BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Sejarah Perdagangan di Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11
derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia. Posisi ini
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran niaga
antar benua. Salah satu jalan sutra, yaitu jalan sutra laut, adalah dari Tiongkok dan Indonesia, melalui selat Malaka ke India. Perdagangan laut antara India, Tiongkok
dan Indonesia dimulai pada abad pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-daerah di barat. Terdapatnya hubungan
antarpulau dan hubungan dengan dunia luar ada kecenderungan hubungan perdagangan. Pada khususnya perdagangan itu terjadi karena pertukaran antara
berbagai hasil daerah. Hubungan dagang antarpulau lambat laun berkembang menjadi perdagangan yang lebih luas.
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga dan emas. Indonesia adalah
pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini telah mulai
menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah dan karet. Rekan perdagangan terbesar Indonesia
adalah Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara tetangganya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.
4.2 Hubungan antara Sektor Perdagangan dan Pertumbuhan Ekonomi
Perdagangan merupakan orientasi kebijakan yang perlu terus dipersiapkan dalam rangka mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
masyarakat dan negara. Ancaman krisis ekonomi global akan mendorong negara- negara untuk lebih memperhatikan kepentingan masing-masing. Dalam rangka
mengoptimalkan nilai manfaat dalam pembangunan perekonomian Indonesia, maka perlu dilakukan upaya untuk memberi ruang bisnis lebih kondusif bagi
pelaku bisnis di dalam negeri termasuk dengan tidak mempercepat liberalisasi perdagangan. Sudah waktunya dilakukan penataan menyeluruh atas sistem
perdagangan di Indonesia. Pengelolaan kebijakan perdagangan perlu lebih menekankan pada
pembukaan akses pasar yang memang benar-benar bisa dimanfaatkan oleh produsen eksportir Indonesia. Promosi ekspor perlu didorong keberlanjutan dan
sinerginya dengan mengoptimalkan potensi produksi dalam negeri terutama yang terkait dengan ekspor dari UKM. Peningkatan daya saing menjadi syarat mutlak
untuk meningkatkan ekspor Indonesia, dan karenanya perlu di programkan upaya peningkatannya dalam rangka mengembangkan usahanya. Pengelolaan kebijakan
impor perlu mengedepankan kepentingan nasional, khususnya keberlanjutan produksi di dalam negeri.
Kebijakan perdagangan dalam negeri Indonesia perlu ditunjukkan dengan memberikan jaminan tersedianya kebijakan bagi perusahaan dan produk
Indonesia. Usaha dagang dalam bentuk ritel, grosir, waralaba, keagenan, distribusi dan usaha dagang lainnya perlu diprioritaskan bagi pelaku usaha Indonesia.
Dalam rangka meningkatkan daya saing, pemerintah dan pelaku usaha perlu memberi perhatian pada pengembangan merek dan promosi, termasuk dengan
menyediakan anggaran dan merumuskan program yang tepat. Perubahan gaya belanja konsumen Indonesia perlu direspon oleh peritel tradisional dengan
melakukan modernisasi dengan fasilitasi dari pemerintah dan dukungan peritel modern.
4.3 Strategi Pengembangan Perdagangan