Pengertian Hak Kebendaan. Tinjauan Umum Tentang Hak Kebendaan

BAB II Tinjauan Umum Tentang Hak Kebendaan

A. Pengertian Hak Kebendaan.

Hukum mengenal adanya suatu dikotomi atau pembagian hak menjadi 2 yakni hak perseorangan jus in personam dan hak kebendaan jus in rem . 19 Hak perseorangan secara sederhananya adalah suatu hak yang melekat pada seseorang. Hak seseorang sebenarnya merupakan kewajiban bagi pihak yang dan dalam hal ini hukum memainkan perannya agar menjamin bahwa kepentingan seseorang akan diperhatikan oleh pihak yang lainnya. 20 Dalam hal ini ketika seseorang melakukan hubungan hukum dengan pihak lain maka timbullah suatu perikatan antara orang-orang tersebut, dan ketika perikatan 21 itu berkaitan dengan untuk memenuhi suatu prestasi 22 Jus in rem secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu hak atas suatu benda. berupa melakukan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu maka disinilah muncul hak perseorangan tersebut, sedangkan mengenai perbuatan prestasi untuk memberikan sesuatu selain terhadapnya melekat suatu hak perseorangan melekat juga padanya suatu hak kebendaan. Jadi perkataan “perikatan” ada kalanya tertuju pada hubungan hukumnya, tetapi kadang kala tertuju pada pasiva dari hubungan hukumnya. Oleh karenanya suatu hubungan hukum dapat melahirkan suatu hak perseorangan dan suatu hak kebendaan. 23 19 Hans Kelsen,,1949, The General Theory of Law and State, Cambridge, Massachussetts, Harvard University Pers. 20 E.Utrecht dan Moh. Saleh Djindang, Op cit hal 2. 21 Menurut Prof Subekti yang dimaksud dengan perikatan adalah suatu hubungan hukum mengenai kekayaan harta benda antara dua orang, yang memberikan hak kepada yang satu untuk menuntut sesuatu dari yang lainnya,sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu. Prof Subekti S.H, 1982, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Hal 122 22 Pasal 1234 KUHPerdata menyebutkan bahwa “Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”. 23 Hans Kelsen, Op.cit. Perbedaan yang paling mendasar dari kedua hak tersebut adalah bahwa hak perseorangan adalah hak yang bersifat relatif, yakni hak yang hanya dapat dituntut kepada orang-orang Universitas Sumatera Utara tertetu saja 24 Sebagai contoh dari hak perseorangan adalah ketika seseorang memiliki suatu utang dengan jumlah uang tertentu kepada pihak lain berdasarkan suatu perjanjian utang-piutang, dalam hal ini pihak kreditur memiliki suatu hak perseorangan kepada pihak debitur untuk melakukan sesuatu yakni melakukan pembayaran, dengan demikian pihak kreditur tidak dapat menuntut orang lain bagi pembayaran kepada pihak lain kecuali si debitur berdasarkan suatu hak tertentu terhadap pihak lain telah mengalihkan kewajibannya kepada pihak lain tersebut untuk melakukan pembayaran utangnya atau kecuali di dalam perjanjian utang- piutang itu melekat suatu perjanjian assesoir berupa perjanjian pertanggungan bortocht. yakni kepada subjek hukum yang kepada siapa seseorang melakukan suatu hubungan hukum dengannya, sehingga hak perseorangan tidak dapat dituntut kepada orang lain yang tidak memiliki hubungan hukum tertentu dengan orang yang memiliki hak tersebut, kecuali seseorang yang kepadanya melekat suatu kewajiban hukum debitur yang timbul karena hak dari seseorang tersebut telah menyerahkan kewajibannya kepada pihak lain berdasarkan suatu perjanjian tertentu dengan pihak yang lain tersebut, atau karena debitur tersebut memiliki suatu hak tertentu terhadap pihak yang lain tersebut. 