b. Dari sederhana ke rumit
Prinsip ini pada dasarnya adalah konsep atau nilai dan moral yang berkenaan dengan pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-haari.
Jadi konsep atau nilai dan moral temasuk dalam hal ketrampilan skill mulai dari yang sederhana ke yang rumit.
c. Dari yang bersifat konkret ke abstrak
Siswa SD pada prinsipnya lebih mudah menaangkap hal-hal yang sifatnya kongkrit dari pada yang sifatnya abstrak. Guru dapat memberikan contoh-contoh
sederhana yang dapat di tiru oleh siswa. Media sangat di perlukan untuk mengkongkritkan sesuatu hal yang di rasa sangat di perlukan guna mempermudah
pemahaman siswa. d.
Dari lingkungan paling dekat ke lingkungan lebih luas Lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak adalah
lingkunga keluarga. Dalam keluarga anak lebih banyak melakukan interaksi. Namun apakah lingkungan keluarga menjadi lingkungan pertama dan utama
dalam memperoleh pendidikan.
2.1.3 Belajar dan Mengajar
2.1.3.1 Hakikat Belajar
Menurut Slav in dalam Anni dan Rifa‟i, 2012: 66 definisi dari belajar
adalah perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman sangat mempengaruhi dalam perubahan perilaku. Pengalaman yang baik akan mengubah
perilaku seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Hamalik 2015: 27 belajar merupakan modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman learning is defined as the modification or
strengthening o behavior through experiencing. Dari pengertian ini, dapat diambil sebuah pemahaman bahwa belajar ialah suatu proses, suatu kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Slameto 2010: 2 belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang disebabkan oleh pengalaman guna memperoleh pengetahuan.
2.1.3.2 Prinsip – prinsip Belajar
Menurut Burton dalam Hamalik, 2015: 31 ada 16 prinsip-prinsip belajar sebagai berikut:
1. proses belajar ialah pengalaman, bernuat, mereaksi, dan melampui under
going; 2.
proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran- mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu;
3. pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid;
4. pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang
mendorong motivasi yang kontinu; 5.
proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan;
6. proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individual di kalangan murid-murid; 7.
proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pangalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaiakan dengan kematangan murid;
8. proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan;
9. poses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur;
10. hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat
didiskusikan secara terpisah; 11.
proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan;
12. hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan; 13.
hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya;
14. hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-
pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik; 15.
hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda;
16. hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
berubah-ubah adaptable, jadi tidak sederhana dan statis. Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, menurut Soekamto
dan Winataputra dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 16 seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar sebagai berikut: a apapun yang
dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain; b setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya; c siswa akan dapat belajar dengan
baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar; d penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang
dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti; e motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaaan
penuh atas belajarnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar dilatar
belakangi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal atau kondisi yang berasal dari dalam dan luar pembelajar.
2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara
mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu, proses belajar hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan
sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif, maupun psikomotoriknya Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 16.
Anni dan Rifa‟i 2012 : 80 faktor-fakor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta
didik. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh; kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi sosial,
seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Oleh karena itu kesempurnaan dan kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh peserta didik akan
berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Proses belajar tidak terlepas dari aktivitas guru dalam mengajar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kondisi internal dan kondisi eksternal berkontribusi terhadap proses dan hasil belajar.
2.1.3.4 Motivasi Belajar Siswa
Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan an
ak di dalam kelas. Anni dan Rifa‟i 2012: 137 menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang meliputi: 1 sikap, 2
kebutuhan, 3 rangsangan, 4 afeksi, 5 kompetensi, 6 dan penguatan. Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau
membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut: 1 memberi angka, 2 pujian, 3 hadiah, 4 kerja kelompok, 5 persaingan, 6 tujuan dan
level of aspiration, 7 sarkasme, 8 penilaian, 9 karyawisata dan ekskursi, 10 film pendidikan, 11 belajar melalui radio Hamalik, 2015: 166. Sedangkan
Gage Berliner dalam Slameto, 2010: 176 menyarankan sejumlah cara untuk meningkatkan motivasi siswa, yaitu melalui: pergunakan pujian verbal,
pergunakan tes dalam nilai secara bijaksana, bangkitkan rasa ingin tahu siswa dan keinginannya untuk mengadakan eksplorasi, pergunakan materi-materi yang
sudah dikenal sebagai contoh, dsb. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa perlu dimotivasi
agar ia mau melakukan belajar dengan beberapa cara yang sesuai.
2.1.3.5 Aktivitas Belajar Siswa
Djamarah 2010: 349 pembelajaran berbasis aktivitas siswa merupakan pembelajaran yang menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal untuk
memproleh hasil belajar perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang. Secara umum tujuan dari pembelajaran berbasis aktivitas siswa
ini bertujuan membantu anak didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat membentuk
kepribadian mandiri sesuai dengan tujuan pendidikan. Dierich dalam Hamalik, 2015: 172 macam-macam aktivitas belajar
meliputi hal-hal sebagai berikut: a.
kegiatan-kegiatan visual b.
kegiatan-kegiatan lisan oral c.
kegiatan-kegiatan mendengarkan d.
kegiatan-kegiatan menulis e.
kegiatan-kegiatan menggambar f.
kegiatan-kegiatan metrik g.
kegiatan-kegiatan mental h.
kegiatan-kegiatan emosional Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa tidak
hanya untuk memperoleh pengetahuan, namun untuk memperoleh keterampilan dan sikap yang dapat membentuk kepribadian mandiri sesuai dengan tujuan
pendidikan.
