. Calo Mobil 1 anak

Total 200 anak

No. Lokasi Aktivitas Anak Jumlah

1. Terminal Depok 50 anak

2. Depok-Jakarta 98 anak

3. Depok 24 anak

4. Kober-UI 2 anak

5. ITC Depok 5 anak

6. Margonda Raya 8 anak

7. Stasiun Depok 9 anak

8. Bogor-Jakarta 1 anak

9. Jakarta 2 anak

10. Tidak di ketahui 1 anak


(52)

Tabel 3.7 Data keberadaan orang tua anak jalanan YABIM

No. Keberadaan Orang tua Jumlah

1. Memiliki orang tua lengkap (ayah-ibu) 178 orang

2. Memiliki ibu saja (ayah meninggal) 16 orang

3. Memiliki ayah saja (ibu meninggal) 1 orang

4. Ayah tidak diketahui keberadannya 1 orang

5. Ibu tidak diketahui keberadaannya 4 orang

Total 200 orang

7. Pekerjaan Orang tua Anak Jalanan

Kebanyakaan orang tua anak jalanan memiliki pekerjaan, sebagaimana data berikut:

Tabel 3.8 Data pekerjaan orang tua anak jalanan YABIM

No. Pekerjaan Orang tua Jumlah

Bapak Ibu Bapak Ibu

1. Buruh IRT 76 orang 164 orang

2. Pedagang PRT (Pekerja Rumah Tangga/

Pembantu) 21 orang 5 orang

3. Wiraswasta Pedagang 31 orang 7 orang

4. Peg. Swasta Peg. Swasta 12 orang 3 orang

5. Pemulung Pemulung 11 orang 5 orang

6. Pengamen SPG 4 orang 1 orang

7. Supir Kuli Cuci 12 orang 3 orang

8. Seniman Warteg 1 orang 1 orang

9. Satpam Wiraswasta 3 orang 1 orang

10. Konveksi Guru 1 orang 1 orang

11. Ojek Buruh 3 orang 1 orang

12. Pelayar Tidak diketahui pekerjaan ibu 1 orang 8 orang

13. Tukang Las - 1 orang -

14. SOR - 2 orang -

15. Pengangguran - 3 orang -

16. Ketua RT - 1 orang -

17. Mantek sumur - 1 orang -

18. Tukang kusen - 1 orang -

19. Warteg - 1 orang -

20. Supir angkutan - 3 orang -

21. Tukang Bangunan - 1 orang -

22. Tidak diketahui pekerjaan

Ayah - 10 0rang -


(53)

8. Alamat Orang Tua

Mayoritas alamat orang tua anak jalanan lebih besar yaitu daerah depok, sebagaimana data tabel berikut :

Tabel 3.9 Data Alamat orang tua anak jalanan YABIM

C. Faktor Pendukung dan Penghambat YABIM

Dalam pelayanan yang dilaksanakaan oleh Yayasan Bina Insan Mandiri, khususnya pada pelayanan sosial anak jalanan, ternyata memiliki beberapa faktor pendukung dan penghambat, diantaranya pada faktor pendukung Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, seperti YABIM sudah memiliki rumah singgah, program konseling dan rehabilitasi, jenis-jenis pelayanan, tahapan pelayanan, administrasi pelayanan dari pekerja sosial, pengasuh/perawat anak-anak yang memiliki keterbatasaan dan memiliki pekerja sosial. Sehingga pihak YABIM menjadi terbantu dan meringankan beban dalam pelaksanaan program pelayanan sosial anak jalanan di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, seperti memberikan konseling, merehabilitasi anak-anak yang bermasalah, membuat administrasi pelayanan, mengontrol, mendampingi anak-anak dan memberikan perawat/pengasuh untuk anak-anak yang memiliki keterbatasaan fisik.

Adapun faktor penghambatnya, yaitu YABIM tidak memiliki kegiatan apapun di dalam rumah singgahnya, ruangan khusus untuk memberikan konseling dan merehabilitasi anak-anak yang memiliki masalah yang berat, juga dari segi dana. Dana masih menggunakan tabungan/uang dari donatur yang menyumbang ke YABIM dan disokong dari departemen sosial dalam

No. Alamat Orang tua Jumlah

1. YABIM 8 orang

2. Depok 178 orang

3. Bekasi 2 orang

4. Bogor 8 orang

5. Jakarta Pusat 2 orang

6. Jakarta Selatan 2 orang


(54)

pelaksanaan program yang dimiliki oleh YABIM dan kebutuhan anak-anak lainnya.

Cara menanggulangi pada faktor tersebut, khususnya pada faktor penghambat, yaitu pihak YABIM, harus selalu mengadakan rapat khusus, antara pihak yayasan, departemen sosial, dan pekerja sosial. Adapun proses lamanya satu tahun dalam merubah faktor penghambat yang ada, khususnya pada karakter anak jalanan. Adapun proses cepat atau lamanya pelayanan sosial anak jalanan, pihak YABIM memberikan solusi setiap hasil rapat bersama, mencari hasil intervensinya, hasil assesment dan hasil pelayanan setiap pengadaan rapat.


(1)

- Lain-Lain Sebutkan : - Anak

- Lain-lain Sebutkan : 100 Anak

- Kegiatan OR : 190 Anak

- Akses Kesehatan : 20 Anak

- Ditabung > 1.5 Jt : 112 Anak

- Ditabung < 1.5 Jt : - Anak

- Ditabung < 1 Jt : 162 Anak

- Ditabung < 500 Rb : 16 Anak

- Lainnya : - Anak

Mengetahui Depok, 2012

Direktur Pelayanan Sosial Anak Pimpinan LKSA


(2)

RUANG PKBM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI

DEPOK

RUANG KELAS YABIM

PERPUSTAKAAN YABIM

RUANG ADMINISTRASI YABIM


(3)

RUANG BEKAM, RUQYAH & HERBAL YABIM

KOPERASI YABIM

KLINIK YABIM


(4)

BENGKEL YABIM

PROGRAM PKBM YAYASAN BINA INSAN MANDIRI

Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Program Sekolah Dasar (Paket A)


(5)

Program Pendidikan Paket C (setara SMA)

Pelatihan Wirausaha

Kursus

Pengadaan Barang dan Jasa

Percetakan

Menjahit


(6)

Program Tambahan

Rumah Singgah

Pelatihan

Pelatihan Lukis Gombal