Dari  uraian  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa pemeliharaan dan penjagaan arsip mencakup dua aspek,
yaitu: 1
Pemeliharaan  terhadap  bahan  arsip  yang  secara langsung bersentuhan dengan berbagai musuh arsip.
2 Pemeliharaan  terhadap  lingkungan  penyimpanan
arsip.
5. Penyusutan dan Pemusnahan Arsip
Penyusutan  arsip  adalah  kegiatan  pengurangan  arsip,  oleh karena  tidak  semua  arsip  memiliki  nilai  guna  yang  abadi.  Untuk
itu,  tidak  semua  arsip  disimpan  terus  menerus  melainkan  ada sebagian  arsip  yang  perlu  dipindahkan  bahkan  dimusnahkan.
Jumlah  arsip  akan  selalu  berkembang  menjadi  banyak,  semakin tinggi  kegiatan  dalam  suatu  organisasi  semakin  cepat  pertmbahan
jumlah  arsip.  Untuk  menghadapi  masalah  tersebut,  diperlukan adanya
penyusutan, pemindahan
dan pemusnahan
arsip. Penyusutan  arsip  dilakukan  menurut  jadwal  retensi  yaitu  daftar
yang  berisi  tentang  jangka  waktu  penyimpanan  arsip  yang dipergunakan sebagai pedoman penyusutan arsip.
a. Penilaian Arsip
Penilaian arsip
penting untuk
menentukan dasar
kebijaksanaan  dalam  melaksanakan  penyusutan  arsip.  Arsip dapat diberi nilai dari berbagai segi, yaitu:
a. Dilihat  dari  segi  umum  dan  kepentingan  bagi  organisasi,
maka arsip dibagi menjadi arsip dinamis dan arsip statis.
b. Dilihat  dari  segi  kepentingan  administrasi  perkantoran,
ada arsip aktif dan arsip pasif. c.
Dillihat  dari  segi  informasi,  arsip  mempunyai  nilai  guna fiskal, nilai guna perorangan, nilai guna pemeriksaan, nilai
guna penunjang, atau nilai guna penelitianilmiah.
25
Dengan  demikian  suatu  arsip  dapat  mempunyai  sebuah nilai  atau  lebih  dari  kegunaannya,  dan  tidak  semua  arsip
mempunyai  kegunaan  yang  abadi.  Sebagian  besar  arsip  akan berakhir  kegunaannya  setelah  jangka  waktu  penyimpanannya
atau  retensi  arsip  yang  didasarkan  atas  pengkajian  terhadap  isi arsip penataannya dan hubungannya dengan arsip-arsip lainnya.
b. Jadwal Retensi Arsip
Arsip  Nasional  memberikan  penjelasan  bahwa  jadwal retensi  adalah  suatu  daftar  yang  memuat  kebijaksanaan  tentang
seberapa  jauh  sekelompok  arsip  dapat  disimpan  atau dimusnahkan.  Dengan  demikian  jadwal  retensi  adalah  suatu
daftar yang menunjukkan: a
Lamanya  masing-masing  arsip  disimpan  pada  file  aktif satuan kerja sebelum dipindahkan ke Pusat Penyimpanan
Arsip file inaktif b
Jangka waktu
lamanya penyimpanan
masing- masingsekelompok  arsip  sebelum  dimusnahkan  ataupun
dipindahkan ke Arsip Nasional RI. Peraturan  pemerintah  RI  Nomor  30  Tahun  1979  tentang
Penyusutan Arsip memberikan penjelasan bahwa Jadwal Retensi Arsip,  adalah  daftar  tentang  jangka  waktu  penyimpanan  arsip.
25
Suparjati, Tata Usaha dan Kearsipan, Yogyakarta: Kanisius, 1999, hal 34
Penentuan  jangka  waktu  penyimpanan  arsip  retensi  arsip ditentukan atas dasar nilai kegunaan tiap-tiap berkas.
26
Patokan menentukan waktu retensi sebaiknya berdasarkan golongan arsip, yaitu Vital, penting, berguna, dan tidak berguna.
Waktu  retensi  masing-masing  golongan  tersebut,  baik  di  file aktif maupun di file inaktif, hendaklah sesuai dengan kebutuhan
kantor masing-masing.