2.1.3.6 Hasil Belajar
Gagne dan Brigss dalam Solihatin, 2013:6 mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima kategori yaitu keterampilan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap. Hasil belajar ranah kognitif Gagne dipilah menjadi tiga yaitu, informasi verbal, keterampilan intelektual, dan
strategi kognitif. Hasil belajar motorik berhubungan dengan melakukan gerakan tubuh dengan lancar dan tepat, sedangkan hasil belajar sikap merupakan suatu
kondisi mental yang mempengaruhi pemilihan perilakunya. Hasil belajar itu diperoleh dari interaksi siswa dengan lingkungan yang sengaja direncanakan guru
dalam perbuatan mengajarnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dapat diperoleh
dari hasil interaksi guru dan siswa yang dapat diamati berupa hasil belajar secara intelektual maupun sikap.
2.1.3.7 Pengertian Mengajar
Terdapat beberapa pengertian tentang mengajar, menurut Hamalik 2015: 44 pengertian mengajar bersumber dari 6 pendapat yang dipandang sebagai
pendapat yang lebih menonjol. Pertama, mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik atau murid di sekolah. Kedua, mengajar adalah
mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Ketiga, mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga
menciptakan kondisi belajar bagi siswa. Keempat, mengajar atau mendidik itu adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid. Kelima, mengajar adalah
kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai
tuntutan masyarakat. Keenam, mengajar adalah proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Menurut Witherington dalam Marno dan Idris, 2008: 41 pada hakikatnya mengajar adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan
kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar oleh guru menghadirkan proses belajar pada pihak siswa yang berwujud
perubahan tingkah laku, meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk menanamkan pengetahuan kepada peserta
didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar dan mengajar merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
2.1.3.8 Belajar dan Mengajar Efektif
Menurut Usman 2013: 21 dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan
belajar siswa, sebagai berikut: melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, prinsip individualitas, peragaan
dalam pengajaran. Slameto 2010: 73 menjelaskan bahwa cara belajar yang efektif ada 3 hal, yaitu:
1. Perlunya Bimbingan
Kecakapan dan ketangkasan belajar berbeda tiap individunya. Walaupun demikian kita dapat membantu siswa dengan memberi petunjuk-petunjuk umum
tentang cara belajar yang efisien. Ini tidak berarti bahwa mengenal petunjuk-
petujuk itu dengan sendirinya akan menjamin sukses siswa. Sukses hanya tercapai berkat usaha keras.
2. Kondisi dan Strategi Belajar
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan kondisi internal, kondisi eksternal, dan strategi belajar.
3. Metode Belajar
Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap,
kecakapan, dan keterampilan, cara-cara yang dipakai itu akan mempengaruhi belajar itu sendiri. Uraian ini membahas kebiasaan belajar yang mempengaruhi
belajar, khusunya pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas.
Sudjana dalam Djamarah dan Zain, 2010: 39 menyatakan bahwa mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,
mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap
berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbinganbantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.
Mengajar yang efektif menurut Slameto 2010: 93 ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula. Untuk melaksanakan mengajar
yang efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: a belajar secara aktif, baik
mental maupun fisik; b guru harus banyak menggunakan metode ketika mengajar; c motivasi; d kurikulum yang baik dan seimbang; e guru perlu
mempertimbangkan perbedaan individual.
2.1.3.9 Masalah-masalah Belajar
Dalam proses belajar tidak semuanya berjalan dengan lancar. Pasti terdapat masalah atau hambatan untuk mencapai keberhasilan. Subini 2011: 42
macam-macam gangguan belajar pada anak sebagai berikut: a.
Learning Disorder adalah keadaan ketika proses belajar seseorang terganggu karena
timbulnya respon yang bertentangan. b.
Distractability adalah anak dengan gangguan ini tidak dapat membedakan stimulus yang
penting dan tidak. c.
Learning Disabilities adalah ketidakmampuan seseorang mengacu pada gejala ketika anak anak
tidak mampu belajar sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya. d.
Learning Disfunction adalah gejala yang menunjukkan ketika proses belajar mengajar seseorang
tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat indra atau gangguan psikologis lainnya.
e. Under Achiever
adalah mengacu pada anak-anak yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah
f. Slow Learner
adalah anak yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat
potensi intelektual sama. Majid 2013: 226 masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh seseorang murid dan manghambat kelancaran proses belajarnya. Terdapat masalah-masalah belajar dapat digolongkan atas:
a. Sangat cepat dalam belajar
b. Keterlambatan akademik
c. Lambat belajar
d. Penempatan kelas
e. Kurang motif dalam belajar
f. Sikap dan kebiasaan buruk
2.1.3.10 Cara mengatasi Kesulitan Belajar
Ada beberapa alternatif pemecahan kesulitan belajar, Wiyani Irham 2014: 286 yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Jika sumber kesulitan belajar dari faktor bawaan dan kemampuan dasar belajar,
dapat dilakukan penyaluran kepada program pendidikan tertentu yang lebih sesuai dengan tingkat kecerdasan atau jenis bakatnya.
b. Jika sumber kesulitan belajar dari pribadi siswa misal sikap, kebiasaan, minat,
motivasi, dan sebagainya, maka masih ada kemungkinan mengatasi melalui penciptaan conditioning dan pembelajaran inovatif.
c. Jika sumber kesulitan belajar dari luar siswa, akan sangat mungkin diatasi
terutama jika menyangkut lingkungan sekolah. Namun sangat tergantung kondisi sekolah dan lingkungan yang bersangkutan.
2.1.4 Pembelajaran