BAB 3 - Perk embangan Perbankan Daerah
64 Berbeda dengan suk u bunga kredit investasi dan suk u bunga k redit modal kerja,
suk u bunga kredit k onsumsi mengalami peningk atan dibandingk an t riw ulan sebelumnya. dari 16,06 menjadi 16 ,20 , yang menunjuk k an t erjadinya
excess demand pada jenis k redit ini.
3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga
Spread suku bunga bank umum k onvensional, yaitu selisih antara
suk u bunga k redit dan suk u bunga simpanan perbank an tercatat
mengalami peningk at an pada t riwulan II 2010 menjadi 7, 68 . Hal
ini di sat u sisi menun juk k an t ingginya k inerja perbank an unt uk
menghasilk an laba, namun di sisi lain memberik an indik asi adanya
excess demand dalam hal penyaluran kredit
pada t riw ulan II 2010.
3.6. Kualitas Penyaluran Kredit Pembiayaan
Tingkat Non-Perf orming Loan NPL
gross bank umum Sumatera Selatan pada t riw ulan II 2010 sebesar 2,35 , menurun
dibandingk an k ondisi t ahun sebelumnya maupun t riwulan sebelumnya yang sebesar
2,45 . Sementara it u, NPL net sudah
memperhit ungk an PPAP posisi triw ulan II 2010 t ercat at sebesar 1,10 , relatif k onstan
apabila dibandingkan t ingk at NPL net t riw ulan sebelumnya.
Grafik 3.1 3 Perkembang an
Spr ead Suku Bunga Sumatera Se lat an
Posisi M ei 2 01 0
Grafik 3.1 4 Perk embang an NPL Perban kan Sumat era Selat an
Posisi Februari 2 010
BAB 3 - Perkembangan Perbankan Daerah
65 Perubahan NPL Gross pada periode
t riwulan II 2010 bervariasi pada setiap k elompok bank. Bank pemerintah
mengalami peningk atan NPL secara t ipis dari 2,32 menjadi 2,36 . Sedangkan
Bank Umum Swast a Nasional BUSN mengalami k enaikan NPL dari 1,66
menjadi 2,01 . Adapun NPL pada BPR just ru mengalami penurunan, yait u dari
8,15 menjadi 7,66 . Secara umum, NPL k et iga bank t ersebut mengalami
k onvergensi. Persent ase NPL
gross bank umum k onvensional t erbesar masih bersumber
dari sek t or perdagangan, hot el dan rest oran yak ni sebesar 31,98 ,
meningk at dari t riw ulan sebelumnya yang mencapai 27,35 . Sekt or pertanian
t ercatat menyumbang NPL sebesar 7,88 dan sek t or k onst ruk si t ercatat
menyumbang NPL sebesar 17,87 . Berubahnya proporsi NPL di sek t or–sekt or
t ersebut pada umumnya lebih bersif at t emporer bergant ung pada fakt or
musiman permint aan barang dan jasa sert a
cash flow yang secara umum berbeda pada masing-masing sek t or.
Grafik 3.1 6 Komposisi NPL Bank Umum Konvensional
menurut Sektor Ekonomi Triw ul an II 2 01 0
Posisi M ei 2 01 0
Grafik 3.1 5 Perk embangan NPL menurut Kelompok Bank
Posisi M ei 20 10
BAB 3 - Perk embangan Perbankan Daerah
66
3.7. Rentabilitas Perbankan
Bank pemerint ah mampu mencatat keunt ungan sebesar Rp260,1 miliar, lebih t inggi dibandingk an BUSN yang memperoleh k eunt ungan Rp200,43 miliar. Sementara it u, BPR
hanya mampu mencet ak laba sebesar Rp12,6 miliar. Ret urn on Asset ROA Bank Pemerint ah sebesar 0,85 , lebih rendah dibandingk an
BPR yang mencapai 2,09 maupun dibandingk an BSU yang mencapai 1,60 . Rasio beban operasional t erhadap pendapat an operasional BOPO bank pemerint ah sebesar 89,32 .
Sement ara it u, BOPO pada BUSN dan BPR lebih rendah, yait u masing-masing sebesar 86,58 dan 70,84 .
Tabel 3.4 Indikat or Kinerja Perbankan t erkait Laba Triw ulan II 2010 No Indikat or
Angk a Rasio
Bank Pemerintah
BUSN BPR
1
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
89.32 86.58 70.84
2
Return on Asset ROA 0.85
1.60 2.09
3 Keuntungan dalam juta Rp
260,805 200,428 12,566
3.8. Kelonggaran Tarik