Sesudah terdapat
kesepakatan, seyogianya Jadwal  Retensi  dikukuhkan dalam bentuk  peraturan
atau surat keputusan. Ada 4 empat golongan arsip, yaitu:
a Arsip  Vital  persentase  nilai  90-100.  Yaitu  penting  bagi
kehidupan bisnis dan tidak dapat diganti kembali bilamana dimusnahkan.  Arsip  ini  tidak  boleh  dipindahkan  atau
dimusnahkan  dan  disimpan  abadi  selamanya.  Contohnya Akte Pendirian perusahaan.
b Arsip  penting  persentase  nilai  50-89.  Arsip  ini
melengkapi  bisnis  rutin  dan  dapat  diganti  dengan  biaya tinggi  dan  lama.  Arsip  ini  disimpan  di  file  aktif  selama
lima  tahun  dan  di  file  inaktif  dua  puluh  lima  tahun. Contohnya arsip bukti-bukti keuangan.
c Arsip  berguna  persentase  nilai  10-49.  Arsip  jenis  ini
berguna sementara dan dapat diganti dengan biaya rendah. Disimpan di file aktif selama dua tahun dan di  file inaktif
selama sepuluh tahun. Contohnya surat pesanan. d
Arsip  tidak  berguna,  yaitu  surat-surat  yang  habis kegunaannya setelah selesai dibaca.
27
26
Ig. Wursanto, Kearsipan 2, Yogyakarta: Kanisius, 2006, Cet. 6, hal. 210
Kebanyakan  kantor  membentuk  tim  tertentu  untuk menyusun  pedoman  Jadwal  Retensi  dan  masalah-masalah
kearsipan lainnya. Dengan adanya Jadwal Retensi maka petugas dapat  melaksanakan  seleksi  arsip  yang  akan  dipindahkan  atau
dimusnahkan. Menurut  Boedi  Martono,  penyusutan  arsip  berarti
pengurangan arsip dengan cara: a
Memindahkan  arsip  In-aktif  dari  unit  kerja  ke  unit kearsipan atau dari file aktif  ke file In-aktif.
b Memusnahkan arsip yang tidak bernilai guna berdasarkan
peraturan yang berlaku. c
Menyerahkan arsip statis kepada Arsip Nasional R.I.
28
Berdasarkan kegiatan
pemusnahan hendaklah
dilakukan secara periodik dengan berpatokan pada jadwal retensi, arsip-arsip aktif akan dimusnahkan, kecuali untuk
arsip  In-aktif  yang  mempunyai  nilai  nasional  tidak dimusnahkan,  tetapi  dikirim  ke  Lembaga  Arsip  Nasional
untuk disimpan dan dilestarikan sebagai asset bangsa. Prosedur  pemusnahan  pada  umumnya  melalui
langkah- langkah  sebagai  berikut:  “1  Seleksi,  2
Pembuatan  daftar    jenis  arsip  yang  dimusnahkan  daftar peralatan,  3  Pembuatan  berita  acara  pemusnahan,  4
Pelaksanaan pemusnahan.
29
27
Zulkifli Amsyah, Manajemen Kearsipan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005, Cet. 7, hal. 212-213.
28
Boedi Martono, Penyusutan Penanganan Arsip Vital dalam Manajemen Kearsipan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994, Cet Ke-1, hal. 40
29
Zulkifli  Amsyah,  Manajemen  Kearsipan,  Jakarta:  PT  Gramedia  Pustaka  Utama,  hal. 218
Kesimpulan  yang didapat  dari  uraian di  atas bahwa penyusutan arsip dapat dilakukan dengan cara:
1 Pemindahan arsip In-aktif ke pusat arsip
2 Pemusnahan  arsip  yang  dilakukan  unit  kerja  dan  di
pusat arsip sesuai dengan jadwal retensi arsip. 3
Penyerahan arsip statis kepada Arsip Nasional.
C. Faktor-faktor Kearsipan yang baik
Untuk membantu kelancaran dalam Sistem kearsipan, terutama dalam hal penemuan kembali arsip, maka perlu diperhatikan faktor-faktor kearsipan
yang  baik.  Dikatakan  di  awal  bahwa  pelaksanaan  Sistem  kearsipan merupakan siklus kehidupan suatu arsip. Untuk pelaksanaan arsip harus baik
dan benar. Faktor-faktor kearsipan yang dimaksud adalah: a.
Pegawai kearsipan yang memenuhi syarat Seorang  pegawai,  untuk  dapat  melaksanakan  tugasnya  dengan
baik  harus  memnuhi  syarat-syarat  tertentu  sebagaimana  juga persyaratan untuk pegawai tata usaha, umumnya yaitu:
1 Memiliki  pengetahuan  umum,  terutama  yang  menyangkut
masalah surat menyurat dan arsip. 2
Memiliki  pengetahuan  tentang  seluk  beluk  instansinya,  yaitu organisasi beserta tugas-tugasnya dan pejabat-pejabatnya.
3 Memiliki pengetahuan khusus tentang tata kearsipan.
4 Memiliki  keterampilan  untuk  melaksanakan  teknik  tata
kearsipan yang sedang dijalankan.