BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis
Metode DMAIC pada pendekatan
Lean Six Sigma
yang digunakan pada analisis adalah tahap
Analyze
. Berikut penjelasan mengenai tahap
Analyze
.
6.1.1. Tahap
Analyze
6.1.1.1.Analisis
Value-Added
Dalam konsep
Lean
, pemborosan
waste
merupakan kegiatan-kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah pada proses bisnis atau manufaktur sehingga
kegiatan tersebut perlu dihilangkan atau dikurangi selama proses berlangsung.
Value stream mapping
merupakan suatu alat analisis dalam
Lean
yang merepresentasikan dimana pemborosan terjadi walaupun tidak langsung
memberikan efek terhadap proses produksi. Berdasarkan hasil
value stream mapping
pada tahap
Define
, maka aktifitas kegiatan pada proses produksi parabola dapat dibedakan atas tiga kegitan yaitu sebagai berikut :
1.
Customer Value
-
Added
CVA
Customer Value
-
Added
terdiri dari 17 kegiatan, yaitu proses pemotongan
alluminium hollow
21,48 detik, proses pembuatan rangka
dish
19,29 detik, proses pembuatan jaring
mesh
249,64 detik, proses meratakan jaring
mesh
30,63 detik, proses pemotongan jaring
mesh
35,04 detik, proses pembuatan plat strip
17,67 detik, proses penyatuan komponen
dish
55,37 detik, proses Penyatuan
dish
,
mesh
dan plat strip 59,04 detik, proses mencetak komponen
Universitas Sumatera Utara
mounting
45,16 detik, proses pemotongan plat besi 40,90 detik, proses pembuatan plat
mounting
58,81 detik, proses pencetakan tiang fokus 58,59 detik, proses Pengelasan komponen
mounting
336,41 detik, proses Galvanis
mounting
10.233,22 detik, proses Penghalusan permukaan
mounting
663,47 detik, proses penyatuan komponen
mounting
17,10 detik dan proses pengepakan 25,84 detik.
2.
Business
Non-
Value
-
Added
BNVA
Business
Non-
Value
-
Added
terdiri dari 3 kegiatan, yaitu proses inspeksi tahap I pada proses pemotongan 4,47 detik, proses inspeksi tahap II pada hasil
proses perataan jarring
mesh
4,13 detik, dan proses inspeksi tahap III pada proses pemeriksaan
Quality Control
22,16 detik. 3.
Non-Value
-
Added
NVA
Non-Value
-
Added
merupakan pemborosan yang terdiri atas 12 kegiatan, yaitu pemindahan hasil potongan
alluminium hollow
ke pembuatan rangka
dish
secara manual 35,08 detik, Komponen
dish
menunggu untuk dirakit 608,27 detik, Pemindahan jaring
mesh
ke mesin
roll mesh
14,61 detik, proses Komponen
mesh
menunggu untuk dirakit 609,24 detik, pemindahan plat strip ke proses perakitan
mesh
dan
dish
7,35 detik, pemindahan plat
mounting
ke pencetakan tiang fokus menggunakan kereta dorong
77,08 detik, pemindahan hasil cetakan tiang fokus ke bagian pengelasan menggunakan kereta dorong
24,43 detik, pemindahan komponen
mounting
ke proses galvanis menggunakan kereta dorong
131,55 detik, pemindahan hasil galvanis ke proses penghalusan 128,04detik, Pemindahan komponen
mounting
ke bagian pengepakan menggunakan kereta mobil
pick up
190,73 detik.
Universitas Sumatera Utara
6.1.1.2.Analisis
Process Cycle Efficiency
Process cycle efficiency
merupakan perhitungan bagaimana waktu dan energi dihabiskan dalam keseluruhan proses. Nilai persentase
process cycle efficiency
untuk proses produksi parabola adalah 86,50. Berdasarkan pernyataan Michael L. George, nilai PCE yang menunjukkan suatu proses
continuous manufacturing
sudah
Lean
≥ 30. Dari hasil perhitungan di atas, maka proses produksi parabola jenis 9 BP-SAT sudah memasuki konsep
Lean
.
Process cycle efficiency
setelah estimasi mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan
process cycle efficiency
sebelum diestimasi yaitu 87
.
Hal ini terjadi karena
non value-added time
mengalami pengurangan sedangkan
value added time
tetap
.