25 Berbeda dengan hak perseorangan yang bersifat relatif, hak kebendaan adalah hak-hak kekayaan yang mepunyai ciri-ciri: bersifat absolut bisa ditujukan kepada semua orang pada umumnya dan yang lahir lebih dulu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan melekat terhadap suatu benda tertentu 26 24 J. Satrio, 1999, Perikatan Pada Umumnya, Bandung, Alumni, hal 5 25 Menurut Ketentuan Pasal 1820 KUHPerdata menyebutkan bahwa “ Penanggungan ialah suatu persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya.” 26 J.Satrio, Op.cit, hal 6-11. . Oleh karenanya suatu hak kebendaan adalah suatu hak yang dapat dituntut terhadap setiap orang yang berkaitan dengan benda yang dihaki oleh seseorang, karena hak kebendaan itu sendiri adalah hak yang mengikuti kemanapun benda itu berada droit de suite. Universitas Sumatera Utara Hak kebendaan yang mengikuti kemanapun benda tersebut berada memiliki sifat yang bertingkat dalam artian bahwa ada suatu hak kebendaan yang tingkatannya lebih tinggi dari hak kebendaan yang lainnya dan begitu pula sebaliknya bahwa ada suatu kebendaan yang tingkatnya lebih rendah dari hak kebendaan yang lainnya. Tinggi rendahnya tingkatan hak kebendaan tersebut akan berimplikasi mengenai luasnya cakupan hak terhadap suatu kebendaan tertentu. Misalnya ada suatu hak kebendaan yang hanya memberikan kepada orang yang memiliki hak kebendaan tersebut sekedar menguasainya atau menggunakan manfaat kebendaan tersebut, dan ada juga suatu hak kebendaan yang selain memberikan hak untuk menguasai benda tersebut dan menggunakan benda tersebut kepada si pemegang hak kebendaan tersebut memberikan juga hak untuk mengalihkan kepemilikan dari benda tersebut. Hak atas suatu kebendaan dalam hukum common law, dikaji dalam law of property. Secara etimologi, law of property dapatlah diartikan sebagai hukum yang mengatur tentang property. Berkaitan dengan pengertian dari property tersebut C.R. Noyes menyebutkan bahwa “the term of property may be defined to be the interest which can be acquired in external object or things. The things themselves are not in a true sense, property, but they constitute its foundation and material, and the idea of property springs out the connection or control, or interest which, according to law, may acquired in them or over them” 27 27 C.R Noyes, 1936, The Institution of Property, New York, hal 357 . Dari pendapat yang dikemukakan oleh Noyes tersebut maka dapatlah dipahami bahwa yang dimaksud dengan property adalah suatu kepentingan yang dapat diberikan atas suatu objek atau benda. Benda- benda tersebut sendiri bukanlah dalam artian sesungguhnya tetapi benda-benda tersebut menentukan pondasi atau material dan ide dari property yang memunculkan hubungan atau kontrol atau kepentingan yang dapat diberikan oleh hukum atas benda-benda tersebut. Universitas Sumatera Utara Sedangkan C.B Macpherson menyebutkan bahwa Property bukanlah tentang benda itu sendiri melainkan tentang hak atas benda tersebut 28 Suatu aturan atau norma pada hakikatnya mempunyai dasar filosofis serta pijakan asas atau prinsip sebagai rohnya. Merupakan kejanggalan bahkan konyol apabila suatu norma tidak mempunyai dasar filosofis serta pijakan asas atau prinsip dalam konteks . Dari pendapat kedua sarjana tersebut maka dapatlah dipahami bahwa property bukanlah berbicara tentang suatu kebendaan tertentu melainkan berbicara tentang hak yang berada di atas benda tersebut, dan hak dalam hal ini juga dartikan sebagai suatu kepentingan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa property adalah sesuatu yang sama dengan hak kebendaan yang dapat diartikan sebagai suatu suatu kepentingan seseorang, kelompok ataupun asosiasi yang oleh “hukum” atas suatu kebendaan tertentu yang dijamin keberadaannya, dan pelaksanaan dari pada kepentingan tersebut dapat dipaksakan kepada tiap-tiap orang lain dihadapan “hukum” yang memiliki hubungan hukum dengan orang tersebut.

B. Asas- Asas Hukum Benda