48 berturut-turut tetapi tidak termasuk dalam golongan kepemilikan
insider.
g. Konsentrasi Kepemilikan
Pemegang saham dalam sebuah perusahaan bisa merupakan individu, keluarga atau kelompok keluarga, perusahaan, bank, investor,
institusi perusahaan keuangan, perusahaan asuransi, lembaga pensiun, atau lembaga pendanaan, atau perusahaan non keuangan Gunarsih,
2002. Menurut Nuryaman 2008 struktur kepemilikan saham mencerminkan distribusi kekuasaan dan pengaruh di antara pemegang
saham atas kegiatan operasional perusahaan. Salah satu karakteristik struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan. Kepemilikan
terkonsentrasi merupakan fenomena yang lazim ditemukan di negara dengan ekonomi sedang bertumbuh seperti Indonesia dan di negara-negara
continenal Europe. Sebaliknya, di negara-negara Anglo Saxon seperti Inggris dan Amerika Serikat, struktur kepemilikan relatif sangat menyebar
La Porta dan Silanez, 1999. Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar
saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham yang relatif dominan
dibandingkan dengan lainnya. Kepemilikan saham dikatakan menyebar, jika kepemilikan saham menyebar secara relatif merata ke publik, tidak
ada yang memiliki saham dalam jumlah sangat besar dibandingkan dengan lainnya Dallas, 2004. Apabila kepemilikan saham perusahaan cenderung
49 menyebar, maka pengendalian pemilik akan lemah karena lemahnya
pengawasan monitoring. Apabila kepemilikan saham terkonsentrasi, maka pemilik saham terbesar dapat melakukan pengawasan total terhadap
manajemen Rini dan Aida, 2006. Teori yang dikemukakan oleh La Porta et al. 2000 dalam Rini dan Aida 2006 menyatakan bahwa pemegang
saham mayoritas biasanya lebih banyak berperan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan perusahaan pada negara-negara di Asia.
Penelitian yang dilakukan oleh Rini dan Aida 2006 tentang pengaruh kepemilikan saham minoritas publik dan kepemilikan saham mayoritas
terhadap kebijakan deviden menggunakan proksi persentase pemilik saham terbesar untuk mengukur kepemilikan saham mayoritas. Hal ini
tidak jauh berbeda dengan penelitian Meisaroh dan Lucyanda 2011 menggunakan proksi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan
saham lebih dari 50 untuk mengukur konsentrasi kepemilikan. Adapun pengertian kepemilikan saham mayoritas sesuai dengan
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha No.7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pasal 27 Pemilikan Saham UU No.5 Tahun 1999 adalah
bentuk penguasaan terhadap bagian modal perusahaan yang berakibat bahwa pemegang saham yang bersangkutan memegang kendali terhadap
manajemen, penentuan arah, strategi, dan kebijakan perusahaan termasuk tapi tidak terbatas pada kebijakan pengambilan tindakan korporasi
corporate actions, penentuan direksikomisaris, pelaksanaan hak veto,
50 akses terhadap informasi sensitif private information, pembagian
keuntungan, penggabungan, peleburan, dan atau pengambilalihan. Untuk mengetahui apakah suatu kepemilikan saham mayoritas oleh
suatu pelaku usaha dilarang oleh UU No. 51999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut: 1. Pelaku usaha memiliki saham mayoritas pada dua atau lebih
perusahaanperseroan; 2. Kepemilikan saham mayoritas tersebut, dengan tetap memperhatikan
apa yang diatur dalam anggaran dasar perseroan, memberikan kewenangan yang lebih besar dengan melakukan pengendalian atas
perseroan; 3. Dua atau lebih perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang
sejenis; 4. Dua atau lebih perusahaan tersebut melakukan kegiatan usaha pada
pasar bersangkutan yang sama; dan 5. Kepemilikan pelaku usaha pada dua atau lebih perusahaan tersebut
mengakibatkan satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai pangsa pasar sebesar 50 atas suatu barangjasa atau
menguasai pangsa pasar sebesar 75 atas suatu barangjasa. Kepemilikan saham mayoritas yang dilarang adalah bentuk
penguasaan terhadap modal perusahaan yang berakibat pada pemegang saham tersebut dapat memegang kendali terhadap manajemen, penentuan
51 arah, strategi, dan kebijakan perusahaan, termasuk tapi tidak terbatas pada
penentuan direksikomisaris, penentuan hak veto, akses terhadap informasi sensitive private information, pembagian keuntungan dan tindakan
