PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS RINGKASAN SISWA KELAS IV SDN GUGUS ROBERT WOLTER MONGINSIDI KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

(1)

i

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS RINGKASAN

SISWA KELAS IV SDN GUGUS ROBERT WOLTER

MONGINSIDI KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Endang Puji Lestari 1401412204

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Endang Puji Lestari NIM : 1401412204

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Pengaruh Kemampuan Membaca pemahaman terhadap Hasil Belajar Menulis Ringkasan Siswa Kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kabupaten Kendal” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Pendapat atau temuan lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Semarang, 1 Agustus 2016 Peneliti,

E

Endang Puji Lestari 1401412204


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini atas nama Endang Puji Lestari, NIM 1401412204 dengan judul

“Pengaruh Kemampuan Membaca pemahaman terhadap Hasil Belajar Menulis Ringkasan Siswa Kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kabupaten Kendal”, telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, pada:

hari : Senin

tanggal : 1 Agustus 2016

Semarang, 1 Agustus 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. A. Busyairi, M.Ag. Dr. Drs. Ali Sunarso, M.Pd.


(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini atas nama Endang Puji Lestari, NIM 1401412204 dengan judul

“Pengaruh Kemampuan Membaca pemahaman terhadap Hasil Belajar Menulis Ringkasan

Siswa Kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kabupaten Kendal”,

telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Senin

tanggal : 1 Agustus 2016

Panitia Ujian Sripsi,

Ketua, Sekretaris,

Drs. Isa Ansori, M.Pd. NIP. 19600820 198703 1 003

Penguji,

Dra. Hartati, M.Pd.

NIP. 1955100519800122001

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,


(5)

v

NIP. 195801051987031001 NIP. 196004191983021001


(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS:2. Al Baqarah : 286).

Penulis yang baik, karena ia menjadi pembaca yang baik. (Hernowo)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap alhamdulillah dan tak lupa shollawat serta salam untuk Nabi Muhammad SAW.

Karya ini saya persembahkan kepada:

Kedua orangtua saya Bapak Sunarto dan Ibu Sutiah, Beserta almamater Almamater yang saya banggakan.


(7)

vii

PRAKATA

Alhamdulillah puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul,“ Pengaruh Kemampuan Membaca pemahamanterhadap Hasil Belajar Menulis Ringkasan Siswa Kelas IV SDN Gugus

Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kendal”. Skripsi ini merupakan syarat

akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat terselelsaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikanijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendiidkan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Drs. A. Busyairi, M.Ag. sebagai Dosen pembimbing utama dan Dr. Drs. Ali Sunarso, M.Pd. sebagai Dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu dan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan,


(8)

viii

petunjuk dan arahan yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Segenap Bapak/ Ibu dosen dan karyawan jurusan PGSD FIP UNNES yang telah membekali ilmu yang bermanfaat;

6. Bapak/ Ibu guru dan para siswa Kelas IV SD Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kendal yang telah membantu penelitian ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti.

Semoga bantuan yang telah diberikan mendapat berkah dan hidayah dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya serta dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya dunia pendidikan.

Semarang, Agustus 2016


(9)

ix

ABSTRAK

Lestari, Endang Puji. 2016. Pengaruh Kemampuan Membaca pemahaman terhadap Hasil Belajar Menulis Ringkasan Kelas IV SD Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kendal. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing (1) Drs. A. Busyairi, M.Ag. dan pembimbing (2) Dr. Ali Sunarso, M.Pd.

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa negara Indonesia. berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kendal. Dalam mengerjakan soal pilihan ganda siswa masih kurang memahami bacaan sehingga terdapat beberapa siswa masih salah dan kurang teliti dalam menjawab soal dan pada menulis ringkasan siswa membuatnya berdasarkan pemikiran mereka. Sehingga hasil belajar siswa masih kurang sempurna. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar menulis ringkasan kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kabupaten Kendal.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar menulis ringkasan kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kabupaten Kendal.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Pengambilan data menggunakan teknik tes dan unjuk kerja. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kendal. Populasi yang di gunakan berjumlah 256 siswa yang terbagi dalam 8 SD. Sampel penelitian berjumlah 76 siswa. Data dianalisis dengan korelasi product moment,sebelumnya dilakukan uji validitas, reliabilitas pada uji coba instrumen, prasyarat analisis berupa uji normalitas, homogenetas, dan linieritas. Menguji hipotesis menggunakan analisis regresi linier sederhana, dan koefisien determinasi. Pengolahan data dibantu dengan SPSSfor windows 16.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan hasil belajar menulis ringkasan, ditunjukkan dengan perolehan hasil t hitung (4,544) > dari t table (1,671) pada taraf signifikasi 5%. Dan diperoleh besarnya pengaruh antara kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar menulis ringkasan siswa sebesar 21,8%.

Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan hasil belajar menulis ringkasan dan juga terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan hasil belajar menulis ringkasan. Saran bagi siswa yaitu agar menyukai membaca serta meningkatkan kemampuan menulis ringkasan. Pihak sekolah hendaknya melakukan peningkatan program membaca siswa agar siswa kemapuan membaca pemahaman dan menulis menjadi lebih meningkat.


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penulisan ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKAKAJIAN TEORI 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Keterampilan Berbahasa ... 10

2.1.2 Hakikat Membaca 2.1.2.1 Pengertian Membaca ... 11

2.1.2.2 Tujuan Membaca ... 13

2.1.2.3 Manfaat membaca ... 14

2.1.2.4 Jenis- jenis Membaca ... 14

2.1.2.5 Tahapan Membaca ... 15

2.1.3. Membaca Pemahaman 2.1.3.1Pengertian membaca pemahaman ... 17

2.1.3.3Tujuan Membaca Pemahaman ... 18


(11)

xi

2.1.3.3Tingkatan Membaca Pemahaman ... 19

2.1.3.4Bentuk Tes Membaca Pemahaman ... 20

2.1.4 Hakikat Menulis 2.1.4.1Pengertian Menulis ... 21

2.1.4.2Tujuan Menulis ... 22

2.1.4.3Manfaat Menulis ... 23

2.1.5 Hakikat Menulis Ringkasan Karangan Narasi 2.1.5.1Pengertian Ringkasan ... 24

2.1.5.2Manfaat Menulis Ringkasan ... 27

2.1.5.3Prosedur Menulis Ringkasan ... 27

2.1.5.4Jenis Karangan ... 30

2.1.5.5Pengertian Karangan Narasi ... 31

2.1.5.6Tujuan Karangan Narasi ... 32

2.1.5.7Ciri- ciri Karangan Narasi ... 33

2.1.6 Hakikat belajar ... 33

2.1.7 Pembelajaran ... 36

2.1.8 Pengertian Hasil Belajar ... 37

2.1.9 Pembelajaran Bahasa Indonesia 2.1.9.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 38

2.1.9.2 Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sd ... 39

2.1.10 Karakteristik Siswa Kelas Tinggi ... 40

2.2 KAJIAN EMPIRIS ... 42

2.3 KERANGKA BERPIKIR ... 45

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN ... 49

3.2 PROSEDUR PENELITIAN ... 50

3.3 SUBYEK, LOKASI, DAN WAKTU PENELITIAN ... 52

3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 52

3.6VARIABEL PENELITIAN ... 54


(12)

xii

3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 55

3.8 UJI COBA INSTRUMEN, VALIDITAS, DAN REALIBILITAS 3.8.1 Uji Coba Instrumen ... 56

3.8.2 Validitas ... 57

3.8.3 Reliabilitas ... 59

3.9 ANALISIS DATA 3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 60

3.9.2 Uji Prasyarat Analisis 3.9.2.1 Uji Normalitas ... 63

3.9.2.2 Uji Homogenitas ... 65

3.9.2.3 Uji Linieritas ... 67

3.10 Uji Hipotesis 3.10.1 Analisis Korelasi ... 68

3.10.2 Koefisien Determinasi ... 69

3.10.3 Analisis Regresi ... 71

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 72

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 73

4.1.2 Hasil Uji Prasyarat Analisis 4.1.2.1 Uji Normalitas Data ... 81

4.1.2.2 Uji Homogenitas Data ... 82

4.1.2.3 Uji Linieritas Data ... 83

4.1.3 Hasil Uji Hipotesis ... 84

4.2 Pembahasan ... 87

4.2.1 Pemaknaan Temuan ... 88

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 91

BAB V PENUTUP 5.1 SIMPULAN ... 94

5.2 SARAN ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 2.1 Ciri- ciri ringkasan dan rangkuman ... 30

Tabel 3.2 Populasi penelitian ... 59

Tabel 3.3 Pengambilan Sampel ... 60

Tabel 3.4 Kisi-kisi Uji Coba Instrumen Membaca Pemahaman ... 64

Tabel 3.5 Uji Validitas instrumen membaca pemahaman ... 59

Tabel 3.6 Uji Normalitas data ... 64

Tabel 3.7 Uji Homogenitas data ... 66

Tabel 3.8 Uji Linieritas data ... 67

Tabel 3.9 Pedoman Pemberian Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 68

