Seni Budaya SD KK A
27
keterampilan, seni sabagai sarana pembentukan kepribadian, dan
seni sebagai sarana pembinaan impuls estetik. akikat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum secara filosofi,
psikologis maupun sosiologis memiliki fungsi ganda, yaitu dapat difungsikan untuk seni itu sendiri maupun seni untuk nonseni seni sebagai media
pendidikan .
Pendidikan Seni Budaya dikatakan memiliki fungsi dan tujuan untuk menumbuhkan sikap toleransi, demokrasi, beradab, dan mampu hidup rukun
dalam masyarakat yang majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif intelektual dan ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa,
keterampilan, dan kemampuan menerapkan teknologi dalam berkreasi seni, memamerkan dan mempergelarkannya juga menciptakan kondisi yang
menunjang keakraban siswa dengan seni budaya dilingkungannya; mengoptimalkan budaya lokal; terpadu dan terkorelasi; dikembangkan di dalam
kelas dan di luar kelas; memberi kegiatan bervariasi, kesempatan aktif, kreatif, menantang, dan menyenangkan; memperkenalkan keragaman budaya; dan
menanamkan kesadaran kritis. Dalam proses produksi seni anak akan menggunakan pengetahuan kognisi, yaitu pengetahuan yang sistematis dan
mampu diungkapkan pada suatu ketika, serta memanfaatkan pemahamannya tentang bentuk secara apresiatif.
Menurut John Dewey dalam Salam, :
bahwa kegiatan seni rupa sebagai kegiatan pengalaman estetis mampu menimbulkan kegairahan dan
menimbulkan kesadaran akan sesuatu pengalaman yang khas dalam kehidupan. Pada akhirnya akan menjadikan manusia yang utuh, mandiri, dan bertanggung
jawab.
4. Apresiasi Seni
Pembelajaran apresiasi berfokus pada pengembangan pembinaan aspek afektif sikap dan kepekaan rasa . Pembelajaran ini diwarnai dengan kegiatan latihan
pengamatan untuk merasakan nilai‐nilai keindahan, baik yang terdapat dalam gejala alam seperti irama deburan ombak, permukaan batang pohon maupun
pada karya seni rupa, serta bagaimana cara menganalisis dan memberikan
DRAFT
Kegiatan Pembelajaran 1
28
penilaian kualitas keindahan dari karya tersebut merupakan aspek yang penting dalam proses pembelajaran apresiasi seni rupa.
Namun, dalam praktiknya kegiatan di sekolah banyak didominasi oleh pembelajaran kreasi, sedangkan pembelajaran apresiasi terabaikan.
Pembelajaran apresiasi kadangkala menjadi kegiatan yang tidak penting dan dianggap subordinasi. Pembelajaran seni rupa lebih mementingkan kreasi
daripada apresiasi. Bahkan, kehadirannya kadang tidak pernah dilakukan dengan alasan kurangnya waktu Salam,
: .
Rohidi : menyatakan pandangannya bahwa pendidikan modern yang
berlangsung di ndonesia telah mengabaikan aspek‐aspek imaginasi, estetis, intuisi, dan kreatif, yang sesungguhnya potensial dalam diri manusia.
Penyimpangan tersebut ironisnya terjadi pada pendidikan seni yang seharusnya bertindak seperti di atas menjadi tidak berdaya. Akibatnya, secara
keseluruhan telah terjadi rasionalisasi pendidikan dengan kebenaran tunggal. Jarang menyentuh aspek sensibilitas.
Materi pelajaran apresiasi seni pada pendidikan dasar dan menengah meliputi pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya
mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, modern maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk‐bentuk seni rupa, materi apresiasi juga
meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna‐makna dan nilai‐nilai pada seni rupa
tersebut.
Apresiasi seni merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran di sekolah, baik tingkat dasar maupun menengah karena apresiasi akan
meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan ekspresi dalam menciptakan suatu karya seni. Pembelajaran apresiasi bertujuan untuk mengembangkan
kesadaran estetis walaupun seringkali salah satu pertanyaan yang selalu diperdebatkan, yaitu apakah rasa dapat diajarkan. Pengembangan kemampuan
untuk melakukan seleksi atau penilaian berdasarkan suatu kriteria yang telah ditetapkan harus disertai dengan rasa keindahan yang baik. Dengan demikian,
dapat dengan mudah menyeleksi dan menilai atau menghargai suatu karya seni
Lowenfeld, :
.