korporasi corporate actions termasuk tetapi tidak terbatas pada penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, divestasi,
investasi, pencatatan saham pada bursa, privatisasi. Kendali yang dimaksud adalah baik kendali dengan memiliki
proporsi jumlah saham secara kumulatif lebih besar yang dimiliki oleh satu pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha dibandingkan dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha lain atas badan usaha yang sama. Misalkan suatu perusahaan
dimiliki oleh tiga pelaku usaha dengan komposisi kepemilikan 40, 35, dan 25, maka yang disebut sebagai saham mayoritas pada contoh ini
adalah kepemilikan 40. Pemilikan saham mayoritas yang diatur oleh undang-undang ini adalah kepemilikan saham mayoritas pada dua atau
lebih perusahaan. Jadi dalam hal pemilikan saham mayoritas pada satu perusahaan, maka kepemilikan saham tersebut tidak melanggar ketentuan
pasal 27 UU No. 51999. Selain itu dikenal juga kendali bentuk lain yaitu walaupun memiliki saham tidak dalam jumlah terbanyak tetapi cukup
untuk pengambilan keputusan strategis dalam rapat umum pemegang saham.
Perbedaan pola kepemilikan ini memberi implikasi yang berbeda dalam penelitian. Demsetz dan Villalonga 2001 melakukan penelitian
52 dengan menggunakan sampel perusahaan di Amerika Serikat dan Inggris
tidak menemukan hubungan yang signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Chen 2001 dengan mengambil sampel
perusahaan di negara berkembang menemukan hubungan positif antar struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Sedangkan Morck dan
Shivdasani 1988 menghasilkan kesimpulan bahwa hubungan konsentrasi kepemilikan dengan kinerja bersifat nonmonotonic. Konsentrasi
kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal pendisiplinan manajemen, sebagai salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk meningkatkan
efektivitas monitoring, karena dengan kepemilikan yang besar menjadikan pemegang saham memiliki akses informasi yang cukup signifikan untuk
mengimbangi keuntungan informasional yang dimiliki manajemen. Jika ini dapat diwujudkan maka tindakan moral hazard manajemen berupa
manajemen laba dapat dikurangi seperti yang telah dikemukakan oleh Hubert dan Langhe 2002 dalam Nuryaman 2008.
Di negara-negara dengan derajat perlindungan terhadap investor rendah seperti halnya Indonesia, pemegang saham merasa khawatir akan
kemungkinan berbedanya pendapatan yang diperoleh dengan yang diekspektasikan. Akibatnya, mereka memperbesar persentase kepemilikan
atas perusahaan sebagai salah satu cara untuk melindungi diri. Mereka dapat mengendalikan perusahaan melalui voting power, atau representasi
mereka di manajemen sehingga hak-hak mereka terlindungi La Porta dan Silanez 1999. Musnadi 2006 melakukan penelitian tentang struktur
53 kepemilikan sebagai mekanisme corporate govenrnance, serta dampaknya
terhadap kinerja keuangan perusahaan, dengan menggunakan emiten non financial yang berkapitalisasi menengah besar yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta sekarang BEI. Hasilnya menunjukan bahwa kepemilikan terkonsentrasi terbesar memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hasil ini bermakna bahwa kepemilikan saham terkonsentrasi dapat berperan sebagai mekanisme corporate governance
dalam mengurangi persoalan keagenan, sebab konsentrasi kepemilikan dapat menjadikan pemegang saham pada posisi yang kuat untuk dapat
mengendalikan manajemen
secara efektif,
sehingga mendorong
manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Pada struktur kepemilikan yang lebih terkonsentrasi, investor besar
memiliki insentif untuk mengumpulkan informasi dan memantau manajemen secara langsung Shleifer dan Vishny, 1997, sehingga mereka
tidak bergantung pada dewan untuk masalah pemantauan. Selain itu, investor besar mampu memantau kemampuan dewan, karena mereka
memiliki akses informasi dan nilai yang relevan Heflin dan Shaw, 2000. Investor besar terlibat dengan manajemen dalam menetapkan kebijakan
perusahaan Davies, 2002, memiliki beberapa kemampuan untuk mempengaruhi voting dan mungkin mendapat perhatian khusus dari
manajemen Useem, 1996. Oleh karena itu, pemegang saham pengendali dapat memantau ketidaksinambungan manajerial yang terjadi dalam
perusahaan Desender, 2010.