Tabel 3.10 Uji Korelasi Data ... 69

Tabel 3.11 Uji Koefisien Determinasi Data ... 70

Tabel 3.12 Uji Analisis Regresi Data ... 71

Tabel 4.1 Distribusi Frekuesi Kemampuan Membaca Pemahaman ... 73

Tabel 4.2 Data Deskriptif Kemampuan Membaca Pemahaman ... 74

Tabel 4.3 Kategori Skor Kemampuan Membaca Pemahaman ... 76

Tabel 4.4 Distribusi Frekuesi Hasil Belajar Menulis Ringkasan ... 77

Tabel 4.5 Data Deskriptif Hasil Belajar Menulis Ringkasan ... 78

Tabel 4.6 Kategori Skor Hasil Belajar Menulis Ringkasan ... 79

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalits Data... 80

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas ... 81


(14)

xiv

Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi ... 83

Tabel 4.11 Koefisien Determinasi... 84

Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi ... 85


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Kerja Kedua Variabel ... 53

3.1 Desain Penelitian ... 55

3.2 Langkah-langkah penelitian ... 56

4.1 Histogram Kemampuan Membaca Pemahaman ... 74

4.2 Histogram Hasil Belajar Menulis Ringkasan ... 76

4.3 Histogram hasil pengkategorian kemampuan membaca pemahaman .... 88


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Hal

1. DATA SISWA UJI COBA INSTRUMEN ... 100

2. Kisi- kisi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman .. 101

3. Instrumen Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman . 102 4. Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba Tes Instrumen Kemampuan Membaca Pemahaman ... 116

5. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 117

6. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 119

7. DATA SISWA PENELITIAN ... 121

8. Kisi- kisi Instrumen Penelitian Tes Kemampuan Membaca Pemahaman . 123 9. Instrumen Penelitian Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 124

10. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Tes Kemampuan Membaca Pemahaman ... 135

11. Indikator Penilaian Instrumen Penelitian Tes Menulis Ringkasan ... 136

12. Instrumen Penelitian Tes Menulis Ringkasan ... 137

13. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Tes Menulis Ringkasan ... 140

14. Kriteria Kategori Skor Tes Kemampuan Membaca Pemahaman dan Tes Hasil Belajar Menulis Ringkasan ... 141


(17)

xvii

16. Tabel Distribusi Frekuensi Kemampuan Membaca Pemahaman dan Hasil Belajar Menulis Ringkasan ... 144 17. Data Deskriptif Kemampuan Membaca Pemahaman dan Hasil Belajar

Menulis Ringkasan ... 145 18. Rekapitulasi Kategori Skor Kemampuan Membaca Pemahaman dan Hasil

Belajar Menulis Ringkasan ... 146 19. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Membaca Pemahaman dan Hasil

Belajar Menulis Ringkasan ... 147 20. Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Membaca Pemahaman dan Hasil

Belajar Menulis Ringkasan ... 148 21. Hasil Uji Linieritas ... 149 22. Hasil Penghitungan Korelasi Data Kemampuan Membaca Pemahaman dan

Hasil Belajar Menulis Ringkasan ... 150 23. Koefisen Determinasi ... 151 24. Hasil Analisi Regresi Data Kemampuan Membaca Pemahaman dan Hasil

Belajar Menulis Ringkasan ... 152 25. Hasil uji Koefisien Regreasi Data Kemampuan Membaca Pemahaman dan

Hasil Belajar Menulis Ringkasan ... 153 26. Surat Penelian... 154 27. Dokumentasi Penelitian ... 164


(18)

18

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang Masalah

Pendidikan merupakan wadah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak untuk menuju kedewasaannya. Menurut SA. Bratanata dkk. Pendidikan adalah usaha yang diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya. Maka dari itu pendidikan merupakan hak setiap manusia. Dengan mendapatkan pendidikan setiap manusia akan mampu mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya untuk mempertahankan kehidupannya. Pemerintah telah mengatur sistem pendidikan nasional di Indonesia dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama Bab X Pasal 37 menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/ kejuruan, serta muatan lokal.

Sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan karena sekolah memiliki pengaruh yang besar pada jiwa anak. Maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolahpun mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Pendidikan di sekolah dasar merupakan proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar bagi setiap siswa.


(19)

Proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar untuk siswa sekolah dasar adalah berbahasa. Proses pengembangan kemampuan berbahasa salah satunya adalah Bahasa Indonesia. Dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah. Dalam pembelajaran, bahasa merupakan aspek yang penting dalam pendidikan. Bahasa dalam pendidikan salah satunya berfungsi sebagai pengantar pembelajaran. Tanpa bahasa yang baik dan benar, proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan lancar dan tujuan pembelajaran akan sulit dicapai. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (Pasal 21 Ayat 2) yaitu perencanaan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya membaca dan menulis.

Menurut Tarigan (2008:1), keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu 1. keterampilan menyimak (listening skills); 2. keterampilan berbicara (speaking skills); 3. keterampilan membaca (reading skills); 4. keterampilan menulis (writing skills). Setiap keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat dengan keterampilan- keterampilan yang lain. Pada hakikatnya pembelajaran bahasa dilaksanakan untuk mencapai keterampilan berbahasa. Menulis ringkasan merupakan salah satu bentuk dari keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menulis. Latihan menulis jenis lain yang penting adalah latihan membuat sebuah ringkasan (Yeti Mulyati dkk,2009:8.31). Ringkasan sebagai suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam waktu yang singkat. (Keraf dalam Dalman, 2006:84)


(20)

Dalam membuat ringkasan, pertama- tama harus berlatih menemukan gagasan utama atau tema setiap paragraf dari suatu bahan bacaan. Kemudian membuat catatan- catatan sehubungan dengan gagasan pokok atau tema bacaan (Yeti Mulyati dkk,2009:8.31). Jadi untuk membuat sebuah ringkasan yang harus dilakukan adalah menemukan gagasan pokok atau tema bacaan, sedangkan umtuk menemukan gagasan pokok atau tema bacaan siswa harus memiliki kemampuan membaca pemahaman. Kemampuan membaca pemahaman siswa sangat berkaitan dengan kemampuan menulis ringkasan bacaan.

Membaca bukan saja proses mengingat, melainkan juga merupakan suatu proses kerja mental yang mampu memahami dan mengolah bahan bacaannya secara kritis dan kreatif (Nurhadi,2010:29). Dalam suatu kemampuan membaca, pembaca tidak hanya dituntut untuk mampu membaca dan mengingat apa yang dibaca. Tetapi juga dituntut untuk mampu memahami isi bacaanya dan mengolahnya secara kritis dan kreatif. Kemampuan membaca yang memadai dapat dicapai dengan cara mengimbanginya dengan pemahaman sehingga menunjukkan pembaca telah memperoleh kemampuan membaca (Somadayo, 2011:2). Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan (Dalman, 2013: 5). Hal ini karena membaca merupakan sarana untuk mempelajari dunia sehingga manusia dapat memperluas pengetahuan, wawasan, dan menggali pesan- pesan yang tertulis dalam bacaan.

Menurut Tarigan (2008:58) membaca pemahaman merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma


(21)

kesastraan (literal standars), resensi kritis (critical review), drama tulis (printed drama), serta pola-pola fiksi (patterns of ficion). Sehingga pembaca tidak hanya memahami dan mengerti isi bacaan tapi juga mampu memperoleh makna yang secara tidak langsung melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Kemampuan membaca pemahaman ini sangat penting untuk dimiliki siswa. Keterampilan membaca pemahaman ini sangat berkaitan dengan keterampilan menulis.

Kajian PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) 2011 yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg disponsori oleh IEA ini menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Kajian PIRLS ini menempatkan siswa Indonesia kelas IV Sekolah Dasar pada tingkat terendah di kawasan Asia. Indonesia dengan skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65.1); Singapura (74.0); dan Hongkong (75.5). Bukan itu saja, kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, yaitu 30 persen saja dari materi bacaan karena mereka mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran (Pusat Penilaian Badan Penelitian Kemendikbud).