DRAFT
Seni Budaya SD KK A
29
Kesenian dan keindahan menyiratkan nilai rasa dalam arti luas. Kemanunggalan budi dan badan pada diri seorang manusia tidak mampu mengungkapkan
pengalaman secara mandiri dengan akal yang murni. Rasa memiliki kepekaan terhadap kenyataan yang tidak ditemukan oleh akal, misalnya ketika pengamat
aktif mengamati hasil seni, perasaannya akan tergetar. Dengan modal pengalamannya ia mendeskripsi, menganalisis dan menginterpretasikan secara
objektif tentang nilai‐nilai yang terkandung di dalam hasil seni sehingga ia memperoleh pengalaman seni. Pengamat pada tahap itu mulai menampilkan
argumentasi terhadap objek seni Bastomi,
: . Menurut Primadi
: ‐
rasa apresiasi seseorang ketika dihadapkan terhadap suatu karya seni, berhubungan dengan ciri‐ciri kreasi karya tersebut, dengan urutan sebagai
berikut: . kejutan; . empati; . rasa estetis; . simpati; . rasa etis; . terpesona; dan . terharu.
Kejutan surprise ; rasa apresiasi kejutan terjadi ketika permulaan berhadapan dengan karya seni. Kejutan tersebut dapat disebabkan karya
tersebut berbeda dengan yang lain, atau karya tersebut hanya memancing kejutan saat melihat pertama kali, tetapi bisa jadi membosankan setelah dua
tiga kali melihatnya.
Empati; bila kejutan jatuh cinta pada pandangan atau pendengaran pertama pada suatu karya, selanjutnya manusia mengalami rasa apresiasi empati‐
utama atas ciri‐kreasi kelayakan karya tersebut. Empati merupakan suatu proses intuitif diiringi rasa estetis feeling into dan berada antara tidak
sadar dan ambang sadar. Mereka yang terlalu rasional, akan mendapatkan kesulitan untuk dapat jatuh cinta pada pandangan atau pendengaran
pertama atas suatu karya.
Rasa‐estetis; mereka yang terlalu rasional akan mendapat kesulitan mencapai empati, tetapi mereka masih dapat mencapai rasa‐betul‐estetis
melalui proses rasional karena memang estetika dapat juga didekati sebagai suatu ilmu pengetahuan. Bagi orang‐orang yang tidak berkecimpung dalam
bidang seni sudah cukup mempelajari seni secara rasional, tetapi bagi Anda yang mendalami seni hal ini belum cukup karena harus mencapai empati
yang intuitif, jangan sampai ilmu estetika mengalahkan empati sehingga kita jadi lebih rasional analitis daripada kreatif.
DRAFT
Kegiatan Pembelajaran 1
30
Simpati; suatu karya seni selain membangkitkan rasa apresiasi empati, juga membangkitkan apresiasi simpati. Simpati terjadi atas ciri kreasi kelayakan
etis karya tersebut. Simpati merupakan intuitif yang lebih milik ambang bawah sadar, yaitu ketika manusia sudah mulai merasakan meningkatnya
perasaan terhanyut simpati = feeling with content .
Rasa etis; mereka yang terlalu rasional akan mendapat kesulitan mencapai empati, tetapi mereka masih dapat mencapai rasa‐benar‐etis melalui proses
rasional, seperti estetika, maka etika juga dapat didekati sebagai ilmu pengetahuan.
Terpesona; umumnya empati muncul terlebih dahulu kemudian simpati. Suatu karya yang mampu membawa apresiator mencapai empati dan
simpati sehingga terjadi integrasi rasa‐indah‐estetis maka karya tersebut akan segera membawa apresiator tersebut mencapai rasa apresiasi
terpesona. Terpesona atas suatu karya merupakan penghayatan atas ciri kreasi transformasi suatu karya.
Terharu; terpesona belum mencapai puncak rasa‐apresiasi atas suatu karya. Suatu karya yang mampu menyebabkan mencapai puncak rasa‐apresiasi,
yaitu terharu, manusia terbawa hanyut sampai ke dalam karya tersebut sehingga manusia bisa tertawa atau menangis.
Orang dewasa menanggapi karya seni anak adalah hal yang sangat penting, tetapi merupakan sesuatu yang penting pula bagi orang dewasa untuk tidak
memproyeksikan ide‐idenya sendiri pada karya tersebut Beal, : . Guru
harus berusaha untuk mengerti apa tujuan anak dan dapat membantu untuk mencapainya dengan memberikan perhatian yang cermat pada apa yang sedang
terjadi.
5. Pengertian Seni Rupa