2.2 Etiologi
Trauma buli sering disebabkan rudapaksa dari luar, dan sering didapatkan bersama dengan fraktur pelvis. Penyebab lain adalah trauma
iatrogenik FK UI, 1995. Penyebab fraktur adalah trauma. Mayoritas fraktur adalah akibat
kecelakaan lalu lintas. Trauma lainnya adalah jatuh dari ketinggian, kecelakaan kerja dan kecelakaancedera olah raga FK UI, 1995.
2.3 Patofisiologi
Kurang lebih 90 trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur felvis. Robeknya buli-buli karena fraktur pelvis bisa juga terjadi akibat fragmen
tulang pelvis merobek dindingnya Gambar B. Dalam keadaan penuh terisi urine, buli-buli mudah robek sekali jika mendapatkan tekanan dari luar berupa
benturan pada perut sebelah bawah. Buli-buli akan robek pada bagian fundus dan menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum Gambar A
Purnomo, 2009.
Gambar 2. Ruptur buli-buli.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan gambar : A Intraperitoneal, robeknya buli-buli pada daerah fundus, menyebabkan ekstravasasi urine ke rongga intraperitoneum. B
ekstraperitoneal akibat fraktur tulang pelvis Purnomo, 2009. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan
rasa nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu, disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara
luarSjamsuhidajat, 1998.
2.4 Manifestasi Klinik
Umumnya fraktur tulang dan pelvis disertai pendarahan hebat sehingga tidak jarang penderita datang dalam keadaan anemik bahkan sampai shok. Pada
abdomen bagian bawah tampak jelas atau hematom dan terdapat nyeri tekan pada daerah supra publik ditempat hematom. Pada ruptur buli-buli
intraperitonial urine yang seriong masuk ke rongga peritonial sehingga memberi tanda cairan intra abdomen dan rangsangan peritonial. Lesi ekstra
peritonial memberikan gejala dan tanda infitrat urine dirongga peritonial yang sering menyebabkan septisema Sjamsuhidajat, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Diagnosa 2.5.1 Pemeriksaan Fisik