Berdasarkan penelitian yang disampaikan oleh Sri Wahyuni dalam Diklat Pembelajaran Membaca bagi Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Pacitan tanggal 31 Januari 2010 menjeaskan bahwa studi internasional mengenai literasi membaca yang dilakukan OECD (Organization for Economic Co-operation Development) bisa dijadikan cermin peta kemampuan literasi siswa Indonesia dibandingkan


(22)

siswa lain seusia mereka di tataran internasional. OECD sendiri mencoba memetakan profil literasi membaca siswa dalam ruang lingkup internasional melalui kajian PISA (Programme for International Student Assessment). PISA adalah studi literasi yang bertujuan untuk meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan kelas I SMA) dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Studi PISA melaporkan bahwa 25% – 34% dari siswa Indonesia masuk dalam tingkat literasi-1. Artinya, sebagian besar siswa kita masih

memiliki kemampuan membaca pada taraf „belajar membaca‟. Siswa pada tingkat

literasi-1 hanya mampu untuk membaca teks yang paling sederhana, seperti menemukan informasi yang ada di dalam bacaan sederhana, mengidentifikasi tema utama suatu teks atau menghubungkan informasi sederhana dengan pengetahuan sehari-hari. Sedangkan untuk taraf tingkat literasi-5, kurang dari 1% siswa Indonesia berada pada taraf tertinggi dari studi PISA ini. Artinya, hanya sedikit dari siswa kita memiliki kemampuan membaca yang canggih, seperti menemukan informasi yang rumit dalam teks yang tidak dikenal sebelumnya, mempertunjukkan pemahaman yang terperinci, menarik kesimpulan dari informasi yang ada di dalam teks, dan mengevaluasi dengan kritis, membangun hipotesis, serta mengemukakan konsep yang mungkin bertentangan dengan harapannya sendiri(www.yuniunisma.blogspot.com).

Dengan adanya data dari berbagai sumber di atas menunjukkan bahwa tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa di Indonesia masih rendah. Dengan kemampuan membaca pemahaman siswa yang rendah, hal tersebut secara


(23)

tidak langsung mempengaruhi kemampuan menulis siswa, terutama pada kemampuan menulis ringkasan suatu bacaan.

Namun berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kendal, pada pembelajaran siswa dituntut untuk mengerjakan soal pilihan ganda dan membuat sebuah ringkasan berdasarkan bacaan yang sudah guru kelas sediakan. Dalam mengerjakan soal pilihan ganda siswa masih kurang memahami bacaan sehingga terdapat beberapa siswa masih salah dan kurang teliti dalam menjawab soal dan pada menulis ringkasan siswa membuatnya berdasarkan pemikiran mereka tanpa memperhatikan kesesuaian isinya ringkasan siswa dengan isi bacaan. Gurupun kurang memperhatikan kegiatan membaca siswa. Sehingga hasil belajar siswa masih kurang sempurna. Maka hal ini dipandang perlu untuk dilakukan penelitian pengaruh kemampuan membaca pemahaman siswa terhadap hasil belajar menulis ringkasan suatu bacaan.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Samirun tahun 2012

yang berjudul “Korelasi Penguasaan Kosa Kata dan Membaca Pemahaman

dengan Kemampuan Menulis Karangan Siswa Kelas V SDN Margomulyo 1

Ngawi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara membaca pemahaman dengan kemampuan menulis karangan siswa kelas V SDN Margomulyo 1 Ngawi thun 2012/2013; dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara penguasaan kosakata dan membaca pemahaman dengan kemampuan menulis karangan siswa kelas V SDN Margomulyo 1 Ngawi thun 2012/2013.


(24)

Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Mulyono tahun 2013 yang berjudul “Korelasi Antara Kebiasaan Membaca Dengan Kemampuan

Membaca Pemahaman Siswa Kelas VI SDN 1 Josari Kabupaten Ponorogo”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) kebiasaan membaca siswa kelas VI SDN 1 Josari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014 dalam kategori B (baik), yaitu 92,22 (76,85%); 2) kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VI SDN 1 Josari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014 dalam kategori B (baik), yaitu 22,63 (75,42%); 3) terdapat korelasi positif yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VI SDN 1 Josari Kecamatan Jetis Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014 dengan tingkat korelasi yang sangat kuat, yaitu 0,856.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Yeni setiati, dkk tahun 2013 yang

berjudul “ Peningkatan Kemampuan Menulis Ringkasan Dengan Metode Cooperative Script”. Yang dilakukan pad siswa kelas V sekolah Dasar Negeri 18 Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Tahun Pelajaran 2012/2013. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa metode cooperative scriptberhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis ringkasan. Pada siklus 1 diperoleh rata-rata 68,13 dan ketuntasan belajar 43,75%, dapat digolongkan masih rendah, pada siklus 2 meningkat dengan rata-rata 77,93 dan ketuntasan belajar 75%, masih terdapat siswa yang belum tuntas maka masih perlu peningkatan, dan pada siklus 3 dapat dicapai rata-rata 96,04 dan ketuntasan belajar 100% dikatakan pembelajaran sudah berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan.


(25)

Berdasarkan paparan diatas penulis memfokuskan pada penelitian dengan

judul “Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman Terhadap Hasil Belajar

Menulis Ringkasan Siswa Kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kabupaten Kendal”.

1.2Rumusan Masalah

Dari permasalahan di atas peneliti menyimpulkan suatu rumusan permasalahan yaitu apakah ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar menulis ringkasan kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kabupaten Kendal?

1.3Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalahuntuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar menulis ringkasan kelas IV SDN Gugus Robert Wolter Monginsidi Kaliwungu Kabupaten Kendal

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, dapat mejadi pendukung teori untuk kegiatan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kemampuan membaca pemahaman dan hasil belajar menulis ringkasan, serta dapat menambah hasanah bagi dunia pendidikan


(26)

1.4.2 Manfaat Praktis (1) Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman juga hasil belajar menulis ringkasan suatu bacaan.

(2) Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi guru untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dan juga hasil belajar menulis ringkasan siswa.

(3) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah sebagai salah satu pedoman untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mengenai kemampuan membaca pemahaman dan menulis ringkasan. Sehingga mutu dan kualitas pendidikan menjadi semakin baik.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1KAJIAN TEORI

2.1.1 Keterampilan Berbahasa

Bentuk dasar bahasa adalah ujaran. Keraf ( dalam Faisal, 2009:4) menyatakan bahwa apa yang dalam pengertian kita sehari-hari disebut bahasa, meliputi dua bidang yaitu: bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam arus bunyi tadi; bunyi itu merupakan getaran yang bersifat fisik yang merangsang alat pendengaran kita, serta arti atau makna adalah isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan adanya reaksi itu. Namun tidak semua ujaran atau bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia itu dapat dikatakan bahasa. Ujaran manusia dapat dikatakan bahasa apabila ujaran tersebut mengandung makna, atau apabila dua orang manusia atau lebih menetapkan bahwa seperangkat bunyi itu memiliki arti yang serupa.

Menurut Tarigan (2008:1), keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu 1) keterampilan menyimak (listening skills), menyimak merupakan suatu kegiatan yang tidak sekedar mendengarkan tetapi juga memahaminya; 2) keterampilan berbicara (speaking skills), berbicara merupakan suatu kegiatan mengucapkan bunyi-bunyi yang berbeda secara jelas sehingga pendengar dapat membedakannya; 3) keterampilan membaca (reading skills),

membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan penulis; 4)


(28)

keterampilan menulis (writing skills), menulis merupakan menurunkan atau menuliskan lambang- lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu. Setiap keterampilan tersebut memiliki hubungan yang erat dengan keterampilan- keterampilan yang lain dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui urutan yang teratur: mula- mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa kemudian berbicara, sesudh itu kita belajar membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur-tunggal. Setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan proses yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil orang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dengan masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas keterampilan berbahasa meliputi empat komponen, yaitu: 1) keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca, 4) keterampilan menulis. Selain itu keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dengan masyarakat.

2.1.2 Hakikat Membaca

2.1.2.1 Pengertian Membaca

Semakin majunya perkembangan jaman sekarang, menuntut masyarakat untuk selalu mengetahui informasi- informasi yang terbaru. Untuk memperoleh informasi tersebut masyarakat harus gemar membaca. Membaca adalah suatu


(29)

proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata- kata atau media tulis (Tarigan,2008:7).

Somadayo (2011: 4) mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tulis. Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek melibatkan kegiatan membaca. Disamping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia.

Sejalan dengan itu, Dalman (2014: 5) menyatakan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan hanya sekadar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterprestasikan lambang/ tanda/ tulisan/ yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

Senada dengan pendapat Dalman, Farida Rahim (2011:2) menyatakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, prolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis ke dalam kata- kata


(30)

lisan. Sebagai proses berpikir membaca mencangkup aktifitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan untuk komunikasi interaktif oleh pembaca untuk menemukan pesan dalam suatu bacaan yang tidak hanya melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, prolinguistik, dan metakognitif.