54 Penelitian sebelumnya La Porta, et al., 1999 dan Faccio, Lang dan
Young, 2001, menentukan perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi jika individu, kelompok keluarga atau perusahaan memiliki saham
minimal 20 dari total saham perusahaan. Kepemilikan langsung dan kepemilikan tidak langsung dianggap menentukan struktur kepemilikan
menggunakan ambang batas tingkat 20 untuk menentukan kontrol kepemilikan tidak langsung, misalnya, jika seorang investor memiliki 80
saham dari perusahaan X yang memiliki 20 saham dari perusahaan Y, maka investor ini menguasai 20 saham dari perusahaan Y melalui
kepemilikan saham tidak langsung. Perusahaan tanpa pemegang saham pengendali diklasifikasikan sebagai perusahaan dengan kepemilikan
tersebar. Desender 2010 mengklasifikasikan perusahaan menjadi tiga jenis
kepemilikan yaitu, keluarga, perusahaan dan bank. Pemegang saham pengendali adalah pemegang saham terbesar dengan setidaknya 20
saham pada setiap jenis saham dengan mempertimbangkan kepemilikan saham langsung dan tidak langsung, serta hubungan keluarga. Selanjutnya,
kepemilikan keluarga diidentifikasi jika ada hubungan kekerabatan antara pemegang saham individu. Misalnya, dalam kasus SOS Cuétara, dimana
pemegang saham individu terbesar melalui kepemilikan saham langsung dan tidak langsung adalah dua bersaudara Jesús Ignacio 16,0 dan Raúl
Jaime Salazar Bello 9,7. Untuk menghitung saham kepemilikan
55 pemegang saham terbesar, beliau menyatakan bahwa keluarga Salazar
Bello menguasai lebih dari 25. Desender berpendapat bahwa mungkin ada pengaruh substitusi atau
komplementer antara dimensi struktur kepemilikan konsentrasi dispersi dan dewan direksi dalam hal pemantauan manajerial. Untuk mendukung
hipotesisnya, Desender 2010 menggunakan ambang batas alternatif 25 serta dua langkah berkelanjutan indeks konsentrasi kepemilikan
Herfindahl dan total kepemilikan saham dari pemegang saham terbesar untuk memperhitungkan konsentrasi kepemilikan.
Pemegang saham pengendali merupakan mekanisme tata kelola internal jika terdapat satu atau lebih pemegang saham besar dalam
perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.38 Revisi 2011: Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali, yang mengatur
tentang kombinasi bisnis antara entitas yang berada di bawah pengendalian yang sama mendefinisikan pengendalian sebagai kekuasaan
untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut. Adapun pengertian
pemegang saham pengendali sesuai dengan Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal No.05PM2002 Tentang Pengambilalihan Perusahaan
Terbuka adalah: 1 Pihak yang memiliki saham 25 dua puluh lima perseratus atau
lebih, kecuali pihak tersebut dapat membuktikan tidak mengendalikan Perusahaan Terbuka; atau
56 2 Pihak yang mempunyai kemampuan, baik langsung maupun tidak
langsung untuk mengendalikan Perusahaan Terbuka dengan cara : a Menentukan diangkat dan diberhentikannya direksi atau
komisaris; atau b Melakukan perubahan anggaran dasar Perusahaan Terbuka.
Sedangkan pengertian pemegang saham pengendali sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.1424PBI2012 tentang Kepemilikan
Tunggal Pada Perbankan Indonesia adalah badan hukum danatau perorangan danatau kelompok usaha yang:
1. memiliki saham Bank sebesar 25 dua puluh lima perseratus atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai hak
suara; 2. memiliki saham Bank kurang dari 25 dua puluh lima perseratus
dari jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian Bank baik
secara langsung maupun tidak langsung. B.
Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Adapun keterkaitan antar variabel dependen dan independen dalam penelitian ini adalah:
1. Komisaris Independen dengan Pengungkapan ERM