BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Jasa Tarigan adalah seorang Seniman tradisi karo senior yang berasal dari desa Ujung bawang – sebuah desa di pegunungan Tanah Karo. Berawal dari
ketertarikannya akan musik tradisi semenjak kecil, Dia pun berniat untuk menjadi pemain musik tradisi, dan dengan bakat musik yang ada pada dirinya, dia serius
mendalami ilmu bermusiknya dengan belajar kepada beberapa orang musisi tradisi Karo, walau pun banyak sekali kesulitan yang harus dijalaninya.
Akhirnya, keberhasilannya dalam belajar dan meniti karier dalam dunia musik tradisi dan budaya Karo dapat dilihat dari karya-karya yang sudah
dihasilkannya. Bermula dari masuknya Jasa Tarigan ke Universitas Sumatera Utara Jurusan Etnomusikologi sebagai mahasiswa dan pengajar praktek musik tradisi Karo
di Etnomusikologi pada pertengahan tahun 1982, walaupun Jasa Tarigan tidak berhasil menyelesaikan studinya di Etnomusikologi tersebut.
Dalam tahun-tahun studinya di Etnomusikologi Jasa Tarigan mulai bermain dan menyukai instrumen musik Keyboard, dari sinilah berawal ide Jasa Tarigan
untuk memulai karya Gendang Kibod
1
1
Gendang Kibod merupakan sebutan atau istilah yang lazim diucapkan oleh orang Karo terhadap jenis irama musik yang diprogram secara khusus di dalam Keyboard. Kata Gendang mengacu kepada
pengertian musik Karo dan kata Kibod merupakan ucapan orang Karo terhadap kata Keyboard itu sendiri.
-nya yang kemudian menjadi sebuah fenomena dalam musik tradisi Karo. Dia juga yang pertama sekali memperkenalkan
Gendang Kibod sebagai ensambel musik pengiring dalam upacara adat Karo.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, dalam keberhasilannya dibidang programmer pada Keyboard, ia mendapat sertifikat nasional dari Era Musika, Roland, dan Yamaha dalam program
pertunjukan Keyboard. Itu membuktikan bahwa eksistensi jasa tarigan di dunia musik modern juga mendapat tempat.
Bermodalkan ilmu, keterampilan dan kreatifitasnya itu lah Jasa Tarigan mulai mengembangkan musik tradisi Karo, dengan menyuguhkan musik yang ‘baru’ yaitu
Gendang Kibod, dan juga beberapa perubahan baru pada musik tradisi Karo khususnya pada ensambel Gendang Lima Sendalanen.
Memang kesenian tidak pernah lepas dari peran masyarakatnya. Sebagai salah satu bagian yang paling penting dalam kebudayaan adalah kesenian yang
merupakan ungkapan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga kebudayaan, demikian pula kesenian mencipta, memberi peluang untuk
bergerak, memelihara, serta menularkan, mengembangkan serta kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi. Umar Kayam, 1981:38.
Perkembangan kebudayaan juga telah menyentuh etnis Karo, sebagai hasil dari potensi dan perkembangan masyarakat penggunanya sendiri, seni musik tradisi
dalam budaya Karo merupakan salah satu unsur kebudayaan yang paling banyak mendapat pengaruh dari luar budaya Karo, dalam hal ini adalah teknologi. Teknologi
sendiri merupakan produk dari kebudayaan sebagai suatu karya manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
Era masuknya instrumen musik Keyboard ini ke dalam kesenian tradisi Karo sekitar tahun 1991an. Diawali oleh Jasa Tarigan yang mengkolaborasikan Keyboard
dengan Kulcapi dan ensambel Gendang Lima Sendalanendalam konteks seni
Universitas Sumatera Utara
pertunjukan tradisional Gendang guro-guro aron. Kemudian hadirnya alat pengeras suara seperti pick up di gitar elektrik pada instrumen Kulcapi.
Bahkan belakangan telah muncul sebuah instrumen baru dalam Gendang Kibod, yaitu sebuah gendang konikal double side yang berfungsi sebagai instrumen
pengaya struktur ritem dari pola-pola ritem yang di hasilkan oleh Keyboard dalam Gendang Kibod. Juga secara otomatis Gendang Kibod menghasilkan harmonisasi
baru dalam musik tradisi Karo, dengan dimainkannya akord dan harmonisasi- harmonisasi lain pada Keyboard dalam Gendang Kibod. Hal ini juga merupakan
dampak nyata dari perkembangan teknologi terhadap budaya Karo. Dewasa ini Gendang Kibod sudah mendominasi kesenian Karo, walaupun
banyak menimbulkan reaksi pro dan kontra di antara kelompok masyarakat Karo sendiri. Banyak alasan mengapa kehadiran Gendang Kibod ini membuahkan pro dan
kontra di masyarakat pendukungnya, seperti para pemerhati budaya Karo yang mencemaskan bahwa kehadiran Gendang Kibod akan berdampak buruk terhadap
eksistensi Gendang Lima Sendalanen dan keaslian kesenian Karo lainnya. Tapi dari sisi lain, kemudahan dalam menyajikan, serta murahnya biaya
pertunjukan Gendang Kibod mengakibatkan Gendang Kibod ini semakin eksis pada masyarakat Karo, selain itu banyaknya lagu-lagu populer yang mudah dimainkan
dengan Gendang Kibod juga semakin memojokkan keberadaan Gendang Lima Sendalanen.
Dari contoh fenomena di atas dapat kita lihat, memang tampak jelas sekali bahwa modernisasi telah begitu banyak mempengaruhi musik tradisi, khususnya
musik tradisi Karo dewasa ini. Misalnya, dengan munculnya Gendang Kibod yang kerap dijadikan sebagai media pengganti musik tradisional, baik untuk acara ritual
Universitas Sumatera Utara
kematian maupun acara-acara adat lainnya. Akibatnya, tak hanya musik itu sendiri yang terkontaminasi keasliannya. Tapi, juga berimbas kepada seniman-seniman
tradisinya sendiri yang akhirnya semakin jarang dipertunjukkan. Jasa Tarigan sendiri yang merintis lahirnya Gendang Kibod menjadi orang
yang sering disalahkan atas kondisi ini. Namun di sisi lain pemusik yang juga menguasai beberapa alat musik tradisional Karo ini, juga dianggap berperan aktif
telah mempopulerkan musik Karo sehingga dikenal luas di luar wilayah Karo sendiri. Kemudian pertanyaannya adalah bagaimana sebenarnya peranan seorang Jasa
Tarigan yang sebelumnya telah mahir dan aktif dalam pertunjukan musik tradisi Karo ini bisa menjalankan pranannya tersebut dan bagaimana hal ini bisa bertahan di
masyarakat. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk menelitinya serta membuat suatu
tulisan ilmiah dengan mengangkat Peranan Jasa Tarigan Sebagai Musisi dalam Perkembangan Ensambel Musik Tradisi Karo.
Universitas Sumatera Utara
I.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa hal