2.1.2.2 Tujuan Membaca

Kegiatan membaca tidak hanya suatu kegiiatan melafalkan tulisan yang ada dalam bacaan, dengan membaca akan menemukan banyak informasi. Pada dasarnya tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencangkup isi dan memahami makna bacaan.

Sedangkan menurut Tarigan (2008:9-11) mengemukakan tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. tujuan membaca adalah memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, memperoleh ide-ide utama, mengetahui urutan atau susunan organisasi cerita, membaca untuk menyimpulkan, mengelompokkan atau mengklasifikasi, menilai dan mengevaluasi, serta memperbandingkan atau mempertentangkan. Dalman (2014:13) tujuan membaca dapat berupa:

“memahami secara detail dan menyeluruh isi bacaan, menangkap ide

pokok/gagasan utama buku secara cepat, mendapat informasi tentang sesuatu, mengenali makna kata-kata sulit, ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia, ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar, ingin memperoleh kenikmatan dari karya fiksi, ingin memperoleh informasi dari lowongan kerja, ingin merek barang yang cocok untuk di beli, ingin menilai kebenaran gagasan pengarang/penulis, ingin mendapatkan alat-alat tertentu, dan ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) atau keterangan tentang definisi suatu istilah.”


(31)

Sesuai dengan uraian tentang tujuan membaca maka peneliti menyimpulkan bahwa tujuan membaca yang paling utama adalah memperoleh informasi. Setelah informasi diperoleh pembaca akan menyimpulkan, menilai, dan membandingkan isi bacaan.

2.1.2.3 Manfaat membaca

Membaca sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap kegiatan dalam kehidupn melibatkan kegiatan membaca. Dengan membaca akan mendapatkan informasi, gagasan, pendapat, pesan, dan lainnya dari bacaan yang disampaikan oleh penulis. Menurut Haryadi (2012: 18) manfaat membaca adalah guna, faedah, atau sesuatu yang diperoleh dari kegiatan membaca. Manfaat membaca merupakan hasil yang didapat pembaca setelah membaca. Jika tujuan membaca dicanangkan atau ditentukan sebelum membaca dan saat membaca, manfaat diperoleh setelah kegiatan membaca. Manfaat membaca antara lain:

1. Menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis

2. Mengajak seseorang untuk berinstropeksi atau melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain

3. Membaca memicu imajinasi, karena dengan membaca seseorang dapat menangkap banyak pengetahuan dan pengalaman dari orang lain

4. Membaca dapat bermanfaat dalam mengikuti laju perkembangan zaman yang serba cepat dalam bidang informasi dan komunikasi


(32)

2.1.2.4 Jenis- jenis Membaca

Membaca adalah suatu kegiatan yang melafalkan simbol tulis untuk menemukan informasi yang ada dalam bacaan yang dibaca. Menurut Dalman (2014:63) ada dua jenis membaca, yaitu:

2.1.2.4.1 Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan suatu lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras ( Dalman,2014:63).

2.1.2.4.2 Membaca Dalam Hati

Membaca senyap atau membaca dalam hati adalah suatu kegiatan membaca dengan tidak bersuara, tanpa pergerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, mampu memahami bahan bacaan secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam membaca mencapai tiga kata per detik, menikmati bahan bacaan dalam hati, dan dapat menyesuaika kecepatan membaca denga tingkat kesukaran dalam bahan bacaan (Dalman,2014:67).

2.1.2.5Tahapan Membaca

Menurut Dalman (2014:85-87) ada dua tahapan membaca, yaitu: 2.1.2.5.1 Membaca Permulaan atau Membaca Mekanik

Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Jika anak


(33)

pada usia permulaan sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, ia akan mengalami kesulitan dalam mempelajari bidang studi lain.

Setiap orang akan belajar membaca terlebih dahulu sebelum memasuki tahapan membaca permulaan. Pada tahapan membaca permulaan ini merupakan tahapan awal dalam kegiatan belajar membaca. Membaca permulaan merupakan suatu keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai oleh pembaca (Dalman,2014:85). Membaca permulaan merupakan suatu tingkatan awal bagi orang yang bisa membaca. membaca permulaan adalah suatu aktivitas untuk mengenalkan rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa.

Membaca permulaan ini mencangkup: (1) pengenalan bentuk huruf;, (2) Pengenalan unsure- unsure kinguistik; (3) Pengenalan hubungan pada ejaan dan bunyi; (4) Kecepatan membaca bertaraf lambat (Tarigan,2004:). Membaca permulaan diberikan di kelas rendah SD, yaitu kelas satu sampai dengan kelas tiga. Di kelas rendah inilah siswa harus dilatih agar siswa mampu membaca lancar sebelum memasuki tahapan membaca selanjutnya membaca lanjut atau membaca pemahaman di kelas tinggi yaitu kelas empat sampai dengan kelas enam.

2.1.2.5.2 Membaca Pemahaman atau Membaca Lanjut

Membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman berkaitan erat dengan usaha memahami hal-hal penting dari apa yang dibacanya. Yang dimaksud membaca pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian. Pemahaman ini berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya.


(34)

Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (membaca untuk memahami). Dalam membaca pemahaman, pembaca dituntut untuk mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, setelah membaca teks pembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman membacanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri dan kemudian disampaikan baik secara lisan maupun tulisan (Dalman,2014:87).

2.1.3 Membaca Pemahaman

2.1.3.1 Pengertian Membaca Pemahaman

Hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan membaca ialah kemampuan seseorang untuk memahami makna bacaan secara menyeluruh, atau yang disebut dengan kemampuan membaca pemahaman. Menurut Rubin (dalam Somadayo,2011:7) membaca pemahaman adalah proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal. Seorang pembaca harus dengan aktif dalam memahami isi bacaan yang dibacanya. Membaca tidak selamanya identik dengan menghafal atau mengingat apa yang dibacanya, yang paling penting dalam proses membaca pemahaman adalah menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok bacaan.

Selain itu Dalman (2014:87) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca pada urutan yang lebih tinggi. Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif atau membaca untuk memahami.pada tahap membaca permulaan atau pemahaman ini, pembaca tidak lagi dituntut untik melafalkan huruf dengan benar dan merangkai setiap bunyi


(35)

bahasa menjadi bentuk kata, frasa, dan kalimat. Tetapi dituntut untuk memahami isi bacaan yang dibaca. Abidin (2012:60) membaca pemahaman dapat diartikan sebagai proses sungguh-sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, peran, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan. Kegiatan ini minimalnya akan melibatkan dua keterampilan dasar membaca yakni keterampilan visual dan keterampilan kognitif.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca yang mengutamakan pemahaman terhadap isi bacaan sehingga pembaca mampu memahami maksud dalam bacaan tersebut baik secara tersirat maupun tersurat.

2.1.3.2 Tujuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh. Seseorang dikatakan memahami isi bacaan secara baik apabila memiliki beberapa kemampuan, yaitu 1) menangkap arti kata dan ungkapan, 2) menangkap makna tersurat dan tersirat, 3) membuat kesimpulan (Somadayo,2011:11). Sedangkan Turner (1988:159) menyatakan bahwa seorang pembaca memahami bahan bacaan dengan baik apabila pembaca dapat: 1) mengenal kata atau kalimat dan mengetahui maknanya dalam bacaan, 2) menghubungkan makna dari pengalaman dengan makana dalam bacaan, 3) memahami makna secara kontekstual, 4) membuat pertimbangan nilai isi bacaan berdasarkan pengalaman.


(36)

Menurut Tarigan (2008:58) membaca pemahaman merupakan jenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, serta pola-pola fiksi.

2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman

Menurut Ebel (dalam Samsu Somadayo, 2011: 28), faktor yangmempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan pemahaman bacaan yang dapatdicapai oleh siswa tergantung pada faktor: a)siswa yang bersangkutan, b) keluarganya, c) kebudayaannya, dan d) situasi sekolah. Sedangkan Lamb dan Arnold (dalam Farida Rahim, 2011: 16-29) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi membaca pemahaman adalah:

a) Faktor fisiologis: mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin.

b) Intelektual: Intelegensi oleh Heinz didefinisikan sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat.

c) Lingkungan: Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kemampuan membaca siswa meliputi latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, serta sosial ekonomi keluarga siswa.

d) Faktor psikologis: Faktor psikologis yang mempengaruhi kemajuan membaca terdiri dari motivasi, minat, kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.