Pertambahan
process cycle efficiency
sebesar 0,50 ini menunjukkan bahwa proses produksi parabola jenis 9 BP-SAT sudah lebih mendekati konsep
Lean
jika dibandingkan dengan proses sebelumnya. Namun hal ini tidak berarti bahwa
proses produksi sudah tidak bermasalah karena konsep
Lean
sebenarnya adalah bagaimana suatu perusahaan melihat pemborosan yang terjadi selama proses
produksi berlangsung
dan berusaha
untuk menguranginya
dengan mengembangkan suatu metoda yang berkelanjutan untuk perbaikan terus
menerus.
6.1.1.3.Analisis
Process Lead Time
dan
Process Velocity
Dari hasil perhitungan
process lead time
, maka diperoleh total
lead time
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jumlah permintaan produk pada bulan Mei dari awal hingga akhir adalah sekitar 24,14 hari
24 hari. Untuk hasil perhitungan
proses velocity
, kecepatan proses yang diperoleh untuk menyelesaikan jumlah permintaan produk pada bulan Mei ini adalah 1,65
Universitas Sumatera Utara
proseshari 0,235 prosesjam. Pada perhitungan
process lead time
setelah estimasi diperoleh total
lead time
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jumlah permintaan produk pada bulan Mei dari awal hingga akhir adalah 1,56 proseshari
0,222 prosesjam. Akan tetapi, perhitungan kecepatan proses ini tidak dapat menjelaskan suatu aktifitas tunggal sehingga tidak dapat menunjukkan dimana
terdapat waktu menunggu.
6.1.1.4.Analisis Diagram Pareto
1. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka atribut kecacatan pada inspeksi I
yang harus dianalisis lebih lanjut adalah : a.
Potongan tidak rata dengan persentase kecacatan 39,7576 . b.
Ukuran tidak pas dengan persentase kecacatan 48,7569 c.
Potongan
alluminium
patah dengan persentase kecacatan 11,4855 Dari hasil diagram pareto yang telah dibuat sebelumnya, maka penyebab
cacat dengan persentase tertinggi ialah ukuran tidak pas dari pemotongan
alluminium hollow
yang sering terjadi. Selanjutnya hal ini menjadi dasar penemuan masalah yang menyebabkan cacatnya produk parabola.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka atribut kecacatan pada inspeksi II
yang harus dianalisis lebih lanjut adalah : a.
Jaring
mesh
tidak rata dengan persentase kecacatan 56,13 . b.
Jaring
mesh
koyak dengan persentase kecacatan 28,27 . c.
Jaring
mesh
putus dengan persentase kecacatan 15,60 . Dari hasil diagram pareto yang telah dibuat sebelumnya, maka penyebab
cacat dengan persentase tertinggi ialah jaring
mesh
tidak rata yang sering terjadi.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya hal ini menjadi dasar penemuan masalah yang menyebabkan cacatnya produk parabola.
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka atribut kecacatan pada inspeksi III
yang harus dianalisis lebih lanjut adalah : a.
Batang
mounting
rusak dengan persentase kecacatan 21,31 . b.
Dish
rusak dengan persentase kecacatan 24,18 c.
Baut
mounting
tidak pas dengan persentase kecacatan 25,00 d.
Mesh
rusak dengan persentase kecacatan 29,51 Dari hasil diagram pareto yang telah dibuat sebelumnya, maka penyebab
cacat dengan persentase tertinggi ialah
mesh
rusak yang sering terjadi. Selanjutnya hal ini menjadi dasar penemuan masalah yang menyebabkan cacatnya
produk parabola.
6.1.1.5.Analisis Diagram Sebab Akibat
Berdasarkan hasil diagram pareto sebelumnya, maka dapat dilihat atribut kecacatan yang perlu dianalisis pada tahap inspeksi I adalah potongan tidak rata,
ukuran tidak pas dan potongan
alluminium
patah, pada tahap inspeksi II adalah jaring
koyak, jaring tidak rata dan jaring putus sedangkan pada tahap inspeksi III adalah batang
mounting
rusak,
Dish
rusak, baut
mounting
tidak pas dan
mesh
rusak. Analisis yang dilakukan meliputi analisis manusia, lingkungan kerja, mesinperalatan, metode kerja, dan bahan baku.
