Aspek Penetapan kebijakan Pelaksanaan Fungsi Legislasi Anggota DPRD Kota medan .1 Aspek Pembentukan Perda

terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat saat ini membuktikan betapa lemahnya agenda dan kiprah partai-partai politik di negeri ini merespon masalah di masyarakat. Tumpulnya naluri pejuang aspirasi masyarakat ini bias dirasakan dari minimnya isu yang diagendakan parpol untuk merasakan persoalan-persoalan yang berkembang dalam masyarakat selama ini. Padahal, saat sebagian besar parpol dideklarasikan beberapa tahun lalu, program-program yang berpihak kepada masyarakat dominan diuraikan sebagai langkah kerja mereka. Dari hasil survey yang kami peroleh didapat beberapa anggota DPRD yang sangat tahu atas tugas, kewajiban dan wewenang mereka sebagai anggota DPRD. Dan hasil survey yang lain juga kami peroleh didapat beberapa anggota DPRD yang mengetahui hak dan kewajiban meraka dalam menjalankan fungsi legislasi. Namun hal ini tentu saja tidak sesuai dengan kenyataannya, dikarenakan masih rendahnya tingkat inisiatif anggota Dewan untuk menghasilkan produk local.

5.1.2 Aspek Penetapan kebijakan

Aspek penetapan kebijakan merupakan bagian dari tahapan pengambilan kebijakan yang merupakan serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan oleh para elit politik yang pada dasanya bersifat atau bermuatan politisi. Aktivitas ini dijelaskan sebagai proses penetapan kebijakan, nilai-nilai berpengaruh dalam proses penetapan kebijakan apakah nilai-nilai organisasi, nilai-nilai politisi, nilai- nilai ideologi atau nilai-nilai kebijakan. Universitas Sumatera Utara Pengambilan keputusan untuk mengatasi suatu masalah issue yang timbul ditengah masyarakat, ataupun untuk mencapai suatu tujuan, tentu saja dimengerti dan dipastikan betul mengenai tujuan tersebut. Keputusan itu jelaslah bukan suatu keputusan, namun mengandung sifatnya untuk dilaksanakan untuk tujuan yang ditetapkan itu. Tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam keputusan kebijakan haruslah jelas. Suatu kebijakan yang baik haruslah mengandung kepentingan rakyat public interest dalam tujuan kebijakan itu. Oleh karena itu, dalam penentuan keputusan dipikirkan pula mengenai kegiatan-kegiatan atau proses yang harus dilakukan untuk tercapainya tujuan tersebut, yaitu tujua yang berisikan kepentingan rakyat. Dari hasil suvey yang kami diperoleh, pembentukan Ranperda sudah mencerminkan aspirasi masyarakat. Masyarakat telah menyerahkan kepercayaannya kepada Pemerintah untuk mengurusi segala kepentingan atau kehendaknya. Untuk memenuhi kehendak masyarakat ini, maka diperlukan langkah-langkah melalui pengambilan kebijakan. Kehendak-kehendak itu juga sering menimbulkan masalah-masalah problem dikalangan masyarakat sendiri. Masalah-masalah seringkali berkembang menjadi issue, yaitu masalah yang memerlukan penyelesaian yang harus menjadi perhatian Pemerintah untuk mencukupi, mengatasi atau memenuhinya. “Tentu saja kami Pemerintah Kota dan Dewan memperhatikan kebutuhan masyarakat dan berusaha memenuhinya, seperti Peraturan Universitas Sumatera Utara Daerah ABT Air Bawah Tanah, kami juga mengundang masyarakat yang menggunakan ABT.” Masyarakat yang menggunakan ABT seperti pengusaha hotel, industri-industri dan pengusaha restoran. Penulis melihat Perda ini hanya ditujukan kepada pihak- pihak tertentu, tetapi tentu saja pada umunya bertujuan untuk seluruh masyarakat Kota Medan agar terhindar dari kerusakan lingkungan. Penulis juga melihat bahwa Perda-Perda yang dihasilkan bukan merupakan aspirasi masyarakat, tetapi inisiatif DPRD Kota Medan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, walaupun belum optimal. Sebenarnya Perda yang ada itu bagus, karena pada dasarnya diterbitkan untuk kepentingan pembangunan terutama untuk meningkatkan Pendapat Asli Daerah PAD, tetapi karena Perda-Perda yang dikeluarkan banyak bertentangan dengan UU atau peraturan yang lebih tinggi akibatnya Perda tersebut tidak jalan, kadangkala menghambat investasi, baik modal asing maupun local. Sepanjang tahun 2007-2008 sedikitnya 93 Perda di Sumatera Utara yang dibatalkan oleh Menteri Dalam Negeri Mendagri, karena dianggap bermasalah. Selain itu, 63 Perda juga direkomendasikan Menteri Keuangan untuk dibatalkan dengan alasan yang sama. Setda Provsu Ferlin H. Nainggolan, SH mengatakan Perda tersebut merupakan Perda yang dibuat Pemerintah Kabupaten dan Universitas Sumatera Utara Pemerintah Kota yang ada di Sumut. Perda tersebut dibatalkan karena dianggap menghambat perkembangan inventasi di negeri ini. Menurut Anderson, ada beberapa nilai yang melandasi tingkah laku pembuat keputusan public. Nilai-nilai tersebut diantaranya adalahh nilai pribadi personal value yang dianut pembuat keputusan untuk mempertahankan status quo, mengejar kekayaan dan sebagainya. Sedangkan menurut ong Hok Ham, perilaku pejabat publik tersebut dijelaskan karena semua orang ingin mendapatkan persenan dari urusan Negara. Perda-Perda yang dihasilkan dilatar belakangi oleh kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan rakyat masyarakat. Perda yang dihasilkan tidak murni untuk kepentingan publik, dibaliknya tersimpan rahasia, yaitu untuk mendapatkan suatu poyek yng sudah dianggarkan dalam APBD. Berlomba-lomba untuk mendapatkan suatu proyek tanpa memikirkan kepentingan masyarakat yang diwakilinya. “Sebagian besar mereka hanyalah seperti pengangguran yang mencari lapangan pekerjaan, kebutuhan mereka dapat kursi yang seyogyanya untuk memperjuangkan kepentingan rakyat, tetapi realitasnya kepentingan diri sendiripartainya yang diutamakan.” Hal ini diperkuat oleh Satria dari Gerakan Bersama Mahasiswa Progresif Gebermasif, sebuah studi yang dibentuk oleh LMND. Universitas Sumatera Utara “Hanya beberapa orang saja yang betul-betul memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, secara kelembagaan, DRPD Kota Medan belum menunjukkan kinerja yang baik, DPRD hanya memperjuangkan kepentingan sendiri.”

5.1.3 Aspek Fungsi DPRD Sebagai penyerap dan Penyalur Aspirasi Masyarakat