(37)

2.1.3.4 Tingkatan Membaca Pemahaman

Dalam Dalman (2014:87) kemampuan membaca pemahaman dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu:

2.1.3.4.1 Membaca pemahaman literal

Membaca literal adalah membaca teks bacaan dengan maksud untuk memahami makna yang tersurat atau yang ada dalam teks bacaan. Dalam pemahaman literal focus pada bagian yang langsung tertulis pada bacaan, sehingga tidak membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Untuk meningkatkan pemahaman literal, dapat dengan memberikan pertanyaan arahan yaitu apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana, dan mengapa.

2.1.3.4.2 Membaca pemahaman interpretatif

Membaca interpretatif adalah suatu kegiatan membaca yang bertujuan untuk menafsirkan maksud pengarang apakah fakta atau fiksi agar kita dapat memahami isi dari karya tersebut.

2.1.3.4.3 Membaca pemahaman kritis

Membaca kritis adalah cara membaca dengan melihat motif penulis, kemudian menilainya.

2.1.3.4.4 Membaca pemahaman kreatif

Membaca kreatif adalah proses membaca untuk emndapatka nilai tambah dari pengetahuan yang ada dalam bacaan lalu mengidentifikasi ide- ide yang menonjol atau mengkombinasikan dengan pengetahuan sebelumnya.


(38)

2.1.3.5 Bentuk Tes Membaca Pemahaman

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2010: 376), penilaian hasil membaca pemahaman dapat dilakukan dengan menggunakan tes kompetensi membaca. Tes kompetensi membaca dibagi dalam dua cara; a) tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, dan b) tes kompetensi dengan mengonstruksi jawaban. Tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, dengan cara ini mengukur kemampuan membaca siswa dengan cara memilih jawaban yang telah disediakan oleh pembuat soal. Soal yang biasa digunakan adalah soal pilihan ganda. Jenis penilaian ini biasa disebut tes tradisional karena siswa hanya menjawab soal dengan memilih opsi jawaban.

Berdasarkan teori di atas, tes yang akan pakai dalam penelitian ini adalah tes kompetensi membaca dengan merespon jawaban, yaitu menuntut siswa mengidentifikasi, memilih, atau merespon jawaban yang disediakan. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif. Tes objektif mampu menampung banyak soal dan lebih efektif (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 337).

Farr (dalam Djiwandono, 2011: 169) mengemukakan ikhtisar rincian kemampuan memahami bacaan untuk siswa SD khususnya kelas tinggi adalah:

a. Mampu menjawab pertanyaan tentang makna kata sesuai dengan penggunaannya dalam teks bacaan

b. Mampu menjawab pertanyaan yang jawabannya secara eksplisit terdapat dalam bacaan,

c. Mampu menjawab pertanyaan yang menuntut pemahaman pengorganisasian teks dan hubungan antar teks


(39)

d. Mampu menjawab pertanyaan tentang maksud, sikap hidup, dan suasana hari penulis.

e. Mampu menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang secara implisit terdapat dalam teks

2.1.4 Hakikat Menulis

2.1.4.1 Pengertian Menulis

Manusia merupakan makhluk social yang membutuhkan orang lain untuk berinteraksi. Interaksi tersebut dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi. Tarigan (2008:22) menyatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang- lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang- lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu.

Menulis adalah keterampilan produktif dengan menggunakan tulisan. Menulis merupakan suatu keterampilan yang paling rumit dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya, karena menulis tidak hanya menyalin kata dan kalimat, melainkan mengembangkan dan menuangkan pikiran dalam tulisan yang teratur (Mulyati,2009:1.13). Dalam Dalman (2015:4) menyatakan bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan- angan, perasaan dalam bentuk lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna. Dalam kegiatan menulis terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang/ tanda/ tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata membentuk kalimat, kumpulan kalimat membentuk paragraph, dan akhirnya terbentuk wacana/ karangan yang utuh dan bermakna.


(40)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu proses penyampaian ide atau gagasan sebagai bentuk komunikasi secara tidak langsung yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

2.1.4.2 Tujuan Menulis

Proses menulis merupakan serangkaian kegiatan yang terjadi. Setiap jenis tulisan yang dibuat mengandung beberapa tujuan, tetapi tujuan tersebut sangat beraneka ragam. Pada kenyataanya, dalam pengungkapan suatu tujuan dari menulis sering terjadi singgungan dengan tujuan- tujuan menulis yang lain. Akan tetapi dalam setiap tulisan ada satu tujuan menulis yang paling dominan yang memberikan nama dari keseluruhan tulisan atau karangan. Setiap jenis tulisan mengandung beberapa tujuan. Karena tujuan tulisan beraneka ragam Tarigan (2008: 24) menjelaskan, bagi penulis yang belum berpengalaman sebaiknya memperhatikan kategori sebagai berikut: 1) kategori memberitahukan atau mengajar (informatif); 2) kategori meyakinkan atau mendesak (persuasif); 3) kategori menghibur atau menyenangkan; dan 4) kategori mengutarakan/mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api.

Ditinjau dari sudut kepentingan pengarang, maka Dalman (2012:13) mengemukakan tujuan menulis sebagai berikut: Tujuan penugasan, Tujuan estetis, Tujuan penerangan, Tujuan pernyataan diri, Tujuan kreatif, Tujuan konsumtif. Berdasarkan beberapa pendapat yang di ungkapkan mengenai tujuan menulis, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah agar siswa mampu menuangkan gagasan, pengalaman, dan mengungkapkannya secara tertulis. Selain itu tujuan


(41)

menulis juga untuk mengekspresikan diri sekaligus untuk memperoleh masukan dari pembaca.

2.1.4.3 Manfaat Menulis

Setiap hal yang dilakukan dan dikerjakan tentunya ingin mendapatkan sesuatu yang berguna dan bermanfaat. Begitu pula dengan kegiatan menulis, banyak manfaat yang dapat diperoleh. Dalam dunia pendidikan menulis sangat berharga, sebab menulis membantu seseorang berpikir lebih mudah. Ahmad Susanto (2012:256) menyebutkan beberapa kegunaan menulis sebagai berikut:

“(1) Menulis membantu kita menemukan kembali apa yang pernah kita ketahui; (2) Menulis menghasilkan ide- ide yang baru; (3) Menulis membantu kita mengorganisasikan pikiran dan menempatkannya dalam suatu wacana yang berdiri sendiri; (4) Menulis membuat pikiran seseorang siap untuk dibaca dan dievaluasi; (5) Melalui membantu menyerap dan menguasai informasi yang baru; (6) Menulis membantu memecahkan masalah dengan jalan memperjelas unsur- unsurnya;”

Berdasarkan pendapat diatas, menulis bermanfaat untuk mengenali kemampuan dan potensi diri, melatih mengembangkan berbagai gagasan, menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis, menilai gagasannya secara objektif, memecahkan permasalahan, mendorong untuk terus belajar secara akatif, menjadi terbiasa berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

2.1.5 Hakikat Menulis Ringkasan Karangan Narasi

2.1.5.1 Pengertian Ringkasan

Kita dalam membaca suatu bacaan yang sangat banyak akan sulit untuk memahami informasi di dalamnya. Berbeda dengan bacaan yang sudah diringkas menjadi pendek akan lebih mudah untuk diingat. Dengan ringkasan akan mempermudah seseorang untuk membaca kembali suatu bacaan. Menurut Keraf


(42)

(2004 : 299 ) Meringkas atau Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif

untuk menyajikan karangan yang panjang dalam sajian yang singkat. ”Precis”

berarti ”memotong” atau ”memangkas”. Menyajikan sebuah tulisan dari seorang pengarang ke dalam sebuah sajian tulisan yang ringkas bukan hal yang mudah. Kita harus membaca dengan cermat. Bahasa ringkasan harus berbeda dengan bahasa asli penulis buku yang diringkas. Agar hasil ringkasan itu tidak menyimpang dari uraian aslinya, ide-ide pokok setiap paragraf jangan diabaikan. Pelatihan menulis ringkasan dapat dilakukan dengan memberikan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan yang akan dirangkum.

Sama halnya dengan Keraf, Kosasih (2012:37) menyatakan bahwa ringkasan adalah penyajian singkat dari suatu bacaan. Senada dengan pendapat Keraf dan Kosasih, Dalman (2015:215) menyatakan bahwa ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli. Meringkas adalah suatu kegiatan menulis ringkasan. Dalam membuat ringkasan hal yang harus diperhatikan adalah tetap mempertahankan urutan isi dan sudut pandang pengarangnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ringkasan adalah suatu bentuk penyajian karangan yang panjang ke dalam bentuk yang lebih ringkas dan tetap mempertahankan keaslian isi karangan dan pandangan penulis.