Universitas Sumatera Utara
Dari diagram sebab akibat yang telah dibuat maka dapat dilakukan analisa sebagai berikut :
1. Manusia
Kurang Terampil Operator yang kurang terampil dapat menyebabkan pembuatan
dish
,
mesh
, dan
mounting
. Hal ini disebabkan operator yang kurang mengerti tentang kondisi mesin atau kurangnya ketelitian dalam hal memeriksa proses dari
hasil produk
dish
,
mesh
, dan
mounting
sehingga ditemukanya produk cacat. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pelatihan dan penjelasan
tentang sistem kerja mesin dan sistem perbaikan yang diberikan pihak perusahaan. Selain itu,terkadang moral kerja tenaga kerja yang kurang
baik dimana tenaga kerja terkadang meninggalkan mesin saat bekerja tanpa ada kontrol pada mesin sehingga saat mesin rusak terjadi
keterlambatan perbaikan. Kurang Teliti
Ketidaktelitian operator atau tenaga kerja dapat mengakibatkan cacat pada produk parabola. Ketidaktelitian dalam hal pemeriksaan sepanjang alur
proses. Sehingga terjadi kelalaian inspeksi
dish
,
mesh
, dan
mounting
yang mengakibatkan ditemukanya produk cacat lagi pada akhir proses.
Kurang Pengawasan Kurangnya pengawasan terhadap operator atau tenaga kerja dapat
mengakibatkan kelalaian atau ketidakdisiplinan dalam melaksanakan pekerjaan dan tanggung jawab. Perlunya pengawasan dapat membuat
operator atau tenaga kerja lebih hati-hati dan teratur dalam melaksanakan kegiatan atau proses kerja.
Universitas Sumatera Utara
2. Material
Jenis Material Jenis material yang digunakan tergolong dalam jenis material yang
berkualitas tinggi atau tidak. Hal ini dapat mempengaruhi hasil produk parabola. Jenis material yang digunakan adalah
alluminium hollow
dan
alluminium coil
yang diperoleh dari pembelian kepada perusahaan lain, dan bahan kimia yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam kondisi ini, kualitas dari bahan baku tergolong dalam kualitas yang kurang baik sehingga produk yang dihasilkan cacat.
3. Mesin
Mesin pembuatan
mesh
sudah tua Kerja mesin pembuatan
mesh
sudah tua dalam hal pemotongan
mesh
yang terkadang mesin tersebut tidak bekerja secara baik yang mengakibatkan
proses produksi terhenti. Kemacetan ini disebabkan oleh kurang telitinya operator dalam menjalankan mesin dan pengendalian serta pengaturan
mesin yang kurang baik oleh operator mesin. Mesin Rusak
Kerusakan beberapa mesin dalam beberapa saat dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi baik secara tiba-tiba maupun tidak. Terjadinya
kerusakan mesin dapat mengakibatkan produk yang dihasilkan menjadi tidak baik atau cacat.
4. Metode Kerja
Penguasaan teknologi mesin yang kurang tepat karena pada dasarnya operator yang ditempatkan tidak mempunyai dasar keteknikan khususnya
Universitas Sumatera Utara
masalah mesin, dan hanya mendapat pelatihan yang singkat, jadi mereka perlu mendapatkan pelatihan yang lebih baik lagi.
Standar Uji Pengujian ataupun penganalisaan dari bahan baku dan produk yang
kurang, dalam hal pengambilan sampel dan pengujian di laboratorium. 5.
Lingkungan Kerja Pencahayaan dan kebisingan
Pencahayaan yang kurang terang dan tingkat kebisingan yang cukup tinggi mengakibatkan ketidaknyamanan dalam bekerja. Hal ini menyebabkan
menurunnya produktivitas dari tenaga kerja. Sehingga mereka tidak konsentrasi dalam bekerja yang berdampak pada produk yang dihasilkan.
Lantai Produksi Lantai produksi yang licin yaitu pada proses galvanis yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja di lantai produksi. Kondisi ini membuat tenaga kerja lebih berhati-hati dalam berjalan kaki dan hal ini membuat
mereka menjadi lebih lambat karena harus berjalan secara pelan-pelan. Penataan yang kurang baik
Penataan peralatan yang kurang tepat dan kurang rapi menyebabkan kurang efisiennya dalam pergerakan tenaga kerja. Peralatan yang terlalu
jauh tempatnya, peralatan yang berantakan dalam penyusunanya, dan lain- lain merupakan hal yang kurang efisien dalam proses produksi di lantai
produksi.
Universitas Sumatera Utara
6.2. Pemecahan Masalah