Tujuan membuat ringkasan adalah untuk memahami dan mengetahui isi dari sebuah karangan atau sebuah buku. Dengan latihan membuat ringkasan akan membimbing dan menuntun kita agar dapat membaca karangan asli dengan cermat dan tahu bagaimana cara menuangkannya kembali dengan benar. (Keraf,2004:301).


(43)

Banyak orang yang mengira bahwa ringkasan sama dengan rangkuman, tetapi kenyataannya berbeda. Begitupun dengan rangkuman sering disebut juga ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan, pada tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan diperhatikan (Rosidi, 2009 dalam http://guru-umarbakri.blogspot.co.id/2009/07/terampil-menulis.html). Rangkuman adalah sebuah tulisan hasil merangkum atas teks yang dibaca dengan menggunakan bahasa penulis sendiri yang ditulis secara ringkas (Dalman,2015:206). Akan tetapi, ditinjau dari segi struktur organisasi penulisannya, antara ringkasan dan rangkuman memiliki perbedaan.

Pada dasarnya ringkasan sama dengan rangkuman. Hanya saja ada yang berbeda pada unsur- unsur tertentu, sehingga terdapat ciri- ciri yang berbeda diatara keduanya. Menurut Dalman (2015:227) perbedaan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Ciri- ciri ringkasan dan rangkuman

No. Cirri- ciri Ringkasan Rangkuman

1. Pengertian Pengungkapan kembali bentuk kecil dari sebuah karangan

Pengungkapan kembali inti dari sebuah karangan

2. Tujuan Memproduksikan kembali apa kata pengarang

Memproduksikan kembali secara kreatif apa kata pengarang

3. Identitas Mempertahankan urutan- urutan gagasan yang membangun sosok karangan

Urutan- urutan gagasan yang diungkapkan kembali tidak menggambarkan urutan- urutan gagasan seperti karangan aslinya


(44)

No. Cirri- ciri Ringkasan Rangkuman 4. Teknik

penyusunan

Penyusunan ringkasan terikat oleh penataan, isi, dan sudut pandang pengarang bacaan

Penyusun rangkuman bebas mengungkapkan apa yang menurutnya mewakili inti bacaan

5. Pengaruh penyusunan

Bersifat objektif, penyusun tidak berhak mengubah susunan karangan atau sudut pandang pengarangnya

Cenderung bersifat subjektif. Penyusun bebas mengungkapkan apa yang menurutnya mewakili inti karangan

6. Bahasa Kalimatnya pendek- pendek dan senada dengan kalimat pengarang aslinya

Kalimatnya panjang- panjang, sekendak hati penyusunnya

Dari ciri- ciri ringkasan dan rangkuman yang telah dijelaskan di atas, intinya ringkasan merupakan bagian dari rangkuman yang belum disusun. Adapun resume, yang kebanyakan orang mengartikan bahwa resume adalah ringkasan atau rangkuman. Resume berasal dari kata re (kembali), sume dari bahasa inggris yang berarti ikhtisar atau ringkasan. Menurut KBBI pengertian resume adalah ikhtisar, ringkasan (kata benda), jika diposisikan sebagai verbal (kata kerja) maka resume memiliki arti me-resume-kan yaitu meringkaskan, mengikhtisarkan, dan membuat ikhtisar.

2.1.5.2 Manfaat Menulis Ringkasan

Manfaat ringkasan maupun rangkuman yaitu sebagai sarana untuk membantu kita dalam mengingat isi sebuah buku atau uraian yang begitu panjang. Ringkasan membuat ide-ide pokok yang mewakili setiap bagian bacaan aslinya. Dengan membaca ringkasan, kita seakan-akan memahami keseluruhan buku secara utuh. 2.1.5.3 Prosedur Menulis Ringkasan


(45)

Bagi orang yang sudah terbiasa dalam menulis ringkasan, mungkin rosedur- prosedur untuk menulis ringkasan sudah tertanam dalam benaknya. Meskipun demikian, prosedur dalam menulis ringkasan sangat dibutuhkan, apalagi untuk pemula. Menurut Encep Kusumah (2003) dalam Dalman (2015:218-220), prosedur pembuatan ringkasandapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yakni (a) prosedur umum, (b) prosedur khusus. Prosedur umum merupakan langkah- langkah kerja yang bersifat umum dan berlaku untuk pembuatan ringkasan dan sinonim- sinonimnya, seperti ikhtisar, synopsis, rangkuman, abstrak, dan prafrase. Sementara, prosedur khusus merupakan langkah- langkah kerja yang bersifat khusus untuk pembuatan salah satu wujud pemadatan, penyingkatan, tau pengungkapan kembali salah satu tulisan tertentu dalam konotasi dan konteks tertentu pula.

Menurut Keraf (2004:303), cara membuat ringkasan adalah sebagai berikut: 1) Membaca naskah asli: Penulis ringkasan harus membaca naskah asli

seluruhnya beberapa kali untuk mengetahui kesan umum dan maksud pengarang, serta sudut pandangannyaa.

2) Mencatat gagasan umum: Semua gagasan utama atau gagasan yang penting dicatat atau digarisbawahi.

3) Membuat reproduksi: Penulis ringkasan menyusun kembali suatu karangan singkat berdasarkan gagasan- gagasan utama sebagaimana yang dicatat dalam langkah kedua di atas.


(46)

Hal yang harus diperhatikan agar ringkasan itu diterima sebagai tulisan yang baik adalah

a. Menyusun ringkasan dalam bentuk kalimat tunggal bukan dalam bentuk kalimat majemuk,

b. Meringkaskan kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata,

c. Memperhitungkan jumlah alinea dan topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan,

d. Bila mungkin menghilangkan semua keterangan atau kata sifat, e. Mempertahankan susunan gagasan asli,

f. Ringkasan pidato diringkas dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga,

g. Biasanya dalam ringkasan ditentukan panjang hasil ringkasan.

Selain itu, menurut Mortimer J. Adler ( dalam Kosasih,2012:43) langkah- langkah meringkas karangan adalah sebagai berikut:

1. Garis bawahilah pikiran- pikiran utama dan pernyataan penting

2. Berilah tanda garis vertical pada garis batas kanan pernyataan atau pikiran yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

3. Berilah tanda bintang di garis batas kanan pernyataan atau pikiran yang dianggap paling penting.

4. Nomorilah secara berurutan bagian yang menyatakan kesatuan argument. 5. Berilah tanda lingkaran kata- kata yang memuat ide pokok.

6. Untuk membuat ringkasan, gagasan- gagasan pokok yng telah dikumpulkan dapat dirangkai menjadi paragraf yang utuh.


(47)

Prosedur umum dalam pembuatan ringkasan, terbagi dalam empat langkah (Dalman,2015:218-220), yakni:

1. Membaca, Pada langkah ini penulis ringkasan harus membaca dan mengkaji saksama bahan bacaan yang hendak diringkas

2. Menyeleksi, Tujuannya adalah untuk memilih- milih yang inti dan bukan inti, menyeleksi pikiran utama dan pikiran penjelasnya.

3. Menulis, Setelah ide- ide pengarang terkumpul, maka tulis ulang dalam wujud yang lebih singkat yang berbeda dengan yang semula. Yang harus dilakukan adalah merekonstruksi ide, menyaring, serta memadatkannya tanpa mengganggu keutuhan dan keaslian maksud penulisnya.

4. Membandingkan, Membandingkan hasil ringkasan dengan teks aslinya. Hal yang perlu diperhatikan adalah:

1) Inti isi bacaan direproduksikan dengan bahasa sendiri

2) Jika hendak memasukkan pikiran penjelas harus yang member sokongan berarti bagi pikiran

3) Tidak boleh menyertakan pikiran lain dari pikiran penulisnya

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, prosedur menulis ringkasan yang digunakan adalah prosedur menulis ringkasan menurut Dalman, yaitu membaca bacaan, menyeleksi pikiran utama dan pikiran penjelas, menulis ulang, lalu membandingkan bacaan asli dengan yang sudah diringkas.


(48)

Beberapa jenis karangan yang terdapat dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi (Dalman, 2015: 93-145). Adapun penjelasannya sebagai berikut:

2.1.5.4.1 Karangan deskripsi

Karangan deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang harus dikuasai siswa. Karangan ini sudah diperkenalkan sejak SD kelas IV. Karangan ini digunakan untuk memindahkan kesan- kesannya, memindahkan hasil pengamatan, dan perasaannya. Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan atau menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami langsung apa yang dideskripsikan si penulisnya.

2.1.5.4.2 Karangan narasi

Narasi adalah cerita. Karangan narasi merupakan cerita yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu, juga di dalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis. Dengan demikian dapat diketahui ada beberapa hal yang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1) berbentuk cerita atau kisahan, 2) menonjolkan perilaku, 3) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, dan 4) disusun secara sistematis. 2.1.5.4.3 Karangan eksposisi

Karangan eksposisi adalah karangan yang digunakan untuk memaparkan pengetahuan dan pengalaman yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca, namun tidak mempengaruhi pembaca.


(49)

2.1.5.4.4 Karangan argumentasi

Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan meyakinkan atau membuktikan kepada pembaca agar menerima sesuatu kebenaran sehingga pembaca meyakini kebenaran itu, tetapi tidak untuk mempengaruhi pembacanya. 2.1.5.4.5 Karangan persuasi

Karangan persuasi merupakan karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi perasaan pembaca agar pembaca yakin dan percaya tentang isi karangan tersebut dan mengikuti keinginan si penulisnya

2.1.5.5Pengertian Karangan Narasi

Suparno dan Yunus (2008: 1.11) menyatakan narasi adalah ragam wacana yang menceriterakan proses kejadian suatu peristiwa. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangakaian kejadian suatu hal. Dalman (2015: 105) mengemukakan bahwa narasi adalah cerita berdasarkan serangkaian peristiwa. Kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsure pokok sebuah narasi. Karangan narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha untuk menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan dalam sebuah peristiwa dalam suatu kesatuan waktu.

Selanjutnya Kosasih (2002:33) menjelaskan bahwa “Karangan narasi adalah

karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan itu”. Jadi karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa secara


(50)

kronologis sehingga pembaca seolah-olah melihat dan mengalami sendiri peristiwa itu.

2.1.5.6Tujuan Karangan Narasi

Tujuan karangan narasi menurut Dalman (2015: 106) antara lain:

1. Agar pembaca seolah-olah sudah menyaksikan atau mengalami kejadian yang diceritakan

2. Berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi, serta menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca atau pendengar

3. Untuk menggerakkan aspek emosi

4. Membentuk citra/ imajinasi para pembaca

5. Menyampaikan amanat terselubung kepada pembaca atau pendengar 6. Memberi informasi kepada pembaca dan memperluas pengetahuan

7. Menyampaikan sebuah makna kepada pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya

2.1.5.7Ciri- ciri Karangan Narasi

Menurut Keraf ( dalam Dalman, 2015: 110) cirri- cirri karangan narasi, yaitu:

1. Menonjolkan unsure perbuatan atau tindakan. 2. Dirangkai dalam urutan waktu.


(51)

4. Ada konflik,

2.1.6 Hakikat belajar

2.1.6.1Pengertian belajar

Anak seringkali melakukan kegiatan tertentu karena meniru apa yang dilakukan oleh orang di sekitarnya seperti keluarganya, teman sekolahnya, bahkan gurunya. Dari kegiatan meniru tersebut, anak belajar sesuatu yang baru. Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Senada dengan pendapat slameto, Djamarah (2011:2) menyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.

Selain itu, Morgan (dalam Rifa‟i dan Anni, 2012: 66) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relative permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Sedangkan menurut R. Gagne (1989) dalam Susanto (2012:1 ) menyatakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.


(52)

Beberapa prinsip-prinsip belajar menurut Suprijono (2009: 4) yaitu: pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku; kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar; ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Menurut Gagne (dalam Rifa‟i dan Anni, 2012: 79) beberapa prinsip belajar yaitu keterdekatan (contiguity), pengulangan (repetition), dan penguatan (reinforcement). Prinsip keterdekatan menyatakan bahwa situasi stimulus yang hendak direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan. Prinsip pengulangan menyatakan bahwa situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang, atau dipraktikkan, agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi belajar. Prinsip penguatan menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip belajar yaitu adanya perubahan perilaku yang merupakan proses yang berlangsung secara kontinyu, merupakan sebuah yang bermanfaat untuk kehidupannya di masyarakat kelak.

2.1.6.3Faktor- factor yang mempengaruhi belajar

Kegiatan belajar yang terjadi pada siswa dapat diamati sebelum dan sesudah pembelajaran. Dalam kegiatan belajar siswa akan dibimbing untuk adanya


(53)

perubahan perilaku setelah siswa melaksanakan kegiatan belajar. Sehingga tujuan belajar akan dapat dicapai secara maksimal. Menurut Anitah (2008:2.7) keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu faktor dalam diri siswa (interen) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern).

1. Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar di antaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, dan kesehatan serta kebiasaan siswa.

2. Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan kelarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.

Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar

adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik (Rifa‟i dan Anni, 2012: 80). Kondisi internal mencakup kondisi fisik, kondisi psikis, dan kondisi sosial. Oleh karena itu, kualitas kondisi internal yang dimiliki oleh peserta didik akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses, dan hasil belajar. Faktor-faktor internal ini dapat terbentuk sebagai akibat dari pertumbuhan, pengalaman belajar sebelumnya, dan perkembangan. Faktor eksternal juga sangat berpengaruh terhadap peserta didik yaitu pada lingkungan sekitar peserta didik, misalnya variasi dan tingkat kesulitan materi belajar yang dipelajari, iklim, tempat belajar, suasana lingkungan dan budaya belajar masyarakat.


(54)

Berdasarkan penjelasan mengenai factor- factor yang mempengaruhi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa proses belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti: kecerdasan, minat, bakat, kesehatan jasmani, kesehatan rohani dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa baik di dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dalam proses belajar harus memperhatikan kemampuan internal siswa didukung oleh situasi yang terjadi dari luar diri siswa. Agar tercipta situasi eksternal yang bervariasi untuk mengembangkan minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa, guru harus memperhatikan kondisi internal siswa, misalnya minat dan bakat yang dimiliki siswa.

2.1.7 Pembelajaran

Kegiatan belajar siswa sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah guru buat. Dalam pembelajaran guru harus mampu menarik perhatian siswa untuk belajar. Menurut Briggs (dalam Rifa‟i dan Anni, 2012: 157):

“pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (event) yang mempengaruhi peserta didik itu memperoleh kemudahan. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.”

Menurut Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 tahun 2003, pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan


(55)

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dari pengertian tersebut, pembelajaran merupakan suatu ineraksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar untuk dapat meningkatkan kulaitas belajar peserta didik.

2.1.8 Pengertian Hasil Belajar

Memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa merupakan salah satu tugas pokok guru. Dengan memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa diharapkan guru dapat mengukur tingkat keberhasilan siswa sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Keberhasilan siswa setelah mengikuti satuan pembelajaran tertentu kita sebut dengan keberhasilan belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung, kita dapat mengetahui apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah siswa kita dapat melakukan sesuatu, apakah siswa kita memiliki ketrampilan atau kemahiran tertentu (Endang Poerwanti, dkk., 2008:7.4).

Ahmad Susanto (2012:5) menyatakan bahwa hasil belajar, yaitu perubahan- perubahan yang terjadi pada siswa baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Sedangkan menurut Hamalik (2013:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.


(56)

Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

a.Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis. b.Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal

meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan factor masyarakat.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh anak dengan adanya perubahan- perubahan yang terjadi dari setiap aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, dan hasil belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk skor dari hasil tes.

2.1.9 Pembelajaran Bahasa Indonesia

2.1.9.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Pembelajaran bahasa adalah proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya siswa mencapai kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa dalam arti luas adalah kemampuan mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, pendapat atau gagasan dalam bahasa lisan maupun tulis (Santosa, 2010: 5.18), oleh sebab itu diperlukan upaya agar seseorang terbentuk kemampuan kebahasaannya sehingga fungsi bahasa dapat diperoleh secara maksimal.

Sekolah dasar sebagai penggalan pertama pendidikan dasar, seyogyanya dapat membentuk landasan yang kuat untuk tingkat pendidikan selanjutnya. Ini berarti sekolah harus membekali lulusannya dengan kemampuan dan keterampilan dasar yang memadai, di antaranya kemampuan proses strategis. Kemampuan


(57)

proses strategis adalah keterampilan berbahasa. Bahasa adalah hasil budaya yang hidup dan berkembang dan harus dipelajari. Bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi sebagai alat pengembangan intelektual untuk mencpai kesejahteraan sosial manusia. Pembelajaran bahasa Indonesia SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping itu, dengan pembelajaran bahasa Indonesia juga diharapkan dapat menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra (Zulela, 2012:3).

2.1.9.2Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Pembelajaran bahasa Indonesia SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan.

Zulela (2013: 4) menyatakan bahwa standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan kualifikasi minimal siswa, yang menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Atas dasar standar kompetensi tersebut, maka tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat: (a) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan; (b) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (c) memahami bahasa Indonesia dan dapat menggunakan dengan cepat dan efektif dalam berbagai tujuan; (d) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; (e) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; (f) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran bahasa indonesia di SD adalah untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta


(58)

didik baik secara lisan maupun tulisan, selain itu untuk melestarikan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

2.1.10 Karakteristik Siswa Kelas Tinggi

Masa usia sekolah merupakan babak terakhir bagi periode perkembangan dimana manusia masih digolongkan sebagai anak masa usia sekolah dikenal juga sebagai masa tengah dan akhir dari masa kanak-kanak, pada masa inilah anak paling siap untuk belajar. Mereka ingin menciptakan sesuatu, bahkan berusaha untuk dapat membuat sesuatu sebaik-baiknya.

Pada masa usia Sekolah Dasar ini sering pula sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan sesudahnya. Menurut Desmita (2014:35) usia rata-rata anak indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dua masa perkembangam, yaitu:

1.Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar (6 - 8 tahun). Dalam tingkatan kelas di Sekolah Dasar pada usia tersebut termasuk dalam kelas 1 sampai dengan kelas 3. Jadi kelas 1 sampai dengan kelas 3 termasuk dalam kategori kelas rendah; 2.Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar (9 – 12 tahun). Dalam tingkatan kelas di

Sekolah Dasar pada usia tersebut termasuk dalam kelas 4 sampai dengan kelas 6. Jadi kelas 4 sampai kelas 6 termasuk dalam kategori kelas tinggi;

Berdasarkan dua masa di atas dapat dilihat bahwa siswa kelas 4 termasuk pada masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9-12 tahun) Pada masing-masing masa


(59)

tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing. Sedangkan ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di Sekolah Dasar yaitu :

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan adanya kecendrungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis;

2. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar;

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus, para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor;

4. Sampai kira-kira umur 11 anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira umur 11 pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri. 5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang

tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah;

6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri;

7. Peran manusia idola yang sempurna. Karena itu guru acapkali dianggap sebagai manusia yang serba tahu.


(60)

2.2KAJIAN EMPIRIS

Adapun jurnal nasional dan internasional yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani tahun 2013 dalam Jurnal Kreatif Tadaluko Online dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Membaca Pemahaman dengan Pendekatan Keterampilan Proses Siswa Kelas IV SD 2

Lemo”. Berdasarkan prestasi belajar awal membaca pemahaman di siklus I, II dan III semakin baik. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan metode pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan prestasi belajar membaca pemahaman siswa kelas IV SD 2 Lemo tahun pelajaran 2013/2014.

Penelitian yang dilakukan oleh Freis Novia Lala dan Subhan tahun 2014 dengan judul “Meningkatkan Keterampilan Menulis Ringkasan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Metode CIRC”. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN 09 Serang. Hasil penelitian tindakan kelas dengan metode CIRC menunjukkan adanya perbaikan peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan nilai rata-rata siswa dari siklus I dengan nilai 73 dan siklus II memperoleh nilai rata-rata siswa 89,5, hasil belajar siswa tidak tuntas pada siklus I 34,28% dan siklus II 14,28, sedangkan hasil belajar siswa tuntas pada siklus I65,7% dan siklus II memperoleh hasil belajar siswa tuntas 85,7%.

Penelitian yang dilakukan oleh Wawan Krismanto, Abdul Khalik, dan Sayidiman tahun 2015 dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Metode Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R) pada


(61)

kualifikasi proses pembelajaran membaca pemahaman dengan metode SQ3R di siklus I, II dan III semakin baik. Seiring dengan itu,kemampuan membaca pemahaman siswa juga semakin meningkat di siklus I, II dan III. Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan metode Survey, Question, Read, Recite, Review

(SQ3R) mampumeningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri 46 Parepare.

Penelitian yang dilakukan oleh R. Usman tahun 2011 denagn judul

“Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Metode Pemberian

Tugas (Task Base)Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Rumbai Pekanbaru”. Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Linggo Sari Baganti”. Dari Hasil yang diperoleh Metode pemberian Tugas dapat meningkatkan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 002 Rumbai dapat dibuktikan dengan hasil nilai yang diperoleh dari siklus I ke siklus II rata-rata 74,04% menjadi 100 %. Jawaban hasil ujian pertama sebagian besar siswa menjawab berdasarkan teks bacaan telah berubah dengan menggunakan kata-kata siswa sendiri..

Penelitian yang dilakukan oleh Saeed Shamsini tahun 2014 dengan judul

Metacognitive Strategy Awareness and Its Effect on the Learners’ Reading

Comprehension Ability: Revisited”. Hasil dari penelitian tersebut hasil posttest penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara tiap kelompok, rata- rata skor kelompok eksperimen 'yang sedikit lebih tinggi dari kelompok kontrol yaitu 33.000 dan 33.2400. Berdasarkan temuan penelitian, mungkin sugestif dari fakta bahwa instruksi jangka pendek strategi metakognitif tidak tampaknya sangat berpengaruh dalam pembacaan langsung pemahaman


(62)

kemampuan peserta didik EFL. Mungkin, jangka panjang instruksi dari strategi ini bisa membantu EFL peserta didik meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka , oleh karena itu menghasilkan hasil yang berbeda dari apa yang studi ini datang.

Penelitian yang dilakukan oleh Azin Sadeghi tahun 2013, dengan judul

Improving Students’ Summary Writing Ability Through Collaboration: A Comparison Between Online Wiki Group And Conventional Face-To-Face Group”. Hasil dari penelitian ini bahwa skor post-test dari kedua kelompok antara wiki online group dan konvensional wajah kewajah group secara signifikan lebih tinggi dari skor pre-test. (P <0,05). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan yang ditemukan antara menulis dua kelompok berarti nilai dan kepuasan dengan metode pembelajaran. Selain itu, produk menulis ringkasan siswa di kedua kelompok disampaikan tidak berbeda dalam kualitas. Meskipun ada kekurangan kecil, banyak keuntungan yang diidentifikasi, menunjukkan sikap positif siswa terhadap pembelajaran melalui wiki.

Penelitian yang dilakukan oleh Ombr A. Imam, et.all tahun 2013 dengan

judul “Correlation between Reading Comprehension Skills and Students’ Performance in Mathematics”. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa siswa sekolah swasta memiliki ketrampilan membaca pemahaman yang lebih baik dari mereka yang di sekolah umum, yaitu dengan hasil ANOVA diberikan secara statistic signifikan (F=15,669, p<2,05). Hal tersebut juga berrti bahwa para pelajar yang memanfaatkan manfaat bahan membaca yang memadai dan sejumlah kecil siswa untuk menangai sesi membaca.


(1)

163

LAMPIRAN


(2)

(3)

165

LAMPIRAN 27

Dokumentasi Penelitian

Siswa SDN Sarirejo 01 ketika mengerjakan tes


(4)

Siswa SDN Sarirejo 03 ketika mengerjakan tes


(5)

167

Siswa SDN Mororejo 02 ketika mengerjakan tes


(6)

Siswa SDN Kumpul Rejo ketika mengerjakan tes


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS IV SDN GUGUS MUWARDI KECAMATAN KALIWUNGU

5 56 220

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS KELAS IV DI SDN GUGUS MAWARDI KENDAL

1 38 288

PENGARUH MINAT BACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SDN DABIN III DIRGANTARA DEMAK

10 48 216

PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR SBK MATERI MEMBUAT KARYA KOLASE SISWA KELAS IV SDN GUGUS KENANGA KABUPATEN KEBUMEN

5 47 379

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN SIKAP BAHASA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS RINGKASAN SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDN KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG

0 8 161

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI TEKNIK SKRAMBEL SISWA KELAS IV SDN 3 SEMBUNGHARJO Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik Skrambel Siswa Kelas IV SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 20

0 3 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI TEKNIK SKRAMBEL SISWA KELAS IV SDN 3 SEMBUNGHARJO Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Teknik Skrambel Siswa Kelas IV SDN 3 Sembungharjo Kecamatan Pulokulon Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 201

0 1 19

PENGARUH KETRAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR GUGUS IV KECAMATAN PENGASIH.

4 19 133

KEEFEKTIFAN STRATEGI BELAJAR PQ4R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS V GUGUS KI HAJAR DEWANTARA

0 1 61

HUBUNGAN PARTISIPASI ORANG TUA DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN GUGUS ARIEF RAHMAN HAKIM KECAMATAN KENDAL KABUPATEN KENDAL

